Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Retnaning Astri
"Dalam rangka memenuhi ketahanan energi nasional, Organisasi A sebagai representasi negara di sektor industri minyak dan gas bumi yang bertugas melaksanakan kegiatan pengelolaan minyak dan gas bumi di Indonesia, membutuhkan karyawan yang memiliki keterikatan kerja tinggi, yaitu karyawan yang memiliki semangat, dedikasi dan ketekunan untuk berkontribusi penuh pada pekerjaaannya. Survey pengelolaan sumber daya manusia menunjukkan keterikatan kerja yang rendah di Organisasi A. Penelitian ini terdiri dari studi penelitian dan studi intervensi. Studi penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan prediktor modal psikologis (faktor internal individu), kepemimpinan transformasional (faktor eksternal individu), dan komunikasi internal (faktor organisasi) terhadap outcome keterikatan kerja dengan sampel 267 karyawan Organisasi A. Studi penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional yang didukung oleh data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan modal psikologis individu, gaya kepemimpinan transformasional dan komunikasi internal dalam organisasi dengan keterikatan kerja karyawan. Prediktor komunikasi internal memiliki nilai paling besar dalam memprediksi keterikatan kerja dan dipilih sebagai variabel intervensi. Studi intervensi dengan 23 partisipan bertujuan mengetahui efektivitas pengaruh pelaksanaan program intervensi - pelatihan strategi komunikasi internal - untuk meningkatkan keterikatan kerja. Hasil evaluasi program intervensi menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap nilai pre-test dan post-test partisipan sebelum dan sesudah mengikuti program intervensi.

Organization A, as a representative of the state which is tasked with carrying out oil and gas management activities in Indonesia in order to fulfill the national energy security, requires employees having high work engagement; those who have enthusiasm, dedication and perseverance to fully contribute to their job. However, the results of human resource management survey indicate that work engagement at Organization A is low. This research consists of research study and intervention study. The research study aims to analyze the relation of psychological capital (internal factor), transformational leadership (external factor), and internal communication (organizational factor) to work engagement using a sample of 267 employees. The research study uses a quantitative method with correlational approach supported by qualitative data. The research results that psychological capital, transformational leadership and internal communication have significant relations to work engagement. Internal communication predictor having the greatest relation to work engagement is chosen as intervention variable. Intervention study with 23 participants aims to determine the effectiveness of intervention program - internal communication strategy training - to increase work engagement. The evaluation of the intervention program indicates a significant increasing of the pre-test and post-test scores of participants before and after participating in the intervention program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ramadhani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari grit dan kepemimpinan transformasional pada work engagement pada karyawan dari 62 perusahaan startup. Data diambil melalui kuesioner yang disebarkan secara online di Jakarta (N = 204). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini adalah The Grit Scale (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007), MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire) (Bass & Avolio, 1991), dan The UWES-9 (Utrecht Work Engagement Scale) (Schaufeli, Bakker, & Salanova, 2006) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Data diolah dengan menggunakan model regresi berganda pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grit dan kepemimpinan transformasional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap work engagement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki varians yang unik pada work engagement setelah mengontrol grit. Diskusi dan saran dipaparkan pada bagian akhir penelitian ini.

