Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astri Cahyaningtyas
"Obesitas telah menjadi masalah global yang signifikan dengan prevalensi yang meningkat pesat di berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Obesitas tidak hanya meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker, tetapi juga menyebabkan dampak ekonomi yang signifikan akibat biaya perawatan penyakit terkait. Informasi kesehatan yang akurat dan mudah diakses menjadi krusial dalam upaya pencegahan dan penanggulangan obesitas di Indonesia. Namun, penyebaran informasi yang tidak akurat di media sosial, termasuk platform seperti TikTok, menimbulkan tantangan baru dalam mengedukasi masyarakat tentang obesitas. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa TikTok, sebagai platform yang populer di Indonesia, dapat berpotensi memberikan edukasi kesehatan yang bermanfaat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan analisis terhadap motivasi adopsi informasi kesehatan dalam mengatasi obesitas, dengan mempertimbangkan gratifikasi yang diperoleh dari konsumsi konten kesehatan di media sosial seperti TikTok. Penelitian ini menggunakan metode SEM-PLS untuk menginvestigasi hubungan antara faktor-faktor berdasarkan teori Uses and Gratification Theory (UGT) dan Transactive Memory System (TMS) dalam konteks adopsi informasi tentang obesitas melalui media sosial TikTok. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner daring dengan partisipasi dari 255 responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor ini tidak hanya berpengaruh positif signifikan terhadap dimensi TMS, tetapi juga mempengaruhi adopsi informasi yang disampaikan secara efektif. Gratifikasi seperti social interaction dan personalization memiliki pengaruh signifikan terhadap ketiga dimensi TMS (specialization, credibility, dan coordination). Social support merupakan gratifikasi yang paling berpengaruh pada TMS specialization dan coordination. Sementara itu, TMS credibility paling besar dipengaruhi oleh gratifikasi social interaction. Masing-masing dimensi TMS juga berpengaruh signifikan terhadap adopsi informasi kesehatan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana TikTok dapat digunakan secara efektif untuk mendukung upaya edukasi kesehatan masyarakat terkait obesitas di Indonesia.

Obesity has become a significant global problem with rapidly increasing prevalence across various age groups, including children, adolescents, and adults. Obesity not only raises the risk of non-communicable diseases such as diabetes, heart disease, and cancer but also imposes significant economic impacts due to healthcare costs associated with related illnesses. Accurate and easily accessible health information is crucial in efforts to prevent and manage obesity in Indonesia. However, the spread of misinformation on social media, including platforms like TikTok, presents new challenges in educating the public about obesity. This research identifies that TikTok, as a popular platform in Indonesia, has the potential to provide beneficial health education. Based on this issue, an analysis was conducted on the motivations for adopting health information to address obesity, considering the gratifications obtained from consuming health content on social media platforms such as TikTok. The study used the SEM-PLS method to investigate the relationships between factors based on the Uses and Gratification Theory (UGT) and Transactive Memory System (TMS) in the context of adopting information about obesity via TikTok. Data was collected using an online questionnaire with participation from 255 respondents. The analysis results indicate that these factors not only significantly influence the dimensions of TMS but also affect the adoption of information effectively. Gratifications such as social interaction and personalization have a significant impact on the three dimensions of TMS (specialization, credibility, and coordination). Social support is the gratification that most influences TMS specialization and coordination. Meanwhile, TMS credibility is most strongly influenced by the gratification of social interaction. Each TMS dimension also significantly influences the adoption of health information. The findings of this study are expected to provide insights into how TikTok can be effectively utilized to support public health education efforts related to obesity in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferly Dania Putri
"ABSTRAK
Internet merupakan salah satu sumber dari informasi tentang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari metriks media sosial terhadap third-person perception (TPP) dalam informasi kesehatan. Eksperimen secara daring dilakukan di mana partisipan (N=353) dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan metriks yaitu likes (tinggi dan rendah), kemudian partisipan membaca informasi tentang penyakit tifus dalam bentuk tangkapan layar Instagram. Hasil dari penelitian ini adalah tidak adanya pengaruh interaksi antara metriks media sosial dan TPP. Diketahui pula individu mempersepsikan dirinya sendiri lebih terpengaruh dibandingkan orang lain terhadap kehadiran informasi tentang penyakit tifus di Instagram, yang artinya mengarahkan pada fenomena first-person perception (FPP). Hasi ini dapat menjadi evaluasi bagi organisasi kesehatan untuk lebih memerhatikan kualitas dari konten kesehatan yang dipublikasi di media sosial.
