Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahira Nisriani Hendriana
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas fenomena mom shaming sebagai kontrol sosial atas ideologi motherhood yang didasarkan pada pengalaman 8 orang ibu. Berangkat dari konsep mom shaming sebagai salah satu komponen yang dapat ditemukan dalam pengalaman mothering (menjadi ibu) seseorang, praktik yang dilakukan masih terpaku pada konteks motherhood berdasarkan pada pengalaman ibu kulit putih di Amerika Serikat dan Eropa. Pada penlitian ini ditemukan bahwa fenomena mom shaming yang dialami oleh 8 orang ibu yang lahir dan tinggal di Indonesia dapat didasarkan pada konstruksi motherhood melalui nilai negara. Namun dalam praktiknya ditemukan pengaruh nilai leluhur dalam konstruksi motherhood yang ada. Dengan menggunakan metode kualitatif, gambaran peran ibu dapat dilihat melalui pembentukan organisasi serta tatanan negara sebagai pendamping suami dan pendidikan bagi anak sebagai contoh ideal. Melalui hal yang dianggap ideal tersebut, ibu yang dianggap tidak sesuai akan rentan untuk mendapatkan mom shaming. Dalam menggambarkan pengalaman mom shaming terdapat 3 aspek: bentuk praktik, dampak, dan respon yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap pengalaman mom shaming ibu.

This study aims to discuss the phenomenon of mom shaming as social control over the ideology of motherhood based on the experiences of 8 mothers. Departing from the concept of mom shaming as one of the components that can be found in one's mothering experience, the practice is still focused on the context of motherhood based on the white mothers experiences in the United States and Europe. This study found that mom shaming phenomenon experienced by 8 mothers who were born and lived in Indonesia are based on the construction of motherhood through state values. However, in practice it can be found the influence of ancestral values in the existing construction of motherhood. By using qualitative methods, role of mothers can be described through the formation of organizations and state structures as husband companions and education for children as ideal examples. Through things that are considered ideal, mothers who are inappropriate will be vulnerable to getting mom shaming. In describing the experience of mom shaming, there are 3 aspects: the form of practice, the impact, and the response that can be used to identify the experience of mom shaming."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Arya Anindya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tindakan mom-shaming yang dialami ibu muda yang bekerja di sektor formal dan dukungan sosial yang diterimanya. Mom-shaming merupakan fenomena yang dialami para ibu yang dihakimi atau dikritik oleh orang lain terkait identitasnya sebagai seorang ibu atau cara mereka mengasuh anak. Dengan itu, fokus penelitian ini adalah pada ibu muda yang mengalami mom-shaming di tempat kerja. Metode penelitian kualitatif digunakan dengan wawancara mendalam terhadap empat ibu yang memiliki pengalaman mom-shaming di tempat kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman mom-shaming turut berdampak negatif terhadap well-being ibu, di samping role overload dan parenting guilt, yang merupakan dimensi dari pengalaman parenting. Mom-shaming pun dalam kasus ini juga berkontribusi pada rasa bersalah yang dirasakan oleh ibu yang bekerja. Untuk itu, dukungan sosial, terutama dari keluarga dan teman, dilihat sebagai salah satu strategi penting dalam menjaga well-being perempuan yang mengalami mom-shaming. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman tentang mom-shaming yang dialami ibu yang bekerja di tempat kerja, kaitannya dengan kondisi well-being ibu, dan pentingnya dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut.