This research was conducted to determine the contribution of grit and transformational leadership on work engagement. Data was collected through an online survey to employees from 62 startups in Jakarta (N = 204). Variables were measured using Indonesian-translation of The Grit Scale (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007), MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire) (Bass & Avolio, 1991), and The UWES-9 (Utrecht Work Engagement Scale) (Schaufeli, Bakker, & Salanova, 2006). Data were analyzed using multiple regression analyses. The results showed that grit and transformational leadership had a positive and significant effect on work engagement. Results also showed that transformational leadership had a significant incremental variance on work engagement above and beyond grit. Discussions and suggestions are presented at the end of this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Pratama Putra Wiyono
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari persepsi ethical leadership terhadap perilaku organisasi para bawahannya. Perilaku organisasi yang hendak diukur adalah work engagement dan perilaku kerja inovatif dari karyawan. Penelitian ini menggunakan model mediasi sederhana. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua tahap untuk mengatasi common method bias. Tahap satu terdiri dari 27 aitem untuk gabungan aitem IV dan mediator. Tahap dua sebanyak sembilan aitem untuk DV. Responden dalam penelitian ini berjumlah 91 orang yang bekerja sebagai sales/marketing dari berbagai perusahaan. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, ditemukan persepsi ethical leadership berpengaruh positif signifikan terhadap work engagement dan work engagement berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku kerja inovatif. Melalui analisa mediasi Hayes dan Sobel rsquo;s test ditemukan bahwa work engagement memiliki peran dalam memediasi hubungan antara persepsi ethical leadership dengan perilaku kerja inovatif karyawan.

ABSTRACT
This research aimed to find out the effect of perceived ethical leadership on the employee rsquo s organizational behavior. Employee rsquo s organizational behaviors which were measured in this research were work engagement and work innovative behavior. This research used simple mediation model. The questionnaires used in this research were split into two stages. The first stage contained 27 items for predictor and mediator variable. The second stage contained nine items for the outcome variable. There were 91 sales marketing peoples from different organizations included in this research as respondents. The result showed that perceived ethical leadership is indeed having a positive significant effect on work engagement and work engagement also has a positive significant effect on innovative work behavior. Through Hayes mediation analysis and Sobel rsquo s test, researcher found that there rsquo s a positive significant effect from perceived ethical leadership on innovative work behavior through the mediation of work engagement."
2017
T47559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defina Holistika
"Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk meneliti bagaimana keterikatan kerja yang dirasakan oleh karyawan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yang berbeda. Pertama penggunaan media sosial terkait pekerjaan di luar jam kerja reguler dapat menjadi paradoks yang berimplikasi negatif terhadap keterikatan kerja. Kedua, persepsi dukungan organisasi dapat menjadi dorongan yang berimplikasi positif terhadap keterikatan kerja. Untuk menguji hipotesis penelitian, maka dilakukan survei cross sectional terhadap 344 karyawan lintas sektor di wilayah Jabodetabek. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengetahui hubungan kausalitas yang terbentuk antar variabel. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa baik penggunaan media sosial terkait pekerjaan maupun persepsi dukungan organisasi terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterikatan kerja melalui peran mediasi dari identifikasi organisasional, work-to-family conflict dan family-to-work conflict. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan baru, khususnya dalam merespon tantangan bidang SDM di era digital. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan organisasi dalam merumuskan kebijakan penetapan jam kerja yang seimbang, memaksimalkan peran dukungan organisasi dan meminimalisir potensi terjadinya work-family conflict, sehingga karyawan dapat merasakan keterikatan kerja yang kuat dan memaksimalkan kontribusinya bagi organisasi.

This study was conducted with the aim of examining how work engagement of employees can be influenced by two different factors. First, work-related social media use outside of working hours can be a paradox that has negative implications for work engagement. Second, perceived organizational support can be a boost that has positive implications for work engagement. To test the research hypothesis, a cross-sectional survey was conducted on 344 employees across sectors in the Greater Jakarta Area. The collected data is then processed using the structural equation modeling (SEM) method to determine the causal relationship formed between variables. The findings in this study indicate that both work-related social media use and perceived organizational support are proven to have a significant effect on work engagement through the mediating role of organizational identification, work-to-family conflict, and family-to-work conflict. The results of this research are expected to provide new insights, especially in responding to challenges in the human resource field in the digital era. The results of this study are also expected to be taken into consideration by organizations in formulating policies on setting balanced working hours, maximizing the role of organizational support, and minimizing the potential for work-family conflict so that employees can feel a strong sense of work engagement and maximize their contribution to the organization."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Lutfiyati, 1989-
"Penelitian ini berfokus pada hubungan antara Perceived Organizational Support (POS) dan Work Engagement Antar Generasi X Dan Y di LKN B. Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah POS merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi Work Engagement individu (Saks, 2006; Fabian dan Chinelo 2013). Penelitian ini menggunakan tipe penelitian aplikatif dan korelasional dengan jumlah responden sebanyak 193 pegawai. Alat ukur yang digunakan adalah adaptasi dari Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli dan Baker, 2003) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0.946 dan alat ukur POS (Rhoades dan Eisenberger 2002) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0.927. Analisis data menggunakan statistika deskriptif, korelasi pearson product moment, regresi linear, t-test, dan anova.
