Ditemukan 176041 dokumen yang sesuai dengan query
Sakura Jeanette Clarista Chandra, Lay
"Sektor industri plastik memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan perekonomian nasional, sehingga perlu dioptimalkan. Industri ini, sebagai bagian penting dalam sektor manufaktur, juga memerlukan strategi dan inovasi agar dapat bersaing dengan baik. PT Mahaprima Polysindo adalah salah satu perusahaan plastic yang berspesialisasi dalam vacuum forming packaging dan telah beroperasi selama belasan tahun, melayani berbagai konsumen. Namun, perusahaan menghadapi berbagai permasalahan, termasuk keluhan dari pelanggan yang menjadi hal krusial bagi konsumennya sebagai perusahaan manufaktur. Inovasi dan strategi melalui penerapan transformasi digital diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan terkait proses yang tidak terintegrasi dan penyampaian informasi yang terhambat. Salah satu langkah implementasinya adalah dengan menerapkan sistem informasi yang dapat mendukung proses manufaktur dan aliran informasi dalam perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada analisis di perusahaan vacuum forming packaging dengan tujuan merancang proses bisnis yang mencakup integrasi sistem informasi selama operasional perusahaan. Metode yang digunakan dalam perancangan sistem informasi adalah System Development Life Cycle (SDLC) yang terdiri dari dua sistem utama. Hasil perancangan mencakup use case diagrams, Data Flow Diagram (DFD), Activity Diagram, dan desain antarmuka dari sistem informasi. Sistem informasi yang dirancang diharapkan dapat mencapai empat tahap perkembangan teknologi dalam transformasi digital, yaitu digitalisasi, integrasi data, otomatisasi proses, dan integrasi sistem.
The plastic industry plays a significant role in the development of the national economy, making it essential for optimization. As an important part of the manufacturing sector, this industry also requires strategies and innovations to remain competitive. PT Mahaprima Polysindo is a plastic company specializing in vacuum forming packaging, with over a decade of operations, serving various customers. However, the company faces several challenges, including customer complaints that are critical to its manufacturing clients. Innovation and strategies through digital transformation are necessary to address issues related to unintegrated processes and delayed information flow. One approach for implementation is through the application of an information system that supports manufacturing processes and information flow within the company. This study focuses on the analysis of the vacuum forming packaging company with the aim of designing business processes that include information system integration throughout the company's operations. The method used for designing the information system is the System Development Life Cycle (SDLC), which consists of two main systems. The design results include use case diagrams, Data Flow Diagrams (DFD), Activity Diagrams, and user interface designs of the information system. The designed information system is expected to achieve four stages of technological development in digital transformation: digitization, data integration, process automation, and system integration. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Benedict Sulaiman
"Transformasi digital dalam sektor kesehatan semakin mengubah cara rumah sakit untuk memberikan dan mengelola pelayanan kesehatan. Penelitian ini menganalisis dampak transformasi sistem informasi digital yang diterapkan di RS Premier, dengan berfokuskan pada efektivitas inovasi yang dikembangkan dalam meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas pelayanan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kebutuhan transformasi digital di rumah sakit dalam mencapai keunggulan kompetitif dan memenuhi ekspektasi pasien di era digital. Tujuan utama penelitian ini adalah mengevaluasi dampak inovasi terhadap alur kerja operasional, kepuasan pasien, dan kinerja keseluruhan rumah sakit. