Ditemukan 165745 dokumen yang sesuai dengan query
Kasandra Nadia Alfiani
"Pelaku seni berarti kita membiarkan diri kita untuk ikut masuk ke dalam seni itu sendiri. Makalah ilmiah akhir ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis saat terlibat dalam pembuatan film. Sebuah proses pembuatan film membiarkan tiap elemennya bergabung, dengan adanya kontak dan konflik yang terjadi dalam sebuah proses pembuatan film, akan menghasilkan karya seni yang lebih inklusif dan kontekstual. Selain hasil karyanya, sebagai filmmaker yang telah mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru selama prosesnya, mereka juga akan ikut bertransformasi membersamai film tersebut. Selain itu, dalam membuat film kita juga membiarkan film tersebut untuk menampilkan makna dan berbicara melalui visualnya yang dibangun melalui elemen artistiknya. Representasi inikah yang nantinya akan menjadi instrumen komunikatif antara filmmaker dan audiens, sebuah bahasa visual. Secara prosesnya, penulis menulis makalah ini dengan metode auto-etnografi dan refleksi dari pengalaman pribadi penulis.
Making art means we allow ourselves to immerse ourselves in the art itself. This final scientific paper was written based on the author's experience while involved in the filmmaking process. A film making process allows every element to become one, the contacts and conflicts that occur in a filmmaking process will produce a more inclusive and contextual work of art. Apart from their works, a filmmaker who has gained new experience and knowledge during the process, they will be also transformed along with the film. Apart from that, in making a film we also allow the film to give meaning and speak through its visuals which are built through its artistic elements. This representation will later become a communicative instrument between the filmmaker and the audience, a visual language. In the process, the author wrote this paper using auto-ethnographic methods and reflections from the author's personal experiences. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Taufik Rahman
"Film sebagai seni terdiri dari unsur-unsur formal yang artistik. Industri film memiliki peran besar untuk menghadirkan film ke tengah-tengah masyarakat. Namun, film yang dihadirkan industri film cenderung tidak memiliki kualitas seni yang baik. Film hanya sebagai komoditas. Hal ini dikarenakan film yang dihadirkan hanya sekedar film cerita lewat bahasa verbal. Akibatnya penonton menerima pemahaman film seni yang keliru. Ontologi dasar film adalah gambar bergerak yang mampu menciptakan bahasa visual yang artistik. Pada film hiburan, dialog justru mendominasi sehingga mempersingkat proses interpretasi penonton. Berbeda dengan film bisu yang memaksimalkan gambar bergerak sebagai medium berekspresi. Skripsi ini membahas bagaimana melihat film sebagai seni visual berkaca dari film hiburan.
Film as art consists of artistic formal elements. Film industry has a major role in bringing film to the society. However, the film presented by film industry tend not to art. The film simply as a commodity which considers telling stories more important then expression. Consequently, the audience received wrong understanding of film as art. Basic ontology of film is motion picture which has capabilities to create visual language. Dialog in film dominates picture thus shortening the audience interpretation. Unlike the silent film which maximize motion picture as medium of expression. This thesis is about how to perceive film as visual art."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Widya Arafah Abdul Rohim
"Makalah Ilmiah Akhir yang saya buat, secara singkat bercerita melalui sudut pandang ‘saya’ dalam proses membuat karya film pendek ‘Lalu’. Mulai pada tahap pra produksi hingga distribusi dan eksibsi. Ide yang pada mulanya saya ciptakan seorang diri, dalam prosesnya kian bertambah, berkurang bahkan berubah. Seluruh pengalaman yang saya lalui membawa saya pada kesimpulan bahwa pembuatan karya tidak hanya melibatkan saya seorang tetapi juga menyertai material serta kolaborator yang terlibat. Seluruh elemen tersebut pada akhirnya berkorespondensi sehingga menciptakan transformasi pada karya yang berbeda pada ide awal. ‘Saya’ dalam kisah ini diposisikan sebagai seorang Director film ‘Lalu’ namun, pada beberapa bagian menjadi Screenplay Writer dan Editor.
This final scientific paper simply depicts the process of making a short film titled ‘Lalu’ through the perspective of ‘I’. The process includes pre-production until distribution and exhibition. My initial idea, through the process underwent additions, subtractions, and/or substitutions. My experience brought me to the conclusion that the process of making a film does not only involve myself as a creator but also, the materials and the collaborators. The elements are going to correspond thus make a transformation for the creation itself. Which can be different from the initial idea. ‘I’ in this narration are going to be positioned as the director of the short film ‘Lalu’. However, in several parts, would become Screenplay writer and Editor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Maria Asti Primaningtyas
"Terjemahan audiovisual dapat dibagi menjadi dua metode dominan dubbing dan subtitling (Gottlieb, 1998). Metode subtitle dan dubbing digunakan untuk membantu penonton dari negara lain menikmati film dan lagu. Penelitian ini bertujuan untuk membedakan karakteristik subtitling dan dubbing yang dilakukan oleh penerjemah yang berbeda dalam menerjemahkan bahasa figuratif dan non-figuratif yang terdapat dalam soundtrack film Disney berjudul Encanto. Dua soundtrack dari film beserta dubbing dan subtitle dari platform yang sama digunakan untuk mencari jawabannya sebagai subjek penelitian. Kemudian, bahasa kiasan dan non kiasan yang ada dalam lagu diidentifikasi dan dianalisis. Penelitian ini menemukan bahwa terjemahan setia dan terjemahan bebas digunakan secara dominan untuk menerjemahkan bahasa kiasan dalam soundtrack. Namun, masih banyak miskonsepsi yang mengakibatkan terjemahan kurang tepat. Secara keseluruhan, metode yang digunakan berhasil menerjemahkan bahasa kiasan dalam kedua bentuk Terjemahan Audio-Visual.