Hasil penelitian diperoleh bahwa: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara POS dengan Work Engagement pegawai Antar generasi X dan Y di LKN B; 2) secara umum responden penelitian memiliki POS yang sedang dan Work Engagement yang sedang pula; 3) dimensi POS yang memiliki nilai rata-rata paling rendah adalah dimensi job condition and reward; 4) semua dimensi POS berpengaruh terhadap Work Engagement diantaranya dimensi fairness, supervisory support, dan job condition and reward; 5) intervensi dilakukan pada dimensi job condition and reward yakni dengan memberikan pelatihan 3R (Respect, Recognition and Reward), mengenai bagaimana membangun job condition and reward organisasi diantara Gen X dan Y; 6) Hasil evaluasi intervensi menunjukkan bahwa intervensi efektif dan aplikatif untuk diterapkan dalam organisasi. Terlihat dari hasil evaluasi level pengetahuan dengan rata-rata nilai pretest 8,3 dan posttest 13,2 dengan signifikansi 0,007, sehingga terlihat terdapat peningkatan skor dengan perbedaan skor yang signifikan; 7) Hasil evaluasi level reaksi, dengan skor rata-rata lebih dari 4 dengan skala 1 ? 5 yang ditinjau dari aspek ruangan dan suasana, alat bantu, materi dan program, fasilitator dan peserta pelatihan.

This study focused on the relationship between Perceived Organizational Support (POS) and Work Engagement among Gen X?s and Gen Y?s at LKN B. This study was held to approve that POS give influence to Work Engagement (Saks, 2006, Fabian dan Chinelo 2013). This study used a type of applied research and correlation research with the number of respondents is 193 respondents. Measurement instruments used in this research are the adaptation of Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli dan Baker, 2003) with coefficient alpha (α) of 0.946 and Work Engagement questionnaire (Schaufeli dan Baker, 2003) with coefficient alpha (α) of 0.927. Descriptive statistics, Pearson product moment correlation formula, linear regression, t-test, and ANOVA will be used to analyze the infomation gathered.
Result of this research, it was concluded that: 1) there is a significant relationship POS with Work Engagement among Gen X?s And Gen Y?s at LKN B; 2) majority of respondents have a moderate level of POS and Work Engagement; 3) job condition and reward is the dimensions of POS which has the lowest mean score; 4) all dimensions of POS that give influence to Work Engagement such as fairness, job condition and reward and supervisory support; 5) intervention held to improving, job condition and reward dimension is with giving the training 3R (Respect, Recognition and Reward) to building job condition and reward in organization among Gen X's And Gen Y's; 6) the intervention is acknowledged as quite effective and applicable for implementation in the organization; 6) Evaluation of intervention showed that intervention was efective and aplicative to implement in LKN, which is score of knowledge level of evaluation has mean of score in pretest 8,3 and posttest 13,2 with significance 0,007, it showed increasing the score and significance of the score difference; 7) Score of reaction level evaluation, with mean of score more than 4 for range scale 1-5, that reviewed from layout and condition aspect, tools, lesson and program, facilitator and participant of training.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmawati
"Organisasi umumnya mencari cara untuk mencapai kinerja yang tinggi dari pegawai tetapi terkadang mengabaikan peran penting keterlibatan kerja. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kinerja pegawai, khususnya pegawai negeri sipil. Kami mengumpulkan data dengan mensurvei 321 pegawai negeri sipil yang melakukan flexible working arrangements di tempat kerja mereka. Kemudian, kami mengeksplorasi dampak dari work engagement, khususnya pada bagaimana work engagement bertindak sebagai mediator antara faktor-faktor yang diperiksa sebelumnya terhadap employee performance dengan menggunakan pendekatan covariance-based structural equation modelling (CB-SEM). Temuan kami menunjukkan bahwa flexible working arrangements dan perceived supervisor support berpengaruh positif dan signifikan terhadap work engagement. Selanjutnya, work engagement juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap employee performance. Studi ini memberikan kontribusi investigasi terhadap prediktor-prediktor yang memengaruhi employee performance mengingat sedikitnya penelitian tentang employee performance di sektor publik Indonesia khususnya setelah terjadi perubahan pola kerja pasca Covid-19.