ABSTRACT
Internet is one of the source information about health. This study examined the effect of social media metrics on third-person perception in health information. An online experiment was conducted in which participants (N=353) seperated into two groups based on instagrams likes metrics (high and low), then the participants read the information about typhus on a picture of instagram post screenshot. The result of this study showed that there was no interaction effect of social media metrics and TPP. Individuals also perceived themselves as more affected than others with a presence of the information about typhus in instagram, which lead us to first-person perception (FPP) phenomenon. This result can be an evaluation for health organizations to pay more attention to the quality of health content that published on social media."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Amanda
"Latar belakang : untuk mengetahui indikator yang berkorelasi dengan preferensi guru SMP di DKI Jakarta dalam menggunakan media sosial untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut. Metode : cross sectional survey yang dilakukan dari bulan September hingga Oktober 2019 di 14 SMP di DKI Jakarta. Kuesioner diadaptasi dari “Indicators of adolescents preference to receive oral health information using social media” oleh Maha El Tantawi,et al tahun 2016 (Publikasi tahun 2019). Kuesioner terdiri dari Informasi demografis, data kesehatan gigi dan mulut, dan pertanyaan menilai kebiasaan penggunaan media sosial dalam mencari informasi kesehatan gigi dan mulut. Variabel dependen adalah frekuensi pencarian informasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media sosial. Hasil : Tingkat responden 99 % (213/215). Situs yang paing sering digunakan oleh responden untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut adalah Google (85,4%) dan YouTube (43,2%). Penggunaan Google sebagai situs yang digunakan untuk informasi gigi dan mulut berkorelasi dengan informasi memutihkan gigi (OR: 0,850, 95%Cl: 0,773-0,934; p=0,012) dan bau mulut (OR: 0,831 95%Cl: 0,741-0,931; p=0,002). Informasi mengenai sariawan merupakan prediktor penggunaan YouTube untuk informasi kesehatan gigi dan mulut an (OR: 0,654 95%Cl: 0,484-0,884 ; p=0,010). Kesimpulan : mayoritas guru menggunakan sosial media untuk mencari infomasi kesehatan gigi dan mulut, dikaitkan dengan kenyamanan dan kebermanfaatan dari informasi yang di dapatkan. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak penyelenggara layanan kesehatan agar dapat memberikan informasi kesehatan melalui media yang sering digunakan oleh masyarakat
Objectives: to identify factors affecting teacher’s preference in Junior High School in DKI Jakarta in using social media to receive information about oral health. Materials and method: A cross sectional survey that held since September to October 2019 in total 14 Junior High School in DKI Jakarta. The questionnaire was adapted from “Indicators of adolescents preference to receive oral health information using social media” by Maha El Tantawi, et al in 2016 (Published in 2019). The questionnaire consisted of information on demography, oral health data, and previous using social media for getting information about oral health. The dependent variable is the frequency of searching information related to oral health using social media. The percentage of respondent is 99% (213/215). The most sites used by respondents to search for dental and oral health information are Google (85,4%) and YouTube (43,2%). The use of Google as a site used for dental and oral health information correlates with information on teeth whitening (OR: 0,850, 95%Cl: 0,773-0,934; p=0,012) and bad breath (OR: 0,831 95%Cl: 0,741-0,931; p=0,002). Information about oral lesion is a predictor of using YouTube for dental and oral health information an (OR: 0,654 95%Cl: 0,484-0,884 ; p=0,010). Conclusion: The majority of teachers are using social media to search for information related to oral health, related to the comfort and usefulness of the information obtained. The purpose of this research is expected to be an input for health service providers in order to provide health information through media that is often used by the society."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Shofi Rosyadi
"Latar belakang penelitian ini didasari oleh isu-isu pilpres 2019 yang beredar secara masif di media sosial. Dari isu-isu tersebut muncul polarisasi dan membagi menjadi dua belah pihak yang saling berseberangan. Namun, pengguna pada dasarnya tidak disuguhkan informasi yang berimbang akibat dari sistem rekomendasi pada sosial media. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian dampak media sosial khususnya pada kajian sistem rekomendasi dengan konteks di Indonesia.
Tesis ini mengkaji sistem rekomendasi yang dirancang oleh operator media sosial cenderung seragam atau selaras dengan pandangan politik pengguna saja. Fenomena tersebut adalah The Filter Bubbles dimana informasi yang beredar pada media sosial kita disaring hanya sesuai dengan pandangan pengguna itu sendiri. Polarisasi menjadi efek yang bisa dipengaruhi oleh sistem rekomendasi karena penerimaan informasi dari pengguna setelah melalui sistem kurasi berdasarkan personalisasi memunculkan berita seragam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem rekomendasi membuat posisi polarisasi pengguna semakin ekstrim. Hal ini ditandai dengan semakin teguhnya opini dan pandangan politik yang dipegang oleh pengguna sebelumnya.

