Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156054 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Iswanto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes R. Wibowo
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat terapi perkusi mekanik inversi pada penderita batu kaliks inferior ginjal pasca ESWL.
Suatu uji klinis terkontrol dilakukan terhadap 40 penderita batu kaliks inferior ginjal yang menjalani terapi Extra Corporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) di RSCM Jakarta dan masih terdapat sisa batu dengan ukuran 4 mm, antara bulan Desember 2002 hingga Desember 2003. Secara acak, penderita penelitian dimasukkan ke dalam kelompok terapi (dilakukan terapi perkusi mekanik inversi) dan kelompok non terapi (tidak dilakukan terapi perkusi mekanik inversi). Keberhasilan terapi ditentukan dengan adanya pergerakkan fragmen batu dan keadaan bebas batu yang dapat dilihat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Uji kemaknaan menggunakan Pearson Chi Square cross tabulation dengan nilai p < 0,05 dianggap bermakna.
Hasil penelitian menunjukkan dari 20 orang kelompok terapi, 14 orang (70%) terjadi pergerakkan fragmen batu dan tercapai keadaan bebas batu segera setelah terapi dilakukan, sedangkan 6 orang (30%) tidak terjadi pergerakkan fragmen batu, sedangkan dari 20 orang kelompok non terapi, 13 orang (65%) terjadi keadaan bebas batu dan 7 orang (35%) tidak terjadi keadaan bebas batu, sehingga secara statistik hal ini tidak bermakna (p>0,05). Penelitian ini jugs menunjukkan dari 20 orang kelompok terapi terdapat 13 ()rang (65%) mempunyai ukuran sisa batu 2-4 mm dan 1 prang (5%) dengan ukuran sisa batu 1-2 mm sedangkan pada 20 prang kelompok non terapi terdapat 7 orang (35%) mempunyai ukuran sisa batu 2-4 mm dan 6 prang (30°Io) dengan ukuran sisa batu 1-2 mm yang mencapai keadaan bebas batu, secara statistik hal ini tidak terdapat hubungan bermakna (p . 0,05).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan baik dilakukan atau tidak dilakukan terapi perkusi mekanik inversi, keduanya dapat mencapai keadaan bebas batu pada penanganan batu kaliks inferior ginjal pasca ESWL, sedangkan ukuran sisa batu pasca ESWL tidak mempengaruhi keadaan bebas batu.

The purpose of this study is to know the benefit of mechanical inversion therapy for lower pole kidney stone after shock wave lithotripsy in Cipto Mangunkusumo hospital.
A clinical control trial has been done to 40 patients with stone in the lower pole of the kidney who had undergone ESWL treatment with residual stone less than 4 mm in CiptoMangunkusumo hospital between December 2002 to December 2003. Randomly the patients were divided into 2 groups, one of which is with mechanical percussion inversion therapy and the other is without. Successful treatment is based on stone fragment movement and stone free condition which were examined by KUB photos. Pearson chi square tabulation probability test is used with p value less than 0,05 is considered significant.
The result showed that from 20 patients with mechanical percussion inversion therapy, 14 patients (70%) had stone free condition as soon as the treatment done, on the contrast 6 patients (30%) did not have stone fragment movement, whereas from 20 patients without treatment, 13 patients (65%) had stone free condition and 7 patients (35%) did not, so statistically this was not significant (p>0,05). This study also showed that from 20 patients with MPI therapy, 13 patients (65°Io) with residual stone of 2-4 mm and 1 patient (5%) with residual stone of 1-2 mm achieved stone free condition, whereas from control group, there were 7 patients (350/s) with residual stone of 2-4 mm and 6 patients (30%) who had residual stone of 1-2 mm achieved stone free condition. Statistically, this was also not significant (p>0,05).
In conclusion, our study revealed that stone free condition could happen with or without mechanical percussion inversion therapy for lower pole kidney stone after ESWL and the residual stone size after ESWL was not correlated with stone free rate.
