Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zisjkawati Hamzah
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T57297
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukas Prasetya Tan, author
"Seorang atlit olahraga aerobik sangat nemerlukan pengangkutan oksi gen yang baik untuk kerja otot. Untuk itu diperlukan fungsi kardiorespi ratorik, mioglobin, kadar dan fungsi hemoglobin yang normal. Oleh karena kadar dan fungsi hemoglobin yang normal sangat diperlu kan pada olahraga aerobik, calon atlit dengan hemoglobinopathi dapat menunjukkan uji kerja fisik yang kurang nemuaskan. Tujuan penelitian ini adalah untuk nengetahui pengaruh hemoglobino pathi terhadap uji kerja fisik atlit olahraga aerobik. Selain itu ingin diketahui kekerapan hemoglobinopathi pada calon atlit khususnya calon atlit siswa SMPN di Jakarta. Peserta penelitian adalah 94 calon atlit, terdiri dari 7 cabang olahraga aerobik yaitu bola voli, sepak bola, atletik, bola basket, bulu tangkis, senam dan gulat. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan hematologi, analisis hemo globin, penilaian uji kerja fisik dengan Harvard step test dan pada kasus tertentu dilakukan pemeriksaan feritin dan pewarnaan sitokimia HbF. Hasil analisis hemoglobin dan evaluasi sediaan hapus didapatkan ke lainan henatologi 19.14% (18/94), yang terdiri dari 12.77% thalassenia B heterosigot (12/94), 1.06% thalassenia 88 heterosigot (1/94), 1.06% tha lassemia ß heterosigot dengan eliptositosis (1/94), 2.13 % eliptositosis (2/94), 1.06% anenia defisiensi besi (1/94) dan 1.06% HbE heterosigot (1/94). Didapatkan kadar Hb, Ht dan jumlah eritrosit pada calon atlit pria lebih tinggi dari calon atlit wanita dan secara statistik bernakna. Pada calon atlit pria didapatkan kadar Hb dan Ht pada kelompok normal (A) lebih tinggi dari pada kelompok thalasenia ß heterosigot (B1) dan secara statis tik bernakna. Sedangkan jumlah eritrosit pada calon atlit pria kelompok B1 cenderung lebih tinggi dari pada kelompok A, walupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Dari 94 calon atlit, didapatkan uji kerja fisik pada calon atlit pria lebih tinggi dari pada wanita dan secara statistik bermakna. Baik pada calon atlit pria maupun wanita tidak didapatkan perbedaan uji kerja fisik yang bermakna antara kelompok A dan B1. Hasil uji kerja fisik pada kelompok thalassemia ß heterosigot yang tidak berbeda dengan kelompok normal tidak sesuai dengan kepustakaan. Dalam kepustakaan disebutkan bahwa penderita dengan thalassenia B hetero sigot terjadi gangguan pelepasan oksigen oleh Hb ke jaringan. Sehingga pada penderita thalassemia ß heterosigot akan memberikan hasil uji fisik yang kurang memuaskan. Disarankan bagi calon atlit selain pemeriksaan kadar Hb yang rutin dilakukan juga dilakukan uji saring peneriksaan hematologi seperti pemeriksaan fragilitas osmotik satu tabung, VER dan evaluasi sediaan hapus. Untuk uji kerja fisik disarankan memakai metode treadmill yang dilakukan lebih dari 5 menit, agar dapat menggambarkan adanya gangguan pengangkutan oksigen oleh Hb ke jaringan.

