Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166994 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhaa Aditya Kautsar Murti
"Latar belakang: Angka penggunaan kondom di kalangan remaja laki-laki ketika melakukan hubungan seksual pertama kali sangatlah rendah, padahal perilaku saat hubungan seks pertama kali ini dapat membentuk perilaku seksual di masa depan. Hal ini membuat prevalensi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di kalangan remaja sangatlah tinggi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui faktor apa yang mendorong remaja untuk menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual pertama kali.
Metode: Penelitian ini menggunakan data SDKI KRR 2017 dengan jumlah sampel sebesar 1.127 remaja yang terbagi menjadi 377 remaja milenial dan 750 remaja gen Z. Variabel dependen penelitian ini adalah penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual pertama kali yang dianalisis dengan kompleks sampel menggunakan kai kuadrat untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk multivariat.
Hasil: Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan pada generasi milenial adalah penggunaan narkoba (p-value= 0,008; aOR= 3,442 (1,393—8,505)) dan pada generasi Z adalah jenis pasangan (p-value= 0,036; aOR= 4,109 (1,097—15,395)).
Kesimpulan: Faktor dominan menunjukkan bahwa telah adanya remaja di populasi yang berisiko. Maka dari itu, intervensi dapat ditunjukkan kepada kelompok berisiko melalui edukasi.

Background: The prevalence of condom use among male adolescents at first sex was notably low despite being an important factor that shapes future sexual behavior, causing the prevalence of unwanted pregnancy and sexually transmitted infections to be high. Therefore, addressing this issue in regards to what factors lead to condom use at first sex would be notably important.
Methods: This research used IDHS Special 2017 dataset with sample number of 1,127 adolescents, 377 of them were millennials and 750 of them were gen Z. The dependent variable of this research was condom used at first. Analysis were conducted using chi square for bivariate analysis and logistic regression for multivariate analysis.
Results: Multivariate analysis showed that the most influencing factor for millennials was drug use (p-value= 0,008; aOR= 3,442 (1,393—8,505)) and for generation Z was partner types (p-value= 0,036; aOR= 4,109 (1,097—15,395)).
Conclusion: Multivariate analysis suggested that there were some proportions among adolescents that were at risk and therefore, intervention should be conducted to address them through education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Konsistensi penggunaan kondom pada Penasun masih rendah. Menurut Laporan STBP 2013, konsistensi penggunaan kondom pada Penasun sebesar 17% pada pasangan tetap, 17% pasangan tidak tetap dan 16% pasangan komersial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan penggunaan kondom pada Penasun di 4 Kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data STBP Penasun tahun 2013. Cara pengambilan sampel STBP Penasun adalah Responden Driven Sampling (RDS). Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariabel. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penggunaan kondom pada saat berhubungan seks sebesar 18% pada pasangan tetap, 17% pada pasangan tidak tetap, 17% membeli seks dan 5% menjual seks. Determinan penggunaan kondom pada 4 pasangan berbeda, namun tidak memiliki kondom selalu ada pada semua jenis pasangan. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tetap adalah tidak memiliki kondom, tidak merasa berisiko, pengetahuan rendah, tidak mengakses LASS, tidak menikah dan merasa kondom tidak bermanfaat dalam mencegah HIV merupakan determinan dari perilaku penggunaan kondom Penasun pada pasangan tetap. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tidak tetap adalah tidak memiliki kondom dan tidak menikah merupakan determinan penggunaan kondom Penasun pada pasangan tidak tetap. Determinan penggunaan kondom pada Penasun yang membeli seks adalah tidak memiliki kondom merupakan determinan penggunaan kondom Penasun saat membeli seks.

Consistent condom use in IDUs remains low. According to the report IBBS 2013, the consistent use of condoms in 17% IDU steady partner, 17% of couples are not fixed and 16% commercial partner. This study aims to look at the determinants of condom use among IDU in four cities in Indonesia. This study uses IBBS IDU 2013. How sampling IBBS IDU is Respondent Driven Sampling (RDS). Analysis of univariate, bivariate and multivariable. The results showed the proportion of condom use during sex by 18% on a regular partner, 17% on casual partners, 17% and 5% purchase sex sell sex. Determinants of condom use on four different couples, but does not have a condom always exist in all types of couples. Determinants of condom use on a regular partner is not having a condom, do not feel at risk, low knowledge, no access LASS, not married and feel condoms are not useful in preventing HIV is a determinant of condom use behaviors of IDUs in couples staying. Determinants of condom use in casual partners is not to have condoms and abstaining from marriage is the determinant of condom use in casual partners of IDUs. The Determinants of condom use among IDU who buy sex is not having a condom is a determinant of the use of condoms when buying sex IDU.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Adzani
"Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan data sekunder SDKI KRR 2012 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria yang aktif secara seksual di Indonesia. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 590 orang. Diantara remaja pria belum menikah yang pernah melakukan hubungan seksual hampir setengah (45%) dari mereka aktif secara seksual dan lebih dari tiga perempat (76,3%) dari mereka tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom meliputi: pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS; persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan; persepsi risiko kehamilan pasangan seks; paparan informasi/ iklan kondom dari media massa; edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan wilayah tempat tinggal. Adapun ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan? merupakan prediktor terkuat pada penelitian ini (OR=2,5) dan faktor ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah penularan IMS termasuk HIV/AIDS? merupakan variabel pengontrol (confounding). Hasil penelitian ini menyarankan untuk membentuk wadah peduli remaja di sekolah atau universitas dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja yang sudah ada.