Audiovisual translation can be divided into two dominant methods; dubbing and subtitling (Gottlieb, 1998). The methods of subtitling and dubbing are used to help audiences from other countries enjoy movies and songs. This study aims to distinguish the characteristics of subtitling and dubbing done by different translators in translating figurative and non-figurative languages available in the soundtracks of a Disney movie titled Encanto. Two soundtracks from the movie along with the dubbing and subtitle from the same platform are used to find the answer. Then, the figurative and non-figurative languages available in the songs are identified and analyzed. The research found that faithful translation and free translation are used dominantly to translate figurative language in soundtracks. However, there are still a lot of misconceptions that result in less precise translations. Overall, the methods used are successful in translating figurative language in both forms of Audio-Visual Translation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hilya Nafylah
"Fokus dari penelitian terdahulu kebanyakan membahas mengenai dampak yang disebabkan oleh film pornografi, namun pada penelitian ini penulis menganalisis fenomena besar di balik dampak tersebut, yaitu distorsi realitas yang terjadi ketika fantasi bercampur dengan hasrat. Metode yang digunakan di dalam penelitian adalah refleksi kritis. Refleksi kritis digunakan untuk menganalisa pemikiran Zizek mengenai distorsi realitas dan melihat kaitannya dengan pornografi. Film, dengan kemampuannya untuk menciptakan proto-realitas, semakin mengaburkan batas antara yang nyata dengan yang tidak nyata, sehingga distorsi dapat terjadi. Hal ini pula yang memicu dampak-dampak negatif yang disebabkan pornografi dalam kehidupan sosial dan psikis seseorang. Distorsi realitas tersebut terjadi ketika fantasi mulai merasuki hasrat, sehingga seseorang ingin mewujudkan fantasi tersebut ke dalam realitas. Penulis menggunakan Fase Cermin dalam Teori Lacanian sebagai solusi dalam menghindari atau meminimalisir terjadinya distorsi tersebut. Dengan menyadari bahwa diri hidup pada dunia yang didefinisikan atas persepsi orang lain, seseorang akan mampu menjaga perilakunya sehingga ia dapat membedakan antara yang realitas dengan yang fiksi.
The focus of previous studies mostly discussed about the effects caused by pornography, but in this study, the author analyzed that there is major phenomena behind these effects, namely the distortion of reality that occurs when fantasy mixes with desire. The method used in this research is critical reflection. Critical reflection is used to analyze Zizek's theory about the distortion of reality and see its relation to pornography. Film, with its ability to create proto-reality, further blurs the boundary between the real and the unreal, so that distortions occur. This also triggers negative effects caused by pornography in one's social and psychological life. This reality distortion occurs when fantasy begins to penetrate desire, so that someone wants to realize that fantasy into reality. The author uses the Mirror Phase in Lacanian Theory as a solution to avoid or minimize the occurrence of these distortions. By realizing that the self lives in a world that is defined by the perceptions of others, a person will be able to maintain his behavior so that he/she can distinguish between the reality and the fiction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Yudistira Kurnia Ramadanu
"
ABSTRAKMemoirs of a Geisha 2005 adalah sebuah film drama romansa yang bercerita tentang kehidupan seorang gadis kecil yang tumbuh menjadi seorang geisha yang terkenal bernama Sayuri. Film ini menggambarkan perjuangan Sayuri dalam menjadi seorang geisha sejak pertama kali ia dijual ke okiya, sebutan untuk rumah geisha, sampai ia menjadi geisha yang paling terkenal. Film ini dapat dijadikan sumber analisis untuk mempelajari dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dilihat melalui elemen visual dan naratif karakter-karakter dalam film. Khususnya, penelitian ini menganalisis beberapa bukti tekstual yang merepresentasikan dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dengan menggunakan teori virgin/whore dichotomy oleh Bay-Cheng 2015 . Dalam menganalisis data, bukti-bukti tekstual tersebut kemnudian dibedakan menjadi dua kategori; penampilan fisik dan interaksi antarkarakter dalam film. Kategori-kategori tersebut kemudian digabungkan untuk menekankan dikotomi dari geisha yang baik dan buruk sepanjang film ini. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dari film Memoirs of a Geisha 2005 ditunjukkan dengan penampilan fisik dan karakteristik dari para karakter dari film ini.
