Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204697 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Novita
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF wajib memenuhi dan menjamin keamanan, mutu produk. Salah satu PBF yang ada di Jakarta adalah PT. Kimia Farma Trading & Distribution cabanG Jakarta 1(KFTD Jakarta 1). Sebuah PBF harus memahami dan dapat mengimplementasikan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).  Beberapa aspek yang dibahas pada tugas khusus ini adalah Trasportasi, Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak dan Dokumentasi. Tujuan penulisan tugas khusus ini adalah Untuk Mengetahui Implementasi CDOB terhadap Transportasi, Fasilitas Distribusi berdasarkan Kontrak dan Dokumentasi di KFTD Jakarta 1. Metode yang digunakan adalah studi literatur, observasi serta diskusi bersama narasumber. Implementasi CDOB terhadap transportasi yang digunakan pada kegiatan distribusi aman, tidak menurunkan mutu obat dan dapat dikondisikan sesuai dengan label obat sehingga dapat mempertahankan mutu produk. Implementasi CDOB terhadap fasilitas distribusi berdasarkan kontrak sudah sesuai dengan CDOB dimana kontrak tertulis baik antara pemberi kontrak dan penerima kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan mutu obat dan/atau bahan obat seperti kontrak antara KFTD Jakarta 1 dengan PT. Rentokil Indonesia dalam pengendalian hama. Implementasi CDOB terhadap dokumentasi sudah sesuai dengan CDOB dimana KFTD Jakarta 1 mendokumentasi dalam tiap tahapan distribusi dan diarsipan selama 3 tahun sebelum dilakukan pemusnahan. Berdasarkan hasil studi literatur, hasil implementasi CDOB di PT. Kimia Farma Trading & Distribution khususnya transportasi, fasilitas disribusi berdasarkan kontrak dan dokumentasi sudah sesuai dengan CDOB. 

The Pharmaceutical Wholesaler (PBF) is a legal company that has permission to carry out the procurement, storage, and distribution of drugs and/or drug materials in large quantities in accordance with the provisions of laws and regulations. PBF is obliged to ensure the safety and quality of products. One of the PBF in Jakarta is PT. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 1 branch (KFTD Jakarta 1). PBF must understand and be able to implement Good Distribution Practice (GDP). Some aspects discussed in this special assignment are Transportation, Distribution Facilities Based on Contracts, and Documentation. The purpose of writing this special assignment is to understand the implementation of GDP on Transportation, Distribution Facilities based on Contracts, and Documentation at KFTD Jakarta 1. The method was literatures study, observation, and discussions with sources. The implementation of GDP on transportation used in distribution activities is safe, does not compromise the quality of drugs, and can be conditioned according to the drug label to maintain product quality. The implementation of GDP on distribution facilities based on contracts is in accordance with GDP where written contracts are well established between the contractor and the contract recipient, especially those related to the safety, efficacy, and quality of drugs and/or drug materials, such as the contract between KFTD Jakarta 1 and PT. Rentokil Indonesia in pest control. The implementation of GDP on documentation is in accordance with CDOB where KFTD Jakarta 1 documents at each distribution stage and archives them for 3 years before destruction. Based on the results of literature studies, the implementation results of GDP at PT. Kimia Farma Trading & Distribution, especially in transportation, distribution facilities based on contracts, and documentation, are in accordance with GDP.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Hadiani
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan seluruh pihak yang terlibat dalam rantai distribusi obat wajib menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di setiap aspek distribusi. CDOB terdiri dari 9 (sembilan) aspek dan diantara aspek-aspek tersebut, CDOB memiliki aspek Fasilitas Distribusi berdasarkan Kontrak dan aspek Dokumentasi. Aspek Fasilitas Distribusi berdasarkan Kontrak membahas tentang penggunaan pihak penyedia jasa oleh PBF selama proses penyaluran. Sedangkan aspek Dokumentasi membahas tentang dokumen-dokumen yang terkait dengan proses penyaluran atau distribusi. Laporan tugas khusus ini dibuat untuk mengetahui implementasi aspek CDOB Fasilitas Distribusi berdasarkan Kontrak dan aspek Dokumentasi yang ada di PBF PT Masiva Guna. Pelaksanaan tugas khusus dimulai dengan melakukan diskusi serta tanya jawab terkait aspek CDOB untuk memperjelas implementasi aspek CDOB di PT Masiva Guna. Pengamatan juga dilakukan pada dokumen-dokumen yang berkaitan dengan aspek CDOB pada tugas khusus. Berdasarkan hasil pengamatan, PT Masiva Guna memiliki kontrak kerja sama dengan pihak penyedia jasa transportasi atau ekspedisi yang digunakan untuk mengirimkan kebutuhan produk obat ke masing-masing Apotek Roxy. PT Masiva Guna juga memiliki dokumentasi baik dalam bentuk manual maupun elektronik. PT Masiva Guna telah menerapkan aspek CDOB Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak dan aspek Dokumentasi dengan baik pada kegiatan distribusi. Penerapan aspek-aspek CDOB membantu tercapainya tujuan CDOB dalam mempertahankan mutu dan integritas obat selama berada dalam kegiatan penyaluran.

