Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Muhammad Rizqi
"Latar belakang. Perawat mendapat tantangan pekerjaan dengan berbagai pajanan bahaya potensial di tempat kerja. Kerja shift sangat umum dilakukan oleh perawat, yang dapat meningkatkan risiko persalinan seperti abortus pada pekerja yang sedang hamil. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko aborstus pada perawat yang melakukan kerja shift. Pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan database elektronik berikut: PubMed dan Google Scholar. Peneliti menggunakan kata kunci "kerja shift," "aborstus" dan "perawat" untuk melakukan pencarian. Kriteria inklusi adalah penelitian dengan tinjauan sistematis atau desain kohort, penelitian dengan populasi target perawat dengan kerja shift, dan penelitian dengan hasil utama risiko abortus. Hasil. Bukti-bukti yang ada tidak cukup menemukan hubungan yang signifikan antara kerja shift dan risiko keguguran. Namun, risiko abortus spontan yang lebih tinggi ditemukan di antara perawat shift malam permanen dibandingkan dengan sistem kerja tiga waktu gilir. Kesimpulan. Berdasarkan bukti ini, kerja shift malam muncul sebagai risiko abortus, sedangkan tidak ada bukti yang cukup untuk menghubungkan sistem kerja tiga waktu gilir sebagai risiko abortus di antara pekerja wanita.

Background. Nurses are challenged with various occupational hazards. Shift work is very common among nurses, which could increase the risk of preterm labor and miscarriage among pregnant workers. Objective. This study aims to investigate the risk of miscarriage among nurses who do shift work. Method. Literature searching was conducted using the following electronic databases: PubMed and Google Scholar. We used keywords "shift work," "miscarriage," and "nurse" to perform the searching. The inclusion criteria were studies with systematic reviews or cohort design, studies with target population of nurses with shift work, and studies with the main outcome of the risk of miscarriage. Results. The evidence did not find enough any significant association between shift work and the risk of miscarriage. However, a higher risk of spontaneous miscarriage was found among permanent night-shift nurses compared to three-hour work system. Conclusion. Based on this evidance, night shift work appears as  a risk of miscarriage, whereas there is no enough  evidance association between a three-hour work system as a risk of  miscarriage among female workers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vinka Desria
"Ditemukan hubungan antara gangguan menstruasi dengan kerja gilir pada beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pekerjaan dalam kerja gilir dengan gangguan menstruasi di antara perawat.Dengan metode kros-seksional, data dikumpulkan dari 214 perawat dengan kerja gilir, dengan usia maksimal 35 tahun, diilihat gangguan menstruasi perawat di RSUP Persahabatan dan hubungannya dengan faktor pekerjaan dalam kerja gilir. Melalui analisis univariat didapatkan 66.4% perawat dengan kerja gilir mengalami gangguan menstruasi. Dari beberapa faktor baik individu maupun pekerjaan, pada analisis multivariat ditunjukkan tiga faktor yang memiliki hubungan signifikan yang dominan terhadap gangguan menstruasi, antara lain tingkat stress kerja dengan stressor pengembangan karir yang dapat meningkatkan risiko gangguan menstruasi sampai 2 kali lipat (CI 95% 1.127-3.685), sedangkan lama menjalani kerja gilir lebih dari 5 tahun sebagai faktor yang menurunkan risiko gangguan menstruasi sebesar 47% (CI 95% 0.294-0.964). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor pekerjaan dalam kerja gilir dengan gangguan menstruasi.

