Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Andriani
"Tesis ini berfokus pada strategi bertutur dalam forum daring. Data dalam penelitian ini adalah tuturan tertulis yang diambil dari diskusi yang terjadi di utas “Konsultasi: Problematika dengan Pacar”, dalam forum daring Female Daily, pada bulan Oktober 2014. Penelitian kualitatif dengan ancangan pragmatik ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana penanya dan penanggap dalam diskusi menggunakan strategi kesantunan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penanya dan penanggap menggunakan empat strategi kesantunan yang dirumuskan oleh Brown dan Levinson (1987, 1996), yaitu bertutur terus terang tanpa basa-basi, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, dan bertutur secara samar. Secara umum, penanya lebih banyak menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif dan penanggap menggunakan dua strategi bertutur, yaitu terus terang dengan basa-basi kesantunan positif dan bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa penanya cenderung mengakrabkan diri dengan penanggap dan penanggap juga berupaya untuk dapat melindungi muka penanya dari keterancaman dengan mengakrabkan diri dengan penanya dan membebaskan penanya dari pembebanan yang mungkin ditimbulkan dari pendapat atau saran yang diberikan oleh penanggap.

This thesis focuses on politeness strategies in an online forum. The data in this study is a written speech taken from the discussions in the thread "Consultation: Problems with Boyfriend", in the online forum Female Daily, in October 2014. The qualitative research under pragmatics approach examined how the enquirers and respondents in the discussion using politeness strategies. The results show that the enquirers and respondents utilized four politeness strategies formulated by Brown and Levinson (1987, 1996), namely on record, positive politeness, negative politeness, and off record. The results show that the enquirers used a mainly positive politeness strategy and the respondents used both positive politeness and negative politeness strategies in an attempt to protect the face of the enquirers from being threatened. By highlighting friendliness with the questioner and at the same time also avoiding giving offense by showing deference, freed the questioner from the burden that may have arisen from the opinion or suggestion given by the respondent."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini Ramadhanti
"Trimbos Instituut menyajikan dua iklan layanan masyarakat sebagai edukasi orang tua di Belanda yang menunjukkan bagaimana kegagalan dan keberhasilan percakapan dapat terjadi terkait alkohol dan ekstasi. Iklan A diperankan oleh ayah dan anak laki-lakinya dan iklan B diperankan oleh ibu dan anak perempuannya. Kedua iklan menunjukkan dua gambaran situasi percakapan yang mengandung maksud yang sama, yaitu melarang anaknya minum alkohol dan menggunakan ekstasi. Namun, terdapat strategi yang berbeda dalam menuturkannya. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana strategi kesantunan tindak tutur direktif dapat menjadi indikator kegagalan dan keberhasilan percakapan keluarga tentang alkohol dan ekstasi? Tujuan penelitian ini adalah membahas tindak tutur direktif yang akan diperjelas dengan kesantunan positif dan negatif serta strategi kesantunannya menurut Brown dan Levinson (1987) dan Houtkoop (2000). Melalui teori tersebut, ditemukan tokoh ayah menggunakan lebih banyak tindak tutur langsung tanpa strategi kesantunan, yaitu sebanyak 16 tuturan yang mengakibatkan adegan kegagalan percakapan berdurasi lebih lama dibanding tokoh ibu yang hanya memiliki sebanyak 4 tuturan. Sebaliknya, indikator keberhasilan percakapan melalui kesantunan positif dilakukan lebih banyak oleh tokoh ibu dibanding tokoh ayah.