An athletes of aerobic sports need a good oxygen supply to the working muscles. So that need normal function of cardio respiratoric and myoglobin, normal function and concentration of hemoglobin . Due to the need of normal function and concentration of hemoglobin for aerobic sports, an athletes candidate with hemoglobinopathy may be shown by unsatisfying of capacity for muscular work. The aim of this study is to know effect of hemoglobinopathy on athletes candidate of aerobic sports to the capacity for muscular work, and to know frequency of hemoglobinopathy on athletes candidate, especially athletes candidate of pupil of first middle school in Jakarta . Participant of this study are 94 athletes candidate , consist of 7 aerobic sports including volly ball, foot ball, atletic, basket ball , badminton, gymnastic and wrestling . Hematological examination, including routine hematologic examination, hemoglobin analysis, one tube osmotic fragility test and evaluation of capacity for muscular work with Harvard step test, and for special cases examination ferritin serum and cytochemistry staining for hemoglobin F. Hemoglobin analysis and blood smear re~lt revealed 19.14r. (18/94) abnormal hematologic, consist of 12 .77r. (12/94) heterozygot thalassemia, 1.06% (1/94) heterozygot B~ thalassemia, 1.06% (1/94) heterozygot ~ thalassemia with ellyptocytosis stomatocytic herediter, 2.13% (2/94) ellyptocytosis stomatocytic herediter, 1.06% (1/94) iron defficiency anemia and 1.06% (1/94) heterozygot hemoglobin E. In this study revealed that hemoglobin concentration, hematocrit and erythrocyt count of the male athletes candidate higher than female athletes candidate, and statistically significant. Hemoglobin concentration and hematocrit of normal male athletes candidate group (A) higher than heterozygot ~ thalassemia group (B1), and statistically significant. Whlie erythrocyt count of male athletes candidate group B1 potentially higher than group A, although statistically unsignificant . From 94 athletes candidate, capacity for muscular work of male athletes candidate higher than female, and statisti cally significant . Capacity for muscular work of both normal male and female athletes candidate potentially higher than heterozygot thalassemia group, although statistically unsignificant. Evaluation of capacity for muscular work both male and female athletes candidate between normal group and heterozygot thalassemia group statistically unsignificant, this finding did not concordant with the literature. An athlete with heterozygot thelassemia have impaired oxygen release by the hemoglobin to the tissue. Therefore the athletes with heterozygot thalassemia can give unsatisfying result of capacity for muscular work. Suggested for athletes candidate beside determination of hemoglobin concentration that have been routinely done, must be screening with hematologic examination including one tube osmotic fragility test, Mean Corpuscular Volume and evaluation of blood smear. Evaluation of capacity for muscular work suggested to use treadmill method for more than 5 minutes, therefore the impaired oxygen release by hemoglobin to the t issue can be shown."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T57294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenida
"Hipertensi adalah salah satu penyakit sistim kardiovaskuler dengan prevalensi tinggi di masyarakat dan dapat menimbulkan berbagai gangguan organ vital tubuh dengan akibat kelemahan fungsi organ, cacat maupun kematian.
Banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi tidak terkendali, namun demikian faktor mana yang paling dominan, berapa besar hubungannya belum terungkap sepenuhnya. Hal ini akan diungkapkan pada penelitian ini dengan menggunakan jenis disain kasus kontrol dimana kasus dan kontrol diambil dari pengunjung poliklinik Ginjal - Hipertensi RSUPNCM dengan besar sampel 200 untuk kasus dan 200 untuk kontrol.
Sebelum dilakukan analisis ditentukan terlebih dahulu " Cut off Point " dari variabel independen. Pada analisis bivariat ternyata variabel yang menunjukkan hubungan bermakna dengan hipertensi tidak terkendali (HTT) adalah lntensitas Terapi (IT), usia dan Body Mass Index (BMI), sedangkan variabel yang menunjukkan hubungan tidak bermakna yaitu merokok dan jenis kelamin, selanjutnya dilakukan analisis multivariat untuk menentukan model, temyata variabel yang dapat dimasukkan kedalam model adalah IT, usia dan BMI.
Untuk mengurangi risiko HTT, penderita hipertensi sebaiknya menjalani terapi nonfarmakologi (penurunan berat badan bila obesitas, latihan fisik secara teratur, mengurangi makan garam menjadi < 2,3 g Natrium atau < 6 g NaCL sehari, makan Ca, K dan Mg yang cukup dan diet, membatasi asupan alkohol , kafein, kopi, teh, berhenti merokok) dan terapi farmakologi dengan sebaik mungkin.

Hypertension is a cardiovascular disease with high prevalence in the society. The disease is able to distress vital organ function even worst death. There are two kinds of hypertension; control and uncontrolled.