Keywords: mechanical percussion inversion therapy, shock wave lithotripsy, lower pole kidney stone
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Rizky Teguh Ryanto
"Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) merupakan terapi non-invasif yang menjadi tatalaksana lini pertama batu ureter. Terdapat berbagai faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan ESWL, diantaranya lokasi batu dan ukuran batu ureter. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara lokasi batu dan ukuran batu dengan tingkat keberhasilan ESWL pada pasien batu ureter. Penelitian dilakukan di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil 106 data rekam medis pasien laki-laki tahun 2009-2011 dengan batu ureter unilateral yang sudah dilakukan ESWL. Data kemudian dikelompokkan sesuai dengan kategori ukuran batu (diameter <10 mm atau ≥10 mm) dan lokasi batu (proksimal atau distal ureter), lalu dihitung persentase keberhasilan ESWL dan dianalisis dengan uji regresi logistik untuk melihat kemaknaannya.
Didapatkan bahwa sampel memiliki rentang usia 27-74 tahun (mean 43,5 tahun). Persentase keberhasilan ESWL lebih tinggi pada batu ukuran <10 mm (92,4%) dibanding batu ukuran ≥10 mm (70,4%) (p=0,01, OR: 4,806(1,453-15,905)). Didapatkan juga persentase keberhasilan ESWL lebih tinggi pada batu ureter proksimal (92,2%) dibandingkan ureter distal (78,6%) (p=0,081, OR: 2,957(0,875-9,987)). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara ukuran batu ureter dengan tingkat keberhasilan ESWL tetapi tidak terdapat hubungan lokasi batu ureter dan tingkat keberhasilan ESWL.

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) is a non-invasive, first-line treatment for ureteral stone. There are multiple factors thought to be influencing its success rate, including stone location and size in the ureter. This study's objective was to prove the relationship between stone location and size with ESWL success rate in male unilateral ureteral stone patients. This study was done at Urology Departement Cipto Mangunkusumo Hospital. 106 patients met the inclusion criteria. The collected data were then grouped according to their categorizations for stone size (<10 mm or ≥10 mm) or location (proximal or distal), then their ESWL successs percentage were counted and analyzed using regression logistic test.
It was found that from samples with age ranging from 27-74 years old (mean 43,5 years old), the ESWL success rate in <10 mm stone size patients was higher (92,4%) than in ≥10 mm size (70,4%) (p=0,01, OR: 4,806(1,453-15,905)). It was also found that ESWL success rate in proximal stones is higher (92,2%) than in distal stones (78,6%) (p=0,081, OR: 2,957(0,875-9,987)). In conclusion, there was a relationship only between ureteral stone size with ESWL success rate in ureteral stone patients, but there was no relationship ureteral stone location and ESWL success rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Emil FS
"Pembayaran perjasa layanan kesehatan mengakibatkan tingginya biaya kesehatan. Upaya pengendalian biaya kesehatan perlu dilakukan sehingga tercapai pembiayaan kesehatan yang baik. Salah satu caranya ialah sistem pembayanan di muka. Artinya sistem pembayaran kepada pemberi layanan kesehatan dengan jumlah uang yang sudah ditetapkan sebelum pelayanan diberikan dengan sebelumnya memperhitungkan tindakun medis yang diperlukan dan bananya hari rawat. Salah satu bentuknya adalah DRG's. DRG's adalah pengelompokan kasus penyakit dan tindakun. DRG's membutuhkan clinical pathway, Clinical Pathway adalah suatu alur proses kegiatan pasien dari mulai masuk sampai ke[uar. Dari clinical pathway kita mendapatkan cost of treatment-nya berdasarkan utilisasi dalam clinical pathway tersebut dengan unit cost yang ada di per tahapan. Belurn adanya penelitian cast of tnatment beroasarkan clinical pathway pada partisi other. Tindakan ESWL diagnosa batu ginjal merupakan salah salu yang termasuk partisi other. ESWL sendiri merupakan kedua terbanyak yang termasuk tindakan other di RS Pusat Pertarnina. Dan batu ginjal menernpati urutan kedua penyakit terbanyak di bagian urologi.

