Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118091 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evans Tofano Bobian
"Tujuan utama dari terapi asma adalah asma yang terkontrol yang mungkin dipengaruhi hal seperti derajat berat asma. Pada penelitian sebelumnya dari luar negeri mengenai hubungan antara derajat herat asma dengan tingkat kontrol asma, ditemukan bahwa semakin berat derajat asma, semakin rendah tingkat kontrolnya. Dari jumlah total subjek penelitian, kelompok dengan asma ringan sebanyak 64 orang (59,8%), asma sedang sebanyak 27 orang (25,2%), dan asma berat sebanyak 16 orang (15%). Didapatkan hubungan yang bermakna antara derajat berat asma dengan tingkat kontrol asma (p = 0,003) pada pasien Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan.

The main goal of asthma therapy is to achieve complete control over the disease, which may be determined by the severity of the asthma. In previous studies, it was concluded that more severe asthma is associated with less control over it. Among all the subjects of the study, there are 64 patients with mild asthma (59,8%), 27 patients with moderate asthma (25,2%), and 16 patients with severe asthma A significant association between asthma severity with asthma control level was found (P=O,003) in asthma patients in Asthma Clinic of Persahabatan Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S70305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masbimoro Waliyy Edisworo
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tingkat kontrol asma tidak terkontrol pada pasien asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan yang diukur dengan Asthma Control Test dan hubungan antara tingkat pengetahuan umum asma pasien dengan tingkat kontrol asma. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Prevalensi asma tidak terkontrol pada pasien asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan yang diukur dengan Asthma Control Test adalah 75,7%. Tidak didapatkan hubungan yang bermaksa antara tingkat pengetahuan umum asma dengan tingkat kontrol asma (p > 0,05) pasien Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan.

This research is made to discover the level of uncontrolled asthma in the Asthma Polyclinic of Persahabatan Hospital with the ACT as the tool of measurement and to figure out whether there is an association between the level of patient education regarding asthma. The design used for this particular research is cross-sectional. The prevalence of uncontrolled asthma turned out to be 75,7 %. This research concludes that there are no significant association (p > 0,05) between the level of asthma general knowledge with their level of control of their illness of patients in the Asthma Polyclinic of Persahabatan Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S70442
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Atmoko
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan indeks massa tubuh dengan tingkat kontrol asma. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang. Dari jumlah total subjek penelitian (n = 107), prevalens asma tidak terkontrol di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan yang diukur dengan Asthma Control Test adalah 81 orang (75,7%). Dengan uji Chi-Square, didapatkan hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan tingkat kontrol asma (p = 0,03), sedangkan hubungan antara usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan tingkat kontrol asma tidak bermakna (p > 0,05).

The goals of this research are knowing the association between body mass index, age, gender, level of education, body mass index with the level of asthma control. Cross sectional database was set up. From the total amount of subjects (n = 107), prevalence of uncontrolled asthma at Hospital Persahabatan Asthma Polyclinic was 81 patients (75,7%) measured by Asthma Control Test. With the Chi-Square test, researcher found that there was significant relation between body mass index and the level of asthma control (p = 0,03). On the other hand, there was no significant relation between age, gender, level of education and the level of asthma control (p > 0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S70443
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Prastiti Utami
"Latar Belakang: Pajanan terhadap jamur telah diketahui berperan dalam perburukan gejala asma, fungsi paru yang buruk, rawat inap dan kematian. Kolonisasi atau pajanan jamur dapat mencetuskan respons alergi dan inflamasi paru. Sensititasi jamur oleh Aspergillus dapat menyebabkan Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA) maupun Severe Asthma with Fungal Sensitization (SAFS). Pemeriksaan Immunodiffusion test (IDT) merupakan uji serologi untuk mengetahui terdapatnya antibodi anti-Aspergillus, namun pemeriksaan ini belum banyak digunakan di Indonesia dan perannya terhadap pasien asma belum diketahui.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian prospektif dengan metode consecutive sampling dan desain potong lintang. Subjek penelitian ini adalah pasien asma yang berobat di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. Subjek penelitian menjalani pemeriksaan spirometri, Asthma Control Test (ACT) dan serologi antibodi anti-Aspergillus dengan metode IDT Aspergillus menggunakan crude antigen Aspergillus.
