Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38391 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Nabilla
"Depresi membawa dampak buruk bagi segala bidang kehidupan, namun gambaran depresi dan faktor yang dapat mempengaruhinya masih belum konsisten. Salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat depresi adalah karakteristik spasial tempat tinggal. Ditemukan bahwa karakterisitk spasial mempengaurhi tingkat depresi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan melihat perbedaan rata-rata tingkat depresi terkait dengan karakteristik spasial tempat individu tinggal, yaitu urban dan daerah rural dengan berdasar pada Pendekatan Psikologi Geografis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi ialah Kuesioner Kesehatan Pasien-9. Partisipan terdiri dari 108 penduduk Kota Cilegon dan 108 penduduk Kabupaten Pandeglang. Hasil pengujian komparatif menemukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tingkat depresi yang signifikan pada individu yang bertempat tinggal di daerah rural (M = 11.15) dengan individu yang tinggal di daerah urban (M = 8.60), U = 4103.500; z = -3.772; p < 0,01. Individu yang tinggal di daerah rural memiliki rata-rata tingkat depresi yang lebih tinggi dibanding individu yang tinggal di daerah urban.

Depression has a negative impact on all areas of life, but the depression and the factors that can influence it is still not consistent. One of the factor that can affect the level of depression is the spatial characteristics of the place of residence. It was found that spatial characteristics influence the level of depression. Therefore, this study aims to look at the difference in the average level of depression related to the spatial characteristics of where individuals live, namely urban and rural areas based on the Geographical Psychology approach. The measuring instrument used to measure the level of depression is Kuesioner Kesehatan Pasien-9. Participants consisted of 108 residents of Cilegon City and 108 residents of Pandeglang Regency. The results of the comparative test found that there was a significant difference in the average level of depression in individuals living in rural areas (M = 11.15) with individuals living in urban areas (M = 8.00), U = 4103,500; z = -3.772; p < 0.01. Individuals living in rural areas have on average a higher level of depression than individuals living in urban areas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Astuti
"Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama mempengaruhi kulit dan saraf tepi. Kerusakan pada saraf perifer menyebabkan adanya gangguan sensorik dan motorik dengan karakteristik berupa kecacatan. Tingkat kecacatan yang dialami klien kusta diperkirakan dapat meningkatkan tingkat depresi pada klien kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecacatan dengan tingkat depresi pada klien kusta.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan teknik total sampling. Data penelitian ini diuji menggunakan uji Chi-square. Penelitian ini dilakukan di RS Kusta Donorojo Jepara Jawa Tengah dengan jumlah sampel 55 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 58,2% klien kusta mengalami kecacatan tingkat-2. Namun, tingkat depresi pada klien kusta 40% tergolong depresi sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kecacatan dengan tingkat depresi pada klien kusta (p<0.05, OR=4,561). Hasil ini dapat menjadi dasar bagi pelayanan keperawatan untuk mengadakan kegiatan Garden Healing dan membentuk Self Help Group di komunitas untuk membantu mengurangi depresi.

Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. This disease mainly affects the skin and peripheral nerves. Damage to the peripheral nerves caused by sensory and motor disorders characterized by defects. The level of disability experienced by clients leprosy is expected to increase the level of depression in leprosy clients. This study aims to determine the relationship of the level of disability to the level of depression in leprosy clients.
The method used is descriptive analysis with total sampling technique. Data of this study were tested using the Chi-square test. This research was conducted at the Leprosy Hospital Donorojo Jepara, Central Java with a sample of 55 people.
The results of this study showed that 58.2% of clients leprosy disability level-2. However, the rate of depression in leprosy clients 40% classified as moderate depression. These results indicate there is a relationship between the level of disability to the level of depression in the client leprosy (p<0.05, OR = 4.561). These results can be the basis for nursing services to conduct Garden Healing and Self Help Group formed in the community to help reduce depression."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhda Giyanti Riadah
"Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan psikososial. Perubahan tersebut rentan menyebabkan peningkatan gejala depresi pada remaja. Keluarga merupakan salah satu support system yang berperan membantu mencegah dan menurunkan terjadinya gejala depresi. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap peningkatan gejala depresi pada remaja. Tipe penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi 3 sekolah yang ada di Jakarta dan Depok serta disebar melalui social media. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan Beck Depression Inventory II (BDI II). Total partisipan yang terkumpul dalam penelitian ini adalah 403 remaja awal sampai akhir dengan rentang usia 13-17 tahun. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap gejala depresi pada remaja (R2 = 0,310, p< 0,05). Dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi pemecahan masalah. Oleh karena itu, orangtua diharapkan selalu melibatkan remaja dalam pemecahan masalah di keluarga guna mencegah peningkatan gejala depresi.

Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood which is characterized by biological, cognitive and psychosocial changes. These changes are prone to cause an increase in depressive symptoms in adolescents. The family is a support system that plays a role in helping to prevent and reduce the occurrence of depressive symptoms. This study aims to see the role of family functioning in increasing depressive symptoms in adolescents. The type of research used is quantitative with a non-experimental. Data collection was carried out by visiting 3 schools in Jakarta and Depok and sharing it via social media. The questionnaires used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the Beck Depression Inventory II (BDI II). The total participants who were collected in this study were 403 early to late adolescents with an age range of 13-17 years. Based on the results of multiple regression analysis, family functioning plays a significant role in depressive symptoms in adolescents (R2 = 0.310, p < 0.05). The dimension of family functioning that plays a significant role is the problem solving dimension. Therefore, parents are expected to always involve adolescents in solving problems in the family in order to prevent an increase in depressive symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Meriyandah
"

Depresi Pascamelahirkan merupakan masalah yang berhubungan dengan proses kelahiran. Perasaan sedih, tertekan, dan timbulnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri merupakan tanda dari adanya masalah ini. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa angka kejadian depresi pascamelahirkan menyentuh angka 10-34%

dan sebanyak 55,7% disebabkan minimnya dukungan pasangan. Desain penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan sampel ibu postpartum di wilayah Depok sebesar 92 responden yang dipilih dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Partner Support Questionnaire dan Edinburgh Postnatal Depression Scale.

Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa usia, status pekerjaan, status kehamilan, komplikasi persalinan, dan status tinggal bersama memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian depresi pascamelahirkan. Sedangkan tingkat pendidikan, paritas, dan dukungan pasangan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian depresi pascamelahirkan. Dari hasil ini menunjukkan bahwa dukungan pasangan tidak menjadi penyebab utama kejadian depresi pascamelahirkan di Kota Depok, karena dukungan sosial dari sumber lain juga banyak didapatkan oleh responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk meningkatkan pendampingan kepada ibu hingga masa pascamelahirkan.


Postpartum depression is a problem associated with the birth process. Feeling sad, depressed, and a desire to harm herself are some signs of this problem. Researches in various countries indicate that the incidence of postpartum depression touched 10-34% and as much as 55.7% due to the lack of spousal support. Design of this study is a descriptive analytic, cross-sectional, and the sample are postpartum mothers in Depok, about 92 respondents who selected by the random sampling technique. The instrument was a Partner Support Questionnaire and the Edinburgh Postnatal Depression Scale.

The results of the study were analyzed using univariate and bivariate analysis. The results of

this study found that age, employment status, pregnancy status, delivery complications, and status of living together have a significant relationship with the incidence of postpartum depression. While the level of education, parity, and partner support has no significant relationship with the incidence of postpartum depression. From these results indicate that spousal support is not the main cause of the incidence of postpartum depression in Depok, because social support from other sources may also be obtained by most of respondents. The results of this study are expected to increase public awareness to increase assistance to the mother until the postpartum period.