This study aims to uncover acts of mom-shaming experienced by young mothers working in the formal sector and the social support they receive. Mom-shaming is a phenomenon where mothers are judged or criticized by others regarding their identity as mothers or their parenting style. Accordingly, the focus of this research is on young mothers who experience mom-shaming in the workplace. A qualitative research method was employed, with in-depth interviews conducted with four mothers who have experienced mom-shaming at work. The findings indicate that mom-shaming negatively impacts the well-being of mothers, alongside role overload and parenting guilt, which are dimensions of the parenting experience. In these cases, mom-shaming also contributes to the guilt felt by working mothers. Therefore, social support, particularly from family and friends, is seen as a crucial strategy in maintaining the well-being of women experiencing mom-shaming. This study contributes to the understanding of mom-shaming experienced by working mothers in the workplace, its relation to maternal well-being, and the importance of social support in addressing these challenges."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Febri Andriyani
"Kondisi migrasi dan mengungsi merupakan isu yang masih dihadapi segelintir orang hingga memaksa mereka untuk berstatus sebagai pencari suaka. Perubahan situasi dan lingkungan menjadi faktor dan alasan bagi pencari suaka untuk menyesuaikan diri. Status pencari suaka dapat dialami oleh semua kalangan, seperti para orang tua dan anak-anak. Orang tua berstatus pencari suaka dituntut oleh keadaan untuk dapat mengasuh anaknya lebih ekstra, khususnya Ibu yang disorot lebih signifikan. Motherhood dalam keadaan ini tentunya berbeda dengan motherhood pada umumnya. Salah satu penggambaran motherhood pada keluarga pencari suaka terdapat dalam film Als Hitler das Rosa Kaninchen Stahl (2019) karya Caroline Link yang berlatar sebelum pemerintahan Nazi di Jerman. Penggambaran motherhood dalam film diteliti menggunakan Teori Pola Asuh oleh Diana Baumrind dan didukung dengan teori-teori penunjang. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif dengan korpus data yang diambil secara kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya dualisme motherhood beserta pergeseran motherhood seiring dengan perubahan situasi dan lingkungan yang dialami keluarga pencari suaka dalam film. Motherhood pada keluarga refugee di dalam film yang semula bersifat Permisif kemudian berubah menjadi Autoritatif.

Migration and evacuating are issues that are still faced by a few people, and forcing them to become refugees / asylum seekers. Changes in the situation and environment are factors and reasons for refugee to adjust. Refugee as status can be experienced by all people, such as parents and children. Parents who are refugees are forced by situation to be able to take care of their children more, especially mothers who is significantly seen more. Motherhood in this situation is certainly different from motherhood in general. One of the representations of motherhood in refugee-families is in Caroline Link's Als Hitler das Rosa Kaninchen Stahl (2019), which is set before the Nazi’s regime in Germany. The representation of motherhood in the film is analyzed with Diana Baumrind’s Parenting Styles along with supporting theories. This research uses a descriptive methodology with data that taken qualitatively. The result shows that there is a dualism and a shift in motherhood that caused by situation and environment changes, experienced by refugee-family in the film. Motherhood in refugee-family in the film which was originally Permissive, then turned into Authoritative."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiyyah Mukminah
"Pada era yang mengedepankan persamaan dan pemberdayaan, persitegangan antaribu masih kerap kali terjadi. Salah satu faktor pemicu yang melanggengkan persitegangan adalah gagasan tentang ideal motherhood berikut kompetisi yang terjadi akibat mengkritisi diri sendiri maupun ibu lainnya lewat dasar teori sifat keibuan. Untuk memahami lebih lanjut terkait fenomena friksi antaribu, makalah ini menelaah representasi ideal motherhood pada novel Little Fires Everywhere (2017) karya Celeste Ng. Tulisan ini mengupas bagaimana novel tersebut mempermasalahkan gagasan dominan tentang ibu lewat penggambaran latar dan relasi antartokoh. Novel tersebut disajikan lewat sudut pandang orang ketiga serba tahu dan struktur naratif yang menempatkan dua tokoh ibu dalam central conflict dan dua tokoh ibu lainnya pada shadow conflict. Pengkajian terkait relasi antar-tokoh ibu maupun dengan lingkungan sekitarnya menunjukkan bagaimana gagasan dominan membentuk sisi psikologis, mendorong para tokoh ibu ini secara internal, sekaligus mengarahkan pola interaksi mereka. Selain itu, hubungan mereka dengan karakter anak perempuan masing-masing menawarkan perspektif tersendiri bagi perdebatan terkait ideal motherhood. Analisa terhadap struktur naratif juga memperlihatkan sudut pandang baru terkait apa yang menjadi dasar bagi teori sifat keibuan (ideal motherhood) dan pendekatan terbaik bagi konflik yang dimulai dari perdebatan ibu ideal tersebut.

