Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hariyono Winarto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
PGB-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Moeliadi Mansoer Arsjad
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
T58799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Sedjahteraa
"Kemunculan MDR-TB menghambat program pemberantasan TB dan berakibat pada meningkatnya angka kematian dan beban control TB. Tempat pengobatan TB, termasuk riwayat pengobatan, sangat mungkin merupakan predictor MDR-TB yang kuat. Tujuan dari studi ini ada untuk mengidentifikasi dan menganalisis tempat pengobatan TB primer sebagai salah satu factor yang mungkin berkontribusi dalam perkembangan TB menjadi MDR-TB. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2009 hingga Agustus 2010. Mengguanakan metode cross-sectional, data didapatkan melaui wawancara mendalam dengan 50 pasien MDR-TB yang sedang mendapatkan pengobatan di klinik MDR-TB RS Persahabatan. Dalam jumlah besar pasien MDR-TB mendapatkan pengobatan di puskesmas (38%) dan dokter praktik pribadi (28%). Tidak ditemukan adanya assosiasi antara tempat pengobatan TB pertama dan kepatuhan pasien sedangkan assosiasi terlihat antara tempat pengobatan TB pertama dan peresepan obat gratis.

The emergence of MDR-TB hampers TB eradication program which resulted in high fatality rate and increase burden of TB control. TB treatment place, including history of treatment, might be a strong predictor of MDR-TB. The purpose of this study is to identify and analyze primary TB treatment place as the contributing factor that may lead to the development of TB towards MDR-TB. The data collection was done from December 2009 to August 2010 at Persahabatan Hospital. Using cross-sectional method, data is obtained through thorough interview of 50 MDR-TB patients undergoing treatment in MDR-TB Clinic in Persahabatan Hospital. Large proportion of MDR-TB patient received their primary TB treatment at puskesmas (38%) and private Practice (28%). It is found that there is no association between primary TB treatment place and patient compliance while association appears between primary TB treatment place and free drug prescription."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Radjak
Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2018
618.092 ABD b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Dwi Winanto
"Pendahuluan
Salah satu tantangan dalam tatalaksana fraktur saat ini adalah rekonstruksi fraktur dengan defek tulang yang luas, di mana dibutuhkannya restorasi alignment dan fiksasi yang stabil untuk keberhasilan rekonstruksi. Pada kasus fraktur dengan defek tulang tidak ada lagi komponen osteoinduksi dan osteokonduktif sehingga diperlukan penggunaan graft tulang ataupun tindakan transport tulang. Walaupun perkembangan teknologi dan kemajuan dalam pembedahan orthopaedi telah berkembang saat ini, hasil akhir dari penyembuhan tulang paska pembedahan pada beberapa kasus fraktur akan mengalami penyembuhan tulang yang kurang baik yang akhirnya akan menyebabkan defek ataupun non-union dari fraktur tersebut.
Metode
Desain penelitian adalah studi post test control group design. Sampel yang digunakan adalah dua puluh delapan tikus putih Sprague Dawley yang telah mengalami maturasi skeletal (8-12 minggu), dibagi menjadi empat kelompok, tiap tikus akan dilakukan tindakan fraktur dengan defek tulang pada tulang femur selebar 4mm, kemudian tikus dibagi berdasarkan implantasi yang diberikan, yaitu kelompok kontrol, kelompok implantasi amnion liofilisasi steril, kelompok implantasi xenograft morcalized bovine, dan kelompok implantasi kombinasi amnion dengan xenograft. Hewan coba akan dikorbankan setelah 8 minggu, kemudian dilakukan pemeriksaan radiologis dan histopatologis dari fraktur. Evaluasi radiologis menggunakan skor menurut Lane dan Sandhu, evaluasi histopatologis menggunakan skor menurut Salkeld.
Hasil
Berdasarkan uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis terhadap skor radiologis tulang pada minggu ke-8 paska pembedahan didapat nilai p 0,25. Secara statistik dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna perbandingan skor radiologis antara empat kelompok tersebut. uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis pada skor histopatologis menurut Salkeld minggu ke-8 paska pembedahan didapat nilai p 0,001 secara statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan bermakna perbandingan skor histopatologis antara empat kelompok tersebut.
Kesimpulan
Skor radiologis pada implantasi amnion liofilisasi steril dibanding dengan kelompok kontrol pada fraktur dengan defek tulang tidak memberikan perbedaan bermakna, sementara skor histologis memberikan perbedaan percepatan penyembuhan bermakna pada implantasi amnion liofilisasi steril dibanding dengan kelompok kontrol. Skor radiologis dan histologis pada implantasi xenograft morcalized bovine dibanding kelompok kontrol tidak memberikan perbedaan percepatan penyembuhan bermakna. Skor radiologis pada implantasi kombinasi amnion liofilisasi steril dan xenograft morcalized bovine dibanding dengan kelompok kontrol tidak memberikan perbedaan bermakna, sementara skor histologis memberikan perbedaan percepatan penyembuhan bermakna dibanding dengan kelompok kontrol.