Distributor (PBF) and all parties involved in the drug distribution chain are required to implement Good Distribution Practices (CDOB) in every aspect of distribution. CDOB consists of 9 (nine) aspects and among these aspects, CDOB has the Distribution Facility aspect based on Contract and the Documentation aspect. The Distribution Facilities aspect based on the Contract discusses the use of service providers by PBF during the distribution process. Meanwhile, the Documentation aspect discusses documents related to the distribution or distribution process. This special assignment report was created to determine the implementation of the CDOB aspects of Distribution Facilities based on Contracts and Documentation aspects in PT Masiva Guna. Implementation of special tasks begins with discussions and questions and answers regarding CDOB aspects to clarify the implementation of CDOB aspects at PT Masiva Guna. Observations were also made on documents relating to CDOB aspects of special assignments. Based on observations, PT Masiva Guna has a cooperation contract with the transportation or expedition service provider which is used to send medicinal product needs to each Roxy Pharmacy. PT Masiva Guna also has documentation in both manual and electronic form. PT Masiva Guna has implemented the CDOB aspects of Contract Based Distribution Facilities and Documentation aspects well in distribution activities. Implementation of CDOB aspects helps achieve CDOB goals in maintaining the quality and integrity of medicines while in distribution activities.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiyah Amirah
"PT. Masiva Guna sebagai salah satu Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang melakukan usaha di bidang pengelolaan obat sudah seharusnya melakukan pengkajian terhadap kegiatan usahanya terutama dalam aspek transportasi dan fasilitas distribusi berdasar kontrak agar tetap berjalan sesuai dengan ketentuan CDOB. Pada laporan tugas khusus ini dibahas mengenai kesesuaian antara kegiatan yang dilakukan oleh PBF PT. Masiva Guna dengan penerapan aspek pada Bab 7 – 8 yaitu transportasi dan fasilitas distribusi berdasar kontrak sesuai dengan CDOB. Hasil dari pengkajian yang telah dilakukan bahwasanya secara umum aspek transportasi dan fasilitas distribusi berdasar kontrak sebagian besar telah diterapkan oleh PBF PT. Masiva Guna. Sayangnya, masih terdapat beberapa kriteria yang belum memenuhi pedoman teknis CDOB salah satu contohnya seperti belum ada prosedur tertulis untuk menangani penyimpangan suhu. Perlu disediakan prosedur tertulis antara lain untuk kegiatan dan pemeliharaan semua kendaraan dan peralatan termasuk pembersihan dan tindakan keselamatan; penanganan tumpahan; perawatan dan pengkalibrasian peralatan yang digunakan untuk pemantauan suhu selama transportasi dalam kendaraan dan atau kontainer; keamanan untuk mencegah pencurian dan akses orang yang tidak berkepentingan terhadap obat dan atau bahan obat selama transportasi; dan dokumentasi yang mengatur pemisahan selama transportasi untuk obat dan atau bahan obat yang ditolak, ditarik, dikembalikan serta diduga palsu.

