Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
L. Budi Triadi
"Degradasi di lahan rawa gambut umumnya diakibatkan oleh alih fungsi lahan menjadi lahan dengan komoditas ekonomi skala besar yang dapat menyebabkan kerusakan lahan gambut, apapun komoditas ekonomi yang ditanam. Alih fungsi lahan yang disertai dengan pembuatan drainase menyebabkan lahan menjadi kering, mudah terbakar, subsiden, banjir, emisi CO2 dan permasalahan sosial-ekonomi. Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur terkait persoalan dan solusi pemulihan lahan gambut terdegradasi melalui restorasi hidrologi dengan metode sekat kanal dan penanaman jenis tanaman yang tidak membutuhkan drainase (paludikultur). Terdapat empat tipe sekat yang biasa digunakan, yaitu sekat papan, sekat isi, sekat plastik, dan sekat geser. Pemilihan tipe sekat sangat tergantung kepada kondisi biofisik, dimensi kanal, topografi gambut, ketersediaan material dan aksesibilitas ke lokasi penabatan. Dari studi pustaka ini diketahui adanya korelasi yang kuat antara keberadaan sekat terhadap penambahan ketinggian muka air tanah, dimana sekat bermanfaat untuk menaikkan muka air tanah dan melembabkan tanah. Penerapan paludikultur di gambut tropis Indonesia, diketahui bahwa komoditas tertentu lebih tahan terhadap genangan namun tetap memiliki nilai ekonomi seperti: Metroxylon spp, Nypa fruticans Wurmb, Alseodaphne spp., Nothaphoebe spp., dan Shorea spp. Agar dapat bertahan hidup jenis-jenis tanaman tersebut harus dipilih, disesuaikan dengan ketinggian air yang terdapat di lahan gambut dan terutama berpotensi merestorasi lahan yang telah terdegradasi."
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
551 JSDA 16:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
L. Budi Triadi
"Degradasi di lahan rawa gambut umumnya diakibatkan oleh alih fungsi lahan menjadi lahan dengan komoditas ekonomi skala besar yang dapat menyebabkan kerusakan lahan gambut, apapun komoditas ekonomi yang ditanam. Alih fungsi lahan yang disertai dengan pembuatan drainase menyebabkan lahan menjadi kering, mudah terbakar, subsiden, banjir, emisi CO2 dan permasalahan sosial-ekonomi. Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur terkait persoalan dan solusi pemulihan lahan gambut terdegradasi melalui restorasi hidrologi dengan metode sekat kanal dan penanaman jenis tanaman yang tidak membutuhkan drainase (paludikultur). Terdapat empat tipe sekat yang biasa digunakan, yaitu sekat papan, sekat isi, sekat plastik, dan sekat geser. Pemilihan tipe sekat sangat tergantung kepada kondisi biofisik, dimensi kanal, topografi gambut, ketersediaan material dan aksesibilitas ke lokasi penabatan. Dari studi pustaka ini diketahui adanya korelasi yang kuat antara keberadaan sekat terhadap penambahan ketinggian muka air tanah, dimana sekat bermanfaat untuk menaikkan muka air tanah dan melembabkan tanah. Penerapan paludikultur di gambut tropis Indonesia, diketahui bahwa komoditas tertentu lebih tahan terhadap genangan namun tetap memiliki nilai ekonomi seperti: Metroxylon spp, Nypa fruticans Wurmb, Alseodaphne spp., Nothaphoebe spp., dan Shorea spp. Agar dapat bertahan hidup jenis-jenis tanaman tersebut harus dipilih, disesuaikan dengan ketinggian air yang terdapat di lahan gambut dan terutama berpotensi merestorasi lahan yang telah terdegradasi."