Fee for service payment system makes health services cost increase. Things to he done in order to control health services cost containment. One of the way is prospective payment system. It means that the health provider are being paid before the service is given and had already knows the medical services and the length of stay of the service. One of the form is DRG's. DRG's is a group 'If diagnoses that is related. DRG 's needs clinical pathway. Clinical Pathway is the pathway of the patient from entering to family ending treatment. Based on its clinical pathway we get cost of treatment based on utilization of the clinical pathway and the cost unit in the steps of clinical pathway. There has been no research in cost of treatment based on its clinical patlrway in other partition. ESWL diagnose calculus of kidney is one of the other partition, ESWL is the second most high other parturition at Central Pertamina Hospital. An also Calculus of kidney is the second most high diagnose at the urology department. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32381
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djahalia Rumagesan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Tatalaksana bukan pembedahan pada batu sulit duktus biliaris komunis, tidak dapat dilakukan dengan ERCP saja, namun memerlukan modalitas terapi lain seperti pemasangan sten bilier, litotripsi mekanik, Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. Pemasangan sten bilier, Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy, memiliki tingkat efektivitas dalam mencapai bersihan total bervariasi 70-80%. Di Indonesia sendiri, belum ada data mengenai efektivitas ESWL sebagai terapi tambahan pasca pemasangan sten dibandingkan dengan pemasangan sten bilier saja sebagai tatalaksana ekstraksi batu sulit.Tujuan: Mengetahui efektivitas ESWL dalam mencapai bersihan total pasca pemasangan sten bilier dibandingkan dengan pemasangan sten bilier saja Metode: Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif dengan menggunakan
data sekunder dari registri Pusat Endoskopi Saluran Cerna Rumah Sakit Umum Pemerintah Cipto Mangunkusumo yang melibatkan 126 subjek batu sulit. Dilakukan analisis dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu subjek yang dilakukan pemasangan sten bilier saja, dan subjek yang dilakukan ESWL pasca pemasangan sten bilier dengan keluaran akhir efektivitas berupa bersihan total menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sampel berjumlah 126 subjek yang terdiri dari 72 subjek yang dilakukan ESWL
pasca pemasangan sten bilier dan 54 subjek yang menjalani pemasangan sten bilier saja. Efektivitas ESWL pasca pemasangan sten bilier dalam mencapai bersihan total yaitu 69,1% dan efektivitas sten bilier dalam mencapai bersihan total yaitu 64,8%. ESWL sebagai terapi tambahan pasca pemasangan sten bilier tidak memberikan perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai p 0,703 dengan resiko relatif (RR= 1,050; IK95% 0,816-1,351). Terdapat 26 subjek yang tidak menyelesaikan pengobatan. Simpulan: Subjek dengan batu sulit duktus biliaris yang dilakukan ESWL sebagai terapi tambahan pasca pemasangan sten bilier memiliki efek terapi yang sama dengan subjek yang dilakukan pemasangan sten bilier saja dalam mencapai bersihan total.
Background: Management non-surgical therapy of difficult stones, cannot be removed by ERCP only. There are modalities procedure like biliary stenting, mechanical
lithotripsy, and Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) are important in the therapy of difficult stones of the common bile duct. Efficacy of ESWL for achieve ductal clearence aprroxymately 70-80%. However, in Indonesia, there is no data about the theraupetic effect of ESWL for ductal clearance of difficult bile duct stones after biliary stenting compared to insertion of the biliary stent alone. Objective: To determine theraupetic effect of ESWL after biliary stenting compared to biliary stent placement alone Methods: This study is a retrospective cohort study using secondary data from the Gastrointestinal Endoscopy Center registry of the Cipto Mangunkusumo Government General Hospital which involved 126 subjects with difficult stones. The analysis was
done by dividing the subjects into two groups, those who were subjected to biliary stent placement only, and subjects that had ESWL procedure after biliary stent were inserted. The final outcome is total ductal clearance using the Chi Square analysis. Results: The sample consisted of 126 subjects. Seventy-two subjects were subjected to ESWL after insertion of biliary stents and 54 subjects were subjected to biliary stent placement only. The effectiveness of ESWL procedure after biliary stents insertion in achieving total clearance was 69.1% and the effectiveness of biliary stents alone in achieving total clearance was 64.8%. ESWL as an adjunctive therapy after biliary stent placement did not provide statistically significant difference with a p value of 0.703 with a relative risk (RR = 1.050; 95% C0.816-1.351). There were 26 subjects who did not complete treatment.