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dengan metode wawancara terhadap informan kunci, telaah dokumen, dan analisis komparatif data sebelum dan sesudah implementasi untuk inovasi seperti Sistem Patient Journey, Discharge Management Process dan Manajemen Insiden Real-Time (RootBin). Hasil utama menunjukkan bahwa inovasi seperti Sistem Patient Journey secara signifikan mengurangi waktu tunggu dan memperbaiki alur layanan pada instalasi rawat jalan. Integrasi sistem manajemen discharge menghasilkan pengurangan waktu pemulangan pasien rawat inap, sementara inovasi digital rekam medis mempermudah dan mempercepat akses data untuk pasien dan juga menjaga kepatuhan terhadap regulasi kesehatan. Sistem RootBin bertujuan untuk mempercepat pelaporan dan pelacakan insiden secara real-time, mendorong budaya keselamatan dan perbaikan kualitas berkelanjutan. Meskipun telah menunjukkan keberhasilan, beberapa tantangan masih terus dihadapi, termasuk resistensi terhadap perubahan di kalangan staf, kesenjangan literasi teknologi, dan kebutuhan untuk optimalisasi sistem secara berkelanjutan. Pengembangan di masa depan perlu difokuskan pada peningkatan pelatihan pengguna, memperluas interoperabilitas sistem, dan mengeksplorasi analitik prediktif untuk secara proaktif menangani potensi ketidakefisienan. Hasil dari penelitian ini menyajikan wawasan tentang implikasi praktis dari transformasi digital di sektor kesehatan. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya investasi berkelanjutan dalam teknologi kesehatan digital untuk mencapai manfaat jangka Panjang bagi rumah sakit dan juga pasiennya.
Digital transformation in the healthcare sector is revolutionizing how hospitals deliver and manage services. This study analyzes the impact of digital information system innovations implemented at RS Premier, focusing on the effectiveness of innovation developed in enhancing operational efficiency and service quality. The study is motivated by the critical role of hospital digital transformation in achieving competitive advantages and meeting patient expectations in the digital era. The primary objective of this research is to evaluate the impact of these innovations on operational workflows, patient satisfaction, and overall hospital performance. A qualitative case study approach was employed, incorporating interviews with key informants, document reviews, and comparative data analysis before and after the implementation of innovations such as the Patient Journey System, Discharge Management System and Real-Time Incident Management (RootBin). Key findings indicate that innovations like the Patient Journey System significantly reduced waiting times and improved service flow in outpatient settings. The integration of discharge management systems led to shorter inpatient discharge times, while the digital innovstion developed for medical records facilitated patient data accessibility and maintained compliance with healthcare regulations. The RootBin system expedited real-time reporting and incidents tracking, fostering a culture of safety and continuous quality improvement. Despite these successes, challenges remain, including challenges and resistance to change among staff, gaps in technological literacy, and the need for ongoing system optimization. Future developments should focus on enhancing user training, expanding system interoperability, and exploring predictive analytics to proactively address potential inefficiencies. The results of this study provide valuable insights into the practical implications of digital transformation in the healthcare sector. It also underscores the importance of sustained investment in digital health technologies to achieve long-term benefits for hospitals and their patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Belva Fikry Mahardika
"Teknologi Informasi akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, pada saat ini penggunaan IT di Indonesia sudah mulai berkembang terutama pada sektor perbankan, saat ini sudah banyak sekali perusahaan fintech yang mulai bermunculan dan tentunya mendisrupsi bank untuk melakukan transformasi digital. Tranformasi digital ditopang oleh penggunaan sistem informasi dan juga aplikasi-aplikasi yang dapat memudahkan pengguna. Aplikasi pada TI perbankan di kelola dan dikembangkan dengan metode SDLC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi keterlambatan pelaksanaan pengembangan aplikasi pada bank BUMN. Pendekatan business process reengineering dan teknik pemodelan IDEF0 digunakan dalam mencapai ke siklus SDLC yang lebih efisien terutama pada pain point siklus SDLC tempat penulis melakukan penelitian yaitu tahap requirement dan tahap procurement. Penelitian ini menghasilkan rancangan perbaikan proses baru berupa tiga skenario untuk tahap requirement dan procurement. Untuk menguji efektivitas masing-masing skenario, dilakukan simulasi menggunakan bantuan software iGrafx. Menggunakan parameter waktu, hasil simulasi menunjukan skenario 3 menjadi skenario perbaikan terbaik dengan penurunan waktu mencapai 33% dan 33%.
