Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198883 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anwar
"Terjadi lonjakan sangat signifikan jumlah pengiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke luar negeri setiap tahunnya sejak tahun 2021 yang hanya sejumlah 6.860 orang menjadi 25.495 orang pada tahun 2022 dan sebanyak 17.454 orang pada tahun 2023. Sementara itu jumlah pengaduan yang resmi tercatat pada Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) sebanyak 1.999 pada tahun 2023 dan 521 di antaranya adalah PMI minta dipulangkan, pengaduan ini merupakan yang tertinggi di antara 16 kategori pengaduan yang dirilis oleh BP2MI (BP2MI, 2024). Padahal melalui Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 239 Tahun 2022 telah ditetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) khususnya bagi Pekerja Domestik yang menjadi pedoman materi uji kompetensi Calon Pekerja Domestik Migran Indonesia (Kemenaker, 2022) sehingga secara keterampilan kerja mereka telah diberi pembekalan yang cukup dan telah melalui proses seleksi berbasis kompetensi. Namun mencermati unit-unit kompetensi tersebut, 42 unit dari 43 unit kompetensi yang tersedia merupakan kompetensi teknis, sehingga perlu untuk mengetahui proses mental yang melatarbelakangi dan mendorong motivasi mereka saat memutuskan untuk menjadi pekerja migran dengan melibatkan mereka secara mandiri mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan diri, motivasi diri dan mengelola emosi dengan pendekatan kecerdasan emosional. Upaya peningkatan kompetensi melalui pembekalan keterampilan merupakan suatu bentuk pengembangan efikasi diri. Selanjutnya seberapa jauh efikasi diri memediasi kecerdasan emosional dalam memengaruhi motivasi mereka menjadi fokus pada studi ini. Studi ini didasarkan pada penelitian kuantitatif dan menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data. Data dianalisa menggunakan metode korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antar variable dan mediasi Hayes untuk memahami bagaimana kecerdasan emosional sebagai predictor variable menginduksi efikasi sebagai mediator dalam memprediksi motivasi sebagai outcome variable. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi kerja yang dimediasi oleh efikasi diri. Data yang dikumpulkan terdiri dari Calon Pekerja Domestik Migran Indonesia sebanyak 210 orang. Berdasarkan hasil koefisien korelasi Pearson terlihat adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan motivasi intrinsik (r (210) = 0,735; p < 0,001), yang secara parsial dimediasi oleh efikasi diri yaitu sebesar 28,1 % berdasarkan hasil analisis mediasi. Dengan demikian, pihak-pihak terkait harus lebih memperhatikan pengembangan kecerdasan emosional, bukan hanya berfokus pada pemberian pengetahuan teknis terkait pekerjaan, namun juga pembekalan psikologis karena sudah terbukti bahwa kemampuan kecerdasan emosional memengaruhi motivasi kerja secara langsung sebesar 71,9 % sedangkan dengan menginduksi keterampilan teknis hanya 28,1 %.

There has been a very significant increase in the number of Indonesian Migrant Workers (PMI) sent abroad each year since 2021, from 6,860 in 2021 to 25,495 in 2022, and 17,454 in 2023. Meanwhile, the number of official complaints recorded at the Indonesian Migrant Worker Protection Agency ( BP2MI) is 1,999 in 2023 and 521 of them are PMI asking to be sent home, this complaint is the highest among the 16 categories of complaints released by BP2MI (BP2MI, 2024). In fact, through the Decree of the Minister of Manpower Number 239 of 2022, the Indonesian National Work Competency Standards (SKKNI) have been established, especially for Domestic Workers, which serve as guidelines for competency test materials for prospective Indonesian Migrant Domestic Workers (Ministry of Manpower, 2022) so that in terms of work skills they have been given sufficient training and has gone through a competency-based selection process. However, looking at these competency units, 42 of the 43 available competency units are technical competencies, so it is necessary to know the mental processes that lie behind and drive their motivation when deciding to become migrant workers by involving them independently identifying their strengths and weaknesses, self-motivation and managing emotions with emotional intelligence approach. Competency development through skills provision is a form of self-efficacy development. Furthermore, this research focuses on how far self-efficacy mediates emotional intelligence and influences motivation. This research is based on quantitative research and uses survey methods to collect data. Data were analyzed using the Pearson correlation method to determine the relationship between variables and Hayes mediation to understand how emotional intelligence as a predictor variable induces self-efficacy as a mediator to predict motivation as an outcome variable. This research hypothesizes a relationship between emotional intelligence