Conclusion: The therapeutic effects of ESWL after biliary stenting did not result in statistical differences of succesfull total ductal clearance for difficult bile duct stones."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vinny Verdini
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai Efficacy Quotient EQ?? dari tindakan ESWL Extracorporeal Shockwave Lithotripsy menggunakan mesin Piezolith Richard Wolf 3000 pada batu ureter. Desain penelitian adalah metode survei yang bersifat deskriptif dan analisis multivariat. Terdapat 113 95 dari 119 pasien yang dinyatakan bebas batu setelah tindakan ESWL pertama. Didapatkan nilai EQ 0,89. Hanya ukuran batu yang mempengaruhi angka bebas batu dalam penelitian ini P < 0,05 . Disimpulkan bahwa prosedur ESWL menggunakan mesin Richard Wolf Piezolith 3000 memiliki nilai efficacy quotient dan angka bebas batu yang lebih baik daripada mesin-mesin sebelumnya dan yang sejenis.Kata KunciBatu ureter, ESWL, efficacy quotient, angka bebas bat.

ABSTRACT
The study aim was to determine the Efficacy Quotient EQ of ESWL using Piezolith Richard Wolf 3000 machine for ureteral stone. Design of study was both descriptive statistical and multivariate analytical study. From 113 95 of 119 patients were stated stone free after the first ESWL. EQ value was 0.89. Stone size was the only factor that correlated significantly with stone free rate P 0.05 . It is concluded that ESWL procedure using Richard Wolf Piezolith 3000 machine patients had better efficacy quotient and better stone free rate than previous reports using similar machines. Key WordsUreteral stone, ESWL, efficacy quotient, stone free rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toreh, Christof
"ESWL telah berkembang menjadi pilihan pertama untuk terapi batu pielum ginjal dan kaliks superior atau media dengan ukuran le; 20 mm, dan pada batu ureter proksimal dengan ukuran < 10 mm. Meskipun begitu, terdapat banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dari pengguanaan ESWL, dimana salah satu parameter pentingnya adalah frekuensi gelombang kejut permenit. Peneilitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan pendekatan metoda cross-sectional. Sampel untuk diambil dengan total sampling, yaitu seluruh pasien yang dilakukan tindakan ESWL pada 1 Januari 2012- 31 Desember 2014 yang tidak memiliki batu multiple, tidak ada batu radiolsen, tidak ada kelainan anatomi traktus urinarius, dan usia diatas 17 tahun. Pasien dilakukan tindakan ESWL dengan menggunakan kombinasi gelombang kejut 60 gk.menit dan 120 gk/menit. Dari total 60 pasien, rata-rata usia adalah 45.61 14.54 tahun. Sebanyak 30 pasien 50 menderita batu ginjal non-kalik inferior, 26 pasien 43.4 menderita batu kalik inferior, dan 4 pasien 6.7 menderita batu ureter. Dari 60 pasien, 52 pasien 86.7 menderita batu dengan ukuran 10 ndash; 20 mm, empat pasien 6.7 dengan ukuran < 10 mm, dan empat pasien 6.7 dengan ukuran > 20 mm. Kejadian bebas batu 2 minggu post ESWL terjadi pada 46 pasien 76.7 , lalu 15 orang 25 mengeluhkan nyeri intensitas ringan VAS 1-3 , 5 orang 8.3 intensitas sedang 8.3 , dan 40 orang bebas nyeri 66.7 . Penggunaan DJ stent terjadi pada 7 pasien 11.7 dan hematuria terjadi pada 1 pasien 1.7 . Penelitian ini menunjukkan bahwa tata laksana batu saluran kemih menggunakan ESWL dengan kombinasi 60 gelombang kejut/menit dan 120 gelombang kejut/menit memiliki tingkat kejadian bebas batu yang lebih tinggi dan efek samping yang lebih rendah dibandingkan penelitian-penelitian serupa dengan menggunakan satu frekuensi gelombang kejut saja.