Hasil: Subjek penelitian ini sebanyak 59 pasien. Sejumlah 49 subjek (83,1%) berjenis kelamin perempuan, 37 subjek (62,7%) berusia ≥50 tahun, 45 subjek (76,3%) berpendidikan SLTA atau lebih, 25 subjek (42,4%) obesitas I, 5 subjek (8,5%) obesitas II dan 11 subjek (18,6%) bekas perokok. Sebagian besar subjek (62,71%) merupakan pasien asma persisten sedang. Asma terkontrol penuh ditemukan pada 7 subjek (11,86%), sedangkan asma tidak terkontrol pada 32 subjek (54,24%). Derajat obstruksi yang terbanyak ditemukan adalah obstruksi sedang pada 31 subjek (52,5%). Nilai %VEP1 ≥80% prediksi setelah uji bronkodilator ditemukan pada 24 subjek (40,7%). Dari 59 sampel darah yang diperiksa, tidak ada yang menunjukkan hasil IDT positif (0%), termasuk subjek yang datang dalam keadaan eksaserbasi dan subjek dengan asma persisten berat.
Kesimpulan: Hasil positif pemeriksaan IDT Aspergillus pada pasien asma sebesar 0%. Pemeriksaan IDT Aspergillus tidak dapat digunakan secara tunggal tanpa pemeriksaan lain untuk mendeteksi sensititasi terhadap Aspergillus pada pasien asma dan tanpa validasi terhadap crude antigen Aspergillus yang digunakan.

Background: Exposure to fungi has been known to play a role in worsening symptoms of asthma, poor lung function, hospitalization and death. Fungal colonization or exposure can trigger an allergic response and lung inflammation. Fungal sensitization by Aspergillus spp. can cause allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) or severe asthma with fungal sensitization (SAFS). Immunodiffusion test (IDT) is a serological test to determine the presence of anti-Aspergillus antibodies, but this examination has not been widely used in Indonesia and its role in asthma patients is unknown.
Method: This study was a prospective study with consecutive sampling method and cross-sectional design. The subjects were asthma patients treated at Asthma Outpatient Clinic at Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia. Subjects underwent spirometry, Asthma Control Test (ACT) and serology of anti-Aspergillus antibodies examination with the IDT Aspergillus method using crude antigen Aspergillus.
Results: The subjects of this study were 59 patients. A total of 49 subjects (83.1%) were females, 37 subjects (62.7%) were ≥50 years old, 45 subjects (76.3%) had high school education level or higher, 25 subjects (42.4%) were obese I, 5 subjects (8.5%) were obese II and 11 subjects (18.6%) were former smokers. Most subjects (62.71%) were moderate persistent asthma patients. Fully-controlled asthma was found in 7 subjects (11.86%), while uncontrolled asthma was found in 32 subjects (54.24%). The highest degree of obstruction found was moderate obstruction in 31 subjects (52.5%). The %VEP1 ≥80% predicted after the bronchodilator test was found in 24 subjects (40.7%). Of the 59 blood samples examined, none showed positive IDT results (0%), including subjects who came in exacerbations and subjects with severe persistent asthma.