The Trimbos Instituut provided two public service announcements as an education for parents in the Netherlands. Those are showing how conversations can be failed and succeed regarding alcohol and ecstasy. Advertisement A is played by the father and son, whereas advertisement B is played by the mother and daughter. The two advertisements showed two depictions of situations that have the same intention, namely to prohibit their teens from drinking alcohol and using ecstasy. However, there are different ways in telling it. The question of this research is how the politeness strategy of family directive speech acts can be an indicator of fail and success in the conversations? The purpose of this study is to discuss directive speech acts which will be clarified by politeness strategies according to Brown and Levinson (1987) and Houtkoop (2000). Through this theory, it was found that the father used 16 utterances direct speech acts without politeness strategies which effected in a longer conversation failure scene compared to the mother who only had 4 utterances. On the other hand, the indicator of the success of the conversation through positive politeness is carried out more by the mother than the father."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Unggul Pratiwi
"Penelitian ini dilatarbelakangi berbagai kesalahpahaman dari masyarakat umum mengenai kebudayaan sebambangan yang merupakan salah satu prosesi adat dalam pelaksanaan pernikahan kebudayaan lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dalam proses sebambangan adat Lampung, khususnya dari sisi pragmatis kesantunan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualititatif untuk menafsirkan fenomena pragmatik kesantunan dalam sebambangan. Data penelitian diambil dari rekaman suara yang dimiliki secara pribadi. Pengumpulan data dilakukan dengan Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Dari keseeluruhan data, ditemukan bahwa setiap data memiliki minimal 1 jenis strategi kesantunan. Temuan ini menegaskan bahwa kesantunan merupakan sesuatu yang penting untuk terus diterapkan selama proses sebambangan. Tanpa menerapkan prinsip-prinsip kesantunan, mungkin komunikasi akan berjalan tidak efektif dan prosesi sebambangan dapat berjalan dengan menemui kendala. Terdapat 26 jenis strategi kesantunan yang diterapkan dalam proses sebambangan yang terekam pada data. Sementara itu, hanya ada 4 strategi yang dilanggar. Pelanggaran itupun dilakukan untuk menerapkan strategi kesantunan yang lain. Fakta ini menjelaskan bahwa ada kemungkinan melanggar  strategi kesantunan sebenarnya bukanlah pelanggaran kesantunan. Oleh karena itu, memahami konteks percakapan sangatlah penting karena strategi kesantunan bisa menjadi baik untuk dilanggar pada situasi-situasi tertentu. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kesantunan dalam sebambangan bersifat fleksibel.

This research was motivated by misconceptions from the public about the  culture of sebambangan which is a part of the the implementation of cultural marriage Lampung. the intention of this research is interpreting the phenomena that occur in the process of the traditional wedding culture of Lampung, especially from the pragmatic side of politeness. For this reason, qualitative approach is applied. The data was taken from privately owned voice recordings. The data was collected using Simak Bebas Libat Cakap Technique (listening without interrupting). From the 56 data in the entire sebambangan process, it’s found that each data had at least one type of politeness strategy. These findings confirm that politeness is important in order to have an agreement in this culture. Without applying the principles of politeness, communication might run ineffectively and the sebambangan procession can face more obstacles. Therefore, everyone involved in conversations in the event always upholds the values of politeness. In this study, there are 26 types of politeness strategies applied in the development process. Meanwhile, only 4 strategies were violated in order to apply another politeness strategy. Therefore, understanding the context of the conversation is very important because polite strategies can be good to be violated in certain situations, In the end, it can be concluded that the sebambangan is flexible."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi Kurnia
"Raja Willem-Alexander dari kerajaan Belanda melakukan tiga kunjungan kenegaraan pada tahun 2022 ke Austria, Swedia, dan Yunani. Pada kunjungan tersebut dilakukan jamuan kenegaraan, dan terdapat pidato kenegaraan sebagai bentuk komunikasi formal dalam rangkaian acaranya. Dalam pembukaan pidato tersebut, ditemukan adanya penggunaan strategi kesantunan berbahasa. Penelitian ini membahas bagaimana penggunaan strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, serta strategi kesantunan mana yang paling dominan digunakan oleh Raja Willem-Alexander dalam pembukaan pidato pada jamuan kenegaraan saat kunjungan kenegaraan tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Raja Willem-Alexander paling banyak menggunakan strategi kesantunan positif dari pada kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif yang digunakan seperti menggunakan bahasa yang sama dengan pendengar, memuji dengan metafora, mengakui kepemilikkan atau pencapaian pendengar, serta menunjukkan optimisme hubungan dengan pendengar. Hal ini menunjukkan bahwa Raja Willem-Alexander lebih memilih memenuhi kebutuhan pendengar untuk merasa dihargai, dibutuhkan, dan diakui (kesantunan positif), ketimbang untuk mengutamakan atau memberi kebebasan pendengar (kesantunan negatif).

