Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Tri Nugroho
"Melihat lingkungan perkuliahan yang dipenuhi dengan berbagai tuntutan dan situasi yang dapat menekan mahasiswa, dimana berdampak pada kondisi mahasiswa yang menjadi depresi, tertekan, dan frustasi. Kondisi ini cenderung membuat mahasiswa menjadi reaktif dan mendorong mahasiswa menunjukkan agresivitas. Self-compassion yang dianggap sebagai salah satu faktor protektif terhadap agresivitas, berperan penting dalam mereduksi dan mencegah agresivitas pada mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian regresi, dimana peneliti menyebarkan kuesioner self-compassion (Skala Welas Diri) dan agresivitas (Bush-Perry Aggression Questionnaire) pada partisipan untuk melihat peran self-compassion terhadap agresivitas. Sebanyak total 130 mahasiswa sarjana dari berbagai universitas di Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana, diketahui bahwa self-compassion berperan secara signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa di Indonesia (R² = 0,271, p < 0,001 ). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa self-compassion dapat memprediksi agresivitas secara signifikan sebesar 27,1%.

Seeing that the college environment is filled with various demands and situations that can put pressure on college students, which has an impact on college students' conditions become depressed, stressed, and frustrated. This condition tends to make college students reactive and encourages students to show aggressivity. Self-compassion, considered a protective factor against aggressivity, plays an important role in reducing and preventing aggressivity in students. In this research, the researcher used regression design on research, where the researcher distributed self-compassion (Skala Welas Diri) and aggressivity (Bush-Perry Aggression Questionnaire) to participants to see the role of self-compassion on aggressivity. 130 undergraduate and diploma students from various universities in Indonesia with an age range of 18-25 years participated in this research. Based on the results of simple linear regression analysis, it is known that self-compassion plays a significant role in aggressivity among college students in Indonesia (R² = 0.271, p < 0.001). The results obtained show that self-compassion can significantly predict aggressivity by 27.1%."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Marcel
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkah laku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Tema penelitian ini diangkat melihat kenyataan bahwa sampai saat ini tawuran masih menjadi fenomena yang meresahkan masyarakat, ditandai dengan meningkatnya kerugian yang diakibatkan oleh tawuran baik kerugian berupa materi, maupun jatuhnya korban jiwa, bertambahnya jumlah pelaku dan sekolah yang terlibat tawuran.
Tawuran adalah perkelahian masal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok, oleh karena itu tingkah laku agresif siswa dalam tawuran dapat dikatakan sebagai hasil dan proses kelompok. Sementara menurut Myers (1996) pengaruh proses kelompok yang menghasilkan perubahan tingkah laku, keyakinan individu tidak sama pada masing-masing individu. Ada individu yang bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara individual ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Adapula individu yang perilaku maupun keyakinannya sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya. Dari sini kemudian peneliti menduga perbedaan pengaruh proses kelompok pada individu akan menghasilkan tingkah laku agresif yang berbeda pula.