The background of this research is based on 2019 election issues that spread massively in social media. From these issues comes the polarization and divides into two opposing sides. However, users are basically not presented with balanced information as a result of the recommendation system on social media. This research is expected to enrich the study of social media impact, especially on study of recommendation system with context in Indonesia.
This thesis examines the recommendation system designed by social media operators tends to be uniform or aligned with the user's political views only. The phenomenon is The Filter Bubbles where the information circulating on our social media is filtered only in accordance with the user's own views. Polarization becomes an effect that can be influenced by the recommendation system because the acceptance of information from the user after going through a personalized curation system raises uniform news.
This research uses quantitative approach with experiment method. The results of this study indicate that the recommendation system makes the polarization position of users more extreme. This is marked by increasingly persistent opinions and political views held by previous users
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Donie Prasetya
"Perkembangan teknologi informasi membuat informasi sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Badan Informasi Geospasial BIG sebagai salah satu badan publik mempunyai kewajiban untuk menyediakan informasi bagi masyarakat. Kepuasan masyarakat kepada layanan informasi geospasial yang disediakan BIG belum memenuhi target yang diharapkan. Media sosial sebagai sarana untuk menunjang pelayanan BIG kepada masyarakat saat ini belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh belum adanya strategi media sosial yang diterapkan di BIG.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi media sosial yang sesuai dengan kondisi di BIG. Metodologi penelitian yang digunakan adalah action research. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan mempelajari dokumen terkait. Strategi media sosial disusun berdasarkan kerangka kerja Karl Werder dan menggunakan analisis SWOT. Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan menggunakan analisis AHP.
Penelitian ini menghasilkan 3 sasaran strategis pengelolaan media sosial, dan 31 strategi yang mendukung tercapainya sasaran strategis. Penelitian ini juga menghasilkan 4 kategori indikator kinerja untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan strategi.

The development of information technology makes information has become a necessity for people. Geospatial Information Agency BIG as one of the public institution has an obligation to provide information to the public. People rsquo s satisfaction to the geospatial information services provided BIG has not met the expected target. Social media as a tool to support services to the community is currently not utilized well by BIG. This is caused by the lack of a social media strategy that is applied at BIG.
This study aims to formulate a social media strategy that appropriate with the conditions in BIG. The research methodology used was action research. The process of data collection was done by interview, observation and study related documents. Social media strategy was formulated using framework developed by Karl Werder and SWOT analysis. The strategy priority was determined by using AHP analysis.
This research produced three strategic goals of social media management, and 31 strategies that support the achievement of strategic objectives. The study also produced four categories of key performance indicators to measure the success rate of strategy implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Widiyanto
"Saat ini layanan informasi melalui media sosial dipandang sebagai sebuah layanan penting bagi instansi pemerintah termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud Jumlah follower akun media sosial Kemdikbud tumbuh cepat namun kepuasan masyarakat belum sesuai harapan Tidak adanya strategi dan masih rendahnya kualitas informasi merupakan penyebab dari masalah tersebut Penelitian ini bertujuan menyusun strategi media sosial dan indikator kinerja untuk meningkatkan kualitas informasi media sosial Kemdikbud
Metodologi penelitian yang digunakan adalah action research Data dikumpulkan melalui wawancara observasi dan survei Strategi media sosial disusun dengan mengadopsi kerangka kerja Third Wave dan menggunakan analisis SWOT Penelitian ini menemukan bahwa kualitas informasi intrinsik sangat penting bagi kepuasan masyarakat Penelitian ini menghasilkan 6 strategi pengelolaan 1 strategi people 4 strategi konten 1 strategi platform dan 8 indikator kinerja.