Conclusion: Positive results of IDT Aspergillus examination in asthma patients were 0%. The Aspergillus IDT examination cannot be used singly without other examinations to detect Aspergillus sensitization in asthmatic patients and without validation of the crude antigen Aspergillus used."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Faik Falaivi
"ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu faktor resiko timbulnya kolonisasi jamur di saluran napas bawah adalah asma. Kolonisasi jamur merupakan faktor predisposisi timbulnya proses sensitisasi atau mikosis paru dan dapat memperberat derajat berat asma, status kontrol asma dan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kolonisasi jamur di saluran napas pada pasien asma persisten di Indonesia khususnya di RSUP Persahabatan dan hubungannya dengan asma, status komtrol asma dan fungsi paruMetode : Penelitian ini berdesain potong lintang dengan subjek penelitian adalah pasien asma persisten yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Pasienakanmenjalanipemeriksaan asthma control test, foto toraks dan uji spirometri serta induksi dahak untuk diperiksakan biakan jamur di bagian Parasitologi Rumah Sakit Cipto Mangukusumo RSCM . Hasil biakan jamur dianalisa untuk mengetahui hubungannya dengan asma, satus kontrol asma dan fungsi paru.Hasil : Total pasien yang menjalani seluruh prosedur penelitiaan adalah 45pasien. Biakan jamur positif pada 39 pasien 86,7 dan biakan jamur negatif pada 6 pasien 13,3 . Jumlah isolat jamur yang tumbuh ge; 2 spesies sebanyak 20 pasien 44,5 dan jamur berbentuk filamen tumbuh pada 21 pasien 46,8 .Isolat jamur yang paling banyak tumbuh adalah Candida albicans,Miceliasterilla dan Aspergillus fumigatus.Terdapat hubungan bermakna antara jamur berbentuk filamen dengan lama penggunaan kortikosteroid inhalasi.Kesimpulan: Sebagian besar pasien asma persisten mempunyai kolonisasi jamur di saluran napas. Isolat yang paling banyak tumbuh pada pada pasien asma adalah Candida albicans, Micelia sterile dan Aspergillus fumigatus. Lama penggunaan kortikosteroid inhalasi berhubungan dengan kolonisasi jamur di saluran napas. Kata kunci: kolonisasi jamur, asma, induksi dahak
ABSTRACT Background One of the risk factor for fungal colonization is asthma. Fungal colonization is predisposision factor for sensitization or lung mycosis and can aggravate the degree of asthma, asthma control status and lung function. The purpose of this study to get data about fungal colonization in the airways on persistent asthma patients in Indonesia especially Persahabatan Hospital and its related to asthma, asthma control status and lung function.Method This was a cross sectional study conducted on persistent asthma patients treated at the Persahabatan Hospital. Subjects underwent examination of asthma control test, chest X ray, spirometry test and sputum induction for examination of fungal cultures at Parasitology Department, Cipto Mangukusumo Hospital. The results fungal cultures was analyzed to find the correlation between fungal colonization with asthma, control asthma status dan lung function.Results Forty five subjects complete all procedure in this study. Positive fungal cultures was found in 39 subjects 86.7 and negative fungal culture was found in 6 subjects 13.3 . More than one species was found to be grown in the culture of 20 subjects 44.5 and filamentous fungal grown in the culture of 21 subjects 46,8 . The most widely found fungi were Candida albicans, Micelia sterilla and Aspergillus fumigatus. There was a significant association between filamentous fungi with prolonged use of inhaled corticosteroids.Conclusion Most of the persistent asthma subjects have fungal colonization in the airways. The most widely found fungi were Candida albicans, Micelia sterilla and Aspergillus fumigatus. Duration use of inhalation corticosteroid related to fungal infection. Keywords fungal colonization, asthma, sputum induction "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Pahala
"Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan kekerapan yang meningkat baik di negara sedang berkembang seperti Indonesia maupun di negara maju.1-3 Di Indonesia asma merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak setelah infeksi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 asma,bronkitis dan penyakit saluran napas lain merupakan penyebab kesakitan nomor lima dan penyebab kematian nomor sepuluh, sedangkan menurut SKRT 1992 asma, bronkitis dan emfisema merupakan penyebab kematian nomor tujuh di indonesia.
Konsensus internasional yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai suatu inflamasi kronis saluran napas yang didalamnya terlibat berbagai sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil dan limfosit T. Asma dalam derajat apapun sudah terjadi inflamasi kronis saluran napas. inflamasi ini sudah terdapat pada asma yang sangat ringan sekalipun. Inflamasi saluran napas kronis memberikan gambaran kiinik khas yaitu obstruksi saluran napas yang reversibel dan hipereaktiviti bronkus. Inflamasi saluran napas merupakan mekanisme utama yang menyebabkan obstruksi saluran napas dan hipereaktiviti bronkus terhadap berbagai stimuli pada asma. Tetapi kiasifikasi berat asma didasarkan pada gejala klinis dan nilai faal pare, bukan berdasarkan penilaian sel inflamasi di saluran napas sesuai dengan definisi asma yaitu inflamasi kronik saluran napas.