Penelitlan ini menggunakan pendekatan kuantitatif, penarikan sampel tergolong ke dalam non probability sampling dengan teknik incidental. Subyek adalah siswa dari sekolah yang mempunyai frekuensi terlibat tawuran yang tinggi dengan jumlah subyek sebanyak 135 orang. Pengolahan data yang telah terkumpul menggunakan rumus t-test for independent sample dengan bantuan program SPSS for Windows release 9.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkah Iaku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Siswa yang menunjukkan konformitas acceptance memperlihatkan tingkah Iaku yang Iebih agresif dalam tawuran bila dibandingkan dengan siswa yang menunjukkan konformitas compliance. Hal Iain yang ditemukan sehubungan dengan penelitian ini adalah, siswa kelas satu dan kelas dua menunjukkan bentuk konformitas yang berbeda, sementara tingkah laku agresif siswa kelas satu dan kelas dua dalam tawuran cenderung sama. Selain itu ada perbedaan dalam bentuk konformitas pada kelompok siswa usia 16, 17, dan 18 tahun. Hal lain yang ditemukan adalah bahwa siswa wanita turut terlibat dalam tawuran, dimana mereka memperiihatkan tingkah Iaku agresif dalam tawuran yang cenderung rendah bila dibandingkan dengan kelompoknya.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dapat terjadi kemungkinan dikarenakan keberadaan siswa yang menunjukkan bentuk konformitas compliance hanya sekedar ingin dilihat bahwa mereka cukup solider dengan ikut tawuran, sedangkan siswa yang benar-benar meyakini norma yang terkait dengan tawuran (acceptance), lebih merasakan tawuran perlu dan merupakan keharusan sehingga mereka tidak segan-segan melukai lawan."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyawati
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada perilaku kekerasan orangtua dan kekerasan lingkungan terhadap perilaku agresivitas remaja laki-laki. Responden penelitian ini dipilih adalah siswa laki-laki karena intensitas anak laki-laki lebih agresif melakukan tindak kekerasan. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yakni sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresivitas remaja dipengaruhi oleh kekerasan yang dilakukan oleh orangtua dengan α = 0.043 dan nilai d somers 0.21. Perilaku kekerasan orangtua yang berpengaruh adalah ayah memukul pada α = 0.003 dengan d somers dan 0.382. Sedangkan kekerasan lingkungan tidak signifikan berhubungan dengan tingkat agresivitas remaja.

ABSTRACT
This study focuses on the violent behavior of parents and neighborhood violence against aggressive behavior of teenage boys. The respondents have been are male students because of the intensity of the boys more aggressive violence. The number of samples in this study that as many as 100 respondents. The results showed that the aggressive behavior of adolescents affected by violence committed by parents with α = 0.043 and the value of d somers 0.21. Violent behavior influential parent is the father hit at α = 0.003 to d somers and 0382. While the environment is not significant violence associated with the level of aggressiveness of adolescents.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Maesa Febriawan
"Studi ini menginvestigasi hubungan antara tingkah laku flaming dan trait agresi verbal pada antifans. Flaming sebagai bentuk tingkah laku komunikasi agresif yang dilakukan antifans terhadap publik figur diduga berkaitan dengan trait agresi verbal. Tiga puluh enam pemilik akun antifans di Twitter ditarik tweetnya sebanyak seratus tweet per akun dan mengisi kuesioner Verbal Aggressiveness Scale yang terdiri dari 10 item yang bernuansa agresi. Uji psikometrik terhadap Verbal Aggressiveness Scale menunjukkan bahwa alat ukur ini valid dan reliabel (α = 0,8). Tiga ribu enam ratus tweet dari 36 akun antifans dianalisis kontennya oleh dua koder yang tidak mengetahui hipotesis penelitian untuk menentukan setiap tweet yang disampaikan tergolong flaming atau tidak. Seratus tweet dari seluruh akun diambil secara acak untuk mendapatkan data reliabilitas antarkoder.
Reliabilitas antarkoder menunjukkan nilai κ = 0,565, yang mana bermakna bahwa persetujuan antarkoder dapat diterima. Frekuensi tweet flaming dan hasil kuesioner Verbal Aggressiveness Scale dikorelasikan untuk mendapatkan hasil penelitian. Hipotesis penelitian ini diterima, bahwa terdapat hubungan antara tingkah laku flaming di Twitter dan trait agresi verbal pada antifans. Analisis tambahan dilakukan untuk melihat perbedaan tingkah laku flaming dan trait agresi verbal pada antifans laki-laki dan perempuan. Tingkah laku flaming tidak berbeda secara signifikan untuk antifans laki-laki dan perempuan sedangkan trait agresi verbal ditemukan lebih kuat pada antifans laki-laki dibandingkan perempuan. Implikasi penelitian dibahas lebih lanjut dalam makalah.

This research tries to prove that online flaming relates to verbal aggressiveness among antifans. Thirty six antifans Twitter account owner fully participated in this research. Each Twitter account took 100 recent tweets per April 25th, 2014. The owner account filled in Verbal Aggressiveness Scale, consisted ten aggressively-worded items. Validation study for this measurement resulted that the scale was valid and reliable (α = 0,8). Three thousands and six hundred tweets were analyzed by two coders, not knowing research hypothesis.