PT. Masiva Guna as one of the Pharmaceutical Wholesalers (PBF) which carries out business in the field of drug management should carry out review of its business activities, especially in the aspect of transportation and distribution facilities based on contracts so that it continues to run in accordance with CDOB provisions. In this special assignment report, discussed about the suitability between activities carried out by PBF PT. Masiva Guna implements aspects in Chapters 7 – 8, namely transportation and distribution facilities based on contracts in accordance with CDOB. The results of the study that have been carried out are that in general aspects of transportation and distribution facilities based on contracts have mostly been implemented by PBF PT. Masiva Guna. Unfortunately, there are still several criteria that do not meet the CDOB technical guidelines, one example is that there is no written procedure for handling temperature deviations. Written procedures need to be provided, among other things, for the activities and maintenance of all vehicles and equipment, including cleaning and safety measures; spill handling; maintenance and calibration of equipment used for temperature monitoring during transportation in vehicles and/or containers; security to prevent theft and access by unauthorized persons to drugs and/or medicinal substances during transportation; and documentation that regulates separation during transportation for medicines and/or medicinal substances that are rejected, withdrawn, returned and suspected to be counterfeit.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Tyas Ayunda
"Pendistribusian obat harus mempertahankan sistem mutu yang mencakup tanggung jawab, proses, dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. Mempertahankan sistem mutu dengan melengkapi fasilitas yang menjamin mutu obat selama proses distribusi. Menjaga sistem mutu adalah tanggung jawab dari penanggung jawab fasilitas distribusi, dan membutuhkan partisipasi aktif serta harus didukung oleh komitmen manajemen puncak. Dalam suatu PBF harus mempunyai penanggung jawab untuk tiap fasilitas distribusi, yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan untuk memastikan bahwa sistem mutu disusun, diterapkan, dan dipertahankan. Maka dari itu PBF harus mempunyai struktur organisasi yang ditunjuk langsung oleh manajemen puncak untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai tugasnya untuk menjamin sistem mutu pendistribusian obat. Menjalankan pendistribusian obat/bahan obat yang baik membutuhkan personil untuk menjalankannya. Semua personil perlu memahami CDOB, memahami tanggung jawab sesuai tugasnya, dan memperbaiki penyimpangan dalam sistem mutu. Semua personil dalam PBF harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dalam CDOB dengan mengikuti pelatihan dan memiliki kompetensi sebelum menjalannkan tugasnya. Persolnil dalam mendistribusikan obat harus menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan dalam menjalankan proses pendistribusian untuk menjamin mutu obat/bahan obat.

Drug distribution must responsibilities, processes and risk management steps related to the activities carried out. Maintaining a quality system by equipping facilities that guarantee the quality of medicines during the distribution process. Maintaining the quality system is the responsibility of the person in charge of the distribution facility, and requires active participation and must be supported by top management commitment. A PBF must have a person in charge for each distribution facility, who has the authority and responsibility that has been determined to ensure that a quality system is developed, implemented and maintained. Therefore, PBF must have an organizational structure appointed directly by top management to carry out duties and responsibilities as instructed to ensure a quality system for drug distribution. A good distribution of medicines/medicinal ingredients requires personnel to carry it out. Everyone needs to understand CDOB, understand responsibilities at the highest level, and correct deviations in the quality system. All personnel in the PBF must meet the qualifications required in the CDOB by following training and having competency before carrying out it. Personnel in distributing medicines must maintain cleanliness and maintain health in carrying out the distribution process to ensure the quality of medicines/medicinal ingredients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Pedagang Besar Farmasi  merupakan penyalur sediaan farmasi pasca produksi dan siap didistribusikan ke fasilitas kesehatan seperti apotek atau instalasi farmasi. Kegiatan distribusi tersebut juga diatur dalam dalam suatu  pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang bertujuan untuk menjaga  mutu / kualitas dan keamanan dari sediaan farmasi yang akan didistribusikan. Aspek yang terdapat dalam CDOB terdapat aspek bangunan dan perlatan serta inspeksi diri. Fasilitas distribusi harus menjamin bangunan dan peralatan dari suatu distributor terhadap sediaan farmasi yang akan didistribusikan.Tujuan dari dilakukan tugas khusus ini yaitu untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman terkait pelaksaan aspek bangunan dan perlatan serta aspek inseksi diri di PBF PT. Masiva Guna. Pelaksaan tugas khusus ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif dengan mengamati kegiatan yang sedang berlangsung dan melakukan wawancara kepada Apoteker Panggung Jawab PBF. Hasil yang didapat dimasukan dalam daftar periksa lalu diperiksa keesuaian antara yang diamati dengan literatur. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa secara keseluruhan aspek bangunan dan peralatan serta aspek inspeksi diri di PBF PT Masiva Guna sudah sesuai / memenuhi syarat.