Introduction
One of the current chalenge on fracture treatment is reconstruction of fracture with critical size bone defect, where the restoration of the alignment dan stable fixation for succesfull result is necessary. bone graft or bone transport is usually needed for bone defect reconstruction because there isnt any osteoinductive and osteoconductive component on fracture with bone defect. Although new technologies and advances in orthopaedic surgery have enhanced fracture healing and surgical outcomes, there are fracture that continue to be deficient in bone repair or become non-union.
Methode
The research design is post test control group using twenty eight skeletally matured Sprague Dawley rats, divided into four groups, 4mm sized femoral defects were surgically created in the right femur of 28 rats. 7 rats were ran­domly assigned to each treatment group, in which the femoral defect was filled with sterile lyophilized amnion, morcalized bovine xenograft and combination. In the empty defect group (control group) defects were left empty. Animals were sacrificed at 8 weeks postoperatively. Then the radiologic and histopathologic examination were completed. Radiologic evaluation using Lane and Sandhu score, histologic evaluation using Salkeld score.
Result
Non parametric Kruskal-Wallis statistic analysis for the radiologic score 8 weeks postoperatively reveal p value 0,25 which mean there is no significance difference between four groups. However for the histopathologic score statistic analysis examination reveal the p value 0,001 which mean there are significance differences between four groups. The statistic analysis for histopathologic is then continued with Man Whitney analysis.
Conclusion
Regarding the radiologic score, amniotic membrane has similar radiological score to control, however the histopathologic score is better. Xenograft have similar radiological and histopathological score to the control. Combination of amniotic membrane with xenograft has better histopathological score to control. Although the radiologic score is similar.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saptuti Chunaeni
"

 

ABSTRAK

 

Nama                        : Saptuti Chunaeni

Program Studi             : Program Doktor Ilmu Biomedik

Judul Disertasi             : Upaya Meningkatan Stabilitas Faktor VIII melalui

  Liofilisasi Produk Minipool Cryoprecipitate

  untuk Tatalaksana Penderita Hemofilia A di Indonesia.

Latar Belakang: Penderita Hemofilia di Indonesia sekitar 2.000 orang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Di Jabodetabek, 403 anak penderita hemofilia, 86% hemofilia A dan 54% diantaranya hemofilia A berat. Konsentrat F VIII digunakan untuk terapi sulih Hemofilia A, mahal, harus impor dan tidak selalu tersedia. Kriopresipitat sebagai terapi sulih alternatif, kandungan F VIII sedikit dan pemberiannya untuk segolongan darah. MC cair dari Mesir, dapat meningkatkan kandungan dan keamanan F VIII. Bentuknya cair dan suhu penyimpanan minus 30°C, sehingga perlu ditingkatkan stabilitasnya dengan liofilisasi menjadi MC kering.

Tujuan:Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas dan keamanan MC kering lebih besar atau sama dengan MC cair.

Metode:Liofilisasi MC cair menjadi MC kering dilakukan agar lebih stabil dan dapat disimpan di suhu dingin (2-6°C) dan suhu ruang ( > 25°C). MC kering, ada yang ditambah eksipien (KE+) dan tanpa eksipien (KE-). Dilakukan uji banding stabilitas MC cair dan MC kering pada hari ke 0, 7, 30 dan 240, meliputi pemeriksaan kandungan F VIII, pH, osmolalitas dan kelarutan. Pemeriksaan keamanan MC cair menggunakan flowcytometri dan MC kering dengan hemaglutinasi dan kontaminasi bakteri.  