The hostile tension between mothers is observed to still exist even in this era of equality and empowerment. The idea of ideal motherhood and the competition that includes the process of assessing oneself and others seem to be the gas that perpetuates this clash. In order to better understand this friction phenomenon between mothers, this study aims to investigate the representation of ideal motherhood in a novel by Celeste Ng titled Little Fires Everywhere (2017). The article analyzes textually how this novel problematizes the idea of dominant motherhood ideology through its depiction of setting and characters relation. The novel presents a narrative structure of two central mothers and two shadow mothers that unfolds through an omniscient point of view. An exploration of the interrelation between the mother characters, both with each other and with the surrounding environment, provides a portrayal of how dominant motherhood ideology shapes and drives them internally as well as molds their pattern of interaction. Furthermore, their relationship with the daughter characters also offers further insight into the discussion. The overall examination of the narrative structure then presents a new perspective regarding what constitutes as the idea of ideal motherhood and how the friction regarding the ideal should be best approached"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiyyah Mukminah
"The hostile tension between mothers is observed to still exist even in this era of equality and empowerment. The idea of ideal motherhood and the competition that includes the process of assessing oneself and others seem to be the gas that perpetuates this clash. In order to better understand this friction phenomenon between mothers, this study aims to investigate the representation of ideal motherhood in a novel by Celeste Ng titled Little Fires Everywhere (2017). The article analyzes textually how this novel problematizes the idea of dominant motherhood ideology through its depiction of setting and characters relation. The novel presents a narrative structure of two central mothers and two shadow mothers that unfolds through an omniscient point of view. An exploration of the interrelation between the mother characters, both with each other and with the surrounding environment, provides a portrayal of how dominant motherhood ideology shapes and drives them internally as well as molds their pattern of interaction. Furthermore, their relationship with the daughter characters also offers further insight into the discussion. The overall examination of the narrative structure then presents a new perspective regarding what constitutes as the idea of ideal motherhood and how the friction regarding the ideal should be best approached.

Pada era yang mengedepankan persamaan dan pemberdayaan ini, persitegangan antaribu masih kerap kali terjadi. Salah satu faktor pemicu yang melanggengkan hal tersebut adalah gagasan tentang ideal motherhood berikut kompetisi yang terjadi akibat mengkritisi diri sendiri maupun ibu lainnya lewat dasar teori sifat keibuan. Untuk memahami lebih lanjut terkait fenomena friksi antaribu, makalah ini menelaah representasi ideal motherhood pada novel Little Fires Everywhere (2017) karya Celeste Ng. Tulisan ini mengupas bagaimana novel tersebut mempermasalahkan gagasan dominan tentang ibu lewat penggambaran latar dan relasi antartokoh. Novel tersebut disajikan lewat sudut pandang orang ketiga serba tahu dan struktur naratif yang menempatkan dua tokoh ibu dalam central conflict dan dua tokoh ibu lainnya pada shadow conflict. Pengkajian terkait relasi antar-tokoh ibu maupun dengan lingkungan sekitarnya menunjukkan bagaimana gagasan dominan membentuk sisi psikologis, mendorong para tokoh ibu ini secara internal, sekaligus mengarahkan pola interaksi mereka. Selain itu, hubungan mereka dengan karakter anak perempuan masing-masing menawarkan perspektif tersendiri bagi perdebatan terkait ideal motherhood. Analisa terhadap struktur naratif juga memperlihatkan sudut pandang baru terkait apa yang menjadi dasar bagi teori sifat keibuan (ideal motherhood) dan pendekatan terbaik bagi konflik yang dimulai dari