Intercoder reliability showed that agreement between coders was fairly accepted. This study result showed that online flaming in Twitter relates to verbal aggressiveness among antifans. Additional result found in this study were that there was no significant difference in flaming between male and female antifans but there was significant difference in verbal aggressiveness between male and female antifans. Further implication of this study explained in the end of this paper.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kurniadami
"Menurut Berkowitz (1993) Perilaku agresif mengacu pada pemakaian kekerasan yang dapat melanggar hak-hak seseorang dan tindakan yang menyakitkan hati. Berdasarkan pemikiran di atas. Berkowitz membagi agresi menjadi dua haggian yaitu agresi instrumental (agresi untuk mencapai tujuan, misalnya mendapatkan kembali objek, hak atau kekuasaan) dan agresi permusuhan yaitu agresi untuk melampiaskan kebencian dengan melukai, menvakiti atau merusak. Perilaku agresif diangaap berbahaya karena dapat menjadi sumber dari timbulnya berbagai kekerasan dari kejahatan di masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perilaku agresif, ditemukan bahwa perkembangan perilaku agresif terjadi sejak masa hayi, dilanjutkan dengan pada masa pra-sekolah. masa usia sekolah_ remaja hingga dewasa. Namun demikian. ditemukan bahwa ada masa kritis dimana perilaku agresif dapat menjadi scbuah kecenderungan yang dapat bertahan sampai masa dewasa. Masa tersebut adalah masa usia sekolah dan remaja ma]. Pada masa usia sekolah, perilaku agresif dapat menjadi sumber kenakalan kronis dan kejahatan pada remaja. Bahkan penelitian dari Leonard Eron menunjukkan bahwa dengan melihat anak pada waktu berusia 8 tahun, maka dapat diketahui seberapa agresif seseorang pada saat dewasa.
Pada saat remaja, perilaku agresif yang belum dapat diatasi. akan semakin iebih berbahaya, karcna dapat melanggar hokum dan rnenjurus pada perkelahian dan tindakan kekerasan. Lebih khusus lagi pada saat remaja awal, dimana terjadi konflik ororitas dan hubungan dengan teman sebaya mengoat. maka bentuk-bentuk perilaku agresif seseorang lebih nyata. Untuk itu usaha untuk menciptakan anak usia sekolah dan remaja awal yang dapat mengendalikan diri sangat penting dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa remaja awal yang dapat mcngendalikan diri, hangat, bertanggung jawab dan bekerja sama akan cenderung bersikap sama hingga 30 tahun kemudian.
Bandura (1973) menyebutkan bahwa perilaku agresif pada usia 8-12 tahun adalah agresi tidak jelas yaitu perilaku mengganggu, berbohong atau merusak benda sedangkan pada usia 12-14 tahun adalah agresi yang bersifat jelas atau berupa tindakan kekerasan seperti berkelahi atau menyerang bahkan mernaksakan perilaku seks pada seseorang. Dengan demikian untuk mernahami pcnyebab perilaku agresif sangat penting untuk mem fokuskan pada pengalaman dan keterlibatan anak dalarn kekerasan pada masa usia sekolah dan remaja awal.
Perilaku agresif ini dipengaruhi oleh banyak hal Sears et. al., (1994) melihat bahwa mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia yaitu proses belajar di masa lalu. penguatan dan imitasi. Ketiga hal ini sangat mcnarik untuk diteliti berkaitan dengan besarnya dampak perilaku agresif pada anak usia sekolah dan remaja awal.
Pcnelitian mengenai perilaku agresif telah banyak dilakukan di negara Barat baik dari segi biologic_ psikologis maupun sosial. Bandura melalui Social learning theory menvehutkan bahwa kondisi lingkungan dan sosial dapat 'mengajarkan' individu menjadi agresif. Hal ini diakibatkan seseorang, mempelajari tingkah laku baru melalui imitasi pada orang lain yang dianggap penting. proses belajar mclalui pengamatan dan pengalaman langsung dan dipertahankan melalui faktor penguat (reward dan hukuman).