Pharmaceutical distributor is distributors of post-production pharmaceutical preparations ready for distribution to health facilities such as pharmacies or pharmaceutical installations. These distribution activities are also regulated in a Good Pharmaceutical Distribution Practice (CDOB) guideline which aims to maintain the quality and safety of pharmaceutical preparations to be distributed. The aspects contained in CDOB include building and equipment aspects as well as self-inspection. Distribution facilities must guarantee the building and equipment of a distributor for the pharmaceutical preparations to be distributed. The aim of carrying out this special task is to find out and increase understanding regarding the implementation of building and equipment aspects as well as self-inspection aspects at PT. Masiva Guna. The implementation of this special task is carried out using a descriptive observational method by observing ongoing activities and conducting interviews with the Pharmacist in Charge of the PT Masiva Guna. The results obtained are entered into a checklist and then checked for conformity between what is observed and the literature. Based on the inspection results, it was found that overall aspects of the building and equipment as well as the self-inspection aspect at PT Masiva Guna were in accordance with the requirements.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Ramadhanti
"Syok anafilaktik, preeklampsia berat, dan perdarahan pascapersalinan merupakan contoh kasus kegawatdaruratan dimana keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menjadi kontak pertama dengan masyarakat. Oleh karena itu, pentingnya untuk menyusun sebuah panduan sebagai gambaran dalam menegakkan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat kepada para tenaga kesehatan yang diharapkan dapat mengurangi kejadian kegawatdaruratan. Penyusunan panduan dilakukan dengan cara penelusuran literatur kemudian menyaring informasi yang terpercaya dan menyusunnya dengan baik. Sehingga dihasilkan tiga sebuah panduan dalam penanganan syok anafilaktik, preeklampsia berat, dan perdarahan pascapersalinan yang masing-masing memuat informasi tentang penegakkan diagnosis, tanda dan gejala, tatalaksana terapi, dan juga upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Panduan ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi dalam menjalankan peran puskesmas promotif dan preventif.

Anaphylactic shock, severe preeclampsia, and postpartum hemorrhage are examples of emergency cases where the patient's clinical condition requires immediate medical action to save life and prevent disability. Subdistrict Health Center (Puskesmas) is a primary health care facility that is the first contact with the community. Therefore, it is important to develop a guide as an illustration in making a diagnosis and providing appropriate treatment to health workers which is expected to reduce the incidence of emergencies. The preparation of the guide was carried out by searching the literature, then filtering reliable information and compiling it well. As a result, three guidelines were produced for treating anaphylactic shock, severe preeclampsia, and postpartum hemorrhage, each of which contains information about making a diagnosis, signs and symptoms, therapeutic management, and also preventive measures that can be taken. It is hoped that this guide can increase collaboration in carrying out the promotive and preventive role of community health centers.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juni Astuti
"Penyakit Kardiovaskular, termasuk hipertensi merupakan penyebab utama kematian di dunia. Di Indonesia, hipertensi termasuk penyakit kardiovaskular terbanyak. Data dari WHO pada 2015 menunjukkan bahwa 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka ini diprediksi meningkat menjadi 1,5 miliar pada 2025. Di Indonesia 23% dari total 1,7 juta kematian pada 2017 disebabkan oleh hipertensi. Terapi antihipertensi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah, tetapi kepatuhan pasien sering kali rendah karena mereka berhenti minum obat setelah merasa sehat. Kurangnya informasi tentang penggunaan obat dan risiko ketidakpatuhan juga berkontribusi terhadap komplikasi penyakit. Pelayanan informasi obat oleh apoteker di apotek penting dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dan pemahaman pasien tentang hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelayanan informasi obat terhadap pasien hipertensi BPJS Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Kimia Farma 364 Cilandak KKO. Hasil menunjukkan bahwa pelayanan informasi obat yang jelas dan rinci dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, sehingga mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Cardiovascular disease, including hypertension, is the leading cause of death in the world. In Indonesia, hypertension is the most common cardiovascular disease. Data from WHO in 2015 showed that 1.13 billion people in the world suffer from hypertension, and this figure is predicted to increase to 1.5 billion by 2025. In Indonesia, 23% of the total 1.7 million deaths in 2017 were caused by hypertension. Antihypertensive therapy is needed to control blood pressure, but patient compliance is often low as they stop taking medication after feeling well. Lack of information about drug use and the risks of non-adherence also contribute to disease complications. Drug information services by pharmacists in pharmacies are important to improve patient compliance and understanding of hypertension. This study aims to assess drug information services for hypertension patients with BPJS Referral Program (PRB) at Kimia Farma 364 Cilandak KKO Pharmacy. The results show that clear and detailed drug information services can improve patient compliance in taking drugs, thereby reducing the risk of complications and improving patient quality of life.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Auline Salsabila
"Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan kegiatan pendistribusian atau penyaluran obat setiap PBF menerapkan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Kimia Farma Trading & Distribution merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pendistribusian obat, alat kesehatan, dan Bahan Media Habis Pakai (BMHP). Dilakukan analisa terhadap implementasi CDOB pada manajemen mutu, organisasi, manajemen, dan personalia, serta ketentuan khusus narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi secara aktual di Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Berdasarkan hasil pengamatan implementasi tersebut diketahui bahwa Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 secara aktual sudah sesuai.