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
551 JSDA 16:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Surakarta: AksarraSinergi Media, 2015
577.687 KEH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Bela Titis Gantika Br
"ABSTRAK
Indonesia telah menyatakan keikutsertaannya dalam perjanjian iklim, Persetujuan Paris atau Paris Agreement, dalam rangka penurunan emisi Gas Rumah Kaca. Dalam pelaksanaanya, Persetujuan Paris memberikan kewajiban bagi negara-negara pesertanya untuk membentuk kontribusi nasional yang disebut dengan Nationally Determined Contribution (NDC), dimana didalamnya terdapat target yang hendak dicapai dalam upaya mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sesuai dengan kondisi domestik negara-negara peserta. Tentunya, setiap negara memiliki prioritas yang berbeda dalam upaya mengurangi emisi GRK, termasuk Indonesia. Bencana alam seperti kebakaran hutan dan lahan gambut yang sering terjadi di Indonesia menjadi pertimbangan pemerintah untuk memprioritaskan kegiatan restorasi hutan dan lahan gambut di dalam NDC yang telah disampaikan Indonesia kepada UNFCCC pada tahun 2016. Dalam NDC tersebut, Indonesia ditargetkan dapat merestorasi gambut di Indonesia sebesar 2 (dua) juta hektar pada tahun 2030. Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) sebagai pelaksana kegiatan restorasi gambut yang terfokus pada tujuh provinsi prioritas. Pelaksanaan restorasi gambut di Indonesia oleh BRG diharapkan mampu mencapai target NDC Indonesia sebagai komitmen Indonesia dalam menuju masa depan yang rendah emisi dan berketahanan iklim, dengan adanya kerjasama dengan masyarakat dan sektor privat, dan institusi pemerintah lainnya maupun lembaga non-pemerintah, serta adanya konsistensi dalam menerapkan prinsip iktikad baik dan prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional lainnya.

ABSTRACT
Indonesia has stated its participation in one of the Climate Agreement, namely Paris Agreement, in the context of reducing GHG emission. In its implementation, Paris Agreement provides obligations for the Parties to conduct a Nationally Determined Contribution (NDC), in which there are targets to be achieved in an effort to reduce GHG emissions, in accordance with the domestic conditions of the participating countries. Undoubtedly, each state has different priorities in efforts to reduce GHG emissions, including Indonesia. Natural disasters such as forest and peatland fires that often occur in Indonesia are considered by the government to prioritize forest and peatland restoration in Indonesias Nationally Determined Contribution, that has been submitted to the UNFCCC in 2016. Based on the NDC, Indonesia is targeted two million hectares of peatland to be restored by 2030. In 2016, President Joko Widodo established the Peatland Restoration Agency (BRG) as the main executor of peatland restoration that focused in seven priority provinces. The implementation of peatland restoration in Indonesia by BRG is expected to be able to achieve Indonesias NDC target, as Indonesias commitment towards a low emissions and climate resilient future, through the cooperation with the societies and private sectors, along with other governmental institutions and non-governmental organizations, and also the consistency of implementing good faith and other principles applied in the international environmental law.
"
2020
T54926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cation exchangeable capacity (CEC) of zeolite could be determined not only based on SNI 13-3494 1994,but also permentan No.02/Pert/HK060/2/2006...."
JSTA 10:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini menjelaskan pertambangan batubara sebagai suatu industri tidak membawa kesejahteraan yang menyeluruh terhadap masyarakat. Pada tataran makro, aktivitas pertambangan memberi kontribusi besar pada perekonomian nasional, termasuk menyediakan lapangan kerja. Akan tetapi, untuk tataran mikro, degradasi lingkungan justru lebih menonjol dengan dampak lingkungan yang diakibatkannya, yang kemudian berdampak pada proses marginalisasi masyarakat lokal, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Degradasi lingkungan mengakibatkan lahan-lahan pertanian menjadi tidak subur, sementara akses petani untuk mendapatkan tanah subur dan sumberdaya ekonomi lain terbatas. Kondisi itu diperparah banyaknya pendatang mencari penghidupan yang lebih baik. Fenomena itu semakin mempercepat degradasi lingkungan. Kehadiran pendatang juga menyebabkan bertambah tingginya kompetisi untuk mendapatkan tanah dan sumber ekonomi lainnya. Proses kompetisi itu akan semakin memarginalkan masyarakat lokal karena kalah berkompetisi itu. Semua fenomena itu terjadi karena politik lingkungan yang dimainkan pemerintah lewat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan mulai dari tingkat lokal sampai nasional lebih berorientasi pada kepentingan ekonomi semata."
