Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devina Nafis Alodia
"Pelayanan kesehatan berkualitas merupakan komponen esensial dalam mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera, dengan rumah sakit sebagai fasilitas utama dalam menyediakan layanan medis yang efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2023, rumah sakit diharuskan untuk terus meningkatkan mutu pelayanan baik secara internal maupun eksternal melalui berbagai indikator. Salah satu alat evaluasi penting dalam peningkatan mutu ini adalah Indikator Nasional Mutu (INM), yang digunakan untuk menilai capaian mutu pelayanan di berbagai fasilitas kesehatan. Meskipun INM berperan besar dalam memperbaiki kualitas layanan dan efisiensi biaya, capaian INM di rumah sakit Indonesia masih mengalami kendala, terutama terkait kepatuhan dan infrastruktur yang belum merata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis capaian INM rumah sakit di Indonesia pada Juni 2024 berdasarkan status kepemilikan, kelas rumah sakit, jenis pelayanan, dan wilayah regional. Metode yang digunakan adalah penelitian potong lintang dengan analisis data sekunder dari basis data Kementerian Kesehatan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rumah sakit pemerintah dan swasta memiliki perbedaan signifikan dalam beberapa indikator, dengan rumah sakit pemerintah cenderung lebih unggul. Rumah sakit kelas A dan B memiliki capaian lebih baik dibandingkan kelas C dan D, namun tantangan terkait terhadap waktu tanggap operasi sesarea emergensi dan waktu tunggu rawat jalan masih ada, terutama di kelas rendah. Capaian mutu rumah sakit di wilayah Jawa dan Bali lebih baik dibandingkan Indonesia Timur, hal ini dipengaruhi oleh kesenjangan sumber daya dan infrastruktur

Quality healthcare services are essential for achieving a healthy and prosperous society, with hospitals playing a central role in delivering effective and efficient medical care. According to Law No. 17 of 2023, hospitals are required to continually improve the quality of their services both internally and externally through various indicators. One of the key tools for evaluating quality improvement is the National Health Service Quality Indicators (INM), which assess the performance of healthcare facilities. While INM plays a critical role in enhancing service quality and cost-efficiency, the achievments of INM in Indonesian hospitals faces challenges, particularly related to compliance and uneven infrastructure. This study aims to analyze the achievements of the National Hospital Quality Indicators (INM) in Indonesian hospitals as of June 2024, based on ownership status, hospital class, service type, and regional location. The study uses a cross-sectional design with secondary data analysis sourced from the Ministry of Health of Indonesia’s database. The findings reveal significant differences between government and private hospitals in several indicators, with government hospitals generally performing better. Hospitals in class A and B achieved better quality outcomes compared to those in class C and D, although challenges remain in emergency cesarean section response times and outpatient wait times, particularly in lower-class hospitals. Furthermore, hospitals in the Java and Bali regions demonstrated better quality outcomes compared to those in Eastern Indonesia, with disparities in resources and infrastructure being key influencing factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Habib Pratama
"Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dimana salah satu pelayanannya adalah rawat inap. Berdasarkan aturan Kementrian Kesehatan, setiap pelayanan yang ada akan dikenakan tarif, dimana dalam peraturan tersebut hanya diatur tarif kamar perawatan kelas 3. Hal tersebut menyebabkan tarif kamar di seluruh Indonesia menjadi bervariasi. Dalam skripsi ini, akan dilakukan pengelompokan tarif kamar berdasarkan data tarif kamar perawatan rumah sakit. Adapun pengelompokan dilakukan berdasarkan data rumah sakit rekanan PT. ABC yang tersebar di seluruh Indonesia, dimana pengelompokkan dilakukan berdasarkan pengeluaran per kapita daerah tingkat II. Kemudian akan diteliti apakah terdapat hubungan antara tarif kamar perawatan dengan pengeluaran per kapita, yang diselesaikan menggunakan uji independensi. Selanjutnya, akan dicari karakteristik tiap kelompok tarif kamar yang telah dibuat berdasarkan kategori daerah, jenis, kelas, dan status kepemilikan rumah sakit di tiap kelompok daerah menggunakan analisis korespondensi berganda. Hasil penelitian ini dapat membantu PT ABC dalam memberikan saran kepada perusahaan asuransi dalam menentukan rumah sakit rujukan yang sesuai dengan premi yang dibayarkan oleh pemegang polis.