Uncontrolled hypertension is influenced by many factors but the significant factors and their relationship can't be determined yet. Through this research. I would try to reveal the significant factors and their relationship. The research is used the control case design with 400 sample; case and control are taken from the visitors at the Polyclinic Ginjal-Hipertensi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo.
Cut off point is determined from independent variables before we do analysis. Based on bivariat analysis, Define Daily Doses (DDD), age, and Body Mass Index (BMI) are significant variables for uncontrolled hypertension. On the other hand, gender and smoking are insignificant variables. Furthermore, model is determined by doing multivariate analysis. DDD, age, and BMI are variables that in fact can be input to the model.
To reduce the risk of uncontrolled hypertension, nonpharmacology and pharmacology should be treated to patients simultaneously.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode hydromassage, metode massage tradisional, automassage, dan tanpa perlakuan terhadap performa setelah kelelahan olahraga aerobik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperrimen semu (quasi experimental). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah atlet sepakbola UPIberjumlah 40 orang yang diambil dari atlet persiapan pomnas, Liga Pendidikan Indonesia, dan atlet yang tergabung dalam Liga Utama Persib tahun 2011. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes performa lari 2,4 km. Hasil penelitian disumpulkan bahwa metode hydromassage atau pencelupan dapat memulihkan kelelahan olahraga aerobik ditinjau dari aspek performa. Metode hydromassage lebih unggul dibandingkan dengan metode massage tradisional , automassage, dan tanpa perlakuan (istirahat) terhadap pemulihan dari kelelahan olahraga aerobik ditinjau dari aspek performa. Durasi rekayasa pemulihan untuk masing-masing kelompok adalah 10 menit. Dari hasil penelitian dapat disarankan kepada pembina dan pelatih olahraga menggunakan hydromassage sebagai metode untuk memulihkan dari kelelahan cabang olahraga aerobik."
JIO 15:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Elda Fitri
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang sering terjadi saat ini, dengan bertambahnya usia akan semakin meningkatkan resiko kejadian hipertensi yang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok. Tujuan penelitian hipertensi pada usia lanjut perokok untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada usia lanjut. Penlitian ini dilakukan di Posbindu Puskesmas Kemirimuka Depok. Desain dalam penelitian ini cross sectional. Data di analisa menggunakan uji chi-square. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 82, dan dari responden yang berpartisipasi 42 (51.2%) mempunyai tekanan darah tinggi dan 75 (91.5%) mempunyai kebiasaan merokok. Rekomendasi penelitian ini agar dilakukan penelitian yang lebih lanjut Iagi untuk mengetahui faktor Iain yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi dengan memperbanyak responden.

Hypertension is one of the cardiovascaler disease that often occurs at this time, with increasing age will increase the risk of incident hypertension that can be influenced by smoking habits. The purpose of this study about hypertension smokers at the elderly to identify whether there is relationship between smoking habits with hypertension. The studfv took place in Posbindu Public Health Care Depok Kemirimuka. The Design of this study was cross sectional. The datas were analysed using the chi-square test. The number of subjects in this research as much as eighty two, and subjects from the participating fourty two (51.2%) have high blood pressure and seventy five (91.5%) have smoking habits. Recommendations of this research to be conducted further research to find out other factors that may affect the incidence of hypertension reproduce subjects."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5841
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Aziza Bawazier
Jakarta: Pipinterna, 2018
616.132 LUC h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Aziza Bawazier
Jakarta: Pipinterna, 2018
616.132 LUC h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anung Respati
"Tingginya prevalensi hipertensi dan stroke pada masyarakat kota Pariaman dan kebiasaan duduk di lapau, sebagai gaya hidup sedentari pada laki-laki, yang dilatarbelakangi budaya. Penelitian dilakukan dengan disain Kasus-Kontrol tidak berpasangan, pada 117 Kasus dan 117 Kontrol, laki-laki berusia 21 - 40 tahun. Kasus dipilih dari orang yang berkunjung ke RSUD Pariaman dan sebuah rumah sakit swasta di Pariaman, sedangkan Kontrol adalah tetangga Kasus dari rumah yang terdekat melingkupi rumah Kasus dan dipilih secara acak (Population based control). Kasus adalah penderita hipertensi ringan tanpa komplikasi yang berkunjung ke rumah sakit pada tahun 2006, dan pada saat wawancara mempunyai tekanan darah sistolik 140 -159 mmHg atau diastolik 90 -99 mmHg. Regresi logistik dilakukan untuk menganalisis hubungan ini.
