Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143603 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simangunsong, Wilson
"Latar Belakang: Keterlambatan penanganan stroke pada pasien yang memiliki faktor risiko stroke sebagai akibat dari rendahnya kesadaran diri pasien dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan sehingga sering kali mengabaikan tanda-tanda awal stroke. Kesadaran diri diperlukan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan yang berarti kemampuan untuk mengenali dan mengendalikan emosi yang muncul pada diri sendiri termasuk pengetahuan, perilaku, waktu timbulnya gejala, demografi, faktor sosiokultural, dan persepsi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran diri pasien berisiko stroke dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke layanan kesehatan. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif observasi dengan pendekatan Cross Sectional, melibatkan 396 responden. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian: Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dukungan keluarga sebagai faktor predominan dengan pengaruh paling besar terhadap kesadaran diri (OR=2,885), diikuti oleh kecemasan sedang (OR=2,340) dan kecemasan ringan (OR=2,38). Variabel jenis kelamin laki-laki (OR=1,628) dan usia (OR=1,479) juga memiliki pengaruh yang signifikan. Melalui uji regresi logistik, ditemukan bahwa usia muda, jenis kelamin perempuan, pendidikan menengah dan tinggi, pengetahuan tinggi tentang stroke, persepsi pencegahan stroke yang baik, tingkat kecemasan ringan-sedang, dan dukungan keluarga berkontribusi sebesar 42,9% dalam menentukan kesadaran diri pasien yang berisiko stroke dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan.
Diskusi: Dalam pengambilan keputusan pemeliharaan kesehatan tidak hanya berdasarkan pilihan pasien, tetapi juga berdasarkan pada pedoman, prinsip-prinsip pelayanan yang berfokus pada pasien untuk mendukung perawatan diri di pelayanan salah satunya adalah keluarga, sehingga perlunya penekanan pada dukungan keluarga, selain itu juga manajemen kecemasan, dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran diri pasien dalam merawat kesehatan mereka.

Background: Delays in treating stroke in patients who have risk factors for stroke are a result of patients' low self-awareness in carrying out routine health checks at health services so that they often ignore the early signs of stroke. Self-awareness is needed to carry out routine health checks at health services, which means the ability to recognize and control emotions that arise in oneself, including knowledge, behavior, time of onset of symptoms, demographics, socio-cultural factors and patient perceptions. This study aims to identify factors that influence the self-awareness of patients at risk of stroke in carrying out routine health checks at health services. Research method: This research is a quantitative research with a descriptive observational design with a Cross Sectional approach, involving 396 respondents. Data analysis used descriptive analysis, chi square test and logistic regression.
Research results: The results of this study found that family support was the predominant factor with the greatest influence on self-awareness (OR=2.885), followed by moderate anxiety (OR=2.340) and mild anxiety (OR=2.38). The variables male gender (OR=1.628) and age (OR=1.479) also have a significant influence. Through logistic regression testing, it was found that young age, female gender, secondary and tertiary education, high knowledge about stroke, perception of good stroke prevention, mild-moderate anxiety level, and family support contributed 42.9% in determining patient self-awareness. who are at risk of stroke in carrying out routine health checks at health services.
Discussion: In making health care decisions, it is not only based on patient choice, but also based on guidelines, patient-focused service principles to support self-care in services, one of which is the family, so there is a need to emphasize family support, as well as anxiety management, and education to increase patient self-awareness in caring for their health.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasia
"Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan penyakit dengan beban masuk tertinggi dunia. Secara global, kebanyakan stroke terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi rendah dan sedang. Secara nasional, selain menimbulkan beban penyakit, stroke juga menyebabkan BPJS mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk penanganannya.
Meskipun demikian, faktor risiko stroke dapat berbeda-beda di berbagai tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stroke di Indonesia pada populasi usia lima belas tahun ke atas. Penelitian menggunakan data sekunder dari gelombang ke-5 Survei Kehidupan Keluarga Indonesia (IFLS 5) yang dilaksanakan pada tahun 2014 - 2015. Peneliti menggunakan uji bivariat dengan Chi Square dan Fisher's Exact's Test dan menggunakan ukuran rasio risiko epidemiologi (RR) untuk melihat pengaruh berbagai faktor risiko terhadap kejadian stroke. Hasil Penelitian bivariat menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stroke adalah usia> 60 tahun (RR = 3,93), pernah perokok berat (RR = 2,03), punya riwayat hipertensi (RR = 13,37), punya riwayat diabetes (RR = 8,17), dan punya riwayat kolesterol tinggi (RR = 2.63). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya yang tepat memadai - terutama upaya pencegahan - terkait faktor risiko stroke.