King Willem-Alexander of the Kingdom of the Netherlands made three state visits in 2022 to Austria, Sweden and Greece. During these visits, state banquets were held, and there was a state speech as a form of formal communication in the series of events. In the opening of the speech, the use of language politeness strategies was found. This research discusses how the use of positive politeness strategies, negative politeness strategies, and which politeness strategies are most dominantly used by King Willem-Alexander in the opening speech at the state banquet during the state visit in 2022. This research uses descriptive qualitative method. The results showed that King Willem-Alexander used more positive politeness strategies than negative politeness. He used positive politeness strategies such as using the same language as the listener, praising with metaphors, recognizing the listener's ownership or achievement, and showing optimism in the relationship with the listener. This shows that King Willem-Alexander prefers to fulfill the listener's need to feel valued, needed, and recognized (positive politeness), rather than to prioritize or give the listener freedom (negative politeness)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Lisnawaty
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh situasi tuturan dalam program The Voice Kids Indonesia (selanjutnya disebut TVKI) di mana juri memberi komentar kepada peserta belia mempertimbangkan aspek kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan realisasi kesantunan dalam membangun komentar yang memotivasi. Data penelitian berupa video TVKI ep.1-4 dan 9-11 yang diunduh melalui saluran resmi YouTube. Data berupa audio kemudian ditranskrip secara ortografis. Hasil transkripsi dianalisis dengan merujuk pada teori motivasi Maslow (1970) dan teori kesantunan Brown dan Levinson (1987) Hasil penelitian membuktikan bahwa juri-juri TVKI lebih banyak menggunakan strategi kesantunan positif saat memenuhi empat kebutuhan hidup peserta dan merepresntasi daya motivasi di komentar mereka.

This research is motivated by the situation of utterances in The Voice Kids Indonesia program (hereinafter referred for TVKI) where the judges give comments to young paticipants considering the contextual aspects. This research aims to explain the realization of politeness in building motivational comments. The research is data of TVKI s videos the episodes 1-4 and 9-11 which are taken from TVKI s official YouTube channel. The audio of TVKI s video then transcribe with orthographicly. The data were analyzed by using motivation theory by Maslow and politeness theory by Brown and Levinson. Based on the data analysis it shows that most of TVKI judges utterances are identified as positive politeness strategy utterances. Positive politeness strategies are used to gratify the four humans basic need in representing motivation in their comments"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abigail W.C. Saptenno
"Film Mijn Beste Vriendin Anne Frank menjadi salah satu media untuk mengamati bagaimana bahasa digunakan dalam situasi yang penuh tekanan dan konflik sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang memaparkan bagaimana Hannah Goslar, tokoh utama dalam film ini, menyampaikan ilokusi direktif, seperti perintah, instruksi, dan saran dengan mempertimbangkan perbedaan usia, status sosial, dan jarak sosial dengan lawan bicaranya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan ilokusi direktif berbahasa Belanda dalam film Mijn Beste Vriendin Anne Frank. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini, ditemukan 41 tuturan ilokusi direktif oleh Hannah Goslar, yang mencakup jenis tindak tutur meminta, memerintah, menantang, berargumentasi, memprovokasi, dan menyarankan. Dalam penelitian ini, strategi kesantunan yang paling banyak ditemukan adalah bald on record, sedangkan strategi yang tidak ditemukan sama sekali adalah off-record. Dalam situasi yang tegang dan penuh tekanan, Hannah menyampaikan perintah, instruksi, atau saran dengan strategi kesantunan yang langsung, tegas, dan tidak ambigu.