JPKSY 14:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Tigita S.
"Degradasi fotokatalitik menggunakan katalis TiO2 dan sinar UV merupakan metode degradasi zat organik terlarut. Penelitian ini adalah degradasi fotokatalitik senyawaan kompleks asam humat dengan ion logam Fe3+, Pb2+ dan Cu2+ dibandingkan dengan asam humat bebas, dengan menggunakan suspensi TiO2. Prinsip fotokatalitik dengan katalis TiO2 dan sinar UV adalah pembentukan radikal hidroksil dan radikal yang mengandung oksigen lain, yang berfungsi sebagai oksidator pemecah molekul asam humat menjadi molekul karbon yang lebih sederhana CO2 dan H2O.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran larutan Asam humat dengan larutan ion logam Fe3+, Pb2+ dan Cu2+ dengan perbandingan 1:1 sebanyak 500 mL dengan kondisi optimum 10 ppm dan pH 6. Konsentrasi katalis TiO2 yang digunakan adalah 1 mg/mL. Suspensi ini diiluminasi selama 8 jam. Penurunan Konsentrasi Asam Humat diukur dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Fluoresensi. Sedangkan kandungan zat organik terlarutnya diukur dengan bilangan Permanganat. Proses degradasi dilakukan dengan tiga variasi perlakuan yaitu iluminasi TiO2/UV, TiO2 saja dan UV saja.
Karakterisasi hasil dilakukan dengan Spektrofotometer UV-Vis dan Fluoresensi pada setiap jam degradasi. Dari data yang diperoleh, terjadi penurunan konsentrasi Asam Humat dengan urutan TiO2/UV > TiO2 > UV. Sedangkan pengaruh ion logam pada proses degradasi fotokatalitik dengan urutan Fe3+ > Cu2+ > Pb2+. Dari data pengukuran bilangan permanganat, terjadi penurunan bilangan permanganat, tetapi tidak memberikan penurunan yang cukup berarti. Sehingga dapat disimpulkan proses degradasi fotokatalitik ini tidak dapat mengurangi Kandungan zat Organik secara optimal. Urutan penurunan bilangan permanganat berdasarkan penurunan konsentrasi asam humat yaitu pada degradasi TiO2/UV > TiO2 > UV. Proses degradasi fotokatalitik dapat mengurangi konsentrasi asam humat tetapi tidak dapat mengurangi kandungan zat organiknya sehingga dapat disimpulkan terjadi zat antara ( intermediate) dimana modelnya mendekati pembentukan intermediate fenol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Suftiati
"Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek), rnenjadikan Kota Bekasi selain melayani kebutuhan penduduknya juga melayani kebutuhan penduduk Jakarta. Tingginya migrasi yang berasal dari orang-orang yang bekerja dan mencari pekerjaan serta penghuni perurnahan sebagai limpahan dari Jakarta, karena semakin terbatasnya tanah dan mahalnya harga tanah di Jakarta. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi dengan berbagai aktivitasnya telah memberikan tekanan pada tanah. Pesatnya pembangunan menyebabkan tingginya perubahan pola penggunaan tanah, yang dulunya rnerupakan tanah sawah maupun tanah kering banyak mengalami perubahan fungsi menjadi tanah terbangun. Kondisi ini mengakibatkan semakin sulitnya mendapatkan tanah dari segi keterjangkauan harga, semakin sulitnya mengalokasikan ruang terbuka hijau pertanian, semakin menurunnya kualitas air sungai di Kota Bekasi terutama Kali Bekasi sebagai sumber air baku air minum dan masih tingginya jumlah penderita penyakit yang berhubungan dengan kondisi lingkungan. Permasalahan pada penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi telah mengurangi tanah agraris maupun tanah alami sehingga mengakibatkan degradasi lingkungan hidup.