Stroke is one of the causes of death and disease with the highest admission burden in the world. Globally, most strokes occur in low- and middle-income countries. Nationally, in addition to causing disease burden, stroke also causes BPJS to spend large amounts of funds for its handling. However, the risk factors for stroke can vary in different places. This study aims to determine the factors that influence the incidence of stroke in Indonesia in the population aged fifteen years and over. The study used secondary data from the 5th wave of the Indonesian Family Life Survey (IFLS 5) which was conducted in 2014 - 2015. Researchers used the bivariate test with Chi Square and Fisher's Exact's Test and used the epidemiological risk ratio (RR) measure to see the effect of various risk factors on stroke incidence. The results of the bivariate study showed that the factors that influence the incidence of stroke were age> 60 years (RR = 3.93), had been a heavy smoker (RR = 2.03), had a history of hypertension (RR = 13.37), had a history of diabetes ( RR = 8.17), and have a history of high cholesterol (RR = 2.63). Therefore, it is necessary to make adequate efforts - especially prevention - related to stroke risk factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Adrijani Notokusumo
"Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan biaya kesehatan yang terus meningkat sedangkan anggaran yang disediakan terbatas. Sehingga memerlukan analisis yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan biaya kesehatan tersebut. Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, dengan melihat factor umur, jenis kelamin, pendidikan, diagnosis dan rata-rata biaya obat yang diresepkan sesuai dengan data sekunder yang didapat melalui data tagihan provider yang menjadi langganan PT PLN dalam memberikan layanan kesehatan. Dan berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan dalah umur dan diagnosis penyakit.Disamping hal tersebut, tempat layanan kesehatan rumah sakit juga memiliki andil dalam peningkatan biaya kesehatan dibandingkan dokter praktek.Sehingga menyikapi permasalahan tersebut, diperlukan kebijakan di PT PLN untuk memberlakukan sistem pengobatan yang berjenjang, dari dokter umum ke pengobatan dokter spesialis.

The background of this research is to increase health costs continue to rise while the budget is limited. Thus require a more in-depth analysis of the factors that affect the health cost increases. This study used cross sectional study with quantitative methods, by looking at the factors age, sex, education, diagnosis, and the average cost of prescription drugs in accordance with secondary data obtained through billing data providers be subscribed by PT PLN in providing health services. And based on research results, factors that affect health care costs is age and diagnosis of the disease. Where health-care hospital also has contributed to the increase in health costs than doctors practice. So addressing these problems, needed policy at PT PLN to enforce treatment system a tiered, from general practitioners to medical specialists."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31670
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aji Muharrom
"ABSTRAK
Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia maupun di Indonesia. Terdapat berbagai faktor risiko stroke baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang paling penting yang dapat dimodifikasi. Namun demikian, masih belum jelas karakteristik hipertensi seperti apa yang paling berisiko terkena stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara lamanya hipertensi, tekanan darah sistolik tertinggi yang pernah dicapai, serta kategori hipertensi dengan terjadinya stroke. Penelitian dilakukan menggunakan desain studi kohort retrospektif pada pasien usia lanjut penderita hipertensi di Poliklinik Geriatri RSUPN-Ciptomangunkusumo tahun 2012-2016. Terdapat 207 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini, dengan 40 di antaranya tercatat menderita stroke. Analisis bivariat menunjukkan hubungan antara lamanya hipertensi dengan stroke p=0.046 , sementara tidak ada hubungan p>0.05 antara tekanan darah sistolik tertinggi yang pernah dicapai maupun kategori hipertensi. Hasil uji multivariat dengan penyesuaian terhadap variabel perancu mendapatkan hubungan antara lamanya hipertensi dan stroke dengan OR 2.019 1.004 ndash; 4.063;IK 95 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan terjadinya stroke adalah lamanya hipertensi.