Information Technology will continue to develop along with the times, at this time the use of IT in Indonesia has begun to develop, especially in the banking sector, now there are many fintech companies that have started to emerge and of course disrupt banks to carry out digital transformation. Digital transformation is supported by the use of information systems and applications that make it easier for users. Banking IT applications are managed and developed using the SDLC method. The purpose of this research is to reduce delays in the implementation of application development at state-owned banks. The business process reengineering approach and the IDEF0 modeling technique are used in achieving a more efficient SDLC cycle, especially at the pain points of the SDLC cycle where the author conducts research, namely the requirements stage and the procurement stage. This research resulted in a new process improvement design in the form of three scenarios for the requirements and procurement stages. To test the effectiveness of each scenario, a simulation was carried out using the iGrafx software. Using the time parameter, the simulation results show that scenario 3 is the best improvement scenario with a decrease in time reaching 33% and 33%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Marwan Wahyudin
"Seiring perkembangan teknologi informasi, adanya kebutuhan untuk menilai kesiapan pemerintah dalam menghadapi transformasi digital. Saat ini di Indonesia hanya memiliki penilaian Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) sebagai alat ukur dalam transformasi digital di pemerintahan. Namun, indeks SPBE yang ada saat ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni terfokus pada aspek teknis dan administratif, kurang memperhatikan kualitas layanan publik, tidak mencukupi untuk mengukur partisipasi dan kolaborasi publik, serta tidak mencakup aspek budaya organisasi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pengukuran kesiapan transformasi digital di pemerintahan Indonesia dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan. Penelitian ini menggunakan metodologi mixed method, dimulai dengan tinjauan literatur untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan transformasi digital. Faktor-faktor ini kemudian divalidasi melalui expert judgment menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Selanjutnya, dilakukan analisis kuantitatif menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji model yang diusulkan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk memilih sampel, sebanyak 137 responden dari berbagai instansi pemerintah di Indonesia berpartisipasi dalam survei ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa model pengukuran kesiapan transformasi digital terdiri dari lima faktor utama: teknologi, organisasi, lingkungan, people, dan user, dengan total 22 sub faktor. Pengujian model menunjukkan bahwa model yang dihasilkan memiliki nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar 0.905 dan Comparative Fit Index (CFI) sebesar 0.918, yang menunjukkan bahwa model memiliki tingkat good fit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk menilai kesiapan transformasi digital di pemerintahan Indonesia. Model ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengidentifikasi faktor-faktor krusial yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu layanan publik dan efektivitas strategi digital mereka. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam bidang transformasi digital di sektor publik dan menawarkan panduan praktis bagi pemerintah untuk mengimplementasikan transformasi digital secara lebih efektif dan efisien.
