Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarita Saraswati
"Pendahuluan: Lansia dengan HF seringkali memiliki penyakit penyerta, polifarmasi, gangguan kognitif dan frailty yang mempengaruhi status fisik, fungsional dan juga hasil pengobatan jangka panjang sehingga lansia dengan HF seringkali membutuhkan caregiver keluarga dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Caregiver keluarga diharapkan dapat memperhatikan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengurangan faktor risiko, mempromosikan kesehatan, melakukan perawatan, rehabilitasi dan memenuhi kebutuhan lansia saat sakit. Kesiapan caregiver keluarga dapat mempengaruhi kesehatan dan juga kualitas hidup lansia dengan HF. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menggali kesiapan caregiver keluarga dalam perawatan lansia dengan HF pasca rawat di rumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Peneliti menggali pengalaman, persepsi dan perilaku caregiver keluarga dalam perawatan lansia dengan HF. Hasil: Didapatkan 12 informan yang dilibatkan pada penelitian ini. Informan merupakan wanita dengan rentang usia 33-67 tahun. Empat tujuan khusus dalam penelitian ini terjawab dengan tujuh tema yaitu: Tema 1 menjelaskan mengenai persepsi dari caregiver dalam merawat lansia dengan HF; Tema 2 menjelaskan respon awal dari caregiver dalam merawat lansia dengan HF; Tema 3 menjelaskan perawatan lansia dengan HF; Tema 4 menjelaskan perasaan caregiver saat merawat lansia dengan HF; Tema 5 menjelaskan hambatan yang dialami caregiver dalam merawat lansia dengan HF; Tema 6 menjelaskan mengenai dukungan keluarga yang dibutuhkan oleh caregiver; Tema 7 menjelaskan mengenai dukungan sosial yang dibutuhkan oleh caregiver. Kesimpulan: Pengetahuan caregiver dan juga kemampuan caregiver dalam mengasuh lansia dengan HF sangatlah berpengaruh terhadap kualitas hidup dari lansia dan juga caregiver. Disamping itu, caregiver juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang dapat membantu lansia dalam melakukan perannya sebagai caregiver. Oleh karena itu, perawat perlu untuk mempersiapkan caregiver dengan matang dan memberikan berbagai dukungan yang dibutuhkan oleh caregiver.

Introduction: Heart Failure affects 3,739 thousand Indonesian people and is dominated by the elderly, around 14% of clients who experience heart failure experience re-hospitalization with a frequency of 2 to 7 times a year. The elderly with heart failure often have comorbidities, polypharmacy, cognitive impairment, and frailty that affect their physical, functional status, and long-term treatment outcomes. The elderly with HF often need family caregivers to meet their daily needs. Family caregivers are expected to pay attention to health maintenance, disease prevention, risk factor reduction, health promotion, care, rehabilitation, and meeting the needs of the elderly when sick. The preparedness of family caregivers can affect the health and quality of life of elderly people with heart failure. Purpose: This study aims to explore the preparedness of family caregivers in caring for the elderly with heart failure after hospitalization. Methods: This study uses a qualitative research method with a phenomenological approach to explore family caregivers' experiences, perceptions, and behaviors in caring for the elderly with heart failure. Results: 12 participants in this study were women aged between 33 and 67 years. The study addressed four specific objectives through seven themes: Theme 1 discusses the caregivers' perceptions of caring for elderly individuals with heart failure; Theme 2 outlines the initial reactions of caregivers to caring for elderly individuals with heart failure; Theme 3 details the care provided to elderly individuals with heart failure; Theme 4 explores the emotions of caregivers while looking after elderly individuals with heart failure; Theme 5 identifies the challenges faced by caregivers in caring for elderly individuals with heart failure; Theme 6 examines the family support needed by caregivers; Theme 7 explores the social support required by caregivers. Conclusion: The knowledge and skills of caregivers in managing elderly individuals with heart failure significantly influence the quality of life of both the elderly and the caregivers. Moreover, caregivers require support from various sources to effectively perform their caregiving roles. Therefore, it is essential for nurses to adequately prepare caregivers and offer them the necessary support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nurlelasari