The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Eri
"Saat ini transmisi seksual merupakan faktor utama penyebaran penyakit HIV-AIDS di Indonesia. Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan bagian yang berkontribusi didalamnya. Wanita Pekerja Seks Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual yang tujuan utama transaksinya mempertukarkan pelayanan seksual dengan uang. Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual tapi bukan merupakan sumber utama pendapatan, pelayanan yang diberikan dapat memberikan penghasilan tambahan. Program promosi pemakaian kondom pada hubungan seksual berisiko telah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan. Namun hingga saat ini konsistensi pemakaian kondom pada WPS masih rendah. Penelitian ini menggunakan data hasil Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2013 dengan memilih 2714 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan karakteristik, perilaku pemakaian kondom dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom. Penelitian menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian ditemukan bahwa konsistensi pemakaian kondom pada WPSL 37,7% dan WPSTL sebesar 35.6%, konsistensi untuk semua WPS sebesar 36.9%. WPSL cenderung lebih tua, pendidikan lebih rendah, lebih banyak yang berstatus cerai, lebih lama menjadi WPS, lebih dini memulai hubungan seks, lebih banyak memiliki riwayat IMS, lebih merasa berisiko, lebih terpapar program, lebh banyak yang punya kondom dan jumlah pelanggan yang lebih banyak dibandingkan WPSTL. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSL adalah status perkawinan, riwayat IMS, keterpaparan program, dan kepemilikan kondom. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSTL adalah status perkawinan, riwayat IMS, pengetahuan HIV, keterpaparan program, kepemilikan kondom dan jumlah pelanggan. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada WPS dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik WPS.

Sexual transmission is currently a major factor spread of HIV-AIDS in Indonesia. Female Sex Workers (FSW) is a contributing part in it. Direct female sex workers are women who provide sexual services whose main purpose transaction exchange sexual services for money. Indirect female sex workers are women who provide sexual services but is not a major source of income, the service to provide additional income. Program promotion of condom use in risky sexual intercourse has been done by the government to break the chain of transmission. But until now the consistency of condom use in the FWS is still low. This study uses data from the Integrated Biological and Behavioural Survey (IBBS) 2013 by choosing the 2714 respondents who meet the inclusion and exclusion criteria. The purpose of this study was to compare the characteristics, behavior condom use and determine the factors associated with condom use. The study used cross sectional design.
Results of the study found that consistent condom use in direct FSW and indirect FSW amounted to 37.7% and 35.6%, for all WPS consistency of 36.9%. WPSL tend to be older, lower education, more are divorced, longer be WPS, more had a history of STIs, it was risky, more exposed to the program, more who had condoms and the number of customers more compared indirect FSW. Factors associated of condom use on direct FWS is the marital status, history of STDs, exposure program, and possession of condoms. Factors associated of condom on indirect FWS is marital status, history of STIs, HIV knowledge, exposure program, have condoms and number of customers. We suggested to increase promotive and preventive efforts on FWS with the approach adapted to the characteristics of the FSW.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T44790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalikul Fadli
"Organisasi Kesehatan Dunla (WHO) dan lembaga khusus untuk menanggulangi AIDS dari PBB (UNAIDS), melaporkan estimasi jum!ah penderita HIV/AIDS di seluruh dunia pada tahun 1990 adaiah 7,8 juta dan pada akhir Desember 2007 mencapai 33,2 juta, 90% berasa1 dari negara berkembang.
Alasan tidak memakai kondom di kalangan gay berbeda-beda ant:ara lain, kondom dapat mengganggu hubungan sek.s dan hubungan seks menjadi tidak nikmat Sedangk:an yang Jainnya tidak percaya keefektifan kondom, atau kondom sering rusak, kesempir.an dan berpori, schingga kondom tidak menjamin untuk tidak tertular Hrv, Selain itu yang menjadi penghambat dalam penggunaan kondom saat seks anal yaitu mengurangi kenyamanan (600/o), pa.sangan seks beresiko rendah (46%), pereaya pada pasangan seks (42%) dan ketidalctersediaan kondom (31%).
Pene!itian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berbubungan dengan konsistensi perilak:u pemakaian kondom pada seks anal di ka1angan gay di Kota Surabaya tahun 2004 2005.
Perilaku (SSP) 2004-2005 dan yang menjadi sasaran atau respondeD adalah lelaki suka lelaki (gay). Desain penelitian yang digunakan dalam peneJitian ini adalah Cross sectional dan analisis yang dilakukan mencakup univariat:. bivariat dan muJtivariat dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menemukan konsistensi pemakaian kondom pada kelompak gay di Surabaya masih rendah yaitu 22.2%. Berdasarkan hasil analisis multivaria hanya pengetahuan berhubungan dengan konsisrensi pemakaian kondom setelah dikontrol variabel lain, yaitu dengan OR= 2.53 (Cl : 1.082-5.92).
Oulreach program untuk penyuluhan agar dapat meryangkau dan menggalang partisipasi kelompok gay tertutup serta bekerja sama dengan mitra potensial seperti kelompok gay, LSM. panti pijat pria untuk melaku.kan penyuluhan serta diskusi dalam benruk kelompok kecil dan berkesinambungan dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang H!V/AIDS dan pemakain kondom.