With the development of information technology, there is a need to assess the readiness of governments to face digital transformation. Currently in Indonesia, the only assessment tool for digital transformation in government is the Electronic Government System (SPBE) assessment. However, the current SPBE index has several limitations: it focuses mainly on technical and administrative aspects, pays insufficient attention to public service quality, fails to measure public participation and collaboration adequately, and does not cover organizational culture and human resource capacity building aspects. Therefore, this research aims to develop a model for measuring digital transformation readiness in the Indonesian government by identifying relevant factors. This study employs a mixed-method methodology, starting with a literature review to identify factors influencing digital transformation readiness. These factors are then validated through expert judgment using the Analytic Hierarchy Process (AHP). Subsequently, quantitative analysis is conducted using Principal Component Analysis (PCA) and Confirmatory Factor Analysis (CFA) to test the proposed model. The study utilizes purposive sampling to select a sample of 137 respondents from various government agencies in Indonesia who participated in the survey. The analysis results indicate that the digital transformation readiness measurement model consists of five main factors: technology, organization, environment, people, and user, with a total of 22 sub-factors. Testing of the model shows that the resulting model has a Tucker-Lewis Index (TLI) of 0.905 and a Comparative Fit Index (CFI) of 0.918, indicating a good fit. This research is expected to serve as a framework for assessing digital transformation readiness in the Indonesian government. The model is intended to assist governments in identifying crucial factors to enhance public service quality and the effectiveness of their digital strategies. This study provides significant contributions to the field of digital transformation in the public sector and offers practical guidance for governments to implement digital transformation more effectively and efficiently."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Siregar, Dinda Adriani
"Berkembangnya transformasi digital turut mendorong bertumbuhnya nilai transaksi digital. Dengan bertumbuhnya pasar digital, ekspektasi pengguna pun menjadi meningkat. Ketika ekspektasi pengguna tidak dapat terpenuhi oleh penyedia layanan, akan terjadi kegagalan layanan. Kegagalan dalam memenuhi ekspektasi pelanggan dapat mengurangi kepuasan pengguna yang berujung pada keluhan pengguna. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aspek-aspek chatbot kepada consumer forgiveness yang kemudian memengaruhi continuous intention pada pemulihan layanan di aplikasi e-health. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti menggunakan teori CASA, politeness strategy, dan dimension of trustworthiness. Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh secara kuantitatif melalui kuesioner yang diisi oleh 338 responden dan kualitatif melalui wawancara dengan tiga puluh narasumber. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan CB-SEM, sedangkan data kualitatif diolah menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antropomorfisme dan transparansi berpengaruh terhadap trustworthiness chatbot, yang kemudian dua dimensi dari trustworthiness tersebut (ability dan integrity) berpengaruh terhadap consumer forgiveness. Selain itu, consumer forgiveness juga berpengaruh signifikan terhadap continuous intention dari pengguna. Aspek positive politeness serta dimensi trustworthiness lainnya, yaitu benevolence, tidak berpengaruh signifikan terhadap customer forgiveness. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penyedia layanan e-health, terkhusus pihak pengembangnya, mengenai aspek chatbot apa saja yang harus ada dalam menangani pemulihan layanan.
The development of digital transformation also encourages the growth of digital transaction value. With the development of the digital market, user expectations are increasing. Service failure will occur when the service provider cannot meet user expectations. Failure to meet customer expectations can reduce user satisfaction, resulting in user complaints. Based on this issue, this research aims to study the influence of chatbot aspects on consumer forgiveness, which then influences continuance intentions for service recovery in e-health applications. To study this topic, researchers used CASA theory, politeness strategies, and dimensions of trustworthiness. The data used in this research was obtained quantitatively through questionnaires filled out by 338 respondents and qualitatively through interviews with thirty informants. The quantitative data obtained was processed using CB-SEM, while the qualitative data was processed using the content analysis method. The research results show that anthropomorphism and transparency influence chatbot trustworthiness, and the two dimensions of trustworthiness (ability and integrity) influence consumer forgiveness. In addition, consumer forgiveness also has a significant effect on users' continuance intentions. Positive politeness and other dimensions of trustworthiness, namely benevolence, do not significantly affect customer forgiveness. The results of this research are expected to provide input for e-health service providers, especially developers, regarding what aspects of chatbots must be present in handling service recovery."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rahmania Puspita Ningrum
"Pada era Industri 4.0, PT X dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi sehingga mampu bersaing dengan kompetitor dan mempertahankan keberlangsungan bisnis. Oleh karena itu, perlu adanya transformasi digital sebagai langkah strategis untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan menjawab tantangan pasar di era digital. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran moderasi employees’ affective commitment to change dalam hubungan antara digital leadership dan transformasi digital. Penelitian ini menggunakan desain non-eksperimen cross-sectional melalui survei online dengan teknik convenience sampling untuk mendapatkan partisipan. Jumlah partisipan sebanyak 335 orang karyawan tetap PT X dengan masa kerja minimal satu tahun dan memiliki atasan langsung. Data dianalisis menggunakan analisis regresi moderasi Hayes Macro PROCESS model 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa employees’ affective commitment to change memoderasi positif hubungan antara digital leadership dan transformasi digital (b = 0,160, 95% CI [0,050, 0,270], t = 2,849, p < 0,01). Temuan ini mengungkapkan bahwa dalam konteks change management, keberhasilan transformasi digital dapat dicapai apabila terdapat interaksi antara digital leadership sebagai faktor transformasional dan employees’ affective commitment to change sebagai faktor transaksional pada PT X. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman PT X untuk lebih fokus terhadap upaya peningkatan employees’ affective commitment to change dan pengembangan digital leadership para pemimpin dalam upaya mewujudkan keberhasilan dan keberlanjutan transformasi digital.