The hospital is one of the health care facilities where one of its facilities is hospitalization. Under the rules of the Ministry of Health, any existing service will be charged, which in these regulations only set class 3 room rates. It creates hospital room rates throughout Indonesia to be varied. In this thesis, will be grouping room rates based on data from hospital room rates. The grouping is based on hospital which is PT. ABC?s partner scattered throughout Indonesia, where the grouping is based on districts per capita expenditure. Then it will be examined whether there is a relationship between the hospital room rate and per capita expenditure, which was completed using test of independence. Furthermore, the characteristics of each group of room rate that has been created will be determine based on the category of district, type, class, and ownership status of hospitals in each group area using multiple correspondence analysis. The results could help PT ABC in advising insurance companies in determining the appropriate referral hospital with premiums paid by the policyholder."
2016
S62158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiane Adriani Dwisari
"Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memegang peran penting dalam menentukan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Indikator kinerja IGD, seperti Length of Stay (LOS), yang mengukur lama pasien d IGD dari kedatangan hingga pemulangan atau pemindahan, dapat memengaruhi tingkat kepadatan di IGD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alur pelayanan, hambatan, dan akar penyebab masalah terkait LOS di IGD. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan pendekatan kualitatif studi kasus, berupa observasi pada 30 pasien, wawancara, dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan flowchart untuk mengidentifikasi alur pelayanan, Value Stream Mapping untuk mengenali kegiatan bernilai dan menemukan waste, serta The Five Whys untuk menganalisis akar penyebab hambatan. Metode Lean Thinking digunakan untuk menghasilkan alur dan Model BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) dari Model BASICS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur pelayanan pasien IGD melibatkan lima tahapan; dengan 65,5% waktu pelayanan adalah kegiatan non-value added, 23,4% kegiatan necessary but non-value added, dan 11,1% kegiatan value added, dengan total Lead Time 7 jam 55 menit 29 detik. Dari sisi pasien, waste yang terjadi meliputi waste of waiting (94,9%) dan transportation (5,1%). Bottleneck terjadi pada aktivitas menunggu terdaftar di rawat inap (25,2%), menunggu advis DPJP (22,9%), menunggu hasil pemeriksaan penunjang (22,3%), dan menunggu kesiapan rawat inap (18,2%), dengan total 88,6%. Perbaikan LOS di IGD dapat menggunakan lean tools seperti standardized work, visual management, heijunka, kaizen, dan just in time agar waste dapat dikurangi.

Emergency Department (ED) services play a crucial role in determining the quality of care and patient safety in hospitals. Performance indicators in the ED, such as Length of Stay (LOS) which measures the duration from a patient's arrival to their discharge or transfer can significantly impact the congestion levels in the ED. This study aims to identify the service flow, obstacles, and root causes of issues related to LOS in the ED. Data collection was conducted from April to May 2024 using a qualitative case study approach, including observations of 30 patients, interviews, and document reviews. Data analysis involved using flowcharts to identify the service flow, Value Stream Mapping to recognize value-added activities and identify waste, and The Five Whys to analyze the root causes of obstacles. Lean Thinking methodology was applied to develop a service flow and the BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) model from the BASICS model. The study results show that the patient service flow in the ED involves five stages, with 65.5% of service time consisting of non-value-added activities, 23.4% of necessary but non-value-added activities, and 11.1% of value-added activities, resulting in a total lead time of 7 hours, 55 minutes, and 29 seconds. From the patient's perspective, the waste observed includes waiting (94.9%) and transportation (5.1%). Bottlenecks were identified in activities such as waiting to be registered for inpatient care (25.2%), waiting for specialist advice (22.9%), waiting for the results of supporting examinations (22.3%), and waiting for inpatient readiness (18.2%), totaling 88.6%. Improving LOS in the ED can utilize lean tools such as standardized work, visual management, heijunka, kaizen, and just-in-time to reduce waste."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhya Fadlillah
" ABSTRAK
Di Indonesia, Jaminan Kesehatan Nasional merupakan salah satu program jaminan sosial berupa perlindungan kesehatan, yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan dan wajib diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia. Salah satu sistem pembayaran yang digunakan untuk klaim-klaim yang berasal dari fasilitas kesehatan seperti rumah sakit adalah Indonesia-Case Based Groups INA-CBGs , yaitu sistem pembayaran prospektif yang ditetapkan berdasarkan pengelompokkan diagnosis dan prosedur, tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan aggregate klaim pada pelayanan kesehatab rawat inap kelas III di rumah sakit dengan menggunakan model Compound, yang terdiri dari model besar klaim yang diperoleh dari besar biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit selama proses pemberian pelayanan kesehatan dengan menggunakan distribusi gamma sebagai kasus khusus dari Generalized Linear Models GLM . Sedangkan model frekuensi klaim diperoleh dari banyaknya kejadian yang terjadi pada setiap kelompok kasus dengan menggunakan regresi Poisson sebagai kasus khusus dari Generalized Linear Models GLM . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data klaim pelayanan rawat inap kelas III selama tahun 2014 pada salah satu rumah sakit tipe D di Regional V. Dalam model frekuensi klaim, faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi antara lain adalah kode INA-CBGs, kategori umur pasien dan kategori cara pulang pasien. Sedangkan faktor faktor yang secara signifikan mempengaruhi model besaran klaim adalah kode INA-CBGs, jenis kelamin, kategori umur pasien dan kategori cara pulang pasien.