Pepler & Slab- (1994) mengatakan bahwa untuk memahami perilaku agresif dan hagaimana mengurangin. a. perk] dipelajari teori belajar sosial atau teori-teori lain yang berpijak pada per uhalusn dan proses perkembangan. Hal ini disebabkan karena teori belajar sosial dan sejenisnya dapat nlengurangi atau mencegah perkembangan perilaku agresif- karena pergerakan dan pencegahan agresi tergantung pada budava dan proses belajar (Weiss et al., dalarn Westen. 1996).
Pada penelitian ini. Suhyek diambil melalui Peer- nomination Leman sekelas, yang diadaplasi dari The Factorial Structure of Aggression and Prosocial Children's Self Report Scale yaitu kuesioner Peer Nomination for Aggression Behavior (PNAB) dari Caprara. Barbararrelli dan Pastorelly (1994). Dari delapan kelas yang tcrpilih (4 kelas anak usia sekolah dan 4 kelas remaja awal yang berada di pusat kola Bogor yang diperkirakan perilaku agresinya tinggi). akhirnya terpilih 8 anak yang dianggap berperilaku paling agresif. Kedekapan anak ini diwawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan.
Mengingat subvek yang terhatas hasil penelitian ini tidak dapat hcrlaku umum. Namun dari penelitian ini diperoleh basil bahwa perilaku agresif pada anak usia sekolah disebabkan oleh kurangnya waktu anak bersama orangtua. jenis kepribadian orangtua yang bersifat mengabaikan atau tidak ingin diganggu atau anak disosialisasikan dengan perilaku agresif dan mendapat pembolehan untuk melakukannya. Sedangkan pada remaja awal perilaku agresif disebabkan oleh kurang hangatnya hubungan dengan orangtua. hukuman yang terlalu berlebihan, pembiasaan hukuman pada waktu kecil, terlalu dimanjakan dan juga diabaikan selain remaja awal sudah mulai mencari figur lain selain orangtua dan melakukan imitasi misalnya pada (man, guru, atau bahkan pada pemain sepak bola dunia.
Selain itu, jika anak terbiasa menjadi korban dari periiaku agresif orangtuanya (dipukul, di(endang dst., atau dihina, diancam dst.). inaka anak juga melakukan hal tersebut kepada lingkungannya. Terbiasa melihat perilaku agresif atau saksi kekcrasan dalam perkawinan juga dapat menyebabkan anak berperilaku agresif. Pada penelitian ini juga ditemukan baliwa tidak selamanya anak memahami kemarahan dan hukuman orangtua. Pada beberapa anak, ia merasa diperlakukan tidak adil karena menyadari kesalahan dan hukuman tidak sebanding. Orangtua sendiri cenderung memberi reward pada perilaku agresif anak bcrdasarkan pemikiran untuk membalas. Pada imitasi. ibu menjadi tokoh yang paling dekat dengan anak. namun perilaku agresif tidak selalu ditiru dari ibu, melaknkan dari ayah, kakek, kakak. Atau teman.
Ketika anak usia sekolah mengalami kekecewaan. semua anak mengatakan akan mengatakan (mengadu) pada ibu meskipun ternyata ibunya tidak dapat menerima pengaduan, entah karena sibuk, tidak mau diganggu atau tidak memahami kebutuhan anak seperti ini. Narnun. pada remaja awal, kekecewaan sudah diatasi sendiri entah dengan marah atau membalas. Bahkan dalam mengekspresikan kemarahan. jika anak usia sekolah rnengaku bentukthya tidak berbeda dengan orangtuanya (seperti yang diajarkan), maka pada remaja. mungkin karena perkembangan sosial mereka. mercka melakukan peningkatan perilaku agresif,
namun disertai dengan alasan sebagai 'iseng'. 'ngasal' atau 'bercanda'.