Terdapat 35,9% responden dari kelompok Kasus beraktivitas rendah dibandingkan dengan 14,S% dari kelompok Kontrol. Pada waktu bekerja terdapat 32,5% responden dari kelompok Kasus dengan indeks rendah dibandingkan dengan 22,2% dari kelompok Kontrol. Terdapat 17,1% responden dari kelompok Kasus dengan indeks olah raga rendah dibandingkan dengan 6,8% dari kelompok Kontrol, dan pada waktu senggang terdapat 24,8% responden dari kelompok Kasus dengan indeks rendah dibandingkan dengan 27,4% dari kelompok Kontrol.
Laki-laki Pariaman usia 21 - 40 tahun dengan tingkat aktivitas fisik rendah mempunyai risiko untuk mengalami hipertensi ringan 4,06 kali lebih besar (OR 4,06 ;95%CI 1,81 - 9,10) dibandingkan laki-laki Pariaman usia 21 - 40 tahun dengan tingkat aktivitas fisik tinggi setelah dikontrol dengan status gizi dan frekuensi kebiasaan makan roti isi.
Aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi ringan. Kebiasaan duduk di lapau harus diimbangi dengan meningkatkan kebiasaan olah raga Dinas Kesehatan Kota Pariaman didukung jajaran lain terkait perlu lebih mempromosikan upaya peningkatan aktivitas fisik di masyarakat dengan kampanye olah raga dan jalan kaki.

The high prevalence on hypertension and stroke among the people city of Pariaman and the sitting habit in the lapau, coffee stalls, as a sedentary life's style of men that culturally set up. Study is using an impaired case-control design with 117 cases and 117 controls of men aged 21 - 40 years old. Cases are chosen from visitors of General Hospital of the Distric of Pariaman ang of one Private Hospital in Pariaman, while controlsare the cases?neighbours from the closest house which surround the cases? houses and randomly selected (Population based control). Cases are stage I hypertension (JNC 7) patients without any comlpication who visit to hospital on 2006 and while interviewedis having blood pressure of systolic on 140 - 159 mmHg or diastolic on 90- 99 mmHg. Logistic regression is performed to analyze this association.
There are 35.9% of low physical activities among cases' group compare to 14.5% of controls' group. During work time, there are 32-5% of respondents of case group that having low index, while 22.2% of control group. Seventeen point one percent (17.1%) respondent from the cases' group have low sport index compared to 6.8% of controls' group. During leissure time, there are 24.8% respondents irom the cases' group are having low index, while 27.4% of controls' group.
Men in the city of Pariaman aged 21 - 40 years with low level of physical activity have a risk to develop stage I of hypertension 4.06 times greater (OR 4.06; 95%CI : 1.81 - 9.10) than men in the city of Pariaman aged 21 - 40 years with high level of physical activity after being controlled for overweight status and habitual frequency of stuffed bread consumption.
Low physical activity influences the occurrence of 1st stage hypertension. Sitting habit in the lapau must be balanced with more higher habit of exercising. The Health Autority of kota Pariaman, supported by its related components, should increase the promotion on the importance of physical activities of the community, such as a campaign on community exercise and walking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erda Fitriani
"Judul halaman, Pernyataan Orisinalitas, Lembar Tanda Persetujuan Pembimbing, Abstrak, Daftar Isi, Daftar Gambar, Daftar Tabel, Bab I: Pendahuluan, Bab II: Orang Minangkabau Lanjut Usia: Pasien Hipertensi Rumah Saldt Cipto Mangunkusumo (RSCM), Bab III: Pola Kebiasaan Makan Lansia Hipertensi Minangkabau, Bab IV: Gaya Hidup Lansia Minangkabau Hipertensi, Bab V: Faktor-Faktor Sosial Budaya Yang Mempenganihi Kebiasaan Makan, Bab VI: Penutup, xi + 109 halaman, Bibliografi: 37 buku, 15 artikel, 2 disertasi, 1 skripsi, 4 artikel majalah, 2 website, 5 referensi. 1 makalah, Lampiran.