and work motivation which is mediated by self-efficacy. The data collected consisted of 210 prospective Indonesian Migrant Domestic Workers. Based on the results of the Pearson correlation coefficient, it appears that there is a significant relationship between emotional intelligence and intrinsic motivation (r (210) = 0.735; p < 0.001), which is partially mediated by self-efficacy, namely 28.1% based on the results of the mediation analysis. Thus, the authorities must pay more attention to developing the emotional intelligence of Prospective Indonesian Domestic Migrant Workers, instead of only focusing on providing technical knowledge related to work but also psychological provision because it has been proven that emotional intelligence abilities directly influence work motivation by 71.9% while inducing technical skills is only 28.1%."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Putri Utami
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dimensi-dimensi kecerdasan emosional pada keputusan karier self-efficacy pada mahasiswa tingkat sarjana tahun senior karena masih ada perbedaan dalam hasil penelitian sebelumnya. Para peserta penelitian ini terdiri dari 339 mahasiswa tingkat akhir tahun sarjana di Universitas Indonesia yang tersebar di seluruh Fakultas. Dimensi kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan alat ukur Wong dan Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) yang terdiri dari empat dimensi: penilaian emosi-diri, penilaian emosi lainnya, penggunaan emosi, dan regulasi emosi, dengan total 16 item ( Wong & Law, 2002). Selanjutnya, konstruk self-efficacy keputusan karier diukur menggunakan Skala Self-Efficiency Keputusan Karir - Bentuk Pendek (Betz, Klein, & Taylor, 1996) yang telah diadaptasi ke Indonesia yang terdiri dari 25 item.
Hasil penelitian ini adalah dimensi penilaian emosi-diri (β = 0,181, p> 0,05), penggunaan emosi (β = 0,354, p> 0,05), dan regulasi emosi (β = 0,106, p > 0,05) memprediksi self-efficacy keputusan karier pada mahasiswa tingkat akhir tahun, sementara emosi lainnya tidak memprediksi self-efficacy keputusan karier. Juga ditemukan bahwa penggunaan emosi paling berkontribusi pada keputusan karier self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir tahun senior (B = 1.093, t (196) = 5.817, p <0,05). Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa.

The purpose of this study is to investigate the role of the dimensions of emotional intelligence in career self-efficacy decisions in senior year undergraduate students because there are still differences in the results of previous studies. The study participants consisted of 339 undergraduate year-end students at the University of Indonesia, spread throughout the Faculties. The dimensions of emotional intelligence are measured using the Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) measuring device which consists of four dimensions: self-emotional assessment, other emotional assessment, emotional use, and emotional regulation, with a total of 16 items (Wong & Law, 2002). Furthermore, the constructs of career decision self-efficacy are measured using the Career Decision Self-Efficiency Scale-Short Form (Betz, Klein, & Taylor, 1996) which has been adapted to Indonesia consisting of 25 items.
The results of this study are the dimensions of self-emotional assessment (β = 0.181, p> 0.05), emotional use (β = 0.354, p> 0.05), and emotion regulation (β = 0.106, p> 0.05) predicting career decision self-efficacy at the end of year level students, while other emotions do not predict career decision self-efficacy. It was also found that the use of emotions most contributed to career self-efficacy decisions in senior year end level students (B = 1,093, t (196) = 5,817, p <0.05). This research can be a reference for students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikni Mutiara Rachma
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh sikap amanah dan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy orang tua dalam mengasuh anak autis. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk memberikan tambahan informasi dan sebagai landasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya di bidang psikologi perkembangan dengan mengadopsi nilai dan ajaran Islam. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak autis. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak yang didiagnosis Autism Spectrum Disorder (autis) pada sekolah yang menyelenggarakan pendidikan untuk anak autis. Data terkumpul sebanyak 33 responden. Penelitian ini menggunakan structured approach yang dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif. Penggunaan instrumen didasari validasi yang dilakukan dengan validitas konten. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan metode analisis multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan masing-masing dimensi pada variabel amanah dan kecerdasan emosional, terdapat pengaruh positif terhadap self efficacy.