perdebatan ibu ideal tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Suatu studi hermeneutic fenomenologi telah dilakukan untuk mengekplorasi berbagai kesulitan dan tantangan pertama kali menjadi seorang ibu di daerah pedesaan Indonesia. Sebanyak 13 ibu muda yang berpartisipasi dalam studi ini telah menceriterakan pengalaman mereka tentang kesulitasn dan tantangan yang mereke alami ketika dirinya telah menjadi seorang ibu pada periode tersebut. Data dikumpulkan dengan wawancara semi struktur. Tiga kesulitasn dan tantangan utama menjadi seorang ibu teridentifikasi dari studi in: (1) menjadi ibu baru tidak mudah, (2) menjadi seorang ibu baru tidak sebebas seperti sebelum menjadi ibu (3) mencoba menjadi seorang ibu yang baik. Dengan hasil studi ini diharapkan para praktisi kesehatan akan lebih memhami masalahkesulitas dan tantangan-tantangan yang dialami seorang ibu muda pada awal masa menjadi ibu, sehingga tersebut dapat diatasi dengan baik."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Fauzia
"Sastra dapat menjadi potret keadaan sebuah zaman sehingga masyarakat dapat melihat secara utuh bagaimana kondisi pada masa itu. Pada tahun 1950, Indonesia memiliki visi dan cita-cita membangun bangsa melalui penanaman nilai sosial dan nilai patriotisme. Representasi kedua nilai ini ditemukan dalam 10 cerpen majalah anak Kunang-Kunang tahun 1950. Permasalahan dirumuskan ke dalam dua pertanyaan penelitian, yaitu (1) bagaimana nilai sosial direpresentasikan melalui 10 cerpen majalah Kunang-Kunang pada tahun 1950? dan (2) bagaimana nilai patriotisme direpresentasikan melalui 10 cerpen majalah Kunang-Kunang pada tahun 1950?” Penelitian bertujuan untuk menunjukkan representasi nilai sosial dan nilai patriotisme yang termuat dalam 10 cerpen majalah Kunang-Kunang pada tahun 1950. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan nilai sosial terlihat melalui perilaku tolong menolong, kekeluargaan, kesetiaan, kepedulian, saling memiliki, empati, dan kerja sama. Sementara itu, nilai patriotisme terlihat melalui perilaku kesadaran terhadap kondisi negara, semangat dalam membangun cita-cita, bela negara, rasa cinta terhadap tanah air, keinginan untuk memajukan bangsa, meneladani pahlawan, setia kepada negara, melaksanakan kewajiban sesuai dengan tugas dan profesi, dan kesadaran untuk merdeka serta lepas dari segala bentuk penjajahan. Kehadiran nilai sosial dan nilai patriotisme dalam kesepuluh cerpen ini menunjukkan bahwa adanya konstruksi anak melalui sastra dalam menghadapi persoalan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia pada masa pascakemerdekaan.

Literature can be a portrait of the situation of an era so that people can see completely how the conditions were at that time. In 1950, Indonesia had a vision and aspiration to build a nation through protecting social values ​​and patriotism values. The representation of these two values ​​is found in 10 short story magazines for the 1950's. and (2) how is the value of patriotism represented through 10 short stories from the Firefly magazine in 1950?” The research aims to show the representation of social values ​​and the values ​​of patriotism contained in 10 short stories from the magazine Fireflies in 1950. This research uses a qualitative descriptive method. The results of the study show that social values ​​can be seen through the behavior of helping each other, kinship, loyalty, caring, mutual belonging, empathy, and cooperation. Meanwhile, the value of patriotism can be seen through awareness of the condition of the country, the spirit of building ideals, defending the country, a sense of love for the motherland, the desire to advance the nation, emulating heroes, loyalty to the country, carrying out obligations in accordance with duties and professions, and awareness. to be independent and free from all forms of colonialism. The presence of social values ​​and patriotism values ​​in the ten short stories shows that there is a construction of children through literature in dealing with Indonesia's social, political and economic problems in the post-independence period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arrow, Kenneth J.