ESWL has emerged as the main treatment option for kidney stone located in pyelum and superior calyces or middle calyses with size of le 20 mm, and in proximal ureter stone with size of 17 years old. Pasien underwent ESWL procedure with combination of 60 shockwave minutes and 120 shockwave minute. From total 60 patients, the mean age was 45.61 14.54 years old. 30 patients 50 diagnosed with non inferior calyces stone, 26 patients 43.4 with inferior calyses stone, and 4 patients 6.7 have ureteral stones. From 60 patients, 52 86.7 patients had stone with size of 10 20 mm, 4 6.7 patients had stone sized 10 mm. Stone free after 2 weeks happened in 46 patients 76.7 . 15 patients complained low intensity pain, 5 patients 8.3 complained mid intensity pain, and 40 patients 66.7 were pain free. The use of DJ stent happened in 7 patients 11.7 . This study showed that ESWL procedure with combination of 60 shockwave minutes and 120 shockwave minutes have a higher stone free rate and lower complication compared with single shockwave prcedure"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahendra Wijaya .J
"Introduction:
Bladder stones, a common urological condition, can significantly impact a patient's quality of life, leading to symptoms such as obstructive lower urinary tract symptoms (LUTS) and hematuria. In recent years, the utilization of laser lithotripsy has emerged as a promising technique for the removal of bladder stones, offering potential advantages in terms of efficacy and safety.
Material & Methods:
Data obtained from the medical record was collected retrospectively since the use of laser lithotripsy in 2019. Patients who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were included. Data on patients’ age, sex, symptoms, maximum stone diameter, operation duration, complications, and length of in-hospital duration were gathered and analyzed using SPSS v.27. The primary endpoint was to assess the stone size being successfully removed and procedure duration.
Results:
We recruited 46 participants (40 men and 6 women) with a mean age of 55,5 years old. In 18 (39%) participants, obstructive LUTS was the main presenting symptom, followed by hematuria in 9 (19%) patients. In 10 (28%) of cases, work-up was done by plain abdominal x-ray, while the remaining 36 (72%) underwent CT-scan. The mean surgery duration was 57,2 ± 22,3 minutes. Out of subjects, 3 (6,5%) experienced hematuria as a side effect while 1 (2,1%) patient had a fever.
Conclusion:
Our data demonstrated a safe and effective result of laser lithotripsy used for bladder stones removal. More research is warranted to compare the current modality applied in Indonesia general hospitals along with cost analysis to provide the best treatment option for the patients.

Pendahuluan:
Batu kandung kemih, kondisi urologi yang umum, dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien, menyebabkan gejala seperti gejala obstruktif saluran kemih bawah (LUTS) dan hematuria. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan litotripsi laser telah muncul sebagai teknik yang menjanjikan untuk pengangkatan batu kandung kemih, menawarkan potensi keuntungan dalam hal efektivitas dan keamanan.
Metode:
Data yang diperoleh dari catatan medis dikumpulkan secara retrospektif sejak penggunaan litotripsi laser pada tahun 2019. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan. Data tentang usia, jenis kelamin, gejala, diameter batu maksimum, durasi operasi, komplikasi, dan lama rawat inap pasien dikumpulkan dan dianalisis menggunakan SPSS v.27. Titik akhir utama adalah menilai ukuran batu yang berhasil diangkat dan durasi prosedur.
Hasil :
Penelitian ini terdapat 46 subjek (40 pria dan 6 wanita) dengan usia rata-rata 55,5 tahun. Pada 18 subjek (39%), gejala utama yang muncul adalah obstruksi, diikuti oleh hematuria pada 9 pasien (19%). Pada 10 kasus (28%), pemeriksaan dilakukan dengan X-ray abdomen, sedangkan 36 lainnya (72%) menjalani CT-scan. Rata-rata durasi operasi adalah 57,2 ± 22,3 menit. Tiga orang (6,5%) mengalami hematuria sebagai efek samping sementara 1 pasien (2,1%) mengalami demam.