Secara ringkas masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
a. Menganalisis hubungan pertambahan jumlah penduduk dengan perubahan penggunaan tanah permukiman, industri, fasilitas umum, sawah, dan tamanljalur hijau.
b. Menganalisis pengaruh perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri terhadap penurunan kualitas air Kali Bekasi untuk parameter-parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), dan Escherichia coli (E.coli).
c. Menganalisis hubungan perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri dengan peningkatan jumlah penderita diare.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
a. Mendapatkan informasi mengenai hubungan pertambahan jumlah penduduk dengan perubahan penggunaan tanah permukiman, industri, fasilitas umum, sawah, tamanljalur hijau bagi penataan kembali tanah di wilayah Kota Bekasi.
b. Mendapatkan informasi mengenai pengaruh perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri terhadap penurunan kualitas air Kali Bekasi (dilihat dari parameter BOD, COD, TSS, Ecoli) bagi penataan kembali kebijakan pembangunan Kota Bekasi.
c. Mendapatkan informasi mengenai hubungan perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri dengan peningkatan jumlah penderita penyakit diare sebagai bahan pedoman untuk pemberdayaan masyarakat.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara pertambahan jumlah penduduk dengan perubahan penggunaan tanah permukiman, industri, fasilitas umum, sawah, clan tarnanljalur hijau.
b. Perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri mempengaruhi penurunan kualitas air Kali Bekasi dilihat dari parameter BOD, COD, TSS, dan E.coli.
c. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara perubahan penggunaan tanah permukiman dan tanah industri dengan peningkatan jumlah penderita penyakit diare.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas: jumlah penduduk dan luas penggunaan tanah (permukiman, industri, fasilitas umum, sawah, dan tamanljalur hijau).
b. Variabel terikat: kualitas air (konsentrasi BOD, COD, TSS, E.coli) dan jumlah penderita penyakit diare.
Data sekunder yang terkumpul selama periode tahun 1997 - 2001 berupa data time series jumlah penduduk Kota Bekasi, luas penggunaan tanah di witayah Kota Bekasi, nilai konsentrasi BOD, COD, TSS, dan Escherichia cols air Kali Bekasi, clan jumlah penderita penyakit diare di Kota Bekasi, serta data pendukung lainnya.
Analisis statistik menggunakan Analisis Korelasi product-moment Pearson untuk melihat korelasi antar variabel dan Analisis Regresi Linier Sederhana untuk memprediksi nilai konsentrasi BOD, COD, TSS, E.coli akibat penggunaan tanah permukiman dan industri. Sedang analisis deskriptif untuk melihat hubungan pertambahan penduduk dengan perubahan penggunaan tanah permukiman, industri, fasilitas umum, sawah, dan tamanljalur hijau, hubungan perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri dengan perubahan konsentrasi BOD, COD, TSS, E.coli air Kali Bekasi, hubungan perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri dengan peningkatan jumlah penderita penyakit diare, serta evaluasi terhadap kebijakan pembangunan dan pelaksanaan RTRW Kota Bekasi.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara:
a. Pertambahan jumlah penduduk dengan perubahan penggunaan tanah permukiman (r = 0,959), industri (r = 0,974), fasilitas umum (r = ,906) , sawah (r = - 0,986), dan tamanljalur hijau (r = 0,929).
b. Perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri dengan perubahan konsentrasi BOD (r = 0,976 dan r = 0,947), COD (r = 0,941 dan r = 0,994), TSS (r = 0,667 dan r = 0,836), E.coli (r = 0,894 dan r = 0,734).
c. Perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri dengan peningkatan jumlah penderita penyakit diare (r = 0,961 dan r = 0,959).
Indeks Kualitas air Kali Bekasi turun dari kategori sedang sampai baik (3,027) pada tahun 1997 menjadi kategori agak buruk sampai sedang (2,282) pada tahun 2001. Sedang persamaan regresinya sebagai berikut:
a. tanah permukiman dan industri terhadap konsentrasi BODY = 0,037X - 338,401 dan Y = 0,052X - 9,221.
b. tanah permukiman dan industri terhadap konsentrasi COD adalah:
Y = 0,152x- 1382,601 dan Y = 0,232X -48,799
d. tanah permukiman dan industri terhadap konsentrasi TSS adalah:
Y = 0,103X -- 886,507 dan Y = 0,186X + 3,779
e. tanah permukiman dan industri terhadap konsentrasi E.coli adalah:
Y = 532,882X - 4.867.886 dan Y = 631,359X - 102.537.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara pertambahan jumlah penduduk dengan perubahan penggunaan tanah permukiman, industri, fasilitas umum, sawah, dan tamanljalur hijau. Luas tanah permukiman mengalami peningkatan terbesar akibat pesatnya pernbangunan perumahan, sedang luas tanah sawah mengalami penurunan terbesar akibat pengalihan fungsi tanah.
b. Perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri mempengaruhi penurunan kualitas air Kali Bekasi dilihat dari parameter-parameter BOD, COD, TSS, E.coli.
c. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara perubahan penggunaan tanah permukiman dan industri dengan peningkatan jumlah penderita penyakit diare.
Berdasarkan basil penelitian, disarankan kepada Pemerintah Kota Bekasi untuk:
a. Menata ulang penggunaan tanah agar masyarakat dapat memperoleh tanah secara legal dengan harga yang terjangkau.
b. Menata kembali kebijakan mengendalikan penurunan kualitas air Kali Bekasi, antara lain memberikan sanksi kepada industri yang belum mengolah limbahnya sampai mencapai baku mutu limbah yang disyaratkan sebelum dibuang ke badan air penerima.
c. Memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi penyebarluasan penyakit serta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Menyediakan dan memelihara sarana sanitasi dan persampahan serta saluran pembuangan limbah cair.
e. Mengendalikan pertumbuhan penduduk alami melalui program Keluarga Berencana.

The Relation Between Population Growth And Environmental Degradation (A Case Study of Bekasi Municipality Area)Presidential Decree no. 13/1976 regarding The Development of Jakarta-Bogor-Bekasi (Jabotabek) Area has affected Bekasi becomes a city that does not only serve its inhabitants but also its neighbour, the city of Jakarta. The increasing migration of those who work in Jakarta but live in Bekasi is caused by the scarcity of land as well as the increasing price of land in Jakarta. The increasing population in Bekasi along with their activities has significant impact to the land. The high development growth causes the changing pattern of land use. The agricultural land and dry land have changed into developed land. As a result, some problems have occured such as very hard to find land with affordable price, difficult to allocate green open space for agriculture, decreasing water quality of especially Bekasi river that serves as drinking water supply, and increasing disease caused by environmental problem. The problem addressed in this research is that high population growth causes decreasing availability of agricultural and natural land which, in turn, causes environmental degradation.
In brief, the scope of this research is to analyse:
a. The relation between the increasing number of population and the land use conversion for housing, industry, public facilities, agriculture, and park or green belt.
b. The impact of land use conversion for housing and industry to the decreasing water quality of Bekasi river using Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS) and Escherichia tali (E.coli) parameters.
c. The relation between the land use conversion for housing and industry and the increasing number of diarrhea patients.
The purposes of this research are to collect information on:
a. The relation between the increasing number of population and the land use conversion for housing, industry, public facilities, agriculture, and park or green belt aimed for rearranging the land use by evaluating Spatial Plan of Bekasi Municipality.
b. The impact of land use conversion for housing and industry to the decreasing water quality of Bekasi river using BOD, COD, TSS and Ecoli parameters aimed for rearranging the development policy of Bekasi Municipality.
c. The relation between the land use conversion for housing and industry and the increasing number of diarrhea patients aimed for developing the guide lines of public empowerment program.
The hypothesis of this research are:
a. There is a significant relation between the increasing number of population and the land use conversion for housing, industry, public facilities, agriculture, and park or green belt,
b. The land use conversion for housing and industry affects the decreasing water quality of Bekasi river as indicated by the concentration of BOD, COD, TSS and E.coli parameters,
c. There is a significant relation between the land use conversion for housing and industry and the increasing number of diarrhea patients.
The variables used in this research are:
a. Independent variable: the number of population and the land use area for housing, industry, public facilities, agriculture, and park or green belt,
b. Dependent variable: water quality as indicated by the concentrations of BOD, COD, TSS, E.Coli, and the number of diarrhea patients.
The secondary data collected from Bekasi Municipality during 1997 to 2001 period are time series data of: the number population of Bekasi Municipality, the land use area in Bekasi, the concentration of BOD, COD, TSS and E.Coli found in Bekasi river, the number of diarrhea patients, and other relevant supporting data.