This research is conducted to know whether there is the influence toward amanah attitude and emotional intelligence to the self-efficacy of parents in nurturing autistic child. The conclusion of this research will give the additional information and the foundation for the next research, especially in the developmental psychology by adopting the Islamic values. The population of this research is the parents that have the autistic child. The sample is the parents that their child is diagnosed Autism Spectrum Disorder (autism) in the school for autistic children. The data are collected from 33 respondents and analyzed using content validation. Then, for testing research hypothesis, it is used mutiple regression anaysis method. The result of this research shows that there is the relationship between amanah attitude variable and emotional intelligence variable that have positive influence toward self-efficacy of parents."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeth Deminiz
"Lulusan SMK menyumbangkan angka pengangguran tertinggi di Indonesia. Penyebab tingginya angka pengangguran tersebut adalah rendahnya keyakinan diri pada siswa SMK dan kebingungan dalam menentukan karir yang tepat sehingga menyebabkan kesulitan dalam pengambilan keputusan karir. Fenomena ini berkaitan dengan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir (CDSE) yang dimiliki seseorang. CDSE dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dua diantaranya adalah kecerdasan emosional (EI) dan kepribadian proaktif (PP).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah EI dan PP berpengaruh terhadap CDSE pada siswa SMK kelas 12. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 866 siswa kelas 12 yang berasal dari 9 SMK di Jakarta dan Depok. Pengukuran dilakukan dengan Career Decision Self-Efficacy Scale Short Form, Trait Emotional Intelligence Questionnaire, dan Proactive Personality Scale.
Analisis regresi berganda yang dilakukan dengan mengkontrol variabel jenis kelamin dan usia menunjukan hasil bahwa EI dan PP memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap CDSE (F(1,865) = 65,510, p=0,000, <0,001) dengan koefisien determinan sebesar 0,229. Hal ini menunjukan bahwa 22,9% varians CDSE dapat dijelaskan oleh EI dan PP. Hasil analisis juga menunjukan bahwa PP (β=0,406) diketahui memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap CDSE dibandingkan dengan EI (β=0,160).

Vocational high school graduates contribute the highest unemployment rates in Indonesia. Some of the cause of high unemployment rate are the low self-confidence in vocational students and confusion in determining the right career which causes difficulties in making career decisions. This phenomenon is related to career decision making self-efficacy (CDSE) that someone has. CDSE can be influenced by various factors, two of which are emotional intelligence (EI) and proactive personality (PP).
This study aims to find out the effect of EI and PP on CDSE in 12th grade vocational high school students. Participants in this study were 866 12th grade students from 9 vocational high schools in Jakarta and Depok. The measurements used are Career Decision Self-Efficacy Scale Short Form, Trait Emotional Intelligence Questionnaire, and Proactive Personality Scale. Multiple regression analysis conducted to see the effect of EI and PP on CDSE with gender and age as control variables.
The result showed that the EI and PP had a positive and significant contribution to CDSE (F (1,865) = 65,510, p = 0,000, <0,001) with determinant coefficient of 0,229. This shows that 22.9% of CDSE variants can be explained by EI and PP. The results of the analysis also showed that PP (β = 0.406) was known to have a greater effect on CDSE compared to EI (β = 0.160).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Amirah Fatin
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek mediasi kepribadian proaktif dalam pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa SMK diketahui mengalami kesulitan dalam membuat keputusan karier di akhir masa studinya, padahal mereka telah menentukan kejuruan mereka sejak memasuki SMK. Salah satu penyebabnya adalah siswa kurang memiliki efikasi diri keputusan karier. Untuk menanggulangi hal tersebut, efikasi diri keputusan karier siswa perlu ditingkatkan melalui faktor lain yang memengaruhinya, seperti kecerdasan emosi. Kepribadian proaktif dipilih sebagai variabel mediator. Studi kuantitatif ini dilakukan terhadap 833 orang siswa SMK kelas 12 di sembilan sekolah wilayah Depok dan Jakarta Selatan, dengan menggunakan metode non-probability sampling jenis accidental sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), serta Proactive Personality Scale (PPS), dengan masing-masing alat ukur memiliki reliabilitas > 0,7. Analisis mediasi dilakukan menggunakan PROCESS oleh Hayes, dengan hasil kepribadian proaktif mampu memediasi pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier secara partial (ab = 0,10, c' = 0,12, p<0,01). Hasil studi ini dapat digunakan pada program intervensi untuk meningkatkan efikasi diri keputusan karier siswa, dengan memperhatikan faktor kecerdasan emosi dan kepribadian proaktif pada siswa.