"Latar belakang: family caregiver (FC) anak dengan kanker mengalami berbagai tekanan psikologis. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara beban perawatan dan kesiapan merawat terhadap kecemasan dan depresi family caregiver anak dengan kanker. Metode: kami merekrut subjek penelitian dari ruang rawat inap dan rawat jalan di PKN RSK Dharmais, Jakarta dari bulan Maret hingga April 2023. Depresi, kecemasan dan faktor yang mempengaruhi tekanan psikologis FC anak dengan kanker diidentifikasi dengan instrumen Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) dan Preparedness for Caregiving Scale (PCS). Hasil: 127 FC menyelesaikan pengisian kuesioner penelitian, dimana mayoritas mengalami beban perawatan kategori ringan, tidak siap memberikan perawatan, tingkat depresi dan kecemasan kategori ringan. Tingkat depresi FC cenderung dipengaruhi secara signifikan oleh beban perawatan (0,001); kesiapan merawat (0,036). Sedangkan kecemasan dipengaruhi secara signifikan oleh usia FC (18-45 tahun) (p=0,004), kategori kanker (p=0,018) dan beban perawatan (0,000). Kesimpulan: semakin berat beban perawatan dan ketidak siap FC dalam memberikan perawatan maka tingkat depresi dan kecemasan FC akan meningkat. Saran: diperlukannya merancang dan menargetkan intervensi psikososial untuk mengurangi beban perawatan, meningkatkan kesiapan merawat, menurunkan tingkat depresi dan kecemasan FC, sehingga dapat meningkatkan QOL pada populasi ini.

Background: the family caregiver (FC) of children with cancer experiences various psychological pressures. Purpose: This study aims to identify the relationship between care burden and readiness to care for the anxiety and depression of family caregivers of children with cancer. Methods: we recruited research subjects from inpatient and outpatient wards at PKN RSK Dharmais, Jakarta from March to April 2023. Depression, anxiety and factors that affect the psychological pressure of FC children with cancer were identified by means of the Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) and Preparedness for Caregiving Scale, (PCS). Results: 127 FC completed the research questionnaire, the majority experienced the burden of mild category care, not ready to provide care, mild category levels of depression and anxiety. FC depression level tends to be significantly influenced by the burden of care (0.001); readiness to care (0.036). Meanwhile, anxiety was significantly influenced by FC age (18-45 years) (p=0.004), cancer category (p=0.018) and care burden (0.000). Conclusion: the heavier the burden of care and the unprepared FC in providing care, the higher the level of depression and anxiety. Suggestion: It is necessary to design and target psychosocial interventions to reduce the burden of care, increase readiness to care, reduce of depression and anxiety of FC, so as to increase QOL in this population."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafirah Nurlailani
"Keluarga mempunyai peran sebagai caregiver. Caregiver dalam keluarga berfungsi untuk mendukung kesehatan anggota keluarga. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang dinilai dari empat dimensi yaitu kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Lansia cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah karena adanya suatu penyakit yang dialami seperti diabetes. Peran keluarga sebagai caregiver dianggap dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara peran keluarga sebagai caregiver dan kualitas hidup lansia dengan diabetes. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan uji chi square dengan pendekatan cross-sectional, dengan teknik total sampling dan melibatkan 94 lansia yang didapatkan melalui skrining. Instrumen yang digunakan untuk mengukur peran keluarga sebagai caregiver adalah kuesioner peran keluarga sebagai caregiver dan kualitas hidup lansia diukur menggunakan kuesioner World Health Organization Quality of Life. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara peran keluarga sebagai caregiver dengan kualitas hidup lansia diabetes (p value < 0,05). Oleh karena itu, diharapkan keluarga lebih aktif dalam mendampingi lansia, dan menjaga komunikasi pada lansia.

