Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157653 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satrio Budi Wicaksono Wirawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana representasi visual warisan budaya dan tradisi Jepang melalui medium budaya populer Jepang, khususnya animasi Jepang atau yang lebih dikenal dengan anime, menjadi salah satu upaya oleh Studio Ghibli dalam menginspirasikan pelestarian budaya tradisional Jepang di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Penelitian ini akan melakukan analisis terhadap dua film ikonik yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki, yaitu "Spirited Away" dan "My Neighbor Totoro" dengan menggunakan teori representasi Stuart Hall untuk melihat penggambaran ikonografi Jepang dalam kedua film tersebut. Peneliti akan menggunakan adegan-adegan yang memiliki ikonografi yang berbeda dari kedua film tersebut dan mengeksplorasi bagaimana representasi tersebut dapat dianggap sebagai warisan budaya Jepang. Melalui pemeriksaan terhadap bagaimana film-film ini menggambarkan elemen-elemen budaya, cerita rakyat, dan nilai-nilai tradisional, peneliti berusaha untuk memahami bagaimana Studio Ghibli dapat berkontribusi terhadap pelestarian dan penafsiran ulang warisan budaya dalam konteks Jepang kontemporer.

This research aims to explore how the visual representation of Japanese cultural heritage and traditions through the medium of Japanese popular culture, especially Japanese animation or better known as anime, is one of the efforts by Studio Ghibli in inspiring the preservation of traditional Japanese culture in the midst of globalization and modernization. This research will analyze two iconic films directed by Hayao Miyazaki, namely "Spirited Away" and "My Neighbor Totoro" by using Stuart Hall's representation theory to see the depiction of Japanese iconography in both films. The researcher will use scenes that have distinct iconography from both films and explore how these representations can be considered Japanese cultural heritage. Through an examination of how these films depict cultural elements, folklore, and traditional values, we seek to understand how Studio Ghibli can contribute to the preservation and reinterpretation of cultural heritage in the contemporary Japanese context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Dwi Putri Adzani
"Pada umumnya, film digunakan sebagai media untuk merepresentasikan sosial budaya pada zaman tertentu, seperti film So Long My Son yang disutradarai oleh Wang Xiaoshuai pada tahun 2019. Film ini menceritakan tentang permasalahan yang dihadapi Yaojun dan Liyun dalam menjalankan kehidupan tanpa anak akibat adanya pelarangan anak kedua pada masa kebijakan satu anak. Beberapa adegan tokoh Liyun pada film menggambarkan kerugian-kerugian karena adanya kebijakan ini. Penelitian akan mengkaji perihal bagaimana dampak kebijakan satu anak di Cina dapat direpresentasikan melalui tokoh Liyun dalam film So Long My Son. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui film So Long My Son dan studi pustaka sebagai referensi, memilah adegan, dan melakukan analisis untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Melalui penggambaran dampak kebijakan satu anak di Cina pada tokoh Liyun dalam film So Long My Son, penulis menyimpulkan bahwa kebijakan satu anak yang dijalankan oleh pemerintah Cina, sebagaimana digambarkan dalam film, memberikan dampak tidak menguntungkan bagi perempuan, fisik maupun mental dengan pelarangan anak kedua yang membuat Liyun terpaksa aborsi dan kehilangan anak selamanya hingga percobaan bunuh diri.

In general, films are used as a medium to represent the socio-culture of a certain era, such as the film So Long My Son directed by Wang Xiaoshuai in 2019. This film tells about the problems faced by Yaojun and Liyun in living a childless life due to the prohibition of second children during the one child policy period. Some scenes of Liyun's character in the movie illustrate the disadvantages of this policy. This research will analyze how the impact of the one-child policy in China can be represented through the character Liyun in the film So Long My Son. The research method used is descriptive qualitative method by collecting data through the film So Long My Son and literature studies as references, sorting out scenes, and conducting analysis to produce a conclusion. Through the depiction of the impact this policy through Liyun in the film So Long My Son, the author concludes that the China government's one-child policy, as illustrated in the film, has an unfavorable impact on women, both physically and mentally with the prohibition of second children which forces Liyun to have abortion and lose children forever and even attempt suicide."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Irawanto
Yogyakarta: Media Pressindo, 1999
791.43 Ira f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Phelps, Guy
London: Victor Gollanez, 1975
791.43 Phe f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Phelps, Guy
London: Victor Gollanez, 1975
791.43 Phe f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Armelia Citra Ardiyanti
"Skripsi ini membahas tentang aksi penutupan studio di Jakata tahun 1957 yang dilakukan oleh produser film yang tergabung dalam organisasi PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia) untuk meminta perlindungan terhadap perfilman nasional. Berbagai permasalahan yang terjadi pada awal kemunculan peusahaan film pribumi membuat industri perfilman di Indonesia menjadi tidak berkembang. Adanya persaingan dengan film asing merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kejatuhan film Indonesia. Selain itu, masalah perfilman yang di urusi berbagai departemen pemerintahan pun menyebabkan sulitnya mengambil suatu kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan perfilman di Indonesia. Akhirnya di tahun 1964, pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1964 tentang pembinaan perfilman nasional. Dengan keluarnya Penpres ini, urusan perfilman berada dibawah Departemen Penerangan dan merupakan suatu jalan untuk melindungi perfilman nasional.

This thesis discusses about the action of closure of studio in Jakarta in 1957. This action was made by Indonesian producers who joined in PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia). They demanded the government to protect the national film industry. Various problems made the early emergence of Indonesian film company can‟t grow up. The main factor that made them unable to grow is, the foreign films. The Indonesia films unable to compete with the film from overseas. In addition, the Indonesian film industry are managed by various government departments. It causes the difficulty of taking a policy to resolve the problems of Indonesia film industry. Finally after doing various actions, in 1964 government issued a Presidential Decree No. 1, 1964. This is the regulation about the guidance of national films. With the release of this Presidential Decree, the Indonesia film industry is managed under the Information Department."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1855
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Reis Nahrisya
"ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis apresiasi netizen terhadap film Spijt! dan Pijnstillers dari
novel karya Carry Slee. Delapan resensi menjadi korpus dimuat dalam media
elektronik khusus film dan umum Belanda. Penilaian Boonstra (1979) dan De
Moor (2003) dipadukan untuk memperlihatkan aspek penilaian yang paling
disorot oleh peresensi. Penilaian yang mendominasi di kedua jenis media adalah
penilaian objektif. Dalam media umum, pencermatan terhadap penokohan
menjadi sorotan sedangkan media khusus film tidak memusatkan penilaian atas
aspek tertentu yang menjadi bagian komposisi film.

ABSTRACT
This thesis analyzes the appreciation that is given by netizen towards Spijt! and
Pijnstillers which are the result of adaptation in Carry Slee?s novels. Eight reviews
are published in special electronic media for films and general media in the
Netherlands. Boonstra?s (1979) and De Moor?s arguments (2003) are combined to
show the most highlighted aspect of the judgement. It is found that the objective
assessment dominate both media. Reviews in the general media put more focus on
characterization while reviews in exclusive films media are not focusing on any
particular aspect.;"
2016
S65346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Armijn
Jakarta: Badan Musjawaratan Kebudayaan Nasional, 1953
791.430 ARM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Armijn
"Buku ini berisi tentang produksi cerita film di Indonesia karya Armijn Pane. Menurut Armijn Pane, film bukan hanya suatu hasil kesenian melainkan juga menjadi hasil suatu industri ..."
Djakarta: Badan Musjawarat Kebudajaan Nasional, 1953
K 384.8 ARM p
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Salim Said, 1943-
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994
791.430 79 SAL d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>