ABSTRACT In Indonesia, national health insurance is a social security program for health protection, held by Social Security Institution of Health and all Indonesian people must be participated in it. The payment system that used to pay claim for health facilities such as hospital is Indonesia Case Based Groups INA CBGs , i.e. prospective payment system which set from diagnose, procedure, and severity level grouping, without counting the kinds and amount of health services provided. Case Based Groups CBGs is the way patient care is paid, based on diagnosis and procedure, which will be relatively the same amount. This research aims to construct the total loss model for inpatients who have services in hospital using compound model, where its claim cost model for every cases constructed from the amount of the tariff issued by hospital during the treatment period using Gamma regression as a special case of Generalized Linear Models GLM and give the result that the influence factor are category of inpatient disease INA CBGs code , sex, category of age, and last status of inpatient category. While, frequency claim model constructed from frequency case groups happened in hospital using GLM Poisson and the factor that influence are category of inpatient disease INA CBGs code , sex, category of age, and last status of inpatient category. The data used in this research is inpatient claim data during 2014 in a D type hospital on Regional V."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S66201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tomy Oeky Prasiska
"Casemix, casemix index dan hospital baserate merupakan indikator penting untuk melihat kinerja rumah sakit dengan pembayaran DRG. Indikator tersebut merupakan penyusun besaran tarif INA-CBGs, instrumen penilaian kinerja rumah sakit mitra BPJS Kesehatan dan instrumen penyusun pembayaran klaim mixed method INA-CBGs dan global budget yang mulai diujicobakan. Cakupan pelayanan rawat inap dan rawat jalan rumah sakit Muhammadiyah Jawa Timur didominasi pasien JKN, rumah sakit harus mempunyai keunggulan kompetitif dan dapat berkembang di era JKN. Penelitian bertujuan menganalisis capaian casemix, casemix index dan hospital baserate Rumah Sakit Muhammadiyah Jawa Timur tahun 2017-2020. Studi observasional dengan pengamatan selama empat tahun dilakukan pada 27 rumah sakit. Penelitian menggunakan data sekunder yang didapatkan dari elektronik klaim (E-klaim) Kementerian Kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi rumah sakit, jenis rumah sakit, kelas perawatan, dan lama hari rawat inap mempengaruhi capaian casemix, casemix index dan hospital baserate. Casemix, casemix index dan hospital baserate rumah sakit kelas B lebih besar dibandingkan rumah sakit kelas C dan kelas D, capaian indikator rumah sakit umum kelas C lebih besar dibandingkan rumah sakit khusus kelas C. Capaian indikator antar rumah sakit pada kelas yang sama dapat berbeda signifikan tergantung variasi dan derajat keparahan kasus. Rumah sakit yang menangani kasus derajat berat mempunyai nilai casemix, casemix index dan hospital baserate lebih besar. Hasil uji statistik menunjukkan lama rawat inap berpengaruh signifikan terhadap kenaikan hospital baserate rawat inap, semakin lama hari perawatan maka peluang peningkatan hospital baserate semakin besar (p<0,05). Rumah sakit yang menangani kasus hemodialisis dan operasi katarak mempunyai casemix, casemix index dan hospital baserate rawat jalan lebih besar. Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 berdampak pada capaian casemix, casemix index dan hospital baserate rumah sakit. Sebanyak 19 rumah sakit (70,4%) mengalami penurunan capaian casemix rawat inap dan 20 rumah sakit (74,1%) mengalami penurunan casemix rawat jalan. Sebanyak 21 rumah sakit (77,4%) mengalami peningkatan hospital baserate rawat inap dan 23 rumah sakit (85,2%) mengalami peningkatan hospital baserate rawat jalan pada tahun 2020. Kesimpulan: capaian indikator casemix, casemix index dan hospital baserate dipengaruhi oleh klasifikasi, jenis rumah sakit, jumlah kasus, variasi dan derajat keparahan kasus serta lama rawat inap. Pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan nilai casemix dan peningkatan hospital baserate rawat inap dan rawat jalan. Rumah sakit harus meningkatkan cakupan pelayanan, mengendalikan biaya pelayanan dan menjamin kualitas pengkodean diagnosis dan prosedur secara optimal. Rumah sakit harus memonitor capaian casemix, casemix index dan hospital baserate rawat inap dan rawat jalan secara berkala dan membandingkan dengan rumah sakit lain yang mempunyai kelas dan kapasitas yang sama.