There are association between mentrual disorder and shift work in several study previously. This study aimed to evaluate the association between works factor in shift work and menstrual disorder among nurses.Cross-sectional methods was conducted and data collected from 214 nurses with shift work and maximum age at35 years. Number of menstrual disorder among Persahabatan Teaching General Hospital nurses’s and its association with works factors in shift work. There were 66.4% nurses with shift work had menstrual disorder(s). From many factors both individual and work factors, in multivariate model shown two factors that has a robust significant association with menstrual disorder, i.e works stres level with career development stressor that could double the risk of menstrual disorder (CI 95% ). However working in shift work for more than 5 years was factor that could lower the risk of mentrual disorder by 47% (CI 95% 0.294 - 0.964). It concluded that there are association between work factor in shift work with menstrual disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satriyo Wiguno
"ABSTRAK
Rumah sakit menyediakan pelayanan kesehatan selama 24 jam. Perawat sebagai bagian terpenting dari pelayanan kesehatan perlu memenuhi pelayanan 24 jam tersebut melalui kerja shift. Namun, perawat kerja shift lebih memiliki risiko penurunan kualitas tidur dibanding non-shift, yang dapat berdampak pada penurunan performa/kinerja. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur antara perawat kerja shift dan non-shift. Desain penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan potong lintang yang melibatkan 162 perawat di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor, yang dipilih dengan proportional random sampling. Data demografi diambil melalui kuesioner A, kerja shift melalui kuesioner B dan kualitas tidur melalui kuesioner C The Pittsburgh Scale Quality Index. Hasil analisis statistik menunjukkan proporsi kualitas tidur buruk pada perawat yang bekerja shift 35.2 lebih tinggi dibandingkan pada perawat yang bekerja non-shift 10.5 . Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kualitas tidur antara perawat yang bekerja shift dan non-shift x2 161 = 5.205; p = .023 Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat perbedaan kualitas tidur antara perawat kerja shift dan non-shift di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor. Saran bagi manajemen dan keperawatan rumah sakit, untuk membuat kebijakan pengaturan jadwal kerja yang meminimalkan penurunan kualitas tidur dan peningkatan kualitas tidur seperti kebijakan napping.

ABSTRAK
Hospitals provide a 24 hour health services. Nurses as an integral part of health services at the hospital need to work in shifts in order to deliver uninterrupted nursing care. Nevertheless, shift work nurses have a higher risk of sleep deprivation than non shift, which may have an impact on performance degradation. This research aimed to identify the difference of sleep quality between shift and non shift work nurses. The design of this study was a comparative descriptive with cross sectional approach involving 162 nurses in RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor, selected by proportional random sampling. Demographic data were collected through questionnaire A, shift work through questionnaire B and sleep quality through Questionnaire C The Pittsburgh Scale Quality Index. The result of statistical analysis showed that the proportion of poor sleep quality in shift nurses 35.2 was higher than in non shift nurses 10.5 . Further analysis showed that there were significant differences in sleep quality between shift and non shift nurses x2 161 5.205 p .023 . Our study concluded the significant difference of sleep quality between shift and non shift working nurses at RSUD Tanjung Selor. This study suggested hospital and nursing management to create policy work schedule arrangements that could improve sleep quality. This study also suggested the development of policy with respect to napping for shift nurses."
2017
S66788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Fiter
"Pendahuluan: Pekerja gilir memiliki risiko gangguan tidur akibat kerja gilir karena terganggunya irama sirkardian. Pemberian melatonin diyakini dapat mengatasi masalah ini. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk menentukan efektivitas pemberian melatonin dalam mengatasi gangguan tidur akibat kerja gilir.
Metode: Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed, Scopus dan Cochrane. Kriteria inklusi adalah RCT, tinjauan sistematis, pekerja gilir/pekerja malam dengan gangguan tidur, pemberian melatonin dan plasebo, dan hasil luaran gangguan tidur. Kemudian dilakukan telaah kritis dengan menggunakan kriteria yang relevan dari Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Hasil: Telah dipilih dua artikel yang relevan dan valid. Tinjauan sistematis dan meta-analisis oleh Liira J, dkk (2014) menyatakan bahwa total waktu tidur pada hari berikutnya pada kelompok melatonin adalah 24,34 menit lebih lama daripada plasebo. Total waktu tidur pada malam berikutnya pada kelompok melatonin adalah 16,97 menit lebih lama dari plasebo. Melatonin meningkatkan kewaspadaan selama kerja gilir malam. Tidak ada perbedaan efek samping antara plasebo dan melatonin. Sebuah RCT oleh Sadeghniiat-Haghighi K, dkk (2016) menyatakan bahwa efisiensi tidur melatonin secara statistik meningkat sekitar 2,96%. Latensi onset tidur melatonin membaik secara statistik sekitar 6,6 menit.