World Health Organization (WHO) and UNAIDS reported estimation of HIVI/AIDS patients throughout !he World in 1990 is 7.8 million and at the end of December 2007 is 332 million and 900"/o of them from development country.
The reason of not to use condom among gays is different, for examples; disturb of sexual activity and not comfortable sexual activity. The other reasons are unconvince of condom affectiveness, or condom often breakdown. narrowness and big size of pori porlbanier of condom usage are less comfortable (60%). low risk partner sexual activity {46%). trust with partner sexual activity (42%) and not available of condom (31%).
The purpose of this study to identified the related factors of consistency of condom usage behavior on anal sex among gays in Surabaya 2004-2005. Data Behavior Survei Surveilen (BSS} 2004-2005 is used on this study, with gays as sample. The design of this study is cross sectional with univariate. bivariate and multivariate analysis by used logistics regression. The result showed consistency of condom usage behavior on anal sex among gays fn Surabaya is low (22.2%). Base on multivariate analysis showed only knowledge related to consistency of condom usage behavior after controlled by other, variables OR2.53 (CI :1.082-5.92).
Outreach program for health education to rengc and look after participation of closed gay groups and corporated with potential partner, like:gay groups, NGO, L men massage provider to conduct sustainability of health education and discussion in the small group in result to promote knowledge of HIV/AIDS and condom usage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21035
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwanto K. Rahim
"Prevalensi HIV/AIDS di dunia semakin meningkat. Lelaki seks lelaki (LSL ) merupakan populasi yang paling mudah terkena HIV/AIDS. Penularan terjadi karena rendahnya penggunaan kondom. Penelitian ini bertujua untuk mengidentifkasi hubungan self-efficacy kondom dan spiritualitas
terhadap perilaku penggunaan kondom. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 250 ODHA LSL.Hasil penelitian menunjukkan bawah ada hubungan yang signfikan antara self-efficacy kondom dengan perilaku penggunaan kondom p-value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) dan spiritualitas terhadap perilaku penggunaan kondom p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). Pada analisis multivariat regresi logistik berganda, self-efficacy kondom merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku penggunaan kondom. Sehingga untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom perawat perlu mengedepankan intervensi misalnya kegiatan konseling yang berfokus pada peningkatan keyakinan diri (self-efficacy).