ABSTRACT
This study was conducted to examine proactive personality as mediator in the influence of emotional intelligence on vocational high school student's career decision self efficacy. Vocational high school students are known to have difficulty in making career decisions because they have lack on career decision self-efficacy. To overcome this, students career decision self-efficacy needs to be improved through other factors, such as emotional intelligence. Proactive personality chosen as a mediator variable. This quantitative study was conducted on 833 vocational high school students from Depok and Jakarta Selatan, and were recruited using non-probability sampling method with the type of accidental sampling. The measuring instruments are Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), and Proactive Personality Scale (PPS), with a reliability of > 0.7. Mediation analysis was used as the data analysis technique, using PROCESS by Hayes. The results showed that proactive personality was partially mediate the effect of emotional intelligence on career decision self efficacy (ab = 0.10, c' = 0.12, p <0.01). The results of this study can be used in intervention programs to improve students career decision self-efficacy, taking into account emotional intelligence and proactive personality factors in students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brahmanditha Ardian Mahatma
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan self-efficacy dengan prestasi akademik. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Self-efficacy merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Bandura, 1997). Menurut KBBI, prestasi akademik adalah hasil pencapaian seseorang yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar di sekolah atau perguruan tinggi yang biasanya ditunjukan dengan nilai angka atau simbol. Kecerdasan emosi diukur menggunakan Emotional Intelligence Inventory (EII) dan self-efficacy diukur menggunakan College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). Penelitian ini dilakukan pada 178 mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2012, 2013, 2014, dan 2015. Data penelitian diolah menggunakan teknik statistik Pearson Correlation & Multiple Correlation.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan prestasi akademik, self-efficacy dengan prestasi akademik, maupun kecerdasan emosi dan self-efficacy secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada seluruh sivitas akademik terutama psikologi pendidikan, untuk mempertimbangkan aspek kecerdasan emosi dan self-efficacy demi pencapaian prestasi akademik mahasiswa yang lebih baik.

This study aimed to examine the relationship between emotional intelligence and self-efficacy with academic achievement. Emotional intelligence is the ability to recognize our own feelings and the feelings of others, motivating and managing emotions well in ourselves and in relationships with others (Goleman, 1999). Self-efficacy is the belief that one has the ability to organize and carry out actions in achieving a particular goal (Bandura, 1997). According KBBI, academic achievement is the achievement of an individual derived from teaching and learning activities in schools or colleges that usually indicated by the value of numbers or symbols. Emotional intelligence was measured using the Emotional Intelligence Inventory (EII) and self-efficacy was measured using the College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). This study was conducted on 178 students of the University of Indonesia class of 2012, 2013, 2014, and 2015. Data were analyzed using statistical techniques Pearson Correlation and Multiple Correlation.
The results showed that there is a positive and significant relationship between emotional intelligence and academic achievement, self-efficacy with academic achievement, as well as emotional intelligence and self-efficacy together have a positive and significant relationship with achievement. The results of this study can be input to all academic faculty primarily educational psychology, to consider aspects of emotional intelligence and self-efficacy for the sake of academic achievement of students better.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Prakoso Wibowo
"PPDB sistem zonasi Jakarta bertujuan untuk pemerataan akses pendidikan sejak 2017, namun masih menimbulkan kontroversi karena menyebabkan siswa memilih sekolah yang tidak sesuai dengan karakteristik mereka. Ketidaksesuaian ini bisa memengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara efikasi diri dan motivasi akademik siswa SMA Negeri yang terdampak PPDB sistem zonasi Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dan pengambilan sampel dengan teknik convenience sampling. Sebanyak 881 siswa dengan rentang usia 14-19 tahun yang berdomisili di Jakarta menjadi partisipan dalam penelitian ini. Hasil perhitungan statistik menggunakan teknik korelasi Pearson dengan alat ukur General Self Efficacy Scale Versi Indonesia dan Academic Motivation Scale - Short Indonesia Language Version menunjukkan hubungan signifikan (r = 0.247, p < 0.001) antara efikasi diri dan motivasi akademik siswa setelah PPDB sistem zonasi Jakarta. Implikasi penelitian adalah pentingnya untuk meningkatkan efikasi diri pada siswa agar motivasi akademik mereka tetap terjaga.