Families have a role as caregivers. Caregivers in the family function to support the health of family members. Each individual has a quality of life that is assessed from four dimensions, namely physical, psychological, social and environmental health. The elderly tend to have a lower quality of life due to an experienced disease such as diabetes. The role of the family as a caregiver is considered to be one of the factors to improve the quality of life of the elderly. This study aims to identify the relationship between the role of the family as a caregiver and the quality of life of the elderly with diabetes. The method used to analyze the data was the chi square test with a cross-sectional approach, with a total sampling technique and involving 94 elderly people obtained through screening. The instrument used to measure the role of the family as a caregiver is the family role questionnaire as a caregiver and the quality of life of the elderly is measured using the World Health Organization Quality of Life questionnaire. The results of this study indicate that there is a significant relationship between the role of the family as a caregiver and the quality of life of the elderly with diabetes (p value <0.05). Therefore, it is hoped that families will be more active in assisting the elderly, and maintain communication with the elderly. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wikan Ardiningrum
"Problem perawatan lansia dengan demensia dan kebutuhan dukungan yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan beban bagi caregiver keluarga lansia dengan demensia. Tujuan penelitian untuk mengetahui kebutuhan dan mengembangkan modul dukungan bagi caregiver keluarga lansia dengan demensia di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian menggunakan desain cross-sectional dan metode Delphi 2 putaran. Problem perawatan yang berkorelasi bermakna dengan beban caregiver, antara lain: komunikasi dan konflik dengan pasien; tidak ada waktu untuk diri sendiri; isolasi sosial-konflik dengan keluarga; beban akibat problem perilaku pasien; penyakit fisik atau psikis pada caregiver; dan merasa burn-out. Kebutuhan dukungan yang tidak terpenuhi >50% antara lain: konseling dan psikoterapi; kelompok kerabat dipandu profesional; psikoedukasi kelompok; tersedianya informasi tercetak; nasihat menyesuaikan rumah dengan kebutuhan pasien; informasi layanan; pelatihan keperawatan sederhana; terapi keluarga; kelompok swabantu; psikoedukasi individu; dan pelatihan individu oleh perawat. Hasil Delphi putaran II didapatkan konsensus para ahli terhadap 50 butir isi modul psikoedukasi kelompok yang disusun dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa psikoedukasi kelompok merupakan salah satu kebutuhan caregiver keluarga lansia dengan demensia di Kabupaten Sleman yang belum terpenuhi. Modul psikoedukasi kelompok yang disusun dalam penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai salah satu bentuk dukungan bagi caregiver keluarga lansia dengan demensia di Yogyakarta.