Sel inflamasi yang berperan pada patogenesis asma terutama sel limfosit T, sel mast dan eosinofil. Aktivasi sel limfosit T menyebabkan pengerahan sekresi eosinofil yang menimbulkan kerusakan sel epitel dan hipereaktiviti bronkus. Eosinofil merupakan sel inflamasi yang berperan utama dalam proses inflamasi kronik saluran napas penderita asma dan migrasi eosinofil ke saluran napas merupakan tanda khas asma. Pengerahan eosinofil yang terektivasi dan mediatornya di dalam saluran napas sangat behubungan dengan berat hipereaktiviti bronkus. Inflamasi saluran napas ini dapat dinilai secara langsung dengan mengukur jumlah eosinofil dan eosinophy/iic cationic protein (ECP) atau secara tidak langsung dengan mengukur eosinofil darah. Jumlah eosinofil sputum meningkat sering berhubungan dengan berat derajat asma. Pemeriksaan eosinofil sputum dan hipereaktiviti bronkus dengan metakolin merupakan pemeriksaan objektif yang berguna untuk menilai inflamasi saluran napas penderita asma. Penilaian proses inflamasi pada diagnosis asma saat ini hanya menggunakan uji provokasi bronkus untuk mengukur hipereaktiviti bronkus dan pemeriksaan eosinofil darah, sedangkan eosinofil sputum dan uji kulit jarang dilakukan.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan bahan pemeriksaan sel inflamasi saluran napas yaitu secara invasif dan noninvasif. Cara invasif meliputi kurasan bronkus, bilasan bronkus dan biopsi bronkus. Sedangkan cara noninvasif adalah dengan induksi sputum dan sputum spontan. 1nduksi sputum dengan garam hipertonik dapat merangsang peningkatkan produksi sputum dengan risiko yang Iebih kecii, aman, reproduksibel, valid dan efektif.
Saat ini hubungan antara inflamasi dan hipereaktiviti bronkus banyak diteliti dan diperdebatkan. Beberapa peneliti menyimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara hipereaktiviti bronkus dan inflamasi saluran napas, sedangkan peneliti lain tidak mendapatkan korelasi yang bermakna. Tetapi korelasi antara inflamasi saluran napas dengan hipereaktiviti bronkus tidak selalu ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah eosinofil sputum dengan hipereaktiviti bronkus pada penderita asma alergi persisten sedang yang stabil dengan jumlah eosinofil sputum orang sehat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Prida Arini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi interaksi obat asma di Poliklinik Asma RSUP Persahabatan. Skrining interaksi obat dilakukan menggunakan The Medical Letter Drug Interaction Program. Data obat yang digunakan diambil dari rekam medik 120 pasien asma rawat jalan di Poliklinik asma RSUP Persahabatan periode Juni-Agustus 2006, hasilnya 105 pasien (87,5%) memiliki potensi interaksi dan 15 pasien (12,5%) tidak memiliki potensi interaksi. Obat kategori sedikit digunakan oleh 9 pasien, kategori sedang oleh 51 pasien dan kategori banyak oleh 45 pasien. Berdasarkan pengamatan terhadap 105 pasien, 18 pasien memiliki potensi interaksi obat kategori sedikit, 10 pasien kategori sedang dan 77 pasien kategori banyak. Berdasarkan analisa hubungan menggunakan uji Kai kuadrat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah obat yang digunakan dengan jumlah potensi interaksi obat. Potensi interaksi obat terbanyak yaitu teofilin dan salbutamol yang terdapat pada 61 pasien. Potensi interaksi obat ini jika terjadi dapat mengakibatkan efek hipokalemia, turunnya efek teofilin dan takikardi. Oleh karena itu perlu monitoring penggunaan obat dan penelitian klinis lebih lanjut.