"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Anindyajati
"Pendahuluan: Depresi antenatal dialami oleh satu dari lima ibu hamil dan hal ini memengaruhi kesehatan ibu serta bayinya. Gejala depresi antenatal sulit dikenali karena tumpang tindih dengan perubahan fisik dan psikologis saat hamil. Depresi antenatal juga dihubungkan dengan beragam faktor risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan depresi antenatal dan faktor risikonya di layanan kesehatan primer daerah urban.
Metode: Studi potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara konsekutif yang melibatkan ibu hamil di Poli Kesehatan Ibu Anak Puskesmas Kecamatan Matraman selama April-Agustus 2016. Responden mengisi kuesioner self-report berupa Kuesioner Data Umum untuk mendapat profil demografi, Lembar Pengenalan Gejala Depresi titik potong ge;5 untuk melihat gejala depresi pada ibu hamil, Kuesioner Dukungan Sosial titik potong ge;13 untuk melihat adanya dukungan sosial bagi ibu hamil, Kuesioner Kesesuaian Hubungan Suami Istri titik potong ge;16 untuk kesesuaian dalam pernikahan, serta derajat stres menggunakan Kuesioner Holmes-Rahe 300 stres berat . Data yang didapat diolah menggunakan analisis bivariat Chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: 107 ibu hamil berpartisipasi dalam penelitian ini. 15 ibu hamil n=16 menunjukkan gejala depresi antenatal. Model faktor risiko untuk depresi antenatal adalah aktivitas yang menghasilkan uang, jumlah kehamilan, riwayat lahir hidup, usia kehamilan, dukungan sosial, serta stres yang dialami ibu hamil Prob > chi2 = 0.0021.
Pembahasan: Depresi antenatal relatif banyak ditemukan di layanan primer area urban sehingga perlu menjadi perhatian khusus. Depresi antenatal berhubungan dengan faktor biologis dan psikososial terutama dukungan sosial dan stres saat hamil.

Introduction: One of five pregnant mothers experienced antenatal depression and this could affect both mother's and baby's health outcome. Identification of antenatal depression is uneasy due to its similarities with physiological and psychological changes during pregnancy period. Also, antenatal depression is related with various risk factors. This study will describe antenatal depression and its associated risk factors among urban primary health care practice.
Method: A cross sectional study with consecutive sampling method of pregnant mothers who utilized maternal health services in Matraman Primary Health Care during April August 2016. They were asked to fill in self report questionnaires. Demographical characteristics were collected using patient's identity form, antenatal depression was determined using self report questionnaire Lembar Pengenalan Gejala Depresi LPGD with cut off ge 5 for presence of depression, social support using Kuesioner Dukungan Sosial KDS with cut off ge 13, relationship situation with husband using Kuesioner Kesesuaian Hubungan Suami Istri KHSI with cut off score ge 16, and level of stress experienced in the past years using Holmes Rahe questionnaire 300 severe stress. Data collected was analyzed using chi square and further with logistic regression.
Result: 107 pregnant mothers joined this study. Fifteen percent n 16 of them were found to have depressive symptoms. Risk factors model for antenatal depression is generating income activities, number of pregnancies, history of livebirth, gestational age, social support, and stress during pregnancy Prob chi2 0.0021.
Discussion: Antenatal depression found to be common in urban primary health care practice. Antenatal depression is related with biological and psychosocial factors, mainly social support and stress during pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hapsari Kusuma Nugrahani
"Perempuan usia dewasa muda dinyatakan rentan mengalami depresi berkaitan dengan tugas perkembangan yang dihadapinya. Mereka mengalami masa transisi dimana mereka dapat mengalami tekanan dalam memenuhi tuntutan dari lingkungan untuk hidup mandiri, membangun karier, menjalin hubungan percintaan, serta membangun keluarga. Selain itu, perempuan cenderung memiliki reaksi yang maladaptif terhadap tekanan kehidupan sehingga menyebabkan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah intervensi dengan pendekatan cognitive behavioral yang diadaptasi dari Roselló dan Bernal (2007), dapat menangani depresi pada perempuan usia dewasa muda. Intervensi ini dilakukan dalam enam sesi, dan melibatkan dua partisipan yang mengalami Major Depressive Disorder, Recurrent dengan tingkat depresi berat berdasarkan Beck Depression Inventory. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa intervensi dengan pendekatan cognitive behavioral dapat menangani depresi pada perempuan usia dewasa muda.