ABSTRAK
Stroke is the second highest leading cause of death both in the world and in Indonesia. There are various modifiable and non modifiable risk factors of stroke. Among them, hypertension is a well established important stroke risk factor that is modifiable. However, it is unclear which characteristics of hypertension contributes most to the incidence of stroke. This study aimed to determine the association between duration of hypertension, highest systolic blood pressure, and hypertension stages with stroke incidence. A cohort retrospective study was done among elderly hypertensive patients in Geriatric Polyclinic of Ciptomangunkusumo National General Hospital between 2012 and 2016. From 207 subjects, there are 40 stroke incidences. Bivariate analysis showed association between duration of hypertension and incidence of stroke p 0.046 , while there is no association between stroke and either highest systolic blood pressure or hypertension stages. Multivariate analysis with adjustments for confounding variables showed association between duration of hypertension and stroke with OR 2.019 1.004 ndash 4.063 95 CI . From this result, it is concluded that duration of hypertension has the strongest association to stroke."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sy. Arif Arizal
"Perkembangan suatu daerah dan desa menjadi kota merupakan suatu hal yang menarik untuk diamati dimana adanya perubahan fisik dan budaya, adanya perbedaan pelayanan yang dilakukan pemerintah antara penduduk Desa dan Kota. Di lain pihak adanya anggapan sebagai kejelian Pemda untuk menciptakan peluang menggali Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan memungut Retribusi sebagai salah satu sumber Pendapatan. Faktor lain adanya keterbatasan Pemerintah untuk pembinaan dan terlepas dari ekonomis atau tidaknya pelayanan kebersihan, kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan masyarakat.
Disamping faktor tersebut diatas adanya fluktuasi penerimaan retribusi kebersihan dan kemungkinan lain adanya pengaruh perubahan ekonomi Nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerimaan retribusi kebersihan terhadap pelayanan kebersihan terutama tentang faktor sosial masyarakat serta Budaya masyarakat (dalam hal ini Faktor Pelayanan Pemerintah akan kebersihan) Metode yang digunakan dengan kuantitatif, dengan populasi penelitian adalah masyarakat Kota Bangko, Kabupaten Merangin Propinsi Jambi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh positif antara faktor sosial masyarakat terhadap penerimaan retribusi kebersihan sebesar 0,443 dengan tingkat signifikansi 0,000, dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan ada pengaruh antara faktor sosial masyarakat terhadap penerimaan retribusi kebersihan bisa diterima dan Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh antara faktor sosial masyarakat terhadap penerimaan retribusi kebersihan ditolak
Analisis korelasi ini kemudian dilanjutkan dengan mencari Z hitung kemudian dibandingkan z tabel dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 5% dengan uji dua sisi sebesar Z = 5,424, akan dicari luas kurva 50%-2,5% = 47,5%. Dan tabel Z didapat Z tabel 1,96 yang berarti faktor sosial sangat berpengaruh terhadap penerimaan retribusi kebersihan, karena harga Z hitung (5,424) > Z tabel (1,96), Sementara faktor Pelayanan Pemerintah akan kebersihan masyarakat terhadap penerimaan retribusi kebersihan sebesar 0,470 dengan tingkat signifikansi 0,000, dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan ada pengaruh antara Pelayanan Pemerintah akan kebersihan masyarakat terhadap penerimaan retribusi kebersihan bisa diterima dan Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh antara Pelayanan Pemerintah akan kebersihan masyarakat terhadap penerimaan retribusi kebersihan ditolak
Analisis korelasi ini kemudian dilanjutkan dengan mencari Z hitung kemudian dibandingkan z tabel dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 5% dengan uji dua sisi sebesar Z = 5,754, akan dicari luas kurva 50%-2,5% = 47,5%. Dan tabel Z didapat Z tabel 1,96 yang berarti Pelayanan Pemerintah akan kebersihan sangat berpengaruh terhadap penerimaan retribusi kebersihan, karena harga Z hitung (5,754) Z tabel (1,96), Mengacu hasil penelitian beberapa kebijakan pokok yang harus ditempuh oleh para. perencana dan pelaksana program adalah sebagai berikut :
Pertama menekankan kepada segenap pihak eksekutif yang terlibat dengan dinas kebersihan dan penerimaan retribusi kabupaten merangin mengenai sangat pentingnya pemenuhan kebutuhan fasilitas sosial atau umum seperti air bersih, pembuangan sampah, penataan ruang dan penataan lingkungan serta fasilitas umum lainnya.