In the era of Industry 4.0, PT X is required to adapt to technological changes to remain competitive with its competitor and maintain its business continuity. Therefore, digital transformation is essential as a strategic step to adapt to environmental changes and address market challenges in the digital era. The purpose of this study is to determine the moderating role of employees' affective commitment to change in the relationship between digital leadership and digital transformation. This study uses a cross-sectional non-experimental design through an online survey with convenience sampling technique. The number of participants was 335 permanent employees of PT X with at least one year of work experience and having supervisor. The data were analysed using Hayes Macro PROCESS model 1 moderation regression analysis. The results showed that employees' affective commitment to change has a positive moderating effect on the relationship between digital leadership and digital transformation digital (b = 0,160, 95% CI [0,050, 0,270], t = 2,849, p < 0,01). These findings reveal that in the context of change management, the success of digital transformation at PT X can be achieved through the interaction between digital leadership as a transformational factor and employees' affective commitment to change as a transactional factor. This study provides valuable insights for organizations to focus on enhancing employees’ affective commitment to change and developing digital leadership among leaders to achieve successful and sustainable digital transformation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Amiral Rasyid
"Model kematangan digital dapat didefinisikan sebagai proses transformasi digital yang secara eksplisit didefinisikan, dikelola, diukur, dan terus ditingkatkan. Tingkat kematangan dapat dinilai berdasarkan nilai target terukur yang dapat dicapai secara bertahap. Dengan memanfaatkan kerangka kematangan tertentu, organisasi dapat menilai tingkat kematangan digital mereka saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi kematangan digital BALIS Online saat ini dan bagaimana meningkatkan posisi kematangan digital yang telah diterapkan dalam organisasi. Kategori proses kematangan digital yang dinilai meliputi tata kelola strategis, informasi dan teknologi, transformasi proses digital, dan manajemen sumber daya manusia. Hasil evaluasi mencirikan lima tingkat kematangan, tingkat satu sampai lima, yaitu dilakukan, dikelola, ditetapkan, dapat diprediksi, dan berinovasi. Kriteria dan bobot penilaian ditetapkan untuk mengembangkan kerangka penilaian. Dengan strategi yang tepat, sub-kriteria dengan tingkat kematangan yang rendah dan bobot global yang tinggi dapat diprioritaskan terlebih dahulu untuk meningkatkan tingkat kematangan digital BALIS Online. Rancangan strategi disusun dengan menggunakan rekomendasi dari studi literatur, dan prioritas strategis ditetapkan dengan menggunakan metode AHP-TOPSIS.