Casemix, casemix index and hospital baserate are important indicators to see the hospital performance with DRG payments. These indicators are the compilers of the INA-CBGs tariff rate, the performance assessment instrument for Healthcare and Social Security Agency partner hospitals and the instrument for compiling claims for the mixed method INA-CBGs and global budget which are being piloted. The coverage of inpatient and outpatient services at Muhammadiyah Hospitals in East Java is dominated by the National Health Insurance patients, therefore the hospitals must have a competitive advantages and be able to develop well in the JKN era. This study aims to analyze the achievement of casemix, casemix index and hospital baserate at Muhammadiyah Hospitals in East Java in year 2017-2020. An observational study within four years of observation was conducted in 27 hospitals. The study used secondary data obtained from the Ministry of Health's electronic claims (E-claims). The results showed that hospital classification, type of hospital, treatment class, and length of stay affected the achievement of casemix, casemix index and hospital base-rate. The casemix, casemix index and hospital base-rate of class B hospitals are higher than those of class C and class D hospitals, the indicator achievement of class C general hospitals is greater than those of special class C hospitals. The achievement of indicators between similar class hospitals can differ significantly. depending on the variety and severity level. Hospitals that handle severe cases have higher casemix, casemix index and hospital baserate values. The results of statistical tests showed that the length of stay had a significant effect on the increase of inpatient hospital baserate, the longer the days of stay, the greater the chance of increasing the hospital baserate (p <0.05). Hospitals that handle cases of hemodialysis and cataract surgery have a higher casemix, casemix index and outpatient hospital base-rate. The COVID-19 pandemic in 2020 had an impact on the achievement of casemix, casemix index and hospital base-rates. A total of 19 hospitals (70.4%) experienced a decrease in inpatient casemix achievement and 20 hospitals (74.1%) experienced a decrease in outpatient casemix. A total of 21 hospitals (77.4%) experienced an increase in inpatient hospital baserate and 23 hospitals (85.2%) experienced an outpatient hospital baserate increase in 2020. Conclusion: the achievement of the casemix, casemix index and hospital baserate indicators are influenced by classification, type of hospital, number of cases, variation and severity level and length of stay. The COVID-19 pandemic has resulted a decrease in casemix values and an increase in inpatient and outpatient hospital baserates. Hospitals must increase healthcare coverage, control costs and ensure optimal quality of diagnostic coding and procedures. Hospitals must monitor the achievement of casemix, casemix index and hospital baserates of inpatient and outpatient regularly and compare to other hospitals of the same class and capacity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Nugroho
"Rumah sakit wajib melakukan akreditasi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang berkesinambungan. Masing-masing rumah sakit baik dari rumah sakit publik ataupun privat berbeda dalam pengelolaan peningkatan mutu rumah sakit yang berkesinambungan. Tujuan dari penelitian ini mendapatkan gambaran dampak akreditasi terhadap mutu rumah sakit dan peningkatan mutu berkesinambungan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif dengan menggunakan uji statistik dan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Hasil penelitian RSIA Kartini dan RS Budi Kemuliaan dengan uji statistik tidak ada perbedaan rata-rata indikator mutu sebelum dan sesudah akreditasi. Hasil wawancara ketiga rumah sakit bahwa akreditasi memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu rumah sakit. Berdasarkan dari analisis grafik nilai rata-rata indikator mutu menunjukan RSIA Kartini mengalami peningkatan sebelum akreditasi dan penurunan setelah akreditasi. Sedangkan RS Budi Kemuliaan mengalami peningkatan sebelum akreditasi dan mengalami stagnasi bahkan penurunan setelah akreditasi. Secara keseluruhan akreditasi rumah sakit memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan mutu rumah sakit. Akan tetapi hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepemimpinan, biaya dan manusia.