Saran yang diajukan bagi penclitian yang sama di masa mendatang adalah memperbesar jumlah subyck. sehingga variasi-variasi dari aspek yang berperan dalam pembentukan perilaku agresif dapat tergali dengan baik. Selain itu penelitian juga dapat diarahkan pada scluruh segi perilaku agresif baik verbal. fisik, gesture, perilaku agresif yang dialihkan dan lain-lain, yang dapat dilakukan secara longitudinal. sehingga anak usia sekolah yang menjadi sampel dapat diikuti perkembangannva sampai dewasa yang pada akhirnva dapat menghasilkan seam kesimpulan yang didapat lebih komprehensif. Membuat rancangan program bentuk-hentuk interaksi orang tua-anak, sehingga anak dapat tumhuh dan berkembang secara optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti
"ABSTRAK
Adalah hal yang memprihatinkan jika akhir-akhir ini kuantitas penayangan film kekerasan di televisi meningkat, sementara peningkatan itu dibarengi dengan maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar-pelajar di Jakarta.
Banyaknya program siaran yang ditawarkan kiranya telah membuka peluang bagi pemirsa untuk memilih acara-aeara yang mereka senangi, termasuk film-film kekerasan. Tudingan kepada pihak pengelola televisi sebagai penyebab maraknya aksi kekerasan bukanlah tudingan yang tanpa alasan, namun tudingan itu tidaklah bijaksana tanpa melalui suatu penelitian. Tulisan ini berusaha menjembatani kepentingan pihak pengelola televisi . dengan kepentingan masyarakat.
Ada berbagai pendapat tentang pengaruh menonton film kekerasan. Pendapat pertama mengatakan menonton film kekerasan merupakan katarsis sedangkan pendapat lain mengatakan hal ini meningkatkan agresivitas penonton karena menampilkan model untuk dicontoh. menemukan bahwa dampak film kekerasan terhadap agresivitas janganlah hanya dilihat sebagai hasil menonton televisi, tetapi juga dari proses-nya. "Proses" ini dikenal dengan "konsep variabel ketiga", yang dibagi menjadi variabel Antecedent, Intervening dan Contingent. Di samping itu lamanya menonton dan jenis film yang ditonton diduga berhubungan dengan perilaku penontonnya, khususnya perilaku agresif.
Penelitian ini dilakukan terhadap 150 orang pelajar SLTA di Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dari menonton film kekerasan yang berhubungan dengan agresivitas penontonnya. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel Antecedent dan Intervening penonton film kekerasan berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Kondisi Contingent (kesempatan penonton untuk mengaplikasikan adegan di televisi dalam perilaku nyata) tidak berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Bila dilihat dari lamanya menonton dan jenis film yang ditonton, ternyata hanya jenis film yang ditonton saja yang memperlihatkan efek yang signifikan terhadap agresivitas penonton.
Berkaitan dengan temuan ini beberapa saran yang dikemukakan, adalah : (1) hendaknya orang tua tidak menciptakan kondisi yang memungkinkan anak mencontoh perilaku buruk orangtuanya karena orangtua merupakan "model" yang cukup menarik bagi anak-anak untuk ditiru; (2) pihak pengeloia program televisi hendaknya lebih bijaksana dalam menyeleksi film-film yang akan diputar dengan memperhatikan jam tayang khususnya untuk film anak-anak dan remaja; (3) perlunya penelitian lanjutan untuk menemukan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap hubungan menonton film kekerasan di televisi dengan agresivitas penontonnya. "
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Yulianissa
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh karakter eksekutif perusahaan terhadap agresivitas pajak dengan efektivitas dewan komisaris sebagai variabel moderasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode data panel model fixed effect. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2013 dengan total observasi sebanyak 272 perusahaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakter eksekutif perusahaan yang bersifat semakin risk taker berpengaruh positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa efektivitas dewan komisaris terbukti memperkuat pengaruh positif dari karakter eksekutif perusahaan yang semakin bersifat risk taker terhadap agresivitas pajak perusahaan.