Jakarta's PPDB zoning system has aimed at equalizing access to education since 2017, but still causes controversy because it causes students to choose schools that do not suit their characteristics. This mismatch can affect student motivation in learning. This research explores the relationship between self-efficacy and academic motivation of state high school students affected by the Jakarta PPDB zoning system. This research uses a correlational method and sampling using convenience sampling techniques. A total of 881 students aged 14-19 years who live in Jakarta were participants in this research. The results of statistical calculations using the Pearson correlation technique with the General Self Efficacy Scale Indonesian Version and Academic Motivation Scale - Short Indonesian Language Version measurement tools show a significant relationship (r = 0.247, p < 0.001) between students' self-efficacy and academic motivation after the Jakarta zoning system PPDB. The implication of the research is that it is important to increase students' self-efficacy so that their academic motivation is maintained."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Prasetyani
"Keterlibatan kerja (work engagement) adalah faktor penting yang memengaruhi kinerja organisasi. Namun, data menunjukkan bahwa keterlibatan kerja pegawai perempuan di sektor energi, termasuk di PT X, lebih rendah dibandingkan pegawai laki-laki. PT X, sebuah perusahaan energi milik negara, menghadapi tantangan dalam meningkatkan keterlibatan kerja perempuan sebagai bagian dari komitmennya terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Employee Engagement Survey (EES) dan Survei Pengarusutamaan Gender PT X tahun 2023. Dengan mengacu pada model Job Demands-Resources (JD-R), penelitian ini mengkaji pengaruh job resources (lingkungan kerja, kepemimpinan, dan peluang karier) serta personal resources (efikasi diri) terhadap keterlibatan kerja. Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa model ini menjelaskan 70,4% varians keterlibatan kerja (R² = 0,704). Kepemimpinan memiliki pengaruh terbesar (β = 0,401), diikuti oleh peluang karier (β = 0,371), efikasi diri (β = 0,119), dan lingkungan kerja (β = 0,115). Temuan ini menyoroti pentingnya intervensi pada job resources dan personal resources untuk meningkatkan keterlibatan kerja pegawai perempuan. Penelitian ini merekomendasikan penguatan dukungan kepemimpinan, pengembangan karir, pelatihan efikasi diri, dan lingkungan kerja yang kondusif untuk menciptakan budaya kerja yang inklusif.

Work engagement is a critical factor influencing organizational performance. However, data indicates that female employee engagement in the energy sector, including at PT X, is lower than that of male employees. PT X, a state-owned energy company, faces challenges in enhancing female engagement as part of its commitment to the Environmental, Social, and Governance (ESG) principles. This study utilizes secondary data from the Employee Engagement Survey (EES) and the Gender Mainstreaming Survey conducted by PT X in 2023. Guided by the Job Demands-Resources (JD-R) model, this research examines the influence of job resources (work environment, leadership, and career opportunities) and personal resources (self-efficacy) on work engagement. Multiple regression analysis reveals that the model accounts for 70.4% of the variance in work engagement (R² = 0.704). Leadership exerts the strongest influence (β = 0.401), followed by career opportunities (β = 0.371), self-efficacy (β = 0.119), and work environment (β = 0.115). These findings highlight the importance of sustained interventions in job and personal resources to boost female employee engagement. The study recommends strengthening leadership support, career development, self-efficacy training, and fostering a supportive work environment to create an inclusive organizational culture."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Hasby
"Kompetensi sosial emosional merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh guru dalam menyiapkan siswa yang kompeten secara sosial emosional untuk menghadapi berbagai tantangan di abad 21. Dalam mengembangkan kompetensi sosial emosional pada guru, persepsi guru terhadap iklim sekolah dan tingkat efikasi diri guru menjadi faktor yang mendukung hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari efek mediasi yang dimiliki oleh efikasi diri guru terhadap hubungan antara persepsi iklim sekolah dan kompetensi sosial emosional guru. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 493 guru sekolah dasar di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan alat ukur Social Emotional Competencies-Teacher Rating Scale untuk mengukur kompetensi sosial emosional guru, Revised-School Level Enviromental Questionnaire untuk mengukur persepsi iklim sekolah, dan Teachers’ Sense of Efficacy Scale versi bahasa Indonesia untuk mengukur efikasi diri guru. Analisis regresi Hayes dilakukan terhadap penelitian ini dan ditemukan bahwa terdapat mediasi parsial untuk variabel efikasi diri guru terhadap hubungan persepsi iklim sekolah dan kompetensi sosial emosional guru pada dimensi teacher-student relationships dan emotion regulation. Hasil temuan ini membuktikan bahwa persepsi positif guru terhadap iklim sekolah dan efikasi diri guru berperan dalam meningkatkan kompetensi sosial emosional pada guru sekolah dasar.