Hospitals are obliged to hospitals accreditation to improve the quality of continuous hospital services. Each hospital from public or private hospitals differs in the management of continuous quality improvement of hospitals. The purpose of this research is to get an overview of the impact of accreditation on hospital quality and continuous quality improvement. This research is quantitative and qualitative research. Quantitative research using statistical tests and qualitative research with in-depth interviews and focus group discussions. The results of Kartini Mother and Children Hospital, Budi Kemuliaan Hospital with statistical tests showed no difference in average quality indicators before and after accreditation. The results of the interviews of the three hospitals that accreditation has a positive impact on improving the quality of hospitals. Based on the analysis of the average value of quality indicators, Kartini Mother and Children Hospital improved before accreditation and decreased after accreditation. While Budi Kemuliaan Hospital experienced an increase before accreditation and stagnated even decreased after accreditation. Overall hospital accreditation has a positive impact on improving the quality of hospitals. However, this is influenced by several factors such as leadership, cost and human beings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yopin Parlin
"Penelitian ini berupaya untuk memberikan gambaran tentang kualitas pelayanan RSUD Kota Depok berdasarkan persepsi pasien rawat inap Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Penelitian ini menggunakan metode Service Quality (SERVQUAL) yang merupakan alat ukur kepuasan dengan lima dimensi yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. Pengumpulan data dilakukan melalui survey dan wawancara.
Penelitian menemukan bahwa kualitas pelayanan RSUD Kota Depok berdasarkan persepsi pasien rawat inap Jamkesmas adalah tidak memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari total gap score yang bernilai negatif yang berarti bahwa persepsi pasien terhadap pelayanan yang diterima lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasien. Dari kelima dimensi SERVQUAL, semuanya menghasilkan gap bernilai negatif dengan dimensi tangible sebagai dimensi yang memiliki gap bernilai negatif tertinggi.

This research aim to provides a description about the quality of regional public-hospital (RSUD) Kota Depok based on perception of inpatient public health insurance (Jamkesmas). This research using Service Quality (SERVQUAL) method which is a measuring instrument satisfaction with five dimensions that is tangible, reliability, responsiveness, assurance and emphaty. Collecting data carried out through a survey and an interview.
The research found that the quality of service of RSUD Kota Depok based on the perception inpatients Jamkesmas is unsatisfactory. It can be seen from the total gap score is negative, which means that the patient's perception of the received service is lower compared to the expectations of the patient. Of the five SERVQUAL dimensions, all of them produce a negative gap score which tangible dimensions as dimensions have the highest negative gap score."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliantini
"Tesis ini membahas analisis segmen pasar potensial produk pelayanan rawat inap kelas VVIP Rumah Sakit PMI Bogor berdasarkan lcarakberistik pasien meliputi demograiik, geograflk dan psykografik serta karakteristik wilayah kota Bogor meliputi gambaran geodemograflk, analisa minat, daya beli dan akses terhadap produk pelayanan rawat imap kelas VVIP Rumah Sakit PMI Bogor.Penelitian ini adalah penelitiau kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penclitian menyarankan bahwa Rumah Sakit PMI Bogor perlu menyusun kembali strategi pemasaran yang sesuai dengan pasar potensial secara sistematis, akurat dan profesional dengan memperhatikan sarana dan prasarana, sehingga dapat meningkatkan utilisasi dan pendapatan bagi Rumah Sakit PMI Bogor.

This thesis discusses the analysis of the potential market segment for a service product of the VVIP class in patient service at PMI l-lospital,Bogor based on a patient’s characteristics which consist of the characteristics of demographic, geographic, and psychograiic, and also the characteristics of Bogor itself which covers the geodemographic picttue, intention analysis, purchase power, and access towards the VVIP class in patientservice at PMI Hospital, Bogor. This research applies a qualitative methode with a descriptive design.