ABSTRACTMemoirs of a Geisha 2005 is a romance drama film about the life of a little girl who became a well-known geisha, Sayuri. This movie portrays Sayuri rsquo;s struggle in becoming a geisha since the first time she was sold to an okiya, a geisha house, until she became the most popular geisha. This movie can be used as a source of analysis to study the dichotomy of good and bad geisha by looking at the visual and narrative elements of the characters throughout the movie. In particular, the research analyzes several textual evidences representing the dichotomy of good and bad geisha by using Bay-Cheng rsquo;s theory of virgin/whore dichotomy. In analyzing the data, the textual evidences are divided into two categories; the physical appearances and the interaction of each characters in the movie. These categories are then combined to highlight the dichotomy of good and bad geisha throughout the movie. From the result of the analysis, it can be concluded that the dichotomy of good and bad geisha in the movie Memoirs of a geisha 2005 is pointed out by the physical appearance and the characteristic of the characters throughout the movie. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Dhilla Fadiyahsari
"Perdebatan antara tradisi dan modernitas telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai generasi, menciptakan perbedaan pandangan yang nyata. Generasi tua seringkali menganggap nilai-nilai tradisional sebagai fondasi kestabilan sosial dan keberlangsungan budaya. Sementara itu, generasi muda cenderung lebih terbuka terhadap gaya hidup yang lebih modern. Film Into the Beat digunakan untuk meneliti bagaimana konflik dan rekonsiliasi antargenerasi direpresentasikan melalui seni tari. Penelitian dilakukan dengan menganalisis adegan-adegan dalam film yang menggambarkan pertentangan antara tradisi dan modernitas serta konflik antargenerasi yang dimaknai menggunakan teori konflik generasi oleh Karl Mannheim. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana film Into the Beat menggambarkan konflik nilai antargenerasi yang dialami tokoh utama melalui penggunaan seni tari sebagai medium utama. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan saling memahami dan mendukung, generasi yang berbeda dapat menemukan titik temu dan menghargai pandangan satu sama lain.
The debate between tradition and modernity has been the focus of attention in various generations, creating a real divergence of views. Older generations often consider traditional values as the foundation of social stability and cultural continuity. Meanwhile younger generations tend to be more open to a more modern lifestyle. The film Into the Beat is used to examine how intergenerational conflict and reconciliation are represented through dance. The research was conducted by analyzing scenes in the film that depict the conflict between tradition and modernity and intergenerational conflict. Further analyses were interpreted using Karl Mannheim’s theory of generational conflict. The results of this study show how the film Into the Beat depicts the intergenerational value conflict experienced by the main character through the use of dance as the main medium. This research also shows that by understanding and supporting each other, different generations can find common ground and respect each other’s views."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1984
S4446
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lindgren, Ernest
New York: Collier Books, 1970
791.4 LIN a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Khaulah
"Postmodernisme muncul dilatarbelakangi oleh kesadaran akan tidak ada lagi suatu stabilitas dan sering kali akan tidak mungkinnya ada perbedaan antara suatu realitas dan simulasi. Postmodernisme memiliki tujuan untuk menciptakan ekspresi baru bukan hanya melalui seni namun juga kultur. Akibatnya, kota-kota era Postmodern berhubungan dengan suatu image tertentu akan perkotaan, yang terdiri dari konglomerasi ide dan gambar. Ide akan postmodernisme memiliki keterkaitan dengan ruang-ruang simulasi dan kehidupan hiperrealitas. Dampak negatif dari hiperrealitas terlihat dari sisi media dan literatur yang merupakan ancaman untuk masyarakat kontemporer dalam kaitannya dengan realitas dan representasi. Film mampu menangkap krisis Postmodern baik dalam penggunaan gambarnya secara visual maupun kemampuannya untuk berubah beriringan dengan ruang dan waktu. Skripsi ini bertujuan untuk melihat ide tentang hiperrealitas dan simulasi dari teori Postmodern bisa membantu kita memahami realitas dalam pengalaman kehidupan di ruang urban dan bagaimana media berperan membentuk image hiperrealitas ruang urban. Skripsi ini juga bertujuan untuk melihat analisis hiperrealitas dari media film The Truman Show dengan ide tentang kehidupan di era Postmodern yang direfleksikan terhadap ruang urban nyata
Postmodernism emerged as a result of the awareness that there is no longer stability and often an impossible difference between reality and simulation. The idea of postmodernism is related to the theory of simulation and images of hyperreality. The negative impact of hyperreality can be seen from media and literature, which pose a threat to contemporary society in terms of reality and representation. Film has an ability to capture the Postmodern crisis, with its visual use of images, with its ability to change continuously. The purpose of this study is to see how the characteristics of postmodernism can affect reality inside of an urban system, to see how the image of hyperreality can be understood through films, and to see where the role of media becomes significant in delivering information related to reality. This study also aims to see the effect of hyperreality, through the reflection from the The Truman Show film’s analysis, on today’s real urban spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library