Kesimpulan: Melatonin dapat dipertimbangkan sebagai pilihan untuk mengatasi gangguan tidur akibat kerja gilir, terutama untuk meningkatkan total waktu tidur. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan kualitas yang lebih baik.

Introduction: Shift workers have a risk of shift work sleep disorder because of circardian rhythm disturbing. Melatonin administration is believed to overcome this issue. The purpose of this evidence-based case report was to determine the effectiveness of melatonin to overcome shift work sleep disorder.
Method: The literature search was conducted through PubMed, Scopus and Cochrane. Then, they were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Results: Two relevant and valid articles were included. A systematic review and meta-analysis by Liira J, et al (2014) states that total sleep time in the next day on melatonin group was 24.34 minutes longer than placebo. Total sleep time in the next night on melatonin group was 16.97 minutes longer than placebo. Melatonin increased alertness during the night shift work. The side effects were not differ between placebo and melatonin. One RCT by Sadeghniiat-Haghighi K, et al (2016) stated that sleep efficiency of melatonin was statistically improved about 2.96%. Sleep onset latency of melatonin was statistically improved about 6.6 minutes.
Conclusion: Melatonin can be considered as an option for overcoming shift work sleep disorder, especially for increasing total sleep time. Further researches with better quality are recommended."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan. Kadmium memiliki peranan penting karena banyak digunakan di berbagai macam industri. Kadmium dapat masuk dan terakumulasi dalam tubuh termasuk di prostat. Kadmium sangat toksik dan bisa menyebabkan kanker. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang tepat terkait hubungan antara pajanan kadmium di tempat kerja dan kanker prostat pada pekerja. Metode. Pencarian literatur dilakukan melalui database PubMed, Scopus dan Cochrane Library. Kata kunci yang digunakan adalah cadmium, cancer, prostate, work* dan occupation*. Pemilihan artikel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan penilaian kritis menggunakan kriteria yang relevan untuk studi etiologi atau systematic review berdasarkan Oxford Center for Evidence-Based Medicine. Hasil. Terpilih dua artikel yang relevan dan valid dengan desain studi systematic review dan meta-analisis. Penelitian dari Ju-Kun, dkk menunjukkan rasio kematian terstandarisasi (standardized mortality ratio) antara pajanan Cd dan risiko terjadinya kanker prostat adalah 1.66 (95% CI 1.10–2.50) pada populasi pekerja yang terpajan Cd. Berdasarkan penelitian Chen, dkk menunjukkan bahwa pekerja dengan pajanan kadmium memiliki risiko terjadinya kanker prostat yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum, namun secara statistik tidak signifikan yakni dengan nilai OR pada studi case-control 1.17 (95%CI [0.85-1.62]), dan standardized mortality ratio (*100) pada studi kohort adalah 98 (95%CI [75-126]). Kesimpulan. Hasil studi yang ada tidak menunjukkan bukti yang cukup untuk memastikan bahwa pajanan kadmium bisa menyebabkan kanker prostat pada pekerja.

Introduction. Cadmium has an important role because widely used in various industries. Cadmium penetrates and can be accumulated in human body including prostate. Cadmium is highly toxic and can cause human carcinogens. The aim of this evidence-based case report is to get an appropriate answer about the association between occupational cadmium exposure and prostate cancer in worker. Method. The literature searching was conducted through PubMed, Scopus and Cochrane Library. The keywords used were cadmium, cancer, prostate, work* and occupation*. The selection of articles was performed using the defined inclusion and exclusion criterias. Then, they were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-Based Medicine for etiological study or systematic review. Result. Two relevant and valid articles with systematic review and meta-analysis study design were included. Studies by Ju-Kun, et al. showed that the combined standardized mortality ratio of the association between Cd exposure and risk of prostate cancer was 1.66 (95% CI 1.10–2.50) in populations exposed to occupational Cd. While a study by Chen, et al. showed that workers with cadmium exposure have more risk for prostate cancer than general population but was not significant statistically with the weighted OR in case-control studies was 1.17 (95%CI [0.85-1.62]), and the weighted standardized mortality ratio (*100) in cohort studies was 98 (95%CI [75-126]). Conclusion. The current evidences do not show sufficient evidence to ensure that cadmium exposure can cause prostate cancer in worker."