The caring problems of elderly with dementia and unmet support needs can create burden for the family caregivers of the elderly with dementia. The aims of the study was to determine the needs and develop a support module for family caregivers of elderly with dementia in Sleman Regency, Yogyakarta. The research method used a cross-sectional design and the 2-rounds Delphi method. The caring problems correlated with the caregiver burden were: communication and conflict with the patient; not enough time for oneself; the isolation of social-conflict within the family; burden due to patient behavior problems; physical and mental illness of the caregiver; and feeling burned-out. Support needs that are not met >50% include were: counselling and psychotherapy; relatives group guided by a professional; group psychoeducation; printed information; advice to adapt the house according to the patient needs; service information; simple nursing training; family therapy; self-help group; individual psychoeducation; and individual training by a nurse. The results of Delphi round II obtained the consensus of the experts on the 50 points of the contents of the group psychoeducation module compiled in this study. Based on the results of the study, it was concluded that group psychoeducation is one of the unmet needs for caregivers for elderly families with dementia in Sleman Regency. The group psychoeducation module compiled in this study can be recommended as a form of support for family caregivers of elderly with dementia in Yogyakarta"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alissa Dian Bratajaya
"Family caregiver bagi lansia dengan demensia sangat rentan terhadap stress. Family caregiver seringkali tidak mengetahui apa yang sedang mereka hadapi dan mengalami kebingungan dalam menghadapi pasien mereka sehingga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dari keluarga. Skripsi ini bertujuan untuk melihat peran anggota keluarga dalam melakukan perawatan untuk lansia dengan demensia dan bentuk dukungan yang diberikan untuk family caregiver. Peneliti menggunakan metode etnografi dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap dua keluarga dengan lansia penderita demensia. Skripsi ini menggambarkan perjuangan family caregiver dalam melakukan perawatan untuk pasien mereka. Penelitian ini menemukan bahwa keluarga seringkali tidak menyadari kebutuhan dari family caregiver dan cenderung membiarkan family caregiver untuk melakukan perawatan dengan dukungan sosial yang minim. Dukungan sosial yang diterima oleh family caregiver dapat berbentuk dukungan emosional, kognitif, dan material, meskipun dukungan tersebut tidak selalu dapat diterima oleh caregiver. Dukungan-dukungan tersebut tidak selalu dibutuhkan oleh caregiver karena masing-masing individu memiliki situasi dan kondisi yang berbeda. Keluarga harus dapat memahami situasi dan kondisi yang dihadapi oleh family caregiver agar dapat memberikan dukungan yang tepat.

Family caregivers for elders with dementia are susceptible with stress. Family caregiver often unaware with what they face and come through confusion in dealing with their patient, therefore they needs support from various parts, and one of them is from their families. This thesis aims to see the role of family members on treatment for elderly with dementia and their support for family caregiver. The researcher uses ethnographic methods with interviews and observation on two families with elder with dementia. This thesis describe family caregiver’s struggle on their journey for give treatment and care for their patient. From this research, the researcher find that families are often not aware of the family caregiver’s need and tend to let family caregiver do treatment and care on their own without or with minimal amount of support. Social support that they receives are in the form of emotional support, cognitive support, and material support, although those support are not always acceptable for the caregiver. Not all of the supports that given to them are something they need because each individual has different situation and condition. In order to be able to provide appropriate support, family members must be able to understand the situations and conditions faces by family caregiver."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasha Ainaya Pramesti
"COVID-19 menghadirkan tantangan baru bagi keluarga, tidak terkecuali perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hal ini dapat menimbulkan stres pada caregiver tersebut. Perawatan lansia yang optimal dapat terwujud apabila semua anggota keluarga dapat bekerja sama. Meskipun demikian, kerjasama ini dapat membawa konflik yang mengganggu adaptasi dari anggota keluarga dan mengancam resiliensi keluarga. Penelitian menggunakan metode korelasional untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan stres. Alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga dan alat ukur Perceived Stress Scale (PSS-10) digunakan untuk mengukur stres. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah non-probability dengan jenis convenience sampling. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menggunakan teknik analisis statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara resiliensi keluarga dan stres pada perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah stres yang dialaminya. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebesar 8 persen varians dari stres dapat dijelaskan oleh resiliensi keluarga. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi stres yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi perempuan bekerja yang menjadi family caregiver.