New York: John Wiley & Sons, 1951
302.13 ARR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Gressy S. Cornelia
"ABSTRAK
Masa kanak-kanak awal merupakan salah satu periode penting dalam perkembangan seorang anak, dimana pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak pada masa ini akan mempengaruhi tumbuh kembangnya dikemudian hari. Salah satu perubahan besar yang terjadi pada masa ini adalah meluasnya lingkungan sosial anak, yang ditandai dengan mulainya anak melakukan hubungan sosial dengan teman sebayanya (Sroufe dkk, 1996). Pengalaman awal dalam berhubungan dengan teman sebaya ini merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan sosial anak usia prasekolah. Adanya kesulitan-kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya pada masa ini akan memperbesar kemungkinan munculnya masalahmasalah tingkah laku, emosional, dan akademik pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Pentingnya hubungan dengan teman sebaya pada masa kanak-kanak awal memberi implikasi akan pentingnya membina hubungan yang positif dengan teman sebaya pada masa ini. Namun tidak semua anak dapat membina hubungan yang positif. Adanya perbedaan kemampuan untuk membina hubungan yang positif dengan teman sebaya menunjukkan derajat kompetensi sosial yang dimiliki masingmasing anak. Dengan demikian kompetensi sosial memegang peranan penting bagi keberhasilan seorang anak dalam membina hubungan dengan teman sebaya pada masa prasekolah. Sroufe dkk (1996) mengatakan anak-anak yang memiliki kompetensi sosial yang baik (socia/ly competent) - yang seringkah disebut sebagai anak-anak yang disukai oleh teman sebayanya - adalah mereka yang mampu memulai interaksi dan memberikan respon kepada teman sebaya dengan perasaan yang positif, mereka yang tertarik pada hubungan dengan teman sebaya dan mereka yang sangat dihargai oleh teman sebaya, mereka yang dapat berperan sebagai pemimpin sekaligus pengikut, dan mereka yang mampu mempertahankan saling memberi dan menerima dalam interaksi dengan teman sebaya akan dinilai oleh guru dan observer lain sebagai anak yang memiliki kompetensi sosial (yang baik) (Vaughn dan Waters, 1980 dalam Sroufe, 1996). Dengan perkataan lain anak yang memiliki kompetensi sosial yang baik adalah mereka yang memiliki ketrampilan-ketrampilan sosial tertentu, yang memungkinkannya memperoleh penerimaan dari teman sebayanya. Namun tidak semua anak prasekolah memiliki kompetensi sosial yang baik. Hasil-hasil penelitian menunjukkan hubungan atau interaksi antara orangtua dengan anak yang terlihat jelas dalam gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua kepada anak memberi pengaruh yang signifikan terhadap hubungan anak dengan teman sebayanya.
Dalam penelitian ini ingin digali mengenai karakteristik anak yang memiliki kompetensi sosial yang buruk. Kompetensi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini memfokuskan pada tiga tugas sosial, yakni saat anak memulai interaksi dengan teman sebayanya yang meliputi dua situasi; saat anak memulai interaksi pada awalawal masuk sekolah dan saat memulai interaksi dengan sekelompok temannya yang sedang melakukan aktivitas bersama, saat anak memelihara hubungan dengan teman sebayanya; dan saat anak mengalami konflik dengan temannya. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam akan hal ini, peneliti juga menggali informasi mengenai gaya pengasuhan orangtuanya. Mengingat dalam masyarakat kita ibu masih memegang peranan yang besar dalam pengasuhan anak, maka gaya pengasuhan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya pengasuhan yang diterapkan ibu saat berinteraksi dengan anaknya sehari-hari. Gaya pengasuhan ini terlihat dari perilaku conlrol/imcontrol dan responsive/uwesponsive yang ditampilkan ibu saat berinteraksi dengan anaknya sehari-hari.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam (/'// depth interview) dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap dua orang ibu dari anak yang memiliki kompetensi sosial buruk dan gurunya. Sementara observasi dilakukan terhadap sikap dan perilaku anak di sekolah. Pemilihan subyek dilakukan dengan pendekatan purposif dimana sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa anak yang memiliki kompetensi sosial buruk umumnya menampilkan perilaku agresif, baik agresif fisik maupun agresif verbal, saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Hal ini membuat mereka cenderung mengalami penolakan dari teman-temannya. Perilaku lain yang membuat mereka mengalami penolakan dari teman-temannya adalah perilaku egois (seperti tidak/kurang mau berbagi dengan temannya, selalu ingin berkuasa/mendominasi temannya, kurang mampu mengontrol dirinya termasuk keinginannya); tidak/kurang mampu menampilkan perilaku prososial dalam hal ini empati (kurang menghargai keberadaan temannya, iri hati); kurang terampil dalam perilaku keijasama (cenderung ingin menjadi pemimpin dan tidak mau menjadi pengikut saat aktivitas kelompok, kurang menghargai pendapat/keinginan temannya).