The aim of this study is to know the potency of the asthma drug interaction at Asthma Polyclinic of RSUP Persahabatan. Screnning of the drug interaction by The Medical Letter Drug Interaction Program. The list of drug which used based on medical record 120 ambulatory patients of asthma at Polyclinic of RSUP Persahabatan period Juni- August 2006, the result is 105 patients (87,5%) have potency of drug interaction and 15 patients (12,5%) have no potency of drug interaction. Drug in few category used by 9 patients, 51 patients in medium category, 45 patients in many category. Based on observation to 105 patients, 18 patients have potency of drug interaction in few category, 10 patients in medium category, 77 patients in many category. Based on analysis correlation with Chi square test there is correlation between the quantity of drug and quantity potency of drug interaction. The most of drug interaction potency is theophylline and salbutamol in 61 patients. This potency of interaction if happened can give consequence of hypokalaemia, decrease theophylline effect and tachycardia. Because of that need to monitoring the use of the drug and clinical research still also to be done."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S32875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bulkis Natsir
"ABSTRAK
Latar belakang : Airway remodelling pada asma juga melibatkan saluran napas
perifer dan diduga dapat mempengaruhi alveoli hingga menyebabkan kelainan di
parenkim paru Penelitian ini mencoba menemukan kelainan parenkim paru pada
pasien asma melalui pemeriksaan kapasitas difusi dengan DLCO metode napas
tunggal.
Metode :.Penelitian potong lintang dengan membagi asma berdasarkan derajat
keparahannya dalam dua kelompok besar yaitu asma ringan (intermiten dan persisten
ringan) dan berat (persisten sedang dan berat). Terdapat 60 subjek yang diambil
secara konsekutif dari pasien asma stabil tanpa komorbid dan berobat di Poli Asma-
PPOK RSUP Persahabatan dari Bulan Desember 2015-Mei 2016.
Hasil : Nilai rerata DLCO/prediksi pada kelompok asma ringan yaitu 92,74±15,70%
dan menurun pada kelompok asma berat yaitu 78,41±14,21%. Beberapa nilai
spirometri menunjukkan hubungan positif bermakna dengan nilai DLCO/prediksi
yaitu : KVP/prediksi, VEP1/prediksi dan FEF25-75%/prediksi dengan nilai p <0,05.
Analisis korelasi menunjukkan KVP/prediksi secara nyata dapat mempengaruhi
kapasitas difusi pasien asma. Terdapat hubungan bermakna antara kelainan fungsi
paru (p 0,004) dan derajat keparahan asma (p 0,000) dengan penurunan nilai
DLCO/prediksi (DLCO/prediksi ≤ 75%).
Kesimpulan :.Derajat keparahan asma memiliki hubungan dengan kapasitas difusi
paru, semakin berat derajat keparahannya maka semakin menurun kapasitas difusi
paru. Penurunan kapasitas difusi menunjukkan bahwa kelainan pada asma tidak
hanya terjadi di saluran napas tapi juga mungkin melibatkan parenkim paru.

ABSTRACT
Background: Airway remodelling in asthma which is involved small airway is
thought can affect until alveoli and cause abnormalities in the lung parenchyma This
study tries to find lung parenchymal abnormalities in patients with asthma through
the examination diffusion capacity with a single breath DLCO method .
Methods : A cross-sectional study by dividing asthma based on the degree of severity
into two major groups, namely mild asthma ( intermittent and mild persistent ) and
severe ( persistent moderate and severe ). The amount of each group is 30 subjects ,
which is taken consecutively from stable asthma patients without comorbid who is
seeking treatment Persahabatan Hospital at December 2015 - May 2016
Results : The average value of DLCO /predictions in mild asthma group is 92,74 ±
15,70% and decreased in the severe asthma group is 77,45 ± 16,78%. Some
spirometry values showed significant positive correlation with the value of DLCO
/prediction , namely : KVP /prediction , VEP1 /prediction and FEF25-75 % / prediction
with p < 0.05 . Corellation analysis showed KVP / prediction could dramatically
affect the diffusion capacity of asthmatic patients . There is a significant relationship
between abnormalities in lung function ( p 0,004) and severity of asthma ( p 0.000 )
with a corresponding decrease DLCO / prediction (DLCO / prediction ≤ 75 % )
Conclusion : The severity of asthma has a relationship with the diffusion capacity of
the lungs, increased severity will decrease the diffusion capacity in asthma patient.