Pharmaceutical Large Distributor is a company in the form of a legal entity that has a license to procure, store, distribute drugs and / or medicinal materials in large quantities in accordance with statutory provisions. In carrying out the distribution or distribution of drugs, each PBF is required to apply the guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB). Kimia Farma Trading & Distribution is one of the companies engaged in the distribution of drugs, medical devices, and Consumable Media Materials (BMHP). An analysis was conducted on the actual implementation of CDOB in quality management, organization, management, and personnel, as well as special provisions for narcotics, psychotropic drugs, and pharmaceutical precursors at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Based on the observation of the implementation, it is known that Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 is actually in accordance."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Afriliah
"Pedagang besar farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang mempunyai izin untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, dan distribusi perbekalan farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Cold chain product (CCP) adalah sediaan farmasi yang sensitif terhadap kondisi lingkungan. Manajemen CCP di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 diatur berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menganalisis implementasi standar operasional prosedur (SOP) pemetaan chiller; pemeliharaan chiller/cold room/freezer; kalibrasi tempat penyimpanan vaksin/cold chain product; dan penanganan vaksin/cold chain product apabila tempat penyimpanan mengalami gangguan atau kerusakan di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Hasil penelitian yaitu pemetaan chiller; pemeliharaan chiller/cold room/freezer; kalibrasi tempat penyimpanan vaksin/cold chain product; dan penanganan vaksin/cold chain product apabila tempat penyimpanan mengalami gangguan atau kerusakan telah dilakukan berdasarkan SOP yang berlaku di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Elemen SOP ini juga sesuai dengan poin-poin regulasi Cara Distribusi Obat yang Baik mengenai “Ketentuan Khusus Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product/CCP)”. Kesimpulan penelitian yaitu implementasi keempat SOP telah dilaksanakan dengan sesuai.
Pharmaceutical distributors are companies with legal entities that have permits to procure, store, and distribute pharmaceutical supplies to health service facilities by applicable regulations. Cold chain product (CCP) is a pharmaceutical preparation that is sensitive to environmental conditions. CCP management at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 is regulated based on applicable standard operating procedures (SOP). This study aims to analyze the implementation of standard operating procedures (SOP) for chiller mapping; chiller/cold room/freezer maintenance; calibration of vaccine/cold chain product storage areas; and handling vaccines/cold chain products if the storage area is disturbed or damaged at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. The result of this study is chiller mapping; chiller/cold room/freezer maintenance; calibration of vaccine/cold chain product storage areas; and handling of vaccines/cold chain products if the storage area is disturbed or damaged has been carried out based on the applicable SOP at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. This SOP element is also in accordance with the regulatory points for Good Medicine Distribution Methods regarding "Special Provisions for Cold Chain Products Chain Product/CCP)”. This study concludes that the implementation of the four SOPs has been implemented appropriately."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Dewi Alya
"Laporan tugas khusus ini merekap kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker yang penulis lakukan di PT Global Onkolab Farma. Karya ini dibuat dengan tujuan untuk menambah wawasan penulis mengenai peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker dalam sebuah industri farmasi, khususnya di bagian Pemastian Mutu atau Quality Assurance. Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan praktik kerja, penulis mendapatkan wawasan tentang salah satu tanggung jawab yang tidak boleh diabaikan oleh apoteker yang baik, yakni untuk memastikan bahwa mutu produk yang dihasilkan oleh sebuah industri terjamin. Tanpa kegiatan pemastian mutu, produk yang dihasilkan oleh suatu industri tidak dapat diyakini keberterimaannya terhadap persyaratan mutu. Aktivitas penting yang dilakukan dalam proses pemastian mutu sebuah produk, yang sudah penulis dalami selama melaksanakan praktek kerja adalah pengkajian Catatan Bets atau Batch Record.

This special assignment report summarizes the Pharmacist Professional Internship Program that the author carried out at PT Global Onkolab Farma. This work was created with the objective of broadening author’s insight into the roles, functions and responsibilities of a pharmacist in the pharmaceutical industry, especially in the Quality Assurance section. After completing a series of activities during the internship period, the author gained more insight into one of the responsibilities that a good pharmacist should not ignore, namely to ensure that the quality of the products manufactured by an industry complies with the standard. Without quality assurance practices, the manufactured products’ quality will be compromised. An important activity carried out in the process of ensuring the quality of a product, which the author has studied during internship, is the reviewing of Batch Records.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>