The supervision of nuclear energy utilization is carried out by the Regulatory Body through regulations, licensing, and inspections covering aspects of safety, security, and safeguards. To engage in nuclear-related activities, permission must be obtained from the Nuclear Energy Regulatory Agency, BAPETEN, through the submission of licenses via the BALIS Online, which is a database provided and utilized in the licensing application process for the field of nuclear energy in Indonesia. Digital maturity model can be defined as a digital transformation process which defined, managed, measured, and continuously improved. Utilizing specific maturity framework, organizations can assess their current digital maturity level. This study aims to define the digital maturity position of BALIS and how to improve that in the organization. The Assessed digital maturity process categories include strategic governance, information and technology, digital process transformation, and workforce management. The assessment outcomes outline five maturity stages, from performed to innovating, each denoted by levels one through five. These levels serve to gauge the maturity of BALIS. By employing sound strategies, prioritization can be given to sub-criteria with low maturity levels but high overall importance, thereby enhancing BALIS digital maturity. Crafting this strategy involves literature study and determining strategic priorities through AHP-TOPSIS."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dewa Gede Ngurah Harthawan
"Perusahaan menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh lingkungan bisnis yang semakin dinamis di masa kini. Seiring berkembangnya zaman, model bisnis suatu perusahaan harus mampu beradaptasi dengan tuntutan lingkungan bisnis sehingga dapat mempertahankan dan menciptakan peluang serta keuntungan guna terciptanya keunggulan kompetitif dan kekayaan. Perusahaan harus merespons perubahan lingkungan bisnis secara cepat dan efektif. Penelitian ini mengkaji pengaruh strategic entrepreneurship terhadap kinerja inovasi pada sebuah bank swasta di Indonesia, hasil merger beberapa bank besar, yang sedang mengalami transformasi digital. Dengan pendekatan kuantitatif menggunakan model struktural Partial Least Squares (SEM-PLS), penelitian ini melibatkan 69 responden dan menguji lima hipotesis terkait kepemimpinan kewirausahaan (entrepreneurial leadership), pola pikir kewirausahaan (entrepreneurial mindset), dan budaya kewirausahaan (entrepreneurial culture). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kepemimpinan kewirausahaan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja inovasi bank. Sementara itu, pola pikir dan budaya kewirausahaan tidak memberikan dampak signifikan. Meski proses eksplorasi dan eksploitasi peluang melalui strategi dan inovasi berkontribusi penting, kinerja inovasi secara keseluruhan masih belum optimal. Penelitian ini menyoroti pentingnya peran kepemimpinan dalam mengatasi kelemahan pada pola pikir dan budaya kewirausahaan untuk mendorong inovasi di sektor perbankan. Keterbatasan studi ini meliputi data yang hanya berasal dari satu bank serta potensi bias dalam jawaban responden. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ini dan memperluas penerapan model.
Companies face uncertainty driven by the increasingly dynamic business environment of today. As times evolve, a company's business model must adapt to environmental demands to sustain and create opportunities and benefits, ultimately achieving competitive advantage and wealth. Companies must respond to changes in the business environment swiftly and effectively. This study examines the influence of strategic entrepreneurship on innovation performance in a private bank in Indonesia, formed through the merger of several major banks and currently undergoing digital transformation. Using a quantitative approach with the Partial Least Squares Structural Equation Modeling (SEM-PLS) method, the study involved 69 respondents and tested five hypotheses related to entrepreneurial leadership, entrepreneurial mindset, and entrepreneurial culture. The findings indicate that only entrepreneurial leadership has a significant impact on the bank’s innovation performance. Meanwhile, entrepreneurial mindset and entrepreneurial culture do not have significant effects. Although the processes of opportunity exploration and exploitation through strategies and innovation are essential, overall innovation performance remains suboptimal. This study highlights the critical role of leadership in addressing weaknesses in entrepreneurial mindset and culture to drive innovation in the banking sector. The study's limitations include data derived from a single bank and potential biases in respondents' answers. Future research is expected to address these limitations and broaden the model's application."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muti Pertama Haqi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh cloud computing pada PT X yang merupakan penyedia infrastruktur cloud. Transformasi digital telah meningkat secara global karena terdapat infrastruktur internet yang mapan, sementara di Indonesia masih perlu dikembangkan. Penelitian ini menganalisa penerapan komputasi awan dengan menggunakan analisis PESTEL dan Technology Organization Environment framework. Beberapa penelitian sebelumnya dilakukan dengan melihat cloud dari perspektif pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya cloud digunakan sebagai penyimpanan data untuk aktivitas tertentu seperti kebutuhan kantor. Namun, saat ini kegiatan telah berubah menjadi kegiatan sehari-hari di dunia maya sehingga menghasilkan big data. Masalah berikutnya, cloud telah dianggap sebagai produk ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan sumber daya sementara untuk aktivitas pusat data mengkonsumsi listrik dalam jumlah besar sehingga berkontribusi menciptakan emisi karbon. Bentuk transformasi digital dari berbagai macam aktivitas siber, ini bisa menjadi pasar potensial bagi PT X untuk mengembangkan bisnis mereka.