COVID-19 presented new challenges for families, particularly working women doubling as Caregivers for the elderlies in the family. This could cause stress for said women. Optimal care for the elderly can be achieved if all family members work together. Even so, this cooperation could still cause conflict between family members that would jeopardize family resilience. This Research was performed using correlational methods to observe correlations between family resilience and stress. The Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and the Perceived Stress Scale (PSS-10) were used to measure family resilience and stress respectively. Non-Probability Convenience Sampling technique was also used in this research. Based on the correlation test performed using the Pearson Correlation statistics analysis technique, it was observed that there’s a significant negative correlation between family resilience and stress in families with working females doubling work as caregivers to the elderly in the family. This results shows that less stress is present when the family resilience is high with the vice versa applying as well. Therefore, it can be concluded that family resilience explains the 8% variance of observed stress levels. In short, this research can be used as a benchmark for practitioners to develop stress interventions which focuses on the development of family resilience for families with working women who are also caregivers of the elderly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suwandi Gandra
"Kapasitas fungsional selama kehidupan mencapai puncaknya pada awal masa dewasa dan menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia. Selain keterbatasan karena usia dan fungsi fisik, kesehatan mental/fungsi kognitif merupakan alasan mengapa lansia membutuhkan bantuan orang lain. Caregiver keluarga biasanya memberikan perawatan tanpa pelatihan/keahlian yang memadai, Akibatnya caregiver keluarga mengabaikan kesehatan dirinya sendiri dengan mengutamakan kebutuhan lansia. Beban dalam memberikan perawatan dan kualitas hidup yang buruk caregiver memberikan efek yang kurang baik bagi lansia termasuk penurunan kualitas hidup, rawat inap, dan kematian. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan beban kerja dan kualitas hidup caregiver keluarga setelah pemberian edukasi perawatan jangka panjang pada lansia. Penelitian ini merupakan studi pra dan pasca intervensi selama 8 minggu secara daring dengan jumlah subjek sebanyak 42 orang. Keluaran hasil penelitian ini berupa beban (Zarit Burden Interview), kualitas hidup (EQ-5D-5L), dan pengetahuan caregiver. Dari 42 caregiver yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat 14 caregiver yang drop-out. Kesimpulan yang didapatkan bahwa program edukasi tentang perawatan jangka panjang untuk caregiver lansia sebanyak enam sesi edukasi via daring dalam tiga minggu menghasilkan peningkatan kualitas hidup, peningkatan skor pengetahuan pada caregiver pasca edukasi, tetapi tidak memberikan perbedaan pada beban kerja secara statistik.

Functional capacity during life reaches its peak in early adulthood and declines gradually with age. In addition to limitations due to age and physical function, mental health/cognitive function is the reason why the elderly need help from others. Family caregivers usually provide care without adequate training/skills. As a result, family caregivers neglect their own health by prioritizing the needs of the elderly. The burden of providing care and the poor quality of life of caregivers have an adverse effect on the elderly including decreased quality of life, hospitalization, and death. The aim of this study is to compare the burden and quality of life experienced by a family caregiver for an elderly person before and after receiving long-term care education interventions. This research was an 8-week online pre-and post-intervention study with 42 subjects. The outcomes are burden (Zarit Burden Interview), quality of life (EQ-5D-5L), and caregiver knowledge. From 42 caregivers who met the inclusion criteria, there were 14 caregivers dropped out. The conclusion is in the form of an educational program on long-term care for elderly caregivers of six online education sessions in three weeks statistically resulting in an increase in quality of life, and an increase in knowledge scores for post-education caregivers, but did not make a difference in burden."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Niman
"Prevalensi CHF meningkat setiap tahunnya. Dampak dari CHF terhadap kondisi psikososial membutuhkan penanganan yang menyeluruh termasuk keterlibatan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan keluarga pada klien dengan CHF antara keluarga yang mendapatkan psikoedukasi keluarga dengan keluarga yang mendapatkan pendidikan kesehatan di RS Santo Borromeus dan RS Santo Yusup Bandung. Desain penelitian ini menggunakan "Quasi experimental pre-post test with control group". Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus beda 2 mean kelompok independen, jumlah sampel 57 responden (25 kelompok intervensi dan 32 kelompok kontrol) dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dukungan keluarga yang dikembangkan dari ISSB. Kelompok kontrol diberikan pendidikan kesehatan dan kelompok intervensi diberikan psikoedukasi keluarga yang dilakukan sebanyak 5 sesi.