The reseach's result draws a conclution that the PM.I Hospital, Bogorhas to build a marketting stxategi which is proper with a potential market systematically, accurately, and professionallyby paying attention to the Hospital’s infrastructures in order to the optimize the utilization and to increase the income of PMI Hospital, Bogor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T34230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Quenela Mutiara Cantika
"Mutu pelayanan kesehatan sangat berdampak terhadap seluruh upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Indikator Nasional Mutu (INM) merupakan standar yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan implementasi mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk Puskesmas. Berdasarkan laporan INM Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2022 diketahui bahwa rata-rata capaian INM Puskesmas masih fluktuatif dan belum konsistem melaporkan setiap bulannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis capaian Indikator Nasional Mutu (INM) di Puskesmas Kemiri Muka dan Puskesmas Ratu Jaya tahun 2022. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian INM di Puskesmas Kemiri Muka dan Puskesmas Ratu Jaya pada tahun 2022 belum sepenuhnya sesuai dan menggambarkan kondisi sebenarnya yang ditinjau dari pendekatan sistem input, proses, dan output. Saran yang dapat diberikan yaitu mengajukan usulan pengadaan sarana dan prasarana, melakukan monitoring dan evaluasi perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan, menetapkan sanksi dan reward untuk hasil capaian INM, serta proaktif mempelajari pelaksanaan pengukuran dan pelaporan INM.

The quality of health service greatly impacts all health service efforts carried out by healthcare facilities. The National Quality Indicator (INM) is a standard used to evaluate the achievement of quality implementation in healthcare facilities, including public health centers (Puskesmas). Based on the INM Puskesmas report by the Depok City Health Office in 2022, it is known that the average achievement of INM Puskesmas is still fluctuating and has not been consistently reported every month. This study aims to analyze the achievement of the National Quality Indicators (INM) at Kemiri Muka and Ratu Jaya Public Health Centers in 2022. The research method used a qualitative approach. Methods of data collection included in-depth interviews, observations, and document review. The results indicate that the achievements of the INM at Kemiri Muka and Ratu Jaya Public Health Centers in 2022 were not fully appropriate and described accurately the actual conditions in terms of the input, process, and output system approach. Recommendations include proposing the procurement of facilities and infrastructure, monitoring and evaluating the planning of healthcare human resource needs, implementing sanctions and rewards for achieving the INM targets, and proactively learn the implementation of INM measurement and reporting processes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Dwi Susanti
"Rumah sakit (RS) Syariah adalah RS yang melaksanakan semua aktivitas, baik pelayanan pasien maupun pengelolaan manajemennya berdasarkan pada prinsip-prinsip Maqashid Al-Syari’ah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indikator mutu dan standar pelayanan minimal RS Syariah terhadap kinerja pelayanan Medical Check-Up (MCU) di RS YARSI Jakarta. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mixed methods research) secara cross-sectional. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kepatuhan petugas melakukan identifikasi pasien, kepatuhan petugas melaksanakan cuci tangan 6 langkah 5 momen, hijab (kerudung, baju pasien, atau kain) untuk pasien, pemasangan EKG sesuai gender, mengingatkan waktu salat ke pasien, dan gharar (ketidakpastian) mempunyai hubungan terhadap kinerja pelayanan MCU setelah sertifikasi Syariah di RS YARSI Jakarta berupa memperpanjang waktu pelayanan MCU, mencegah terjadinya infeksi kepada pasien MCU, tercegah dari kontaminasi, mengurangi keraguan dalam tindakan, tepat waktu, dan tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Disarankan kepada RS YARSI Jakarta, khususnya di instalasi MCU agar alur pelayanan pasien MCU diikuti oleh seluruh petugas MCU, dilakukan pengarahan secara berkala untuk keseragaman pelayanan MCU, dan pemberian rewards/punishments kepada petugas MCU.

Sharia hospital is a hospital that carries out all activities, both patient care and management based on the principles of Maqashid Al-Shari'ah. This study aims to determine the relationship between quality indicators and minimum service standards of Sharia Hospital on the performance of Medical Check-Up (MCU) services at YARSI Hospital Jakarta. The design used in this research is a mixed methods research in a cross-sectional way. From the results of the study, it was found that the compliance of officers in identifying patients, compliance by officers in washing hands 6 steps 5 moments, hijab (veil, patient clothes, or cloth) for patients, installation of an ECG according to gender, reminding patients to pray, and gharar (uncertainty) had a relationship with the performance of MCU services after Sharia certification at YARSI Hospital Jakarta in the form of extending MCU service time, preventing infection to MCU patients, preventing contamination, reducing doubts in action, being on time, and no parties feeling aggrieved. It is recommended to YARSI Hospital Jakarta, especially at the MCU installation so that the flow of MCU patient care is followed by all MCU officers, regular briefings for uniformity of MCU services, and giving rewards/punishments to MCU officers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>