[Jakarta;, ]: [Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;, ], 2022
SP-pdf;;;;
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Rohita
"ABSTRAK
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, diantaranya adalah jenis pekerjaan lebih menantang, imbalan yang dirasakan sesuai dengan harapan , kondisi lingkungan kerja yang nyaman, dan keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan (worklife balance) (Robbin, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengaturan jadwal shift dan worklife balance perawat dengan kepuasan kerja pada perawat perempuan. Desain penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif korelasional dengan pendekatan pendekatan cross sectional. Proportionate stratified random sampling adalah teknik sampel yang digunakan dengan jumlah sampel 100 orang. Uji bivariat menggunakan chi-square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja (p value = 0,008 & OR = 1,40), Pengaturan jadwal shift dengan kepuasan kerja (p value = 0,006 & OR = 3,083), worklife balance dengan kepuasan kerja (p value = 0,016 & OR = 2,827). Organisasi juga dapat membantu karyawan agar memiliki work life balance yang lebih baik dengan cara memberlakukan kebijakan organisasi yang bersifat ramah keluarga (family friendly) seperti jam kerja fleksibel dan sebagainya.

ABSTRACT
Many factors affect job satisfaction, among others are more challenging job types, rewards that are felt in accordance with expectations, comfortable working environment conditions, and balance of personal life and work (Robbin, 2012).The aim of this study was to recognize relationship between setting schedule shift and worklife balance nurse with job satisfaction at female nurse. The research design used is quantitative method with approach of cross sectional approach. Proportionate stratified random sampling is a sample technique used with a sample size of 100 people. Bivariate test using chi-square showed a significant correlation between level of education with job satisfaction (p value = 0,008 and OR = 1,40), shift schedule with job satisfaction (p value = 0,006 and OR = 3.083), Worklife Balance with job satisfaction (p value = 0,016 and OR = 2,827).Organizations can also help employees to have a better work life balance by enacting family friendly organization policies such as flexible working hours and so on"
2017
T48613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanti
"Kurang tidur dapat memberikan dampak buruk bagi pekerja terutama pekerja shift Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan produktivitas kerja Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dan melibatkan 114 pekerja shift di PT MWT Cikarang Instrumen yang digunakan adalah the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI dan kuisioner produktivitas kerja.
Hasil penelitian menunjukkan 63 3 pekerja dengan kualitas tidur baik memiliki tingkat produktivitas tinggi Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan produktivitas kerja p 0 026 0 05 Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi perawat kesehatan kerja dalam menjalankan perannya sebagai edukator dan advokat.

Lack of sleep can have a negative impact for workers especially shift workers This study aimed to examine the relationship between sleep quality with work productivity This study used a correlation descriptive design with cross sectional approach and involved 114 shift workers at PT MWT Cikarang The instrument used the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI and work productivity questionnaire.
The result showed that 63 3 shift worker with good sleep quality had high productivity level Based on Chi Square test there was a significant relationship between sleep quality and work productivity p 0 026 0 05 The results can be used as consideration for occupational health nurses in their role as an educator and advocate.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Vindalia Dian Sari Helfardi
"Satpam dengan kerja gilir berisiko mengalami insomnia.Penelitian Didi Purwanto (2005) pada pekerja pabrik semen Citeureup?Bogor,didapatkan prevalensi insomnia sebesar 48,1% pada pekerja gilir dan prevalensi tersebut hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia dan faktor?faktor yang meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X.