Hasil menunjukan ada perubahan bermakna dukungan keluarga sebelum dan sesudah psikoedukasi keluarga (p value <α), tidak ada perubahan yang bermakna dukungan keluarga sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan (p value >α) dan ada perbedaan bermakna dukungan keluarga kelompok yang mendapatkan psikoedukasi dengan kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan (p value <α). Karakteristik keluarga dan klien tidak berhubungan dengan dukungan keluarga. Rekomendasi penelitian ini psikoedukasi keluarga dapat dikembangkan di rumah sakit umum.

The prevalence of CHF is increasing every year. The impact of psychosocial condition requiring comphrehensive treatment for CHF in all aspects. One contributing factor to success is the involvement of family. This study aimed to determine the differences of family support towards clients with CHF between families who were receiving family psychoeducation with families who were provided with health education at St. Borromeo Hospital and St. Joseph Hospital Bandung. This study used "Quasi experimental pre-post test with control group". Determination of sample size using the formula mean difference 2 independent groups with a sample of 57 respondents (25 family intervention group and 32 family control group) and sample retrieval tchniques with purposive sampling procedure. The instrument used was an ISSB questionnaire for measuring family support. The control group was provided health education. The intervention group was provided with family psychoeducation that performed 5 sessions.
The finding this study showed that no significant changes before and after the family support family psychoeducation (p value <α), There was no significant change in family support before and after health eduacation (p value >α) and no significant differences in family support groups get the psychoeducation group health education (p value <α). Characteristics of the family and the client is not associated with family support. Family psychoeducation research way recommended to be developed in a public hospital."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesalonika Sih Mardi Bekti
"Stroke adalah penyakit dengan tingkat disabilitas dan mortalitas yang tinggi. Pasien stroke mengalami berbagai gejala yang mengakibatkan disabilitas sehingga pasien tidak mampu beraktivitas dan memenuhi kebutuhannya seorang diri. Kondisi ini membuat pasien sangat bergantung pada family caregiver dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, perawatan stroke yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama dapat menyebabkan family caregiver mengalami beban caregiver. Dalam hal ini, kesiapan merawat dapat menjadi bekal bagi individu dalam mencegah beban caregiver karena persepsi bahwa individu siap untuk merawat dapat memfasilitasi individu dalam melakukan tugasnya sebagai caregiver dan menghadapi tantangan yang dialami ketika merawat pasien stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kesiapan merawat pada beban caregiver pasien stroke. Penelitian ini melibatkan 67 family caregiver pasien stroke dengan rentang usia 18-65 tahun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesian Preparedness for Caregiving (I-PCS) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan merawat berperan secara negatif dan signifikan pada beban caregiver pasien stroke (p<0,05, R²=0,21). Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa caregiver perlu memiliki kesiapan merawat untuk meminimalisasi beban caregiver. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pihak tenaga kesehatan, psikolog serta pihak terkait lainnya untuk menyelenggarakan sebuah program pelatihan dan kolaborasi untuk membantu caregiver dalam mempersiapkan dirinya baik secara praktis maupun emosional untuk mencegah beban caregiver.