Film Mijn Beste Vriendin Anne Frank serves as a compelling medium for understanding how language is used in situations fraught with pressure and social conflict. This research employs a qualitative method with a descriptive approach, exploring how Hannah Goslar, the main character in this film, conveys directive illocutionary acts, such as commands, instructions, and advice, while considering differences of ages, social statuses, and social distances of her interlocutors. Based on the analysis in this research, 41 directive illocutionary acts by Hannah Goslar were identified, including speech acts such as requesting, commanding, challenging, arguing, provoking, and suggesting. In this research, the most frequently used politeness strategy is bald on record, while the off-record strategy is not found at all. In certain citations, Hannah conveys commands, instructions, or advice with a politeness strategy that is open, direct, and unambiguous."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hirdan Radityatama Putra Laisa
"Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan strategi kesantunan tuturan direktif pada film Kimi no Na wa. Film tersebut adalah film animasi yang ditayangkan perdana pada tahun 2016. Film itu menceritakan tentang kisah kedua karakter, Mitsuha dan Taki, yang bertukar tubuh.  Penelitian ini menelaah strategi kesantunan tuturan direktif yang dituturkan oleh mereka dengan menerapkan teori strategi kesantunan Brown dan Levinson. Terdapat 30 tuturan yang ditemukan dalam film. Dari tuturan-tuturan tersebut, ditemukan bahwa terdapat kecenderungan bagi kedua penutur untuk menggunakan strategi tidak langsung (off record) jika petutur memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari mereka. Sebaliknya, kedua penutur cenderung menggunakan strategi langsung ketika menuturkan tuturan direktif terhadap petutur yang memiliki kedudukan yang sama atau lebih rendah dari mereka. Pengecualian-pengecualian dapat ditemukan sepanjang film tersebut. Mitsuha menuturkan dua tuturan direktif kepada adik perempuannya dengan menggunakan strategi off record. Kedua penutur juga beberapa kali menuturkan strategi menjaga muka terhadap teman-teman dekat mereka. Penggunaan strategi bald on record kepada petutur yang memiliki kedudukan lebih tinggi juga ditemukan beberapa kali pada film. Faktor-faktor selain kedudukan terlihat mempengaruhi penggunaan strategi kesantunan saat menuturkan tuturan direktif.

This study reviews the use of politeness strategies of directive utterances in Kimi no Na wa movie. The movie is an animated movie released in 2016. It tells a story between two main characters, Mitsuha and Taki, which experince body swap. The study observes politeness strategies of directive utterances delivered by them by employing politeness strategies of Brown and Levinson. There are, in total, 30 utterances found. From those utterances, it is revealed that there is a tendency for both speakers to use less direct (off record) strategy if the addressee has higher hierarchical position than them. Conversely, the speakers tend to use direct (bald on record) strategy in delivering directive utterances towards addresees in the same or lower position than them. Exceptions, however, are found throughout the movie. Mitsuha uttered two directives towards her younger sister using off record strategy. Moreover, both speakers occasionally used face-saving strategies towards their close friends. The use of bald on record strategy towards addresees in higher position is also found several times in the movie. Factors other than hierarchical position apparently affect politeness strategies used in delivering directive utterances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kadar, Daniel Z., 1979, (author
Cambridge : Cambridge University Press, 2017
306.44 KAD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ziyaul Haq
"Disertasi ini mengkaji etika kesantunan bertutur negative judgement pada akun fan page Facebook. Etika kesantunan bertutur diidentifikasi melalui realisasi bahasa yang terdapat di dalam tuturan-tuturan negative judgement tersebut. Terdapat beberapa konsep yang digunakan dalam analisis data dalam penelitian ini, yaitu konsep appraisal, konsep etika dasar, dan etika komunikasi. Konsep appraisal digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tuturan negative judgement pada status akun fan page Facebook empat media massa, yaitu Kata Kita (KK), Media Oposisi (MO), Mak Lambe Turah (LT), dan Rakyat Oposisi (RO). Keempat media massa tersebut dipilih karena menyediakan data tuturan negative judgment yang melimpah yang