Nowadays information service through social media is considered as an important service for government agency including Ministry of Education and Culture Kemdikbud In Kemdikbud number of social media followers are growing larger but people's satisfaction is still below expectation The lack of strategies and poor information quality are considered to be main factors causing the problem The aim of this study is to formulate media social strategies and performance indicators to improve information quality on information service through social media in Kemdikbud
This research used action research methodology Data were collected through some interviews observations and surveys The strategies are formulated by adopting The Third Wave Media Social Strategy Framework and using SWOT analysis In this research it was found that intrinsic information quality is important for people's satisfaction This research formulated 6 managerial strategies 1 people strategy 4 content strategies 1 platform strategy and 8 performance indicators
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Hadi Saputra
"Kolaborasi antara Tomoro Coffee dan The Garfield Movie menawarkan wawasan menarik mengenai pembentukan citra merek melalui pemasaran kolaboratif. Terlebih penggunaan media sosial Instagram dan TikTok dalam mengekspansi pemasaran kepada khalayak. Penelitian ini mengkaji bagaimana integrasi antara dua merek dalam kampanye pemasaran di media sosial dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku konsumen. Dengan memanfaatkan karakter populer Garfield, Tomoro Coffee bertujuan untuk menarik penggemar film dan pecinta kopi. Menciptakan sebuah sinergi dalam sebuah pemasaran untuk memperkuat kehadiran kedua merek di pasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis konten media sosial beserta respons konsumen yang didapatkan terhadap kampanye pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi positif dalam pembentukan citra merek, meskipun terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan kampanye yang berpotensi dapat merusak citra merek.

The collaboration between Tomoro Coffee and The Garfield Movie provides intriguing insights into brand image building through collaborative marketing. Particularly through the use of social media platforms like Instagram and TikTok to expand market reach. This study examines how the integration of two brands in a social media marketing campaign can influence consumer perceptions and behaviors. By leveraging the popular character Garfield, Tomoro Coffee aims to attract both movie fans and coffee enthusiasts. Creating a synergy in marketing to strengthen the presence of both brands in the market. This research employs qualitative methods to analyze social media content and consumer responses to the marketing campaign. The findings indicate positive interactions in brand image building, although there are some challenges in campaign execution that could potentially damage the brand image."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Redhita Putri Wijayanti
"Media sosial menjadi salah satu teknologi yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mengakses informasi kesehatan serta meminta bantuan ataupun saran dari pengguna lainnya. Dengan menggunakan media sosial, akses terhadap informasi kesehatan menjadi lebih luas. Dibalik kemudahannya, masih terdapat permasalahan terkait reliabilitas kontennya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pencarian informasi kesehatan di media sosial. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang melibatkan 1.308 responden yang terdiri atas 772 responden perempuan dan 536 responden laki-laki. Analisis data dilakukan menggunakan metode CB-SEM dengan bantuan aplikasi AMOS 24. Pengolahan data terbagi kedalam tiga kelompok data yaitu data perempuan, laki-laki, dan data keseluruhan yang kemudian akan dianalisis dengan melakukan komparasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor perceived usefulness, credibility of health information, dan availability of health information memengaruhi perceived benefit dan faktor privacy risk dan psychological risk memengaruhi perceived risk. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perceived benefits, health self-efficacy serta subjective norms memengaruhi niat pencarian informasi kesehatan di media sosial. Pengolahan data berdasarkan gender menunjukkan hasil yang berbeda pada laki-laki dan perempuan, dimana pada perceived risk hanya memengaruhi perempuan dalam mencari informasi kesehatan di media sosial.

Social media is one of the technologies that can be used by someone to access information related to health and ask for help from other users. By using social media, individuals can obtain a wide range of health information. Behind its simplicity, there are still problems regarding the reliability of its content. Therefore, this study aims to analyze the factors that influence the search for health information on social media. Data collection for the study was carried out by distributing questionnaires involving 1,308 respondents consisting of 772 female respondents and 536 male respondents. Data analysis was performed using the CB-SEM method with the help of AMOS 24. Data processing was divided into three data groups namely female, male, and overall data which would then be analyzed by comparing. The results showed that perceived usefulness, credibility of health information, and availability of health information factors affect perceived benefits, and privacy risk and psychological risk factors affect perceived risk. In addition, the results of the study also showed that perceived benefits, health self-efficacy and subjective norms influence the intention to seek health information on social media. Data processing by gender shows different results in men and women, where the perceived risk only affects women in finding health information on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chelsea Phandinata
"Penelitian ini menganalisis pola tindakan intervensi oleh layanan federal pemerintah Rusia yaitu Rozkomnodzor, terhadap arus publikasi konten pada media sosial populer TikTok. Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari konten-konten video TikTok yang mengandung muatan kritik, sindiran, dan ejekkan terhadap pemerintahan Federasi Rusia dan Presiden Vladimir Putin yang dipublikasikan sejumlah akun TikTok yang terafiliasi dengan tagar #russiangovernment, #vladimirputin, #presidentputin, #политикароссия, #тупаяроссия, dan #протестнаяроссия, serta sejumlah video tanpa tagar yang turut viral dan masuk ke dalam rekomendasi untuk ditonton atau dikenal dengan istilah For Your Page (FYP) Dengan menggunakan metode analisis konten visual didukung dengan teori proses politik oleh Doug McAdam, penelitian ini membuktikan bahwa pemerintah Federasi Rusia dapat melakukan berbagai tindakan intervensif tersebut dengan menghapus konten dan memblokir akun TikTok yang memuat publikasi konten video bernuansa negatif terhadap pemerintah Rusia hingga memberikan sanksi teguran hingga denda terhadap otoritas TikTok.