Hasil:MC Kering tanpa Eksipien (KE-) pada waktu penyimpanan 30 hari (T30) lebih tinggi F VIII-nya dibandingkan MC Kering dengan Eksipien (KE+) dan MC Cair. Namun pada waktu penyimpanan 240 hari (T240) penurunan F VIII pada KE- lebih banyak daripada KE+. Keamanan dengan memeriksa kontaminasi bakteri dan hemaglutinin pada MC kering sama dengan MC cair. 

Kesimpulan:MC kering tanpa eksipen yang disimpan pada suhu dingin dan suhu kamar, stabilitas kandungan F VIII sangat baik pada hari ke 30. Penambahan eksipien yang terlalu banyak, dapat menghancurkan protein yang terkandung di dalamnya. Keamanan MC kering sama dengan MC cair.

Kata kunci: F VIII, Hemofilia A, MC kering, Stabilitas.


ABSTRACT

 

Name                           : Saptuti Chunaeni

Programme of study   :Doctoral Program in Biomedical Science

Title                             :To Improve Stability of Factor VIII with Minipool

 Cryoprecipitate Lyophilized for Hemofilia a Treatment in

 Indonesia

 

 

Background:  There are about 2.000 hemophilia patients in Indonesia. Nowadays in

Jabodetabek alone, there are 403 children hemophilia mostly of 86% hemophilia A and 54% among them are of severe type.

Use of F VIII concetrate as a standard replacement therapy of hemophilia A, is expensive, needs to be imported from overseas and it is not always available. Cryoprecipitate as an alternative replacement therapy contains only a small yield F VIII and is only available for same blood group patients. Liquid minipool cryoprecipitate (MC) from Egypt can increase the F VIII content and safety. The MC, however is liquid and must be stored at – 30oC. Considering this, there is a need to improve the stability of F VIII by lyophilization procedure.

The aim of present study was to determine whether the stability and safety of dry MC was greater or equal to liquid MC.

Materials and Methods:Liquid of MC was lyophilized and was added excipients (KE+) or without excipient (KE-). Liyophilization is carried out to be more stable and can be stored at cold temperatures and room temperature. Tests on the stability on certain days (0, 7, 30 and 240.) including examination of F VIII content, pH, osmolality and solubility. Safety checks using flowcytometry and hemagglutination and bacterial contamination.

Results: Dry MC at T30 was higher in F VIII. At storage T240 the decrease in F VIII at KE- was more than KE +. The safety of a dry MC is the same as a liquid MC.

Conclusion: F VIII at KE- is better on T30. Adding excipients can destroy protein. The safety is the same.

Keywords:  F VIII, Hemophilia A, Lyophilized MC, Stability.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardito Puspo Yugo
"Latar Belakang: Afasia merupakan sindroma klinis gangguan fungsi bahasa dimana terdapat gangguan pada pusat bahasa di hemisfer dominan.3 Tes Afasia untuk Diagnosis, Informasi dan Rehabilitasi (TADIR) hingga saat ini belum pernah dilakukan uji diagnostik, dan tidak jarang dari hasil pemeriksaan didapatkan ketidakcocokan hasil tipe afasia dengan memperhitungkan skor dalam TADIR dibandingkan dengan pemeriksaan langsung oleh ahli Neurobehavior. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi tipe afasia berdasarkan hasil pemeriksaan TADIR dibandingkan ekspertise ahli Neurobehavior.
Metode: Jenis penelitian retrospektif dengan populasi penelitian rekam medis dengan diagnosis afasia di Poliklinik Neurologi Fungsi Luhur RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo, periode Januari 2019-Juni 2022. Metode yang digunakan consecutive sampling dan analisis data menggunakan SPSS.
Hasil: Sensitivitas dan spesifisitas TADIR subtes A yakni 97,6% dan 21%. NDP dan NDN TADIR subtes A yakni 88,9% dan 57,1%. Subtes B sensitivitas dan spesifisitas tertinggi 77,7% dan 100%. NDP dan NDN tertinggi subtes B 100% pada 12,5% subjek dan 98,2% pada 2 % subjek, aktualisasi nilai kurang baik.
Kesimpulan: TADIR dibutuhkan sebagai tujuan skrining afasia bukan bertujuan sebagai alat diagnostik. Diperlukan instrumen baru yang dapat menggantikan TADIR subtes B dengan hasil uji diagnostik, serta uraian tugas dan algoritma yang lebih baik sehingga dapat membantu klinisi dalam menegakkan diagnosis afasia dan khususnya tipe afasia.