menjadi objek kajian dalam disertasi ini. Analisis appraisal meliputi tiga tahap, yaitu analisis attitude, analisis engagement, dan analisis graduasi. Analisis attitude berfungsi untuk mengidentifikasi jenis-jenis tuturan negative judgement yang terdapat di dalam data penelitian. Analisis engagement berfungsi untuk mengidentifikasi sumber tuturan penilaian. Analisis graduasi berfungsi mengidentifikasi derajat makna penilaian yang terdapat di dalam tuturan-tuturan tersebut. Adapun analisis etika berbahasa pada tuturan-tuturan negative judgement dilakukan berdasarkan maksim-maksim kesantunan berbahasa yang dirumuskan berdasarkan konsep etika dasar dan etika komunikasi. Dalam analisis kesantunan berbahasa, data dibagi dalam dua kategori, yaitu kepatuhan terhadap maksim kesantunan berbahasa dan pelanggaran terhadap kesantunan berbahasa. Berdasarkan hasil analisis appraisal atas data penelitian, jenis tuturan propriety (moralitas) dan tuturan capacity (kemampuan) sebagai dua jenis data terbanyak. Hal tersebut menandakan bahwa pengguna Facebook cenderung menilai moralitas dan kemampuan objek yang dinilai. Dari segi kesantunan berbahasa, data menunjukkan bahwa rata-rata pengguna Facebook lebih banyak melanggar maksim kesantunan berbahasa daripada mematuhi maksim kesantunan berbahasa. Untuk mencapai simpulan akhir penelitian ini, data dari hasil analisis appraisal dan data dari hasil analisis kesantunan berbahasa dikorelasikan dengan menggunakan analisis korelasi untuk melihat korelasi antara tuturan berdasarkan jenis negative judgement dan tuturan berdasarkan kesantunan berbahasa. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap maksim kesantunan berbahasa tidak berkorelasi dengan tuturan negative judgement tersebut, sedangkan pelanggaran terhadap maksim kesantunan berbahasa berkorelasi dengan tuturan negative judgement tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tuturan-tuturan negative judgement yang disampaikan cenderung dipengaruhi oleh sikap tidak patuh terhadap nilai etika berbahasa di Facebook.

This dissertation examines the ethics of politeness of negative judgement texts on Facebook fan page accounts. Language ethics of politeness are identified through the realization of the language contained in the speeches of negative judgement assessment. There are several concepts used in data analysis in this study, namely appraisal system, basic ethical concept, and communication ethics. The concept of appraisal is used to identify the types of negative judgement text on the facebook status from four fan page Facebook accounts mass media, namely Kata Kita (KK), Media Oposisi (MO), Mak Lambe Turah (LT), and Rakyat Oposisi (RO). The four mass media were chosen because they provide abundant negative judgment text data that became the object of study in this dissertation. Appraisal analysis consists of three stages, namely attitude analysis, engagement analysis, and graduation analysis. Attitude analysis serves to identify the types of negative judgement texts in the research data. Engagement analysis serves to identify facebook users' stance in the texts. Graduation analysis serves to identify the degree of meaning of evaluation contained in the texts. The analysis of language ethics on the negative judgement texts is conducted based on maxims of language ethics formulated based on the concept of basic ethics and communication ethics. In the process of this analysis, data is clasified into two categories, namely observances of maxims of language politeness and violations of maxims of language politeness. As the results of the study, in appraisal analysis, the result shows that the type of propriety judgement and capacity judgement are the two most types of data used in facebook accounts. This indicates that users are more likely to judge the morality and competence of the evaluated targets. In analysis of language ethics of politeness, the result shows that the average Facebook users violated maxims of language politeness rather than observed the maxims. This dissertation also used correlation analysis to see the correlation between data based on the negative judgement texts and data based on language politeness in those texts. The results shows that observance of the language politeness maxsims is not correlated with the negative judgement texts, while violations of the language politeness maxsims correlated with the negative judgement texts. This shows that negative judgement texts are more likely to be influenced by disobedience to the ethical values in communication act on Facebook. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>