Kedua, pihak-pihak eksekutif yang terlibat di lapangan secara teknis yang berhadapan langsung dengan masyarakat, hendaknya seorang yang profesional, inovatif dan memiliki seperangkat kecakapan. Untuk itu diperlukan Pendidikan dan Latihan. Ketiga, meningkatkan fungsi kontrol, baik dari lembaga maupun kontrol dan masyarakat.
Keempat, menggali nilai-nilai budaya masyarakat. Nilai-nilai budaya masyarakat yang tumbuh dan berkembang melingkupi seluruh dimensi kehidupan. Ada yang menyangkut budaya hidup sehat, budaya hidup bersih, budaya hidup aman, bahkan tentang keadilan, hak dan kewajiban, dan ketertiban. Masih banyak nilai-nilai budaya lainnya, yang dapat dikembangkan untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Zulkarnain
"Lokasi Karawang sangat strategis, karena lokasinya diapit oleh Ibukota Negara, yaitu DKI Jakarta, dan Ibukota Provinsi Jawa Barat, Bandung. Pola pembangunannya mengikuti kedua daerah tersebut, terutama sejak diterbitkannya Keppres Nomor 53 tahun 1989 tentang Pengembangan Kawasan Industri, dimana Kabupaten Karawang ditetapkan sebagai daerah pengembangan kawasan industri. Dengan banyak dibangunnya pabrik-pabrik baru, kemajuan pembangunan di Kabupaten Karawang yang ditandai pertumbuhan ekonomi dilihat dari PDRB yang semakin meningkat dan jumlah tenaga kerja yang terus bertambah, maka permintaan akan rumah sebagai tempat tinggal menjadi salah satu prioritas kebutuhan yang semakin meningkat. Tesis ini menganalisis pengaruh faktor jumlah tenaga kerja, jumlah pabrik, luas sisa lahan perumahan, harga rumah dan PDRB perkapita atas dasar harga konstan terhadap permintaan rumah di 12 Kecamatan selama tahun 2009-2013. Hasil pengolahan data panel dengan pendekatan metode Fixed Effect Model (FEM) adalah bahwa jumlah tenaga kerja, jumlah pabrik, sisa luas lahan perumahan, harga rumah dan PDRB perkapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan rumah

Karawang location is very strategic, flanked by the State Capital, Jakarta, and the capital city of West Java Province, Bandung. Development pattern in Karawang following both location, especially since the publication of Presidential Decree No. 53 of 1989 on Industrial Development Zone, where Karawang Regency defined as the development of industrial zone. More new factory are build up and the progress of development in Karawang Regency, where number of worker dan economic growth continues rise, the demand for housing as a residenceis one of the priorities rise too. This thesis analyzes influence the factors of total workers, the number of factories, the rest of residential land, housing prices and GDP percapita at constant price to demand for housing in 12 sub-district during the year 2009 to 2013.The result using panel data regression Fixed Effect Model (FEM) approach, that total workers, the number of factory, the rest of residential land, housing price and GDP percapita significant effect on demand forhousing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Nur Khayati
"Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan merupakan kemampuan setiap individu untuk mencari pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Aksesibilitas bagi LSL sangat penting terkait dengan tujuan pengobatan bagi mereka dan dalam pengelolaan manajamen pandemi HIV. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional, purposive sampling. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan LSL dalam mengakses fasilitas pelayanan di Daerah Istimewa Yogyakarta, telah di laksanakan pada bulan Juli 2023 di Poliklinik Edelweis RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dengan melibatkan 60 responden, Yogyakarta. Hasil: Proporsi karakteristik demografi responden terdiri atas usia terbanyak adalah kelompok umur 24-45 tahun (65%), tidak menikah (90%), pendidikan tinggi (60%), bekerja (81,7%). Tidak ada hubungan antara status demografi responden dengan perilaku LSL dalam mengakses fasilitas kesehatan (p value usia 0,929, p status pernikahan 0,554, p pendidikan 0,929 dan p pekerjaan 1,00 (p hitung > α 0,05). Responden yang memiliki aksesibilitas pelayanan baik (38,3%) seluruhnya selalu mengakses fasilitas kesehatan, demikian pula 91,8% LSL yang memiliki akses tidak baik selalu mengakses fasilitas kesehatan. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kategori aksesibilitas yang dimiliki LSL dengan perilaku LSL dalam mengakses fasilitas kesehatan (p akses 0,276 (α > 0,05).