ackground: Aphasia is a clinical syndrome of impaired language function with impairment of the language center in the dominant hemisphere.3 The Aphasia Test for Diagnosis, Information and Rehabilitation (TADIR) has not yet been carried out as a diagnostic test, and it is not uncommon for the examination results to show discrepancies in the results of the type of aphasia taking into account the score in TADIR compared to direct examination by a Neurobehavior expert. The purpose of this study was to determine the difference in the proportion of aphasia types based on the results of the TADIR examination compared to the expertise of neurobehavior experts.
Method: A retrospective with medical record research population with a diagnosis of aphasia at the Neurology Polyclinic of Superior Function Dr.Cipto Mangunkusumo National Hospital, period January 2019-June 2022. The method used was consecutive sampling and data analysis using SPSS. Result: The sensitivity and specificity of TADIR subtest A were 97.6% and 21%, respectively. PPV and NPV TADIR subtest A are 88.9% and 57.1%. Subtest B highest sensitivity and specificity 77.7% and 100%. The highest PPV and NPV in subtest B was 100% in 12.5% ​​of subjects and 98.2% in 2% of subjects, the actual score was not good.
Conclusion: TADIR is needed for aphasia screening purposes, not as a diagnostic tool. A new instrument is needed that can replace the TADIR subtest B with diagnostic test results, as well as better job descriptions and algorithms so that they can assist clinicians in establishing the diagnosis of aphasia and especially the type of aphasia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Suryatmana
"Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) akibat terganggunya fungsi produksi dan kerja insulin pada pangkreas. Dampak hiperglikemi yang tidak teratasi akan menyebabkan komplikasi/keparahan pada penderita diabetes. Inovasi MARI THERAPI merupakan intervensi keperawatan berupa manajemen diri diabetes yang terdiri dari edukasi, manajemen nutrisi, latihan fisik, perawatan kaki, minum obat, pemeriksaan kadar glukosa darah dan relaksasi hipnosis lima jari dengan therapi musik, yang diberikan pada dewasa dengan diabetes melitus pada keluarga maupun di komunitas. Intervensi ini diimplementasikan kepada dewasa diabetes sebanyak 31 orang selama 55-60 menit setiap sesi sebanyak 13 minggu (6 tahap=13 sesi pertemuan). Hasil implementasi di keluarga didapatkan bahwa rerata skor kepatuhan hidup sehat meningkat 29,8, dan rerata skor hiperglikemi menurun 203gr/dl setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga. Hasil implementasi di komunitas didapatkan rerata skor kepatuhan hidup sehat 15,26 dan rerata skor hiperglikemi menurun 127,74 gr/dl setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas intervensi MARI THERAPI. Hasil dependent t tes didapatkan bahwa intervensi MARI THERAPI berpengaruh untuk meningkatkan kepatuhan hidup sehat dan menurunkan hiperglikemi dewasa dengan diabetes (p<0,05). Intervensi MARI THERAPI dapat digunakan sebagai pilihan intervensi keperawatan dan direkomendasikan pada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat pada dewasa dengan diabetes melitus.

Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by increased blood sugar levels (hyperglycemia) due to disruption of insulin production and action in the pancreas. The impact of unresolved hyperglycemia will cause complications/severity in diabetics. MARI THERAPY innovation is a nursing intervention in the form of diabetes self-management which consists of education, nutrition management, physical exercise, foot care, taking medication, checking blood glucose levels and relaxing five-finger hypnosis with music therapy, which is given to adults with diabetes mellitus in their families and families. in the community. This intervention was implemented to 31 diabetic adults for 55-60 minutes each session for 13 weeks (6 stages = 13 sessions). The results of the implementation in the family showed that the average score for healthy living increased by 29.8, and the average score for hyperglycemia decreased by 203gr/dl after being given family nursing care. The results of the implementation in the community showed that the average score for healthy living was 15.26 and the average hyperglycemia score decreased by 127.74 g/dl after being given community nursing care with the MARI THERAPY intervention. The results of the dependent t test showed that the MARI THERAPY intervention had an effect on increasing adherence to healthy living and reducing hyperglycemia in adults with diabetes (p<0.05). The MARI THERAPY intervention can be used as a nursing intervention option and is recommended for individuals, families, groups and communities in adults with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sagung Seto, 2019
616.047 2 DAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hernawan
"ABSTRAK
Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan meningkatnya peran penggunaan
tangan di bidang industri, rumah tangga dan perkantoran akan meningkatkan
angka kejadian STK. Hal ini akan memiliki dampak negatif di bidang medis,
sosial dan ekonomi. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) berguna sebagai
penunjang dalam mendiagnosis STK. Kemajuan dalam kualitas dan portabilitas
USG telah menempatkan USG sebagai alat pilihan dalam penelitian dan
penerapan klinis di bidang neurologi. USG mudah dijumpai di pelayanan
kesehatan, memiliki biaya yang murah, waktu pemeriksaan yang singkat dan tidak
invasif, serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik dalam
mendiagnosis STK
Metode. Desain penelitian berupa studi potong lintang. Subyek penelitian adalah
pasien Poliklinik Neurologi RSCM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Subyek diperoleh secara konsekutif. Pada subyek dilakukan wawancara, pengisian
kuesioner, pemeriksan fisik, elektroneurografi dan ultrasonografi di Poliklinik
Neurologi RSCM. Dilakukan analisis data menggunakan perangkat SPSS 17.0
Hasil. Diperoleh 58 subyek tangan yang masuk kriteria inklusi. Sensitivitas dan
spesifisitas kombinasi gambaran klinis dan USG adalah 86,04% dan 73,33%.
Sedangkan akurasi kombinasi gambaran klinis dan USG sebesar 82,75%.
Terdapat kesesuaian antara pemeriksaan kombinasi klinis dan USG dengan
kombinasi klinis dan elektroneurografi dalam mendeteksi STK (kappa = 0,70).
Kesimpulan. Nilai sensitivitas kombinasi gambaran klinis dan USG sama dengan
elektroneurografi. Sedangkan spesifisitas kombinasi gambaran klinis dan USG
lebih rendah daripada elektroneurografi. Kombinasi gambaran klinis dan USG
dapat digunakan sebagai alternatif pemeriksan dalam mendiagnosis STK

ABSTRACT
Background. Technological development and the increased use of hands in the
fields of industrial, household and office space will increase the prevalence of
Carpal Tunnel Syndrome (CTS). This will have a negative impact on medical
science, social and economic. Ultrasonography (USG) is useful to support
diagnosis of CTS. Progress in the quality and portability of ultrasound has placed
ultrasound as a chosen instrument in research and clinical application in the field
of neurology. USG is easily found at the health centers, has a lower cost, a short
examination time and not invasive, as well as having superior specificity and
sensitivity is good enough in diagnosing CTS.
Method. A cross-sectional sectional study was conducted. The research subject
were patients of the Neurology Clinic of RSCM Hospital who meet all of the
inclusion and exclusion criteria.
Result. Fifthy eight hands were included in this study. The sensitivity and
specificity of the combination of clinical features and ultrasonography were
86.04% and 73.33%. While, the accuracy of the combination of clinical features
and ultrasonography was 82.75%. There is a conformity between the combination
of clinical features and ultrasound with a combination of clinical picture and
electroneurography in diagnosing CTS (kappa = 0.70)
Conclusion. The combination of clinical features and ultrasonography has similar
sensitivity with electroneurography. Meanwhile, the specificity of the
combination of clinical features and ultrasonography is inferior to
electroneurography. Thus, the combination of clinical features and
ultrasonography can be used as an alternative to electroneurography in diagnosing
CTS."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>