Kesimpulan:
Penggunaan litotripsi laser untuk menghilangkan batu kandung kemih aman dan efektif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan metode saat ini yang diterapkan di rumah sakit umum di Indonesia, serta analisis biaya untuk memberikan opsi pengobatan terbaik bagi pasien.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanto
"Kanker ginjal merupakan penyakit keganasan yang mulai meningkat angka kejadiannya di daerah perkotaan. Akibat invasi dan pertumbuhan sel kanker yang semakin membesar dapat menekan jaringan atau organ sekitar ginjal. Hal ini sering mengakibatkan keluhan nyeri pada pasien dengan kanker ginjal. Sebagai penyakit dengan progresivitas lambat, kanker menyebabkan nyeri yang bersifat kronis, sehingga pengunaan obat analgesik dalam jangka waktu perlu dipertimbangkan karena akan meningkatkan efek toksisitas terhadap organ. Maka dari itu diperlukan manajemen nyeri non farmakologik.
Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai teknik manajemen nyeri non farmakologik khususnya teknik relaksasi dan teknik distraksi. Hasil dari latihan teknik relaksasi dan distraksi yang dilakukan secara terus-menerus dapat mengatasi rasa nyeri klien dengan kanker ginjal baik pra bedah maupun paska bedah.

Kidney cancer is a malignant disease which the incidence began to increase in urban areas. The growth and invasion of cancer cells can suppress the tissues or organs around the kidney. This often results in complaints of pain in patients with kidney cancer. As a disease with a slow progression, cancer causes chronic pain, so the use of analgesic drugs in the long period needs to be considered because it will increase the effect of toxicity to organs. Because of that, it is required nonpharmacologic pain management.
The purpose of this paper is to analyze evidence based of non-pharmacologic pain management techniques, especially relaxation techniques and distraction techniques. Results of relaxation and distraction exercises are performed regularly can overcome the pain of kidney cancer both pre and post surgical clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Megawati
"Transplantasi ginjal TG merupakan salah satu terapi pilihan utama pada pasien Gagal Ginjal Terminal GGT . TG dapat meningkatkan kualitas hidup pasien GGT. Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor fisik, psikologis dan mental.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien TG. Desain Penelitian menggunakan Cross Sectional Study, Sampel dalam penelitian ini berjumlah 110 pasien TG dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitan menggunakan kuesioner kualitas hidup WHOQoL ndash; BREF, yaitu kuesioner yang telah banyak digunakan dalam mengukur kualitas hidup di dunia dan secara validitas dan reabilitas merupakan kuesioner yang valid dan reliabel. Analisi data menggunakan: proporsi, chi- square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien TG di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah baik 71, 8 . Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah: usia p = 0,002 , pendidikan p = 0,001 pekerjaan p = 0,010 , dukungan keluarga p = 0,024 , dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat immunosupressant p = 0,009 , faktor yang dominan mempengaruhi kualitas hidup adalah: pendidikan OR= 11, 490 dan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat immunosuppressant OR= 10, 530.
Kesimpulan: Kualitas hidup pasien TG dipengaruhi oleh, usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan keluarga dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat immunosupressant Rekomendasi: Penelitian lebih lanjut terkait dimensi kualitas hidup: dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan dan pemberian intervensi keperawatan berupa edukasi sebelum dan sesudah TG.

Kidney transplantation KT is one of the major therapies in terminal renal failure. KT can increase Quality of Life QoL of the patients with terminal renal failure. QoL can be affected by several factors, such as physical, psychological and mental factors.
The aim of this research is to identify the factors that affects QoL of KT patients. The research design used Cross Sectional Study, with purposive sampling. The samples of study is 110 KT patients. The research instrument uses WHOQoL ndash BREF, instrument WHOQoL ndash BREF has been widely used in measuring the QoL in the world and the validity and reliability is a valid and reliable questionnaire. Data analysis uses proportion, chi square and multiple logistic regression.
The results of this research showed that the QoL of KT patients at General Hospital Cipto Mangunkusumo is good 71, 8 . The Factors influencing of the QoL of the patients were age, p 0,002, education p 0,001 occupation p 0,010 , family p 0,024 , and patient adherence to taking immunosuppressant drugs p 0,009.
Conclusions The QoL of patients affected by age, education, occupation, family and patient adherence to taking immunosuppressant drugs. Recommendations Further research related to the dimensions of the Qol with are physical, psychological, social and environmental dimensions and Intervention of Nursing through prre and post opertif education of KT."
Depok: Fakultas Ilmu Kperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>