Social-emotional competence is one of the abilities required by teachers to prepare students who are socially and emotionally competent to face various challenges in the 21st century. In developing social-emotional competence in teachers, teachers' perceptions of the school climate and the level of teacher self-efficacy become factors that support this. This study aims to find the mediating effect of teacher self-efficacy on the relationship between perceptions of the school climate and the social-emotional competence of teachers. The participants in this study were 493 elementary school teachers in Indonesia. This research is quantitative in nature, using the Social Emotional Competencies-Teacher Rating Scale (SECTRS) to measure teachers' social-emotional competence, the Revised-School Level Environmental Questionnaire (R-SLEQ) to measure perceptions of the school climate, and the Teachers’ Sense of Efficacy Scale in the Indonesian language (I-TSES) to measure teacher self-efficacy. Regression analysis, specifically Hayes' method, was applied to this research, and it was found that there is partial mediation for the variable of teacher self-efficacy in the relationship between perceptions of the school climate and teachers' social-emotional competence in the dimensions of teacher-student relationships and emotion regulation. These findings demonstrate that positive perceptions of the school climate and teacher self-efficacy play a role in enhancing social-emotional competence in elementary school teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Helen Tanlain
"Pelaksanaan program sasaran keselamatan pasien yang belum mencapai target, menunjukkan perlunya peningkatan komitmen perawat sebagai profesi jumlah terbanyak dan kontak terlama dengan pasien pada fasilitas layanan kesehatan. Sehingga, dibutuhkan penguatan manajer keperawatan terutama manajer keperawatan tingkat operasional dalam melakukan supervisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan menurut persepsi perawat terhadap efikasi diri dan motivasi perawat dalam melaksanakan program sasaran keselamatan pasien. Penelitian cross sectional ini dilaksanakan pada 104 responden yang dipilih secara proportional dan simple random sampling dengan kriteria perawat yang bekerja pada ruangan rawat inap, bersedia menjadi responden serta hadir pada saat penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi kepala ruangan terhadap efikasi diri (p value : 0.002) dan motivasi (p value:0.003). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terhadap hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan motivasi (p value : 0.003), dan didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna yang negatif antara pelatihan keselamatan pasien dengan motivasi dalam melaksanakan program SKP (p value : 0.01). Perawat yang mengikuti pelatihan, memiliki motivasi yang rendah dalam melaksanakan program SKP. Kesimpulan penelitian adalah bahwa ada hubungan pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan menurut persepsi perawat dengan efikasi diri dan motivasi perawat dalam pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini merekomendasikan bahwa manajer rumah sakit perlu melaksanakan supervisi secara teratur dan terorganisir.

The implementation of the patient safety target program, which has has not yet reached the target, shows the need to increase the commitment of nurses as the profession with the highest number and longest contact with patients in health care facilities. Thus, it is necessary to strengthen nursing managers, especially operational level nursing managers in conducting supervision. This study aims to determine the relationship between the supervision of the head nurse according to the nurse’s perception of self efficacy and the motivation of nurses in implementing the patient safety target program. This cross- sectional study was carried out on 104 respondents who were selected by proportional and simple random sampling with the criteria of nurses working in inpatient rooms, willing to be respondents and being present at the time of the study. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the supervision of the head nurse on self-efficacy (p value : 0.002) and motivation (p value: 0.003). The results of the analysis also show that there is a significant relationship between length of work and motivation (p value : 0.003). The results of the analysis also found that there was a significant relationship negatively between patient safety training and motivation in implementing the patient safety programs (p value : 0.01). Nurses who took part in the training had low motivation in implementing the patient safety target programs. The conclusion of the study is that there is a relationship between the implementation of supervision by the head nurse according to the nurse’s perception with self-efficacy and motivation of nurses in implementing patient safety in hospitals. This study recommends that hospital managers need to carry out supervision regularly and organized."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>