Decreasing diffusion capacity showed that abnormalities in asthma not only occur in
the respiratory tract but also in the lung parenchyma;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Papayungan, Diana
"Latar Belakang : Asma adalah merupakan penyakit kronis saluran napas yang dipandang sebagai penyakit psikosomatik yang klasik, oleh karena dianggap bahwa faktor psikologis ikut berperan tidak hanya pada onset timbulnya penyakit tetapi juga dalam penentuan perjalanan penyakit. Asma dianggap juga sebagai reaksi fisik terhadap stres yang kemudian disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan morfologik jaringan dan ditandai oleh peningkatan respon dari jalan napas terhadap berbagai stimuli (alergen dan non alergen), dan bermanifestasi sebagai penyempitan jalan napas yang menyeluruh (difus) yang dapat berubah beratnya balk secara spontan maupun dengan pengobatan. Adanya penyakit kronis seperti asma selain berdampak pada perkembangan anak juga dapat menyebabkan anak berisiko mengalarni berbagai masalah emosi, periIaku, dan sosial. Dikatakan bahwa anak asma 2.5 kali lebih banyak mengalami problem emosi dan perilaku dibanding anak yang sehat.
Metode : Menggunakan desain cross sectional dan alat ukur CBCL untuk menskrining problem emosi dan perilaku pada anak usia 6-18 tahun yang menderita asma.
Hasil : Proporsi total problem emosi dan perilaku pada anak asma sebesar 39%. Proporsi tertinggi diantara narrow syndrom adalah keluhan somatik sebesar 34% dan diatara broad syndrom yang tertinggi adalah intemalisasi sebesar 70%. Kelompok umur yang terbesar mengalami problem emosi dan perilaku adalah 6-12 tahun, laki-laki lebih tinggi dari perempuan, sedang menurut urutan anak yang tertinggi adalah anak sulung. Usia onset, yang terbanyak mengalami problem emosi dan perilaku yakni pada usia 6-10 tahun, dan diperoleh hubungan yang bermakna antara usia onset dan problem pikiran (p102 bulan(> 8,5 tahun) didapatkan hubungan yang bermakna dengan problem atensi, dan pada lama sakit > 90 bulan(> 7,5 tahun) didapatkan hubungan yang bermakna dengan perilaku delikuen.

Background
Asthma is a respiratory chronic illness regarded as classic psychosomatic illness since psychological factor entails not only in onset?s cause of illness but also in determination of illness route itself. Asthma is also considered as a physical response to stress which is followed by tissues morphologic alteration and indicated by the increase of breathing s route response to any stimulant, thus manifested as whole breathing?s route constriction which mass can change either spontaneously or by treatment.
A part from children's development chronic illness can also endanger children with the risk of emotional, behavior and social problems. It is said that asthmatic children suffer from emotional and behavior problems 2.5 limes greater than normally children.
Methods
Using cross sectional design and CRCL measurement equipment by means of emotional and behavior problems screening or asthmatic children aged 6-18 years old
Result and Discussion
Asthmatic children are emotional and behavior problems total proportion is 39 %. The highest proportion among narrow band syndrome is somatic complaint, which is as much as 34 % and the highest among broad band syndrome is internalization, which is as 70 %. The group which suffers most from emotional and behavior problems is 6-12 years of age group. Boys suffer more than girls. And firstborn suffers the most. Onset age which suffers from behavior problems the most is 6-10 years of age group. It is obtained a significant relation between onset age and mind problem (p < 0.05). There are two illness duration cut rates that have significant relation with the occurrence of emotional and behavior problems, they are >102 months (>8.5 years) illness period, from which a significant relation with attention problem obtained, and > 90 months(> 7.5 years) illness period, from which a significant relation with deliquency behavior obtained
Conclusion
Proportion of emotional and behavior problems of asthmatic children aged 6-18 years is 39 %. There is a significant relation between illness onset age and mind problem. There is a significant relation between illness period > 8.5 years and attention problem. For >7.5 years illness period, there is a significant relation with delinquency behavior.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suri Nurharjanti Harun
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>