Tesis ini mengenai pola kebiasaan makan orang lanjut usia penderita penyakit hipertensi suku bangsa Minangkabau yang menetap di Jakarta. Orang Minangkabau termasuk kelompok usia lanjut memiliki kebiasaan makan yang suka mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan protein tinggi, sehingga beresiko terkena penyakit hipertensi. Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya orang Minangkabau penderita penyakit hipertensi jika dibandingkan dengan suku bangsa lainnya. Bahkan menurut Kompas Cyber Media (27/10/2000) orang Sumatera Barat merupakan penderita penyakit hipertensi terbesar di Indonesia dan di dunia.
Orang lanjut usia Minangkabau yang seharusnya sudah mengatur cara makannya ketika memasuki fase degeneratif, ternyata tidak melakukannya sehingga mengalami resiko terkena penyakit hipertensi. Pertanyaannya adalah; (1) mengapa kebiasaan makan usia lanjut dipertahankan sehingga mengalami resiko terkena penyakit hipertensi, (2) bagaimana pengetahuan, kepercayaan dan kebiasaan makan kelompok usia lanjut, (3) Bagaimana pengetahuan, kepercayaan dan kebiasaan makan kelompok lanjut usia tersebut mempengaruhi kesehatan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan makan informan sebelum sakit dan sesudah sakit dan kebiasaan makan keluarga pagi, Siang dan malam, dan pada waktu upacara. Wawancara dilakukan dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia.
Setelah dilakukan penelitian terhadap lansia Minangkabau penderita penyakit hipertensi yang pernah di rawat di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, ditemukan bahwa adanya gaya kebiasaan makan tertentu dari Para lansia Minangkabau penderita penyakit hipertensi. Sebelum sakit kebiasaan makan lansia yaitu tiga kali sehari. Makan pokok mereka terutama adalah nasi. Mereka sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak seperti daging, dan santan. Cara pengolahan makanan yang sering mereka lakukan adalah gulai dan goreng. Setelah sakit hipertensi kebiasaan makan mereka tidak banyak mengalami perubahan.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kebiasaan makan lansia yaitu; Faktor budaya makan orang lansia, makna simbolik makanan, kesukaan makanan atau selera, faktor keinginan untuk mendapat status yang tinggi dan makanan yang memiliki nilai tinggi dan gengsi. Terdapat juga faktor ekonomi yang cukup dan ketersediaan bahan makanan.
Faktor gaya hidup lansia dapat mempengaruhi kesehatan. Faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, dan stress, merupakan faktor resiko munculnya penyakit hipertensi pada lansia. Dari hasil penelitian diketahui bagi sebahagian besar lansia menyatakan sulit mengubah kebiasaan mereka yang lama. Namun peran keluarga sangat penting dalam mendorong lansia untuk mampu mengubah kebiasaan mereka yang lama."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Soeryo Kuncoro
"Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering dijumpai dan merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular di dunia. Hipertensi sebagian besar tanpa gejala tetapi akan merusak organ tubuh diantaranya jantung yang akan mengalami perubahan struktural dan fungsional yaitu LVH (left ventrikel hypertrophy) dan disfungsi diastolik. Disfungsi diastolik saja akan meningkatkan risiko kardiovaskular tidak tergantung pada massa LV dan tekanan darah. Disfungsi diastolik pada hipertensi mungkin terjadi disertai LVH maupun tidak. Beberapa tahun terakhir studi mengenai brain natriuretic peptide (BNP) banyak dilakukan, demikian pula pada disfungsi diastolik sebagai penanda kelainan fungsi ventrikel. Kenaikan kadar BNP mungkin dapat digunakan untuk memperlihatkan proses perubahan fungsi ventrikel sebagai peijalanan penyakit hipertensi.