Organizations generally look for ways to achieve high performance from employees but sometimes leave out the vital role of work engagement. The main purpose of this study is to determine the factors that affect employee performance, with a specific focus on civil servants. Initially, we collect data by surveying 321 civil servants experiencing flexible working arrangements in their workplace. Then, we explore the impact of work engagement, specifically on how it acts as a mediator between the previously examined factors and employee performance using covariance-based structural equation modelling (CB-SEM). Our findings show that flexible working arrangements and perceived supervisor support have a positive and significant effect on work engagement. Furthermore, work engagement has a positive and significant impact on employee performance. This study contributes to the predictors that affect employee performance, considering that there is a few research on employee performance in the Indonesian public sector especially working methods change during post Covid-19."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Prima Isnainiyah
"Work Engagement atau keterikatan kerja merupakan kondisi psikologis positif berhubungan dengan pekerjaan yang dialami seseorang dan memiliki tiga karakteristik yaitu tingkahlaku (vigor), dedikasi (dedication), dan absorpsi (absorption). Pada dekade ini, work engagement menjadi pembahasan yang cukup penting bagi bertahannya pekerja atau karyawan dalam organisasi, baik dalam organisasi profit maupun non-profit. Organisasi TNI-AU sebagai sebuah organisasi kemiliteran di Indonesia juga menganggap work engagement penting terutama dengan adanya isu menurunnya partisipasi dan dedikasi para perwira TNI-AU di organisasi pada korps-korps tertentu serta adanya perwira TNI-AU yang tetap berdedikasi dan partisipasi dalam organisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan keterikatan kerja (work engagement) pada korps-korps perwira TNI-AU. Partisipan penelitian ini berjumlah 150 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan One-Way Anova Planned Comparison. Penelitian ini menggunakan alat ukur work engagement yaitu Utrecht Work Engageent Scale (UWES) yang sudah di modifikasi dari penelitian Schaufeli dan Bakker (2006).
Hasil dari penelitian menunjukkan, F (7, 142) = 0,841, p>0.05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keterikatan kerja yang signifikan di antara berbagai korps pada perwira TNI-AU Saran yang diajukan dalam penelitian selanjutnya adalah dengan mencoba melihat perbedaan skor keterikatan kerja pada perwira TNI-AU berdasarkan variabel lain selain korps yaitu pangkat.

Work Engagement is positively related to the psychological state of a person's work experience, and has three characteristics, namely the behavior (vigor), dedication (dedication), and absorption (absorption). In this decade of work engagement under discussion is quite important for the survival of workers or employees in the organization, both in the for-profit and non-profit organizations. Organization of the Air Force as a military organization in Indonesia is also considered an important engagement work primarily with the issue of declining participation and dedication of the Air Force officers in the organization of the corps-specific and the air force officers who remain dedicated and participation in the organization.