The prevalence of HIV/AIDS in the world is increasing. Men who have sex with men (MSM) is the populations most vulnerable to HIV/AIDS. Transmission occurs because of the low use of condoms. This study aimed to identify the relationship of condom self-efficacy and spirituality to condom use behaviour. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling techniques in 250 ODHA MSM. The results show that there was a significant relationship between condom self-efficacy and condom use behavior p value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) and spirituality towards condom use behavior p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). In multivariate analysis of multiple logistic regression, condom self-efficacy is the factor that most influences condom use behaviour. So to improve the consistency of condom use nurses need to prioritize interventions such as counselling activities that focus on increasing self-confidence (selfefficacy)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuris Putri Pertiwi
"Kurangnya pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi membuat remaja berperilaku seksual berisiko. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria pelaku hubungan seksual pra-nikah di 5 Provinsi di Indonesia (Maluku, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua) tahun 2012. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja pria usia 15 - 24 pelaku hubungan seksual pranikah di 5 Provinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria. Dari hasil penelitian didapatkan persentase penggunaan kondom 14,2%. Adapun variabel yang berhubungan secara statistik dari faktor predisposisi adalah usia, dengan peluang penggunaan kondom lebih besar pada usia 20 - 24 tahun (PR : 1,764, 95% CI : 1,004 - 3,096), faktor enabling adalah keikutsertaan dalam forum edukasi kesehatan reproduksi (PR : 2,332, 95% CI : 1,289 - 4,217), sedangkan faktor reinforcing adalah peran sekolah (PR : 1,715, 95% CI : 1,015 - 2,897). Oleh karena itu disarankan untuk melaksanakan optimalisasi program PIK Remaja, integrasi pelajaran kesehatan reproduksi di sekolah, dan memanfaatkan media informasi lebih massive lagi.

Lack of understanding about reproductive health in adolescents make them have risky sexual behavior. This study aims to determine the factros related with condom use among male adolescent who had sexual intercourse before marriage in 5 provinces in Indonesia (Maluku, North Sulawesi, North Maluku, West Papua and Papua) in 2012. The study design was cross-sectional using data Indonesia Demographic and Health Survey 2012. The sample in this study were male adolescent aged 15 - 24 who had sexual intercourse before marriage in the 5 provinces in Indonesia that meet the criteria. From the results, the percentage of condom use is 14.2%. The variables associated statistically of predisposing factors is age, with the chance of condom use is greater in the age of 20 - 24 years (PR : 1.764, 95% CI: 1.004 to 3.096), the factors enabling is participation in the forums education of reproductive health (PR: 2.332, 95% CI: 1.289 to 4.217), while reinforcing factor is the role of the school (PR: 1.715, 95% CI: 1.015 to 2.897). It is therefore advisable to carry out optimization of PIK youth program, the integration of reproductive health education in schools, and utilize information more massive media again.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mimi Jamilah
"Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah kesehatan global. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memiliki peran dalam meningkatkan penularan virus HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi hubungan antara HIV disclosure dan pola komunikasi pada pasangan terhadap penggunaan kondom pada ODHA. Desain yang digunakkan adalah cross sectional dengan melibatkan 130 responden yang berobat ke poli pelangi RSUD Kabupaten Bekasi. Data ODHA yang dikumpulkan melalui 4 kuesioner, yaitu kuesioner demografi, kuesioner Brief scale for HIV self disclosure, kuesioner communication pattern questionnaire-short form, and ucla multidimensional condom attitudes scale. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara HIV disclosure, pola komunikasi pada pasangan dengan penggunaan kondom. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara HIV disclosure dengan penggunaan kondom (p = 0,047, a= 0.05, OR- 2,272) dan hubungan yang signifikan antara pola komunikasi pada pasangan dengan penggunaan kondom (p = 0,024, a = 0,05, OR-2,382). HIV disclosure dan pola komunikasi pada pasangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan kondom. Tenaga kesehatan profesional perlu meningkatkan penilaian komprehensif, konseling secara personal, dan melibatkan kelompok ODHA dalam mengurangi penularan HIV/AIDS dengan penggunaan kondom secara konsisten.