For the statistical analysis, this research uses Product-moment Pearson Correlation Analysis to observe the correlation of inter variable and Simple Linear Regression Analysis to predict concentration value of BOD, COD, TSS, E.coli as a result of land use for housing and industrial. The descriptive analysis is used to observe the correlation between: the increasing number of population and the land use conversion for housing, industry, public facilities, agriculture, and park or green belt; the land use conversion for housing and industry and the changing concentration of BOD, COD, TSS, and E.Coli found in Bekasi river; and the land use conversion for housing and industry and the increasing number of diarrhea patients. The descriptive analysis is also used to evaluate the development policy and the implementation of Bekasi Spatial Planning.
The result of the research shows very strong relation among tested variables, they are:
a. The increasing number of population and the land use conversion for housing (r = 0,959), industry (r 0,974), public facilities (r = 0,906), agriculture (r = 0,986), and park or green belt (r = 0,929).The land use conversion for housing and industry and the concentration changed of BOD (r = 0.976 and r = 0,941), COD (r = 0.947 and r = 0,994), TSS (r = 0.667 and r = 0,836), E.coli (r = 0.894 and r = 0,734).
b. The land use conversion for housing and industry and the increasing number of diarrhea patients (r = 0.961 and r = 0,959).
The water quality index of Bekasi river degrades from medium-to-good category (3,027) in 1997 to bad-to-medium category (2,282) in 2001. The regression equations are as follows:
a. Land for housing and industry to BOD concentrate is: Y = 0,037X - 338,441 and Y = 0,052X - 9,221
b. Land for housing and industry to COD concentrate is: Y = 0,152X - 1382,601 and Y = 0,232X -- 48,799
c. Land for housing and industry to TSS concentrate is: Y = 0,103X - 886,507 and Y = 0,186X + 3,779
d. Land for housing and industry to E.coli concentrate is: Y = 532,882X - 4.867.886 and Y = 631,359X - 102.537.
Based on the research and discussion, it can be concluded that:
a. There is a significant relation between the increasing number of population and the land use conversion for housing, industry, public facilities, agriculture, and park or green belt.
b. The land use conversion for housing contributes the biggest impact as a result of rapid growth of housing development. The land use conversion for housing and industry have caused the quality degradation of Bekasi river as it can be observed from BOD, COD, TSS, E.coli parameters.
c. There is a significant relation between the land use conversion for housing and industry and the increasing number of diarrhea patients.
Based on the research, it can be suggested that Bekasi Municipality should:
a. Rearrange the land use so that the public could obtain the land legally and with affordable price.
b. Review its policy in managing the water quality degradation of Bekasi river, by, among others, enforce legal sanction to the industries that have not processed their industrial waste water before discharging them to the water shed.
c. Conduct public empowerment program to enhance their capacity in preventing and mitigating the disease as well as to have clean and healthy behavior.
d. Provide and maintain sanitation, waste and sewarage infrastructures.
e. Manage population growth by motivating the community to join the family planning program.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ino Fadhil
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan Rhizopus azygosporus UICC 539 dalam mendegradasi pati 1% dan 2% pada suhu 30ºC, 35ºC, 40ºC, 45ºC, dan 50º C. Rhizopus azygosporus UICC 539 di Potato Sucrose Agar (PSA) usia 5 hari pada suhu 30ºC dibuat menjadi blok agar berdiameter 6 mm. Blok agar mengandung sel R. azygosporus (106 sel/mL) ditanam pada Czapek Dox Agar (CDA) modifikasi dengan penambahan pati 1% (b/v) dan 2% (b/v), kemudian diinkubasi pada suhu 30ºC, 35ºC, 40ºC, 45ºC, dan 50º C, selama 3 dan 5 hari. Kontrol adalah CDA modifikasi dengan pati 1% dan 2% tanpa blok agar serta CDA tanpa pati sebagai kontrol negatif. Hasil degradasi pati ditunjukkan sebagai zona bening dengan menambahkan larutan Lugol iodin pada medium perlakuan setelah 3 dan 5 hari. Kemampuan degradasi pati dihitung menggunakan Enzymatic Index (EI) dengan R/r, yaitu R adalah diameter zona bening dan r adalah diameter koloni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R. azygosporus UICC 539 mampu mendegradasi pati 1% dan 2% pada suhu 30º–50ºC. Kemampuan R. azygosporus UICC 539 mendegradasi pati semakin meningkat, seiring peningkatan suhu pertumbuhan dan waktu inkubasi.