This research was conducted to see the difference in work engagement at the corps of Air Force officers. Participants of this study totaled 149 people. This study uses a quantitative approach. Data is then processed by using One-Way ANOVA Comparison Planned. This study uses the measure work engagement Engageent Utrecht Work Scale (UWES) that have been modified from the research Schaufeli and Bakker (2006).
Results from the study showed that F (7, 142) = 0,841, p>0.05, there were no significant differences in work engagement among the officer corps of the Air Force. Suggestions put forward in future studies is to try to see the difference in work engagement on the Air Force officers based on variables other than the corps for example by rank."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S45466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heti Nur Isnaini
"Teleworker dalam menyelesaikan pekerjaannya mengalami beberapa tantangan dengan karakteristik dan kondisi kerja yang kompleks. Terlebih di masa pandemi diprediksi dapat mempengaruhi kenaikan maupun penurunan kinerja karyawan secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan job autonomy dan workplace social isolation terhadap job performance melalui work engagement. Analisis data dilakukan dengan Structural Equation Modelling (SEM). Data yang layak digunakan sejumlah 503 responden. Penelitian ini berfokus pada pengaruh faktor-faktor kondisi kerja yakni job autonomy dan workplace social isolation terhadap job performance melalui work engagement. Hasil analisis model penelitian ini memperlihatkan adanya peran mediasi sebagian pada variabel job autonomy dan juga pada variabel workplace social isolation. Dimana keleluasaan sistem kerja dapat meningkatkan keterkaitan karyawan saat bekerja maupun hasil dari proses selama bekerja. Sedangkan minimnya interaksi karyawan bisa mempengaruhi turunnya keterkaitan karyawan saat bekerja maupun hasil dari proses selama bekerja. Penelitian ini menyoroti pentingnya pengelolaan dari organisasi mengenai kondisi karyawan khususnya karyawan yang bekerja dari rumah.

Teleworkers to complete their work experience have several challenges with complex job characteristics and working conditions. Especially in a pandemic situation, that is predicted to be affecting increase or decrease employee performance significantly. This research aims to explore the relationship of job autonomy and workplace social isolation to job performance through work engagement. Data analyzed using structural equation modeling (SEM), research generated several results from 503 respondents collected. This study focused on the relationship between working condition factors, namely job autonomy and workplace social isolation on job performance through work engagement. The results of the analysis showed work engagement has a partial mediation in job autonomy and also in workplace social isolation. Furthermore, job autonomy increased work engagement and job autonomy, whereas workplace social isolation can reduce work engagement and job performance. This research highlights the importance of managing the organization regarding employee conditions especially teleworkers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ridha Nurma Sari
"Penelitian ini berfokus pada hubungan antara leader-member exchange dan work engagement pada pegawai generasi X dan Y di Lembaga Keuangan A. Penelitian ini menggunakan mix method research. Penelitian ini dilakukan kepada 193 pegawai yang berasal dari generasi X dan generasi Y. Alat ukur yang digunakan adalah adaptasi dari Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli & Bakker, 2003) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar .960 dan alat ukur LMX-MDM (Liden & Maslyn, 1998) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar .934.
Dari analisis data, disimpulkan bahwa: (1) Tingkat mean skor work engagement dan leader-member exchange karyawan Lembaga Keuangan A rata ? rata berada dalam taraf sedang baik secara umum maupun antara generasi X dan Y. Namun, bila dilihat lebih mendalam, tingkat mean skor antara generasi X memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan generasi Y baik work engagement maupun leader-member exchange, (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara leader-member exchange dengan work engagement pada karyawan Lembaga Keuangan A, (3) dari keempat dimensi leader-member exchange, kesemuanya, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work engagement, dan (4) bentuk intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hubungan leader-member exchange dan work engagement pada karyawan Lembaga Keuangan A adalah dengan memberikan pelatihan trust building dan mutual support untuk meningkatkan loyalitas karyawan.
Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap pelatihan menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelatihan dengan nilai signifikansi adalah .007 signifikan pada l.o.s .05 dan nilai z pada wilcoxon test adalah -2.694 yang menunjukkan bahwa nilai post-test lebih besar daripada nilai pre-test.

This study focused on the relationship between leader-member exchange and work engagement between Generation X and Generation Y employees at Financial Institutions A. This study used a mixed method research. This study was conducted to 193 employees coming from generation X and generation Y. Measurement instruments used in this research are the adaptation of Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli & Bakker, 2003) with coefficient alpha (α) of .960 and LMX-MDM (Liden & Maslyn, 1998) with coefficient alpha (α) of .934.
From the data analysis, it was concluded that: (1) majority of respondents have a moderate level of leader-member exchange and work engagement. However, the mean level of generation X has a higher value than generation Y both work engagement and leader-member exchange, (2) there is a significant effect between leader-member exchange and work engagement, (3) the fourth dimensions of leader-member exchange, all of which, have a significant effect on work engagement, (4) intervention held to improving the loyalty dimension is with giving the training of trust building and mutual support.
The results of training's evaluation stated that there are significant differences between before and after training with a significance value of .007 is significant at the .05 l.o.s and the z value of Wilcoxon test is -2.694 which indicate that the post-test is greater than the pre-test.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Hidayati
"Keterlekatan dengan pekerjaan merupakan salah satu kriteria karyawan yang dibutuhkan oleh organisasi. Salah satu faktor yang diduga berperan penting dalam meningkatkan keterlekatan dengan pekerjaan adalah kohesivitas tim. Penelitian menggunakan alat ukur UWES-9 (Schaufeli, Salanova, & Bakker, 2006) untuk mengukur keterlekatan dengan pekerjaan dan TC (Carles & Paola, 2000) untuk mengukur kohesivitas tim. Dalam penelitian ini, dilakukan dua studi pada PT X. Studi 1 bertujuan untuk mengetahui hubungan kohesivitas tim dengan keterlekatan dengan pekerjaan.
Dari 72 responden yang mengikuti penelitian pada studi 1, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kohesivitas tim dan kelekatan dengan pekerjaan (r = 0.38, p < 0.05). Selanjutnya, hasil studi 1 menjadi dasar penelitian bagi studi 2 yang hendak meningkatkan kohesivitas tim pada karyawan PT X melalui pemberian intervensi membangun tim. Dari 6 responden yang mengikuti penelitian pada studi 2, diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan wawasan yang signifikan terkait dengan kohesivitas tim sebelum dan setelah dilakukan intervensi (z = -2.23, p < 0.05). Namun demikian, perubahan perilaku peserta sehingga menjadi lebih kohesif ternyata tidak secara signifikan terjadi (z = -1.05, p > 0.05). Penelitian berikutnya diharapkan dapat menyempurnakan program intervensi yang diusulkan agar hasil studi dapat tepat mencapai sasaran.

Work engagement is one of the characteristic of employees needed by the organization. One of considering factor to increase work engagement is team cohesiveness. We used a UWES-9 (Schaufeli, Salanova, & Bakker, 2006) to measure work engagement and TC (Carles & Paola, 2000) to measure team cohesiveness. To find out their relationship, we conducted two studies at PT X. Study 1 examine the relationship between team cohesiveness and work engagement.
There are 72 participants took part in study 1. The results is there is significantly related between team cohesiveness and work engagement (r = 0.38, p <0.05). Furthermore, the results of Study 1 are the basis for Study 2. We provide team building intervention to increase team cohesiveness. There are 6 participants who took part in study 2. The results is significantly related to increase the knowledges of team cohesiveness before and after the intervention (z = -2.23, p < 0.05) but the changes of behavior of team cohesiveness is not (z = -1.05, p > 0.05). The future study are regarded to improve the intervention program to reach out the expected results.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>