This research aims to analayze the effect of company?s executive character on tax aggressiveness with board of commissioners? effectiveness as a moderating variable. This research is a quantitative research using panel data and fixed effect model. Sample used in this research are 68 manufacture companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period of 2010 until 2013 with total observation of 272 firms.
The results of this research showed that company?s executive who tends to be more risk taker have significantly positive effect on company?s tax aggressiveness. Besides, this research also showed that boards of commissioners? effectiveness strengthen the positive effect of company?s executive who tends to be more risk taker on company?s tax aggressiveness.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Yosefini Rasyanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Ardiyanti
"Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu sebagai dua kelurahan dari tujuh kelurahan yang terdapat di Kec. Tanjung Priok, terletak di pinggir Teluk Jakarta, merupakan kelurahan dengan penduduk padat. Letaknya yang berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan jumlah penduduk di wilayah ini semakin bertambah. Meningkatnya jumiah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya membuat kehidupan individu, khususnya di wilayah ini semakin sulit.
Kepadatan penduduk yang tinggi, yang diperburuk oleh kondisi Iingkungan yang rawan banjir dan daerah kumuh (BPS, 1997), menyebabkan wilayah ini memiliki kondisi Iingkungan fisik dengan ciri- ciri, sebagai berikut: minimnya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, kekurangan air bersih untuk keperluan rumah tangga, sanitasi dan higiene yang buruk, serta minimnya tempat pembuangan sampah. Menyempitnya 'ruang pribadi', seperti halnya yang terdapat di Iingkungan padat Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu, dapat menyebabkan munculnya perasaan tegang, tertekan, dan frustrasi individu yang bermukim di wiiayah ini. Kanadjaja dan Sofyan menyatakan bahwa individu yang bermukim di tempat yang relatif padat Iebih memiliki kecenderungan peningkatan agresititas. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui dari Iaporan hasil Survei Kelurahan (1997) bahwa telah terjadi frekuensi tindak kriminalitas di wilayah ini (BPS, 1997).
Berdasarkan uraian di atas, beberapa fakta penting yang perlu diperhatikan adalah terjadinya kepadatan di lingkungan berpenduduk padat memungkinkan terjadinya berbagai macam bentuk provokasi sehingga dapat menimbulkan berbagai kecenderungan respon perilaku agresif pada penduduknya sebagai bentuk reaksi dari kesesakan yang dipersepsikan sebagai bentuk pengalaman yang tidak menyenangkan (Berkowitz, 1993). Adanya peningkatan agresifitas diantara orang- orang yang merasakan sesak di lingkungan padat (Altman, 1987). Bahwa fenomena kesesakan di Iingkungan padat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup pada masyarakatnya, misalnya kriminalitas (Altman, 1987).
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan lingkungan tempat tinggal akan menyebabkan perbedaan dalam perilaku pada penduduknya, yaitu dengan meneliti kecenderungan respon perilaku agresif penduduk di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu terhadap provokasl Maka permasalahan yang diteliti adalah:
Apakah perbedaan provokasi menyebabkan perbedaan proporsi kecenderungan respon perilaku agresif antara penduduk di lingkungan padat tinggi dan llngkungan padat rendah ?
Responden penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu, berusia antara 18-30 tahun sejumlah 157 orang. Untuk pengumpulan data digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat pengumpul data tersebut dibuat berdasarkan 8 indikator perilaku agresif yang dikemukakan oleh Buss (1961, dalam Morgan 1986). Teknik pengolahan data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu; pertama, menggunakan analisis faktor, bertujuan untuk memperoleh gambaran perilaku agresif yang potensial terdapat diantara penduduk. Kedua, menghitung proporsi responden, bertujuan untuk mendapatkan gambaran perbedaan proporsi respon berdasarkan kecenderungan respon perilaku agresif yang terdapat di antara kelompok responden.