The Human Immunodeficiency Virus (HIV) epidemic is a global health problem. People living with HIV/AIDS (PLWHA) have a role in increasing the transmission of the HIV/AIDS virus. The purpose of this study was to identify the relationship between HIV disclosure and communication patterns in couples towards condom use in PLWHA. The design used was cross sectional, involving 130 respondents who sought treatment at the rainbow clinic of Bekasi District Hospital. Data on PLWHA were collected through 4 questionnaires, namely demographic questionnaire, Brief scale for HIV self-disclosure questionnaire, communication pattern questionnaire-short form, and ucla multidimensional condom attitudes scale. Bivariate analysis was used to determine whether there was a relationship between HIV disclosure, communication patterns in couples with condom use. The results showed a significant relationship between HIV disclosure and condom use (p = 0.047, a = 0.05, OR- 2.272) and a significant relationship between communication patterns in couples with condom use (p = 0.024, a = 0.05, OR-2.382). HIV disclosure and communication patterns with partners had a significant influence on condom use. Health professionals need to improve comprehensive assessment, personal counseling, and involvement of PLHIV groups in reducing HIV/AIDS transmission with consistent condom use."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati Srikandi Putri
"Jumlah kasus HIV positif dan AIDS pada tahun. 2013 mengalami peningkatan yang signifikan. Provinsi dengan jumlah tertinggi yaitu DKI Jakarta. Terjadinya pergeseran pola epidemi dari pengguna jarum suntik ke penyebaran melalui hubungan seksual. Estimasi jumlah ODHA di kalangan Waria meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pisani, dkk (2004) kelompok yang tidak menggunakan kondom saat melakukan seks anal paling banyak adalah kelompok Waria (59,3%). Yayasan Srikandi Sejati (YSS) merupakan lembaga yang menaungi kelompok Waria di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku penggunaan kondom sebagai upaya pencegahan HIV pada Waria Penjaja Seks di Jakarta Tahun 2015. Merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan cross sectional dengan pendekatan teori Health Belief Model. Sampel sebanyak 217 Waria penjaja seks dibawah naungan YSS.
Hasil : perilaku penggunaan kondomnya yang tidak konsisten (46,5%), kelompok umur terbesar adalah ≤ 34 th (55,7%), 74% responden telah memiliki pengetahuan komprehensif yang baik, persepsi bahwa dirinya rentan terhadap HIV (84,6%), sebanyak 89% responden memiliki persepsi bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang parah, 86,3% responden memiliki persepsi bahwa kondom bermanfaat untuk mencegah HIV, 62% responden memiliki persepsi hambatan yang rendah, 76% responden telah memiliki Self Efficacy yang Tinggi, 68,5% sudah terpapar informasi dengan frekuensi tinggi mengenai HIV/AIDS. hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel umur, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, self efficacy, dan paparan informasi dengan perilaku penggunaan kondom. saran penelitian agar pihak-pihak terkait terus mengembangkan program intervensi yang efektif serta memperkaya materi edukasi demi menanamkan persepsi-persepsi yang mempengaruhi perilaku pencegahan.

The number of HIV positive and AIDS cases in 2013 indicate a significant increase. Provinces with the highest number is DKI Jakarta. A shift in the pattern of the epidemic of injecting drug users to key populations. Estimated number of people living with HIV among trangender increased. Based on research by Pisani, et al (2004) group who did not use condoms during anal sex is the most widely Transgender group (59.3%). Srikandi Sejati Foundation (YSS) is an institution that accompany Transgender group in Jakarta. The purpose of this study was to determine the behavior of the use of condoms for prevention of HIV on Transgender sex workers in Jakarta in 2015. It is a quantitative study using cross sectional study design with the Health Belief Model theory approach. Sample of 217 sex workers under the auspices of YSS.
Results: behavior inconsistent condom use (46.5%), the largest age group is ≤ 34 th (55.7%), 74% of respondents have had a good comprehensive knowledge, the perception of susceptibillity (84,6%), as many as 89% of respondents have the perception that the HIV is a serious illness, 86,3% of respondents have the perception that condoms are useful to prevent, 62% of respondents have a perception of low barriers, 76% of respondents have had the High Self Efficacy, and 68.5% were exposed information with high frequence about HIV / AIDS. Statistical test results indicate a relationship between the variables of age, knowledge, perception of vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, and exposure information with condom use behavior. Study suggestions that the parties continue to develop an effective intervention programs especially to holding partner / "husband" or customers Transgender sex workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Fadiah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas faktor yang berhubungan dengan konsistensi penggunaan kondom pada Wanita Pekerja Seksual (WPS) di 10 kota di Indonesia menggunakan data sekunder Survei Cepat Perilaku WPS tahun 2010 dan 2011. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Pada model multivariat uji regresi, menawarkan kondom, penggunaan kondom seks terakhir, dan tempat mendapatkan kondom memiliki hubungan dengan konsistensi penggunaan kondom. Oleh karena itu, disarankan penguatan kapasitas pendidik sebaya, sosialisasi kondom melalui media, dan pemberian KIE dengan diskusi kelompok atau bermain peran pada waktu sore hari sebagai upaya menggunakan kondom secara konsisten untuk mencegah dan mengurangi kasus IMS dan HIV.

ABSTRACT
This thesis examined the association factors about consisteny of condom use among female sex worker (FSW) in 10 cities in Indonesia using secondary data behavioral rapid survey among FSW in 2010 and 2011. The study used crosssectional study design. In a logistic multiple regression model, negotiation condom, condom use at last sex, and place to get condom were associated with consisteny of condom use. Therefore, it recommended to make the affirmation of peer educator capacity, condom socialization, and give communication, information, and education with focus group discussion or role play to FSW in the evening as one of effort to condom use consistently to prevent and decrease the cases of STDs and HIV."
2014
S56126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>