This study aims to test the ability of Rhizopus azygosporus UICC 539 to degrade 1% and 2% starch at temperatures of 30ºC, 35ºC, 40ºC, 45ºC, and 50º C. Five-day old R. azygosporus UICC 539 in Potato Sucrose Agar (PSA) at 30ºC was made into agar blocks in 6 mm diameter. Agar blocks containing R. azygosporus cells (106 cells/mL) were grown on modified Czapek Dox Agar (CDA) with the addition of 1% (w/v) and 2% (w/v) starch, and incubated at 30ºC, 35ºC, 40ºC, 45ºC, and 50ºC, for 3 and 5 days. Controls were modified CDA with 1% (w/v) and 2% (w/v) starch without agar blocks and CDA without starch as negative control. Indication of starch degradation was shown as a clear zone by adding Lugol’s iodine solution to the medium after 3 and 5 days. The ability of R. azygosporus UICC 539 to degrade starch was calculated using Enzymatic Index (EI) formulation: R/r, where R was the diameter of the clear zone and r was the diameter of the colony. The results showed that R. azygosporus UICC 539 was able to degrade 1% and 2% starch at 30ºC–50ºC. The ability of R. azygosporus UICC 539 to degrade starch increased with increasing temperature and incubation time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muslikah
"Perilaku konsolidasi tanah gambut sangat kompleks dan berbeda dibanding dengan tanah lempung. Ini disebabkan, kandungan serat-serat organik di dalam tanah gambut dan terjadinya proses dekomposisi pada serat-serat organik tersebut selama konsolidasi. Karena kondisi anaerob maka proses dekomposisi tanah gambut berjalan secara lambat. Salah satu cara untuk mempercepat terjadinya dekomposisi atau degradasi tanah gambut, yaitu dengan memberikan mikroorganisme yang dapat mendegradasi serat-serat tanah gambut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsolidasi pada tanah gambut untuk melihat degradasi yang terjadi jika tanah gambut tersebut ditambahkan mikroorganisme. Mikroorganisme yang diinjeksi ke dalam tanah gambut berasal dari tanah gambut itu sendiri dengan cara diisolasi dan dikembangbiakan untuk dimasukkan kembali ke dalam tanah gambut. Sebagai pembanding digunakan mikroorganisme yang berasal dari pupuk hayati EM4 dan P2000Z. Pada penelitian ini tanah gambut yang digunakan berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa, sampel tanah gambut yang diinjeksi dengan kombinasi antara mikroorganisme asli (10%) dengan pupuk hayati EM4 (10%) + P2000z (10%) atau sampel tanah gambut variasi 4 (A4) memiliki tingkat degradasi yang lebih baik dibandingkan sampel tanah gambut variasi injeksi mikroorganisme lainnya.

Consolidation peat soil behavior very complex and differ to be compared to with clay. This is caused, organic fibre content in peat soil and the happening of decompotition process at the organic fibre during consolidation. Because condition of anaerob hence peat soil decompotition process walk tardyly. One of the way of to quicken the happening of decompotition or peat soil degradation, that is by giving mikroorganism which can degradation fibre peat soil.
This research is done to know how consolidation influence at peat soil to see degradation that happened if the peat soil enhanced by microorganism. Microorganism which is injection into peat soil come from itself peat soil by isolation and grown to be reentered into peat soil. As comparator used by microorganism coming from biofertilizer EM4 and P2000Z. At this research of used peat soil come from Ogan Komering Ilir Region, South Sumatra.
Result of examination in laboratory indicate that, peat soil sampel which is injection with combination among original microorganism (10%) with biofertilizer EM4 (10%) + P2000Z (10%) or variation 4 of peat soil (A4) have degradation level which is better to be compared to other microorganism injection variation of peat soil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>