Stroke is a disease with a high rate of disability and death. Stroke patients experience various symptoms that cause disability so that patients become unable to carry out activities and meet their own needs. This condition makes the patients very dependent on family caregivers to carry out activities and meet daily needs. Stroke treatment is complex and time-consuming, these conditions can lead caregivers to experience a heavy burden on caregivers. In this case, the preparedness to provide care is one of the things that can prevent caregiver burden because the perception that someone is ready to care can make it easier for that person to carry out their duties and challenges as a caregiver when taking care of stroke patients. This study aims to examine the role of preparedness to caregiving in caregiver burden on caregivers of stroke patients. This study involved 67 family caregivers of stroke patients with an age range from 18-65 years old. The instruments used in this study were Indonesian Preparedness to Caregiving (I-PCS) and Zarit Burden Interview (ZBI-22). Statistical analysis in this study shows that preparedness to caregiving has a negative and significant role on caregiver burden on stroke patients (p < 0.05, R² = 0.21). The research findings indicate that caregivers need to be prepared to provide care in order to reduce the burden on caregivers. This can be a consideration for health workers, psychologists and other related parties to organize training and collaboration programs to help caregivers prepare practically and emotionally to prevent caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osty Histry Kapahang
"Pendahuluan: Pasien dengan gagal jantung sangat rentan mengalami readmisi yang disebabkan oleh berbagai masalah seperti persepsi terhadap gejala, pengobatan, kepatuhan diet, dukungan sosial, kemampuan kognitif dan ekonomi dalam melaksanakan perawatan diri, persepsi penyakit dan akses ke perawatan kesehatan. Perawatan paliatif kardiovaskular khususnya pada pasien gagal jantung bertujuan agar pasien dan keluarga mendapatkan ketenangan dan merasakan suasana aman baik secara fisik, psikososial, spiritual, dan permasalahan lainnya, serta membuat pasien dan keluarga memiliki pemahaman yang sama dengan perspektif medis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman keluarga pasien gagal jantung yang mendapatkan perawatan paliatif. 
Metode: Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini yaitu keluarga pasien gagal jantung yang memiliki pengalaman mendapatkan perawatan paliatif, mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas, serta bersedia untuk menjadi partisipan dengan memberikan persetujuan melalui informed consent. 
Hasil: Tema-tema yang teridentifikasi dalam pelelitian ini yaitu: (1) Keluarga mengenali keluhan fisik pasien gagal jantung yang mendapatkan perawatan paliatif, (2) Dukungan keluarga dalam perawatan pasien gagal jantung yang mendapatkan perawatan paliatif, (3) Alasan mendapatkan perawatan paliatif, (4) Persepsi keluarga terhadap perawatan paliatif. 
Kesimpulan: Keluarga memainkan peran penting dalam perawatan pasien gagal jantung yang mendapatkan perawatan paliatif dalam mendampingi pasien selama perawatan di rumah sakit hingga perawatan selanjutnya ketika pulang kerumah. Dengan adanya dukungan dari tim perawatan paliatif dalam bentuk pendampingan bagi pasien dan keluarga, mampu memberikan dampak positif serta meningkatkan kualitas hidup. Sehingga dibutuhkan tim perawatan paliatif khususnya perawat kardiovaskular yang professional yang dapat memenuhi kebutuhan pasien gagal jantung beserta keluarga dalam memberikan layanan perawatan paliatif yang berkualitas di Indonesia.

Introduction: Patients with heart failure are very susceptible to readmission caused by various problems such as perception of symptoms, medication, dietary compliance, social support, cognitive and economic abilities in carrying out self-care, perception of illness and access to health care. Cardio palliative care, especially for patients with heart failure, aims to make patients and families feel calm and feel a safe atmosphere both physically, psychosocially, spiritually, and other problems, as well as to make patients and families have the same understanding from a medical perspective. Therefore, this study aims to explore the experiences of families of heart failure patients receiving palliative care.
Method: This research uses a qualitative research type with a descriptive phenomenological approach. Participants in this study were families of heart failure patients who had experience in receiving palliative care, were able to communicate well and clearly, and were willing to become participants by giving informed consent.
Results: The themes identified in this research were: (1) Families recognize the physical complaints of heart failure patients who receive palliative care, (2) Family support in caring for heart failure patients receiving palliative care, (3) Reasons for receiving palliative care, (4) Family perceptions of palliative care. Conclusion: The family plays an important role in the care of heart failure patients who receive palliative care in accompanying patients during treatment at the hospital until further care when they return home. With the support of the palliative care team in the form of assistance for patients and families, it can have a positive impact and improve the quality of life. So that a palliative care team is needed, especially professional cardiovascular nurses who can meet the needs of heart failure patients and their families in providing quality palliative care services in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>