This article analyzes the pattern of intervention acts by the Russian government federal service Rozkomnodzor, on the flow of contents publication on the popular social media TikTok. This article uses data taken from TikTok video content containing criticism, satire, and ridicule of the government of the Russian Federation and President Vladimir Putin published by TikTok accounts that affiliated with the hashtags #russiangovernment, #vladimirputin, #presidentputin, #политикароссия, #тупаяроссия, and #протестнаяроссия, as well as a number of videos without hashtags that went viral and included in the recommendations to watch or known as For Your Page (FYP). The government of the Russian Federation can carry out these various intervening actions by removing content and blocking TikTok accounts containing the publication of video content with negative nuances against the Russian government to giving sanctions from reprimands and fines against TikTok authorities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Aulia Taqwa
"Revolusi di era digital yang didukung dengan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, membuat manusia dapat dengan mudah saling terhubung dan berinteraksi satu sama lain. Kehadiran internet dan media sosial menjadi salah satu media yang paling cepat dan mudah digunakan dalam berkomunikasi secara luas. Media sosial kini tidak hanya digunakan untuk sekedar berkomunikasi secara interaktif saja, namun juga dapat digunakan sebagai sarana untuk tujuan keagamaan seperti berdakwah. Praktik dakwah berubah dari bentuk konvensional bergeser ke dalam bentuk digital. Aktivitas berdakwah pada dunia maya ini tak luput dari aplikasi media sosial TikTok yang dalam beberapa tahun belakangan melesat menjadi platform yang sangat populer di dunia. TikTok yang didukung oleh berbagai influencer dan non-influencer, menghadirkan sarana alternatif edukasi yang menarik dan menyenangkan bagi seluruh audiens. Partisipasi aktif di dalam komunitas TikTok itu sendiri menimbulkan terbentuknya personal branding dari para kreator konten kepada audiens. Penelitian ini berfokus pada pembentukan personal branding dari tiga pendakwah siber di Indonesia, yaitu Husain Basyaiban, Risyad Baya’sud dan Umar Kilwo. Peneliti menggunakan kriteria authentic personal branding oleh Rampersad (2008) untuk menganalisis pembentukan personal branding melalui media sosial TikTok. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivis, pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan metode penelitian studi kasus. Data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga narasumber telah membangun personal branding yang kuat di TikTok, hal ini dikarenakan mereka telah memenuhi 11 karakteristik authentic personal branding, serta konten-konten dan pesan-pesan yang dibagikan sudah sesuai dengan ambisi pribadi masing-masing para pendakwah siber. Personal branding yang otentik, kuat, dan positif akan tertanam di benak audiens sehingga menimbulkan kepercayaan kepada para pelaku personal branding. Hal ini juga membuat lebih banyak audiens yang tertarik dengan diri para pendakwah siber dan semakin banyak pula audiens baru yang akan mengikuti mereka.

The revolution in the digital era, which is supported by current technological developments, allows humans to easily connect and interact with each other. The presence of the internet and social media is one of the fastest and easiest media to use in communicating widely. Social media is now not only used to communicate interactively, but can also be used as a means for religious purposes such as preaching. Da'wah practices change from conventional to digital forms. This preaching activity in cyberspace is not spared from the social media application TikTok, which in recent years has shot to become a very popular platform in the world. TikTok, which is supported by various influencers and non-influencers, presents alternative educational tools that are interesting and fun for all audiences. Active participation in the TikTok community itself results in the formation of personal branding from content creators to the audience. This research focuses on the formation of the personal branding of three cyber preachers in Indonesia: Husain Basyaiban, Risyad Baya'sud and Umar Kilwo. Researcher used the criteria of authentic personal branding by Rampersad (2008) to analyze the formation of personal branding through social media TikTok. This study uses a post-positivist paradigm, a descriptive qualitative approach and a case study research method. Data obtained from the results of in-depth interviews and document studies. The results of the study show that the three informants have built strong personal branding on TikTok, this is because they have fulfilled 11 characteristics of authentic personal branding, and the content and messages shared are in accordance with the personal ambitions of each cyber preacher. Authentic, strong and positive personal branding will be embedded in the minds of the audience so as to generate trust in personal branding actors. This also makes more audiences interested in cyber preachers and more and more new audiences will follow them."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>