Women, in young adulthood, are stated to be vulnerable to experience depression due to developmental tasks that need to be fulfilled. They experience a transition period in which they have to meet demands from the environment, to live independently, to build a career, to build a romantic relationship, and to build a family. In addition, women also stated to give maladaptive reactions to life pressures in which resulted in depression. The goal of this study is to see whether an intervention with cognitive behavioral approach which adapted from Roselló & Bernal (2007), could overcome depression in young adult women. The intervention was conducted in six sessions to two participants who experienced recurrent major depressive disorder with severe level of depression, which are concluded from the use of the Beck Depression Inventory. The result showed that the intervention with cognitive behavioral approach could overcome depression in young adult women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Nindita Adi Nugraha
"Latar Belakang: GERD merupakan penyakit saluran cerna atas yang banyak ditemukan dan prevalensnya semakin meningkat. Pemberian PPI belum memberikan hasil yang memuaskan, dimana 30-42% pasien masih menunjukkan keluhan. Pasien yang masih menunjukkan keluhan dikatakan GERD refrakter. Ansietas dan depresi dipikirkan sebagai salah satu faktor risiko GERD refrakter. Saat ini belum ada data mengenai angka kejadian ansietas dan depresi pada pasien GERD refrakter di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui perbedaan proporsi kejadian ansietas dan depresi pada subgrup GERD refrakter berdasarkan pemeriksaan pH impedans.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan data primer yang melibatkan 118 pasien GERD refrakter. Dilakukan analisis dengan membagi pasien berdasarkan EGD dan pH impedans menjadi ERD, true NERD, esofagus hipersensitif dan functional heartburn. Kemudian dilakukan analisis proporsi kejadian ansietas dan depresi pada masing-masing subgrup.
Hasil: Sampel berjumlah 118 pasien terdiri dari 41 pasien ERD, 25 pasien true NERD, 8 pasien esofagus hipersensitif dan 44 pasien functional heartburn. Proporsi kejadian ansietas sebesar 41,5% pada kelompok ERD, 60% pada kelompok NERD, sebesar 62,5% pada kelompok esofagus hipersensitif, dan 40,9% pada kelompok functional heartburn. Proporsi kejadian depresi sebesar 41,5% pada kelompok ERD, sebesar 40% pada kelompok NERD dan 40,9% pada kelompok functional heartburn. Tidak ada pasien yang menderita depresi pada kelompok esofagus hipersensitif. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik proporsi kejadian ansietas dan depresi pada subgrup GERD refrakter.
Simpulan: Tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian ansietas dan depresi pada masing-masing subgrup GERD refrakter.

Background: GERD is a major gastrointestinal disease that is found in the community and the prevalence is increasing. Giving PPI has not given satisfactory results, where 30-42% patients still showing complaints. This patients is referred as refractory GERD. Anxiety and depression is considered as risk factors for refractory GERD. Currently there is no data on the incidence of anxiety and depression correlated with subgroups  of refractory GERD based on pH impedance examination in Indonesia.
Objectives: To determine the proportion differences of anxiety and depression events on each of GERD refractory subgroups based on pH impedance examination.
Methods: This study is a cross-sectional study using primary data involving 118 refractory GERD patients. Analysis were carried out by dividing patients based on EGD and pH impedance examination into ERD, NERD, hypersensitive esophagus and functional heartburn. The proportion of anxiety and depression then analyzed in each of those groups.
Results: 118 patients participated in these study consisting of 41 ERD patients, 25 NERD patients, 8 hypersensitive esophageal patients and 44 functional heartburn patients. The proportion of anxiety events was 41.5% in the ERD group, 60% in the NERD group, 62.5% in the hypersensitive esophageal group, and 40.9% in the functional heartburn group. The proportion of depression events was 41.5% in the ERD group, 40% in the NERD group and 40.9% in the functional heartburn group. There is no patient suffered from depression in the hypersensitive esophageal group. There is no statistically significant difference between the incidence of anxiety and depression in each of those groups.
Conclusions: There is no differences in the proportion of anxiety and depression events in each of GERD refractory subgroup.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Hidayat
"Latar belakang. Paparan organofosfat (OP) telah diketahui menyebabkan beberapa penyakit neurologis. Paparan OP yang tinggi dapat ditemukan pada pekerjaan seperti pekerja pestisida. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa paparan OP kronis juga dapat menyebabkan gangguan mental, seperti depresi.
Metode. Pencarian literatur dilakukan pada database seperti Pubmed, Cochrane Library, dan Science Direct dengan kata kunci pekerja pestisida, organofosfat, dan depresi. Tiga artikel dipilih dan dinilai secara kritis.
Hasil. Satu studi kasus-kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds sebanyak 1,34 untuk terkena OP. Satu studi kohort prospektif menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar OP 1,17 lebih mungkin menderita depresi di masa depan. Satu studi cross-sectional menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds prevalensi sebanyak 5,39 untuk terkena OP.
Kesimpulan. Paparan organofosfat kronis merupakan faktor risiko untuk mengembangkan depresi pada pekerja pestisida.