Accessibility to health services is personal ability to seek health services who needed. Accessibility for MSM is very important in terms of treatment goals for their diseases as important as management of the HIV pandemic. This research is quantitative research with cross sectional methode and purposive sampling. The aim is to analyze factors related to MSM in accessing health service facilities in the special Region of Yogyakarta. This research was held in July 2023 at the Edelweiss Polyclinic of Dr Sardjito General Hospital of Yogyakarta, involved 60 respondents on it. Results: The demographic characteristic respondents showed the highest proportion is adult age (24-45 years old), not married (90%), has higher education (60%), has a job (81,7%). There is no relationship between the sociodemographic character respondents an the MSMS bevaior to access health care facilities (p age 0,929, p marital status 0,554, p education 0,929, p job 1,00 (> α 0,05). Respondents who have good service accessibility (38.3%) always access health facilities. MSM who have poor access always access healthcare facilities (91.8%). There isi no relationship between accessability to health care services and utilization of health facilities by MSM p 0,279 > α 0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yamin
"Pemanfaatan posyandu di kota Sukabumi tahun 2002 rata-rata mencapai 62,86 %. Angka tersebut masih di bawah target yang diharapkan oleh pemerintah kota Sukabumi yaitu minimal 80 %. Wilayah yang memiliki cakupan pemanfaatan posyandu paling rendah di kota Sukabumi dengan cakupan D/S paling rendah (<50 %) yaitu wilayah Puskesmas Limus Nunggal, Baros dan Cikundul, sehingga wilayah tersebut dipakai sebagai lokasi penelitian . Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi perbedaan faktor yang berkontribusi terhadap pemanfaatan posyandu oleh pengunjung rutin dan tidak rutin.
Desain penelitian ini adalah Kasus Kontrol, teknik pengambilan sampel dengan proporsi random sampling. Jumlah sampel sebanyak 192 responden yang terdiri dari 96 kasus (rutin) dan 96 kontrol (tidak rutin) di tiga wilayah kecamatan (Limus Nunggal, Baros dan Cikundul). Metoda pengumpulan data dengan angket dan observasi. Pengembangan kuesioner didasarkan pada faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pemanfaatan posyandu.
Dari hasil penelitian menunjukan faktor ibu yang berbeda secara signifikan berkontribusi terhadap pemanfaatan posyandu adalah umur ibu > 30 tahun (OR=2,23, nilai p=0,009). Faktor posyandu yang berbeda secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu adalah fasilitas posyandu (OR=2,65, nilai p=0,02) dan pelayanan yang diberikan petugas kesehatan (OR=2,05, nilai p=0,014), sedangkan faktor masyarakat yang memiliki perbedaan yang signifikan berkontribusi terhadap pemanfaatan posyandu adalah pembinaan oleh kader di luar hari posyandu (OR==2,08, nilai p=0,014). Kontribusi terbesar dalam kesinambungan pemanfaatan posyandu adalah fasilitas, diikuti usia ibu dan pembinaan oleh kader.
Dari hasil tersebut disarankan untuk meningkatkan pembinaan melalui supervisi kepada petugas Puskesmas (perawat kesehatan komunitas), peningkatan upaya-upaya promosi kesehatan, perencanaan alokasi anggaran untuk program posyandu terutama penambahan fasilitas media dan model penyuluhan (promosi kesehatan) dan pembinaan kader, meningkatkan pembinaan dan motivasi kepada kader.

The average percentage of community compliance for visiting integrated health services (posyandu) in Sukabumi in 2002 was 62,86 %. This figure below the expected percentage of the municipal government of Sukabumi which is stated as 80 %. The districts which have lowest achievement of visiting posyandu includes Limus Nunggal, Baros and Cikundul (average < 50 %), Those districts were used as the area of research to identify the factors which were contribute in community compliance for visiting integrated health services include internal factors, facility factors, satisfaction to serve and participation of key persons.