Desain penelitian menggunakan cross sectional yang melibatkan 107 satpam dengan kerja gilir.Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, diantaranya kuesioner Sleep Hygiene Index, kuesioner Stress Diagnostic Survey, kuesioner Insomnia Rating Scale-KSPBJ, serta wawancara menggunakan instrumen MINI.
Prevalensi insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X adalah 81,9%.Hasil penelitian menunjukkan sikap higiene tidur buruk meningkatkan risiko terjadinya insomnia hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap higiene tidur baik (OR=9,820, 95%CI=1,185?81,413).Usia lebih tua, masa kerja lebih lama, pola kerja gilir iregular dan stres kerja sedang-tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir (p>0,05).
Saran bagi satpam yang menjalani kerja gilir adalah dapat menerapkan sikap higiene tidur dengan baik.Bagi manajemen PT.X, disarankan penyuluhan berkala setiap tiga bulan sekali mengenai gangguan kesehatan akibat kerja gilir terutama insomnia dan evaluasi kesehatan pada satpam yang mengalami insomnia setiap satu hingga tiga bulan sekali.

Security squad who undergo shift work,are at risk for insomnia.Study at cement factory Citeureup-Bogor,2005 by Didi Purwanto found the prevalence of insomnia on shift workers is 48,1% and this prevalence is almost two times higher than non-shift workers.The aim of this research are to know prevalence of insomnia and to determine factors that increase the risk of insomnia on security squad with shift work at PT. X.
Design of research is cross sectional which involved 107 squad of security unit with shift work.Retrieving data used several questionnaires,including Sleep Hygiene Index questionnaire,Stress Diagnostic Survey questionnaire and Insomnia Rating Scale-KSPBJ questionnaire,as well as interview were conducted using MINI instrument.
The prevalence of insomnia on security squad with shift work at PT.X is 81.9%.The result is poor sleep hygiene behavior increases the risk of insomnia is almost 10 times higher than good sleep hygiene behavior (OR=9.820, 95%CI=1.185-81.413).Elder age,longer working lives,pattern of irregular shift work,and medium-high work stresses are not determine to increase the risk of insomnia on security squad with shift work (p> 0.05).
Suggest to security squad who undergo shift work should implement sleep hygiene behavior well.For PT.X management,counseling about the health problems caused by shift work,especially insomnia is recommended regularly every three months and taking health evaluation at security squad who have insomnia every one to three months.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patmawati Laelasari
"Pendahuluan: Perawat merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam, yang terbagi menjadi tiga shift kerja yaitu pagi, sore, dan malam. Perawat shift malam berisiko mengalami kualitas tidur buruk yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental, serta meningkatkan tingkat stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan stres kerja pada perawat shift malam. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dengan total responden 100 perawat yang ada di RSUP X di Jakarta. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa rentang usia 22-45 tahun, jenis kelamin perempuan 74%, masa kerja >5 tahun 59%, unit kerja ruang rawat inap 43%, pendidikan D3 83%, dan status pernikahan telah menikah 56%, kualitas tidur buruk 51%, dan stres kerja rendah pada responden 53%. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan stres kerja dengan p = 0,003. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan kualitas tidur dapat mempengaruhi psikologis perawat seperti stres kerja yang dapat menyebabkan terganggunya pelayanan asuhan keperawatan. Rekomendasi: Saran rumah sakit perlu mengatur jadwal shift malam dengan lebih adil serta mengevaluasi kembali perihal beban kerja perawat.