Background. Organophosphate (OP) exposure has been well known to cause several neurological diseases. High OP exposure can be found at occupations such as pesticide workers. Current research suggests that that chronic OP exposure may also cause mental disorder, such as depression.
Method. Literature searching was done on database such as Pubmed, Cochrane Library, and Science Direct with pesticide workers, organophosphate, and depression as the keywords. Three articles were selected and critically appraised.
Result. One case-control study showed that patients with depression had odds ratio as much as 1.34 to be exposed to OPs. One prospective cohort study showed that OP-exposed workers were 1.17 more likely to suffer from depression in the future. One cross-sectional study showed that patients with depression had prevalence odds ratio as much as 5.39 to be exposed to OPs.
Conclusion. Chronic organophosphate exposure is a risk factor for developing depression in pesticide workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deviana Nuraini
"Peningkatan angka harapan hidup menyumbang pada peningkatan populasi lansia di Indonesia. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah depresi. Depresi semakin meningkat pada lansia yang tinggal di panti wreda. Namun, penelitian untuk membandingkan tingkat depresi pada lansia di panti wreda dan di rumah masih jarang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi tingkat depresi pada lansia yang tinggal di rumah dan di panti wreda serta faktor-faktor sosiodemografi yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan analitik cross sectional comparison dengan metode pengambilan sampel cluster random sampling dari populasi terjangkau di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data tingkat depresi diperoleh dari kuesioner Geriatric Depression Scale GDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 responden yang tinggal di rumah, didapatkan 69,9 diantaranya tidak depresi, 12 nya kemungkinan depresi, dan 18,5 nya mengalami depresi. Sementara itu, dari 43 responden yang tinggal di panti wreda, didapatkan 14 diantaranya tidak depresi, 34,9 nya kemungkinan depresi, dan 51,2 nya mengalami depresi. Nilai p hasil uji Chi Square didapatkan.

The increase in life expectancy increases the elderly population in Indonesia. Health problems which often occurs among elderly is depression. The rate of depression increases in the elderly living in institutions, like nursing home. But, there is few research done to compare the depression levels between elderly living in their own house and living in nursing home. This research is aimed to identify the difference of depression levels between elderly living in their own house and living in nursing home and also some sociodemographic factors affect it. This research is cross sectional comparison study which sampels are elderly in Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat using cluster random sampling. Gerictric Depression Scale GDS is used to collect the data of depression levels among elderly. The results from 92 respondents living in their own house showed that 69,9 do not have depression, 12 probably have depression, and 18,5 have depression. While, the results from 43 respndents living in nursing home showed that 14 do not have depression, 34,9 probably have depression, and 51,2 have depression. The statistical tests Chi Square showed."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ollyvia Freeska Dwi Marta
"ABSTRAK
Depresi merupakan permasalahan mental yang sering terjadi pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Jakarta Selatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel berjumlah 63 lansia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4 Jakarta Selatan yang diambil secara purposive sampling. Analisa univariat menggunakan uji proporsi dan analisa bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat depresi. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang mengalami depresi sebesar 41,3% dan yang tidak mengalami depresi sebesar 58,7%. Analisa bivariat ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, status perkawinan, pekerjaan sebelum tinggal di panti, dan dukungan keluarga (pvalue ≥ 0,05). Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat depresi pada lansia seperti faktor dukungan sosial.

Abstract
Depression is a mental disorder that happens in elderly. This study purposed to know elderly depression level and examine what factors that affecting depression. This research used descriptive correlative design. Samples were 63 elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan by purposive sampling technique. Proportion test was used to univariate analysis and Chi-Square test was used to know relationship between internal and external factors with depression. The results showed elder people who got depression were 41,3% and who did not get depression were 58,7%. Bivariate analysis showed that there was no significant relationship between depression and age, gender, illness history, marital status, occupation, and family support (pvalue ≥ 0.05). The researcher suggest for next research to observe another factors that affecting depression in elderly."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>