Research design is Case Control Techniques to take sample by proportional random sampling, The number of total sample is 192 respondents consists of 96 cases (routine) and 96 control (non routine) at Limus Nunggal, Baros and Cikundul. This research using questioner and observation to collect data than analyzed by computer's software.
The result of bivariate showed that the significant factor that contribute to promote activity posyandu were the age of mothers above 30 years old (OR=2,05, p value = 0,009), facilities (OR=2,65, p value=0,02), service by health personnel (OR=2,05, p value =0,014), and services by cadre excluding posyandu day activities (OR=2,08, p value =0,014). The most significant factor that contributes into the visiting posyandu was facility.
The implication at the research result is a recommendation to improve supervision for health personnel?s performance related to health promotion, budget allocation to provide adequate facilities and conducting training program to empower cadre in implementing their functions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T10300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lami Trisetiawati
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko stroke berulang pada pasien paska stroke pertama di RS Pusat Otak Nasional dan faktor risikonya.
Metode: Desain penelitian ini adalah cohort retrospektif. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke serangan pertama yang menjalani pelayanan rawat inap pada tahun 2014 dan memiliki catatan rekam medik yang lengkap. Analisis data mengunakan regresi cox multivariat.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bulan ≤ 15,umur ≥ 60 tahun memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya stroke berulang ; pada bulan < 15, overweight memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang; pada bulan ≤ 15, obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang; pada bulan ≤ 30, pre hipertensi memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang ; pada bulan ≤ 15, hipertensi grade 1 dan 2 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang, ; kontrol yang tidak teratur memiliki risiko 8,71 kali lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang.

Objective: This study aims to determine the risk of recurrent strokein patients with post-stroke first in the brain center of the national hospitaland the risk factors that influence.
Methods: This study was a retrospective cohort. The sample in this study is the first to attack all stroke patients who underwent inpatient services in 2014 and had a complete medical record. Analysis of data using multivariate cox regression.
Results: The results showed that in ≤ 15, ≥ 60 years of age have a greater risk for recurrent stroke; in <15 overweight have a higher risk for recurrent stroke; in ≤ 15, obesity have a higher risk for recurrent stroke; in ≤ 30, pre-hypertension are at higher risk forrecurrent stroke; in ≤ 15, hypertension grade 1 and 2 have a higher risk for the recurrent stroke; control irregular had 8.71 times higher risk for recurrent stroke.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswinda Kusumawardhani
"Disfungsi seksual merupakan salah satu komplikasi dari penyakit gagal ginjal terminal. Pada pria yang menjalani CAPD, masalah pemenuhan kebutuhan seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi disfungsi seksual pria yang menjalani CAPD. Desain penelitian ini adalah analisis cross sectional dengan jumlah sampel 70 pria CAPD melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia (p=0,024), ureum (p=0,018), dan albumin (p=0,001) dengan kejadian disfungsi seksual. Faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah albumin, dimana pasien yang memiliki kadar albumin < 3,5 g/dL berisiko untuk mengalami disfungsi seksual 9,3 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan kadar albumin 3,5-5 g/dL setelah dikontrol oleh variabel usia. Rekomendasi dari penelitian ini adalah asupan protein sebanyak 1,2-1,5 g/kg berat badan setiap hari dengan setidaknya 60% berupa protein dengan nilai biologis tinggi serta evaluasi kemampuan perawatan dan penggantian CAPD di rumah.

Sexual dysfunction is a complication of terminal kidney failure. The problem of fulfilling sexual needs in men undergoing CAPD is influenced by many factors. This study aimed to find out the most dominant factor affecting man sexual dysfunction who undergo CAPD. The design of this study was cross sectional analysis with a sampel of 70 CAPD man using purposive sampling technique. The results showed there was a relationship between age (p=0,0024), urea (p=0,018), and albumin (p=0,001) with the incidence of sexual dysfunction. The most dominant factor affecting is albumin, where patients who have albumin levels < 3.5 g/dL are at risk of experiencing sexual dysfunction 9.3 times greater than patients with albumin levels 3.5-5 g/dL after being controlled by age variables. The recommendation of this study are protein intake of 1.2-1.5 g/kg body weight with at least 60% of protein with high bological value and evaluation of the ability of care and replacement of CAPD at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>