Tujuan penelitian
Mengetahui hubungan antara peningkatan kadar BNP dengan derajat disfungsi diastolik pada penderita hipertensi.
Hipotesis penelitian dan manfaat penelitian
Kenaikan kadar BNP berhubungan dengan derajat disfungsi diastolik pada pasien hipertensi. Pemeriksaan BNP diduga dapat digunakan sebagai alat deteksi dini efek hipertensi pada jantung.
Metodologi
Penelitian dilakukan pads penderita hipertensi di PINHK selama kurun waktu April std Oktober 2006 (40 pasien, 24 pria, dan 16 wanita). Pasien yang memenuhi }criteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan ekokardiografi dan diukur EDD, ESD, IVSD,IVSS,massa LV, fraksi ejeksi, rasio EIA, DT, IVRT, rasio e'la',rasioEle', dan doppler vena pulmonal menggunakan alat ekokardiografi dari Vivid -Philips. Pasien dibagi menjadi kelompok dengan fungsi diastolik normal (DDO), disfungsi diastolik tahap I (DDI), psedonormal (DD2) dan restriktif (DD3). Seluruh pasien dilakukan pemeriksaan BNP dengan menggunakan Abbott AxSYM BNP assay pada hari yang sarna dengan ekokardiografi. Uji korelasi dilakukan dengan Pearson test.
Hasil
Didapatkan kadar BNP masing-masing kelompok tidak berbeda bermakna (DD0=39,77+45,95 pg/ml;DD1=39,35±36,51 pglml;DD2=45,15+_3,65 pg/rnl;p=0,79). Tidak terdapat korelasi kadar BNP dengan rasio E/A (r=0,13;p=0,44) dan indeks massa LV (r=0,005;p=O,97). Terdapat korelasi positif BNP dengan nilai Ele' (r=0,524;p=O,O1).
Kesimpulan
Tidak terdapat korelasi BNP dengan disfungsi diastolik pada pasien hipertensi asimtomatik. Nilai BNP berkorelasi dengan nilai Ele' yang menunjukkan nilai tekanan pengisian ventrikel kin.

Background
Hypertension is the most common disease entity encountered in clinical practice. It is still the main cause of cardiovascular event in the world. Hypertension is mostly seen in the clinic as asympomatic. But during time it may impact heart, as one of target organ, which may shown left ventricle hypertrophy as well as diastolic dusf unction. Even diastolic dysfunction could impact in increasing cardiovascular event in the future. Diastolic dysfunction maybe associated with hypertrophy or it may be precedes hypertrophy. Recently studies regarding brain natriuretic peptide in diastolic dysfunction has been conducted as a marker for ventricle dysfunction. BNP may be use to express the process of ventricle dysfunction in hypertension.
Aim of the study
To see the correlation of increasing level of BNP with degree of diastolic dysfunction in hypertensive patient.
Hypotesis and benefit of the study
!increasing level of BNP correlate with degree of diastolic dysfunction in hypertensive patient. Thus BNP may be beneficial as tool for early detection of hypertension impact to heart.
Methodology
Study was conducted to outpatient with hypertension in PJNHK during April-October 2006 (40 pts, 24 male, 16 female). All patients was done echocardiography exam to see the diastolic dysfunction and ventricular dimension. All patients was classified as normal diastolic function (DDO), diastolic dysfunction grade I (DM), pseudonormal (DD2) and restrictive filling pattern (DD3) accordingly. BNP measurement was done at the same time echo was done using Abbot AxSYM assay.Pearson test was done for correlation test.
Result
There was no difference among the group for diastolic dysfunction (DDO= 39,77±45,95 pg/ml,DD1=39,35±36,51 pg/ml; DD2=45,15±3, 65 pg/ml;p0, 79). No correlation of BNP with E/A ratio ((r=0,13;p=0,44) and LV mass index (r=0,005;p=0,97). BNP value correlate well with E/e ' ratio representing LV filling pressure ((r=0, 524;p =0, 01).
Conclusion
BNP level not correlate well with diastolic dysfunction in this group of aymptornatic hypertensive patients. BNP value correlate with E/e' which shown a LV filling pressure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>