This research aims to evaluate the impact of cloud computing at PT X, a provider of cloud infrastructure. Digital transformation has gained global momentum due to a robust internet infrastructure, while in Indonesia, there is still a need for further development. This study analyses the implementation of cloud computing at PT X as a provider of cloud infrastructure using PESTEL and Technology Organization Environment framework. Previous research primarily focused on the user perspective of cloud computing. The research findings indicate that initially, cloud services were utilized for extensive data storage for specific activities, such as office needs. However, over time, these activities have evolved into daily virtual tasks, resulting in the generation of big data. Another challenge is that, despite being considered an environmentally friendly product, cloud services have the potential to contribute to carbon emissions due to the substantial electricity consumption of data centres. The digital transformation across various cyber activities presents a potential market for PT X to expand their business."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Handini Kusuma Ningrum
"Transformasi digital di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui aplikasi M-Pajak merupakan salah satu langkah strategis dalam modernisasi administrasi perpajakan di Indonesia. Aplikasi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan kenyamanan pelayanan bagi wajib pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi aplikasi M-Pajak dalam mendukung digitalisasi pelayanan publik, khususnya di sektor perpajakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan metode wawancara mendalam dan studi kepustakaan untuk memperoleh data yang relevan. Berdasarkan hasil penelitian, aplikasi ini telah membantu wajib pajak dalam mengakses informasi, melakukan pelaporan, serta membayar kewajiban pajak secara daring. Keunggulan aplikasi ini terletak pada kemudahan akses dan fleksibilitas penggunaannya, yang memungkinkan wajib pajak untuk menyelesaikan kewajiban pajak tanpa harus mengunjungi kantor pajak. Meski demikian, penelitian ini juga mengungkapkan sejumlah kendala dalam implementasinya. Salah satu kendala utama adalah rendahnya tingkat adopsi oleh masyarakat, yang menunjukkan bahwa aplikasi ini belum sepenuhnya diterima oleh seluruh wajib pajak. Selain itu, terdapat keluhan teknis terkait kinerja aplikasi, seperti lambatnya respons, bug sistem, serta kurangnya fitur yang relevan dengan kebutuhan pengguna.
The digital transformation at the Directorate General of Taxes (DJP) through the M-Pajak application is a strategic step in modernizing tax administration in Indonesia. This application is designed to improve efficiency, transparency, and convenience of services for taxpayers. This study aims to analyze the implementation of the M-Pajak application in supporting the digitalization of public services, especially in the taxation sector. This research uses a post-positivist approach with in-depth interview methods and literature studies to obtain relevant data. Based on the research results, this application has assisted taxpayers in accessing information, reporting, and paying tax obligations online. The advantages of this application lie in its ease of access and flexibility of use, which allows taxpayers to complete tax obligations without having to visit the tax office. However, this study also reveals a number of obstacles in its implementation. One of the main obstacles is the low level of adoption by the public, which indicates that the application has not been fully accepted by all taxpayers. In addition, there are technical complaints related to the app's performance, such as slow response time, system bugs, and lack of features relevant to users' needs."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library