Berdasarkan hasii pengolahan data melalui analisis faktor, diperoleh tiga kecenderungan respon perilaku agresif yang potensial terdapat di kedua wilayah penelitian ini, antara Iain: respon perilaku fisik aktif Iangsung, respon verbal aktif tidak Iangsung, dan respon verbal pasif tidak langsung. Sedangkan untuk gambaran perbedaan proporsi diantara dua kelompok responden, hasil yang diperoleh adalah:
1. Peningkatan provokasi menimbulkan kecenderungan respon perilaku agresif fisik aktif Iangsung dan verbal aktif tidak Iangsung, sedangkan respon perilaku agresif verbal pasif tidak Iangsung semakin berkurang
2. Tidak terdapat perbedaan kecenderungan respon perilaku agresif fisik aktif Iangsung, verbal aktif tidak Iangsung, dan verbal pasif tidak Iangsung sebagai respon terhadap provokasi diantara kedua kelompok responden.
Selain itu, dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa semakin provokasi meningkat maka kecenderungan respon perilaku agresif yang ditampilkan lebih merupakan perilaku fisik aktif Iangsung dan verbal aktif tidak langsung. Bahwa perilaku agresif Iebih ditentukan oleh tingkat provokasi yang dipersepsikan individu sebagai suatu bentuk kesengajaan dan memiliki intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Worchel (1974, dalam Morgan, 1986) bahwa semakin individu mempersepsi provokasi dari orang Iain sebagai suatu hal yang disengaja dan berintensitas tinggi maka kecenderungan respon perilaku agresif untuk tampil akan semakin kuat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charletty Choesyana Soffat
"Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana pembentukan sistem motif agresi sebagai hasil praktik pengasuhan anak oleh orang tua pada remaja kriminal dan remaja non kriminal. Penelitian ini menelaah keterkaitan antara praktik pengasuhan anak (oleh ibu dan ayah) dengan perkembangan kedua komponen sistem motif agresi yaitu komponen pendekat agresi (motif agresi) dan komponen penghindar agresi (hambatan agresi) yang ada di dalam diri remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah praktik pengasuhan anak yang berkaitan dengan perkembangan agresivitas yang diterapkan pada remaja kriminal, berbeda dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal. Selain itu, juga untuk mengetahui apakah sistem motif agresi remaja kriminal tidak sama dengan sistem motif agresi remaja non kriminal.
Berdasarkan kajian teori diajukan empat belas hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian dilakukan pada remaja akhir dengan rentang usia antara 18 hingga 24 tahun, yaitu remaja non kriminal (Siswa kelas III SMU 71 & Mahasiswa Fakultas Agama Islam Univeritas Asy-Syafiyah semester II) dan remaja kriminal (narapidana kasus penganiayaan berat dan pembunuhan di RUTAN Salemba) di Jakarta.
Hasil temuan penelitian memperlihatkan bahwa:
1. Praktik pengasuhan anak (oleh ibu & ayah) yang diterapkan pada remaja kriminal adalah tidak sama dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal.
2. Secara umum, motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada motif agresi remaja non kriminal. Dan kekuatan motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada kekuatan hambatan agresi yang ada di dalam dirinya.
3. Di antara kelima aspek praktik pengasuhan anak yang diteliti dalam penelitian ini (aspek kontrol, dukungan, penolakan, kasih sayang dan orientasi nilai), yang amat berperan bagi peningkatan motif agresi adalah aspek kontrol dan kasih sayang.
4. Agresivitas yang rendah pada remaja dikarenakan adanya motif agresi yang rendah, atau dikarenakan interaksi antara kekuatan motif agresi yang besar dan kekuatan hambatan agresi yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kekuatan motif agresi yang besar. Belum tentu mudah untuk memunculkan tingkah laku agresif dan atau kriminal.
Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan penelitian penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: Melakukan penelitian lanjutan dengan (1) memperluas jangkauan sampel yaitu dengan anak Indonesia sebagai populasi, (2) menggunakan alat ukur yang lebih standar, dan (3) metode pengumpulan data secara terpadu.
Selain itu, juga disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini, sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kepribadian remaja lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T7036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>