Sementara gaya pengasuhan yang diterapkan ibu dalam penelitian ini bervariasi, yakni satu subyek menerapkan gaya pengasuhan otoritarian, yang ditandai oleh adanya perpaduan antara perilaku respomive dan control yang rendah. Sementara subyek yang lain menerapkan gaya pengasuhan otoritarian, yang ditandai oleh adanya perilaku control yang ketat tanpa disertai perilaku responsive. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa gaya pengasuhan ibu bukanlah satusatunya faktor yang dominan memberi kontribusi bagi perkembangan kompetensi sosial anak. Beberapa faktor lain yang turut memberi kontribusi bagi perkembangan kompetensi sosial adalah karakter anak itu sendiri dan lingkungan dimana anak itu diasuh."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Amelia Harlen
"Tesis ini membahas zona integritas sebagai bentuk kontrol sosial dalam upaya pengendalian korupsi pada BPK Sumbar dan BKKBN Sumbar. Hal ini berangkat dari masih tingginya kasus korupsi pada sektor pemerintahan di Indonesia dan masih rentannya institusi pemerintahan tersandung kasus korupsi. Penelitian ini bertujuan menganalisis zona integritas pada satker yang sudah mendapatkan predikat Wilayah Bebas Korupsi, dalam hal ini BPK Sumbar dan BKKBN Sumbar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana peneliti melakukan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah containment theory dan social bonding theory. Hasil penelitian menunjukkan kedua teori ini dapat dipertimbangkan dalam mengendalikan korupsi karena indikator-indikator dalam kedua teori ini terdapat pada diri agen perubahan dan dalam program zona integritas. Dalam penelitian ini, terdapat anomali dari containment theory sebagai ciri khas dari pengendalian korupsi yaitu penguatan kelompok hanya untuk penugasan jangka pendek dan perlunya tambahan faktor kesempatan dan rotasi tempat untuk mengendalikan korupsi. Di dalam penelitian ini terdapat saran yakni agar monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan sosialisasi lebih intens lagi dilakukan. Pengembangan ke depan, program zona integritas dapat diterapkan pada instansi swasta ataupun BUMN dengan penyesuaian pada indikator-indikatornya.

This thesis discusses the integrity zone as a form of social control in an effort to control corruption at the West Sumatra BPK and West Sumatra BKKBN. This departs from the high number of corruption cases in the government sector in Indonesia and the vulnerability of government institutions to corruption cases. This study aims to analyze the integrity zone of the satker that has received the predicate of a corruption-free area, in this case the West Sumatra BPK and West Sumatra BKKBN. This study uses a qualitative method with a case study approach where the researcher performs data collection techniques through in-depth interviews. The theory used in this research is containment theory and social bonding theory. The results show that these two theories can be considered in controlling corruption because the indicators in both theories are found in the change agent and in the integrity zone program. In this study, there is an anomaly from containment theory as a characteristic of controlling corruption, namely group strengthening only for short-term assignments and the need for additional opportunity factors and rotation of places to control corruption. In this study, there are suggestions, namely that monitoring and evaluation be carried out regularly and socialization is carried out more intensely. In the future development, the integrity zone program can be applied to private institutions or BUMN with adjustments to the indicators."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>