Introduction: Nurses are a profession that has a great responsibility in providing health services for 24 hours, which is divided into three work shifts namely morning, afternoon and night. Night shift nurses are at risk of experiencing poor sleep quality which can affect physical and mental health and increase levels of work stress. This study aims to determine the relationship between sleep quality and work stress in night shift nurses. Methods: This study used a cross-sectional design. Sampling using stratified random sampling technique with a total of 100 nurses at General Hospital X in Jakarta. Results: This study shows that the age range is 22-45 years, female gender 74%, working period >5 years 59%, work unit in the inpatient room 43%, D3 education 83%, and marital status is married 56%, poor sleep quality 51%, and low work stress in respondents 53%. In this study there is a relationship between sleep quality and work stress with p = 0.003. Conclusion: This study shows that sleep quality can affect nurses' psychology such as work stress which can cause disruption of nursing care services. Recommendation: Hospital advice needs to organize the night shift schedule more fairly and re-evaluate the workload of nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlinah
"Latar Belakang : Kanker kolorektal, yang meliputi kanker usus besar dan kanker rektal, menempati urutan ke dua sebagai kanker tersering yang diderita oleh wanita dan ke tiga pada pria di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan beban besar secara global baik pada morbiditas maupun mortalitas penderita kanker. The International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kerja shift yang melibatkan gangguan sirkadian mungkin bersifat karsinogenik pada manusia (2A). Sebagian besar studi epidemiologi hingga saat ini masih berfokus pada hubungan antara shift malam dan risiko kanker payudara, sementara studi tentang hubungan antara shift malam dan kanker kolorektal belum banyak diketahui, demikian halnya dengan hasil yang masih inkonsisten. Laporan kasus berbasis bukti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shift malam dan peningkatan risiko kanker kolorektal pada perawat yang terpapar kerja shift.
Metode : Kasus yang disajikan diikuti dengan tinjauan literatur berbasis bukti untuk menjawab pertanyaan klinis. Pencarian literatur menggunakan beberapa kata kunci terkait melalui database Pubmed® dan Google scholar® dengan mengikuti kriteria inklusi dan ekslusi. Artikel-artikel tersebut kemudian di telaah dengan menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Hasil : Pada pencarian awal, 112 artikel diambil dari dua database. Melalui proses seleksi, tersisa tiga artikel, yang terdiri dari satu studi meta-analisis dan dua studi observasional. Dengan membandingkan ketiga artikel terpilih, maka studi meta-analisis dianggap lebih relevan dan sesuai untuk menjawab pertanyaan klinis. Studi meta-analisis menerapkan kriteria inklusi dan ekslusi yang ketat dengan mengecualikan studi yang berpotensi menyebabkan efek bias serta kurangnya validitas atau metode statistik yang tidak memadai. Studi tersebut menyatakan bahwa shift malam berhubungan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal (OR = 1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Kesimpulan : Bukti terbaik yang ada saat ini menyatakan bahwa shift malam dapat meningkatkan kanker kolorektal, meskipun hasil penelitian tidak cukup kuat. Kanker kolorektal merupakan penyakit multifaktorial, dimana berbagai faktor risiko dapat berperan dalam terjadinya penyakit, terutama faktor genetik

Background : Colorectal cancer, which includes colon cancer and rectal cancer, is the third most common cancer in men and the second most common in women worldwide. It occupies a great proportion of the global burden of cancer morbidity and mortality. The International Agency for Research on Cancer (IARC) considered shift work that involves circadian disruption to be probably carcinogenic (Group 2A). Most epidemiological studies have focused on the link between night shift work and breast cancer risk while studies of the relation between shift work and colorectal cancer have not been widely known, and evidence is inconclusive. This evidence-based case report aimed to determine about the effect of night shift work and the increasing risk of colorectal cancer among nurses who exposed with shift work.
Method : a case is presented followed by a review of evidence to answer the clinical question. Literature searching used several related keywords in Pubmed® and Google scholar® by following inclusion and exclusion criteria. The article were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Result : At the initial search, 112 articles were retrieved from the two databases. Through the selection process, three article remained, which consisted of one meta-analysis and two observational studies. Comparing the selected articles, the meta-analysis is considered as more relevant and appropriate for answering the clinical question. The meta-analysis applied strict inclusion and exclusion criteria and excluded studies that potentially led to bias effects with lack of validity or inadequate statistical methods. The study stated that night shift work was correlated with an increased risk of colorectal cancer (OR=1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Conclusion : The current best available evidence stated that night shift work may increased of colorectal cancer, although the result of the study are not strong enough. Colorectal cancer is a multifactorial disease, where various risk factors may play a role in the occurrence of the disease, especially in the genetic one.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>