Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149290 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurniawan Pungki Aji
"Mobilitas menjadi salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan transportasi tidak terkecuali pada sektor pariwisata. Mobilitas menjadi gambaran atau tolok ukur bagaimana kinerja sarana prasarana transportasi pada suatu lokasi. Untuk mengukur mobilitas pada suatu kawasan, diperlukan sebuah alat ukur yang dapat merepresentasikan nilai mobilitas pada kawasan tersebut. Konsep indeks sebagai ukuran kinerja yang meringkas informasi dalam bentuk yang sederhana akan diterapkan. Situs peninggalan Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko menjadi lokasi studi yang ideal mengingat kepopuleran situs tersebut yang mencapai mancanegara. Penelitian ini diawali dengan melakukan studi pustaka mengenai pariwisata, transportasi dan indeks mobilitas. I_SUM dipilih menjadi dasar kerangka kerja untuk mengembangkan indeks pada kawasan wisata. Selanjutnya proses penyesuaian tema, tujuan penelitian dan ketersedian data dilakukan, dilanjutkan dengan analisis tahap pertama menggunakan Content Validity Index. Sebanyak 32 variabel dinilai validitasnya oleh para ahli dibidang transportasi dan pariwisata. Hasilnya terdapat 24 variabel yang dinyatakan valid dan dilanjutkan dengan pengambilan data. Setelah data didapatkan terdapat beberapa variabel yang tidak dapat dinilai karena beberapa alasan, sehingga diperoleh 20 variabel yang akan dianalisis pada tahap kedua. Analisis tahap kedua terbagi menjadi 4 tahapan, pertama adalah melakukan penilaian untuk setiap variabel. Tahap kedua, normalisasi data dilakukan untuk menyetarakan nilai data yang diperoleh. Tahap ketiga, pembobotan dilakukan pada setiap variabel, sub-variabel dan indikator. Tahap keempat, dilakukan agregasi untuk menyatukan setiap nilai variabel menjadi satu nilai yang utuh untuk mendapatkan nilai indeks mobilitas pada kasawasan wisata. Dengan hasil sebagai berikut: indeks mobilitas Pada Candi Borobudur 0,419; Candi Prambanan 0,418; dan Candi Ratu Boko 0,375. Terakhir, penentuan prioritas perbaikan untuk setiap lokasi studi dilakukan berdasarkan urutan nilai indeks dari yang terendah. Pada Candi Borobudur prioritas perbaikannya adalah: aksesibilitas, sistem transportasi, infrastruktur transportasi, siklus lalu lintas, dan aspek sosial. Pada Candi Prambanan: aksesibilitas, infrastruktur transportasi, sistem transportasi, siklus lalu lintas, dan aspek sosial. Pada Candi Ratu Boko: aksesibilitas, sistem transportasi, infrastruktur transportasi, siklus lalu lintas, dan aspek sosial.

Mobility has become an important factor in transportation management, including in the tourism sector. Mobility serves as a depiction or benchmark of how the performance of transportation infrastructure is measured. To assess mobility in an area, a representative measuring tool is needed. The concept of an index as a performance measure that summarizes information in a simple form will be applied. Borobudur Temple, Prambanan, and Ratu Boko are ideal study locations, considering the popularity of these sites. This research begins with a literature study on tourism, transportation, and mobility indices. I_SUM was chosen as the basis framework for developing an index in tourist areas. Next, the process of adjusting the theme, research objectives, and data availability was carried out, followed by the first stage of analysis using the Content Validity Index. Thirty-two variables were assessed for validity by experts in the fields of transportation and tourism. As a result, 24 variables were declared valid, and and data can be retrieved. After the data was obtained, there were several variables that could not be assessed due to data limitations, resulting in 20 variables to be analyzed in the second stage. The second stage of analysis is divided into four phases: firstly, assessing each variable; secondly, normalizing the data to standardize the obtained values; thirdly, assigning a weight to each variable, sub-variable, and indicator; and finally, combining each variable by aggregation method into a single comprehensive value to obtain the mobility index. The results are as follows: the mobility index at Borobudur Temple is 0.419, at Prambanan Temple is 0.418, and at Ratu Boko Temple is 0.375. Finally, the determination of improvement priorities for each study location is carried out based on the order of index values from lowest to highest. At Borobudur Temple, the improvement priorities are accessibility, transportation system, transportation infrastructure, traffic circulation, and social aspects. At Prambanan Temple, the priorities are accessibility, transportation infrastructure, transportation system, traffic circulation, and social aspects. At Ratu Boko Temple, the priorities are accessibility, transportation system, transportation infrastructure, traffic circulation, and social aspects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Luqmanul Hakim
"ABSTRAK
Candi Borobudur dimanfaatkan sebagai obyek wisata untuk meningkatkan devisa negara dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Walau sebagai obyek wisata, namun Candi Borobudur juga berstatus cagar budaya yang harus dilestarikan. Hal tersebut menyebabkan pengembangan sarana dan infrastruktur untuk aktraksi dan hiburan terbatas. Selain, itu Obyek Wisata Candi Borobudur dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara setiap hari, namun masih banyak masyarakat sekitar yang miskin. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivism dengan jenis penelitian deskriptif, murni, cross-sectional, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasilnya adalah pihak ? pihak yang terkait telah berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan Obyek Wisata Candi Borobudur dan memberikan dampak kepada tiga segi yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan melalui terpenuhinya indikator ? indikator dengan adanya berbagai hal seperti pelatihan dan pembinaan masyarakat, promosi dan pemasaran yang dilakukan, konservasi situs cagar budaya. Walau pengembangan berkelanjutan telah dilakukan dengan baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan.

ABSTRACT
orobudur is used as a tourist attraction to raising national foreign revenue and welfare of the surrounding community. Although as a tourist attraction, but Borobudur status as a cultural heritage that must be preserved. This led to the development of facilities and infrastructure for attraction and entertainment limited. In addition, Borobudur Temple visited by both domestic and foreign tourists every day, but there are still plenty of people around who are poor. This study uses the approach of post-positivism to the type descriptive approach, pure research, cross-sectional research, data collection techniques by depth interviews, observation, and literature study. The result is related parties has been instrumental in the development and utilization of Borobudur Temple and had an impact on three aspects, namely economic, social and environment through compliance indicators - indicators of the presence of a variety of things such as training and community development, promotion and marketing is done, conservation of cultural heritage sites. Although sustainable development has been done well, but there are still some things that need to be improved."
2016
S64043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harry Akhmadi
"Penelitian ini bertujuan menguji tingkat determinasi pendidikan terhadap mobilitas pekerja di Indonesia. Pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam mengatasi kerentanan ini. Menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional, penelitian ini menganalisis pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan antar sektor formal dan informal. Metode regresi logistik multinomial diterapkan untuk memahami pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan, dengan mempertimbangkan variabel kontrol seperti demografi, lama bekerja, dan wilayah. Hasil menunjukkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi signifikan meningkatkan kemungkinan pekerja berpindah ke sektor formal, diperlihatkan bahwa pekerja lulusan diploma akan 1.7 kali lebih cenderung berpindah ke sektor formal dibanding pekerja yang tidak mengenyam pendidikan.

This research aims to examine the impact of educational determination on worker mobility in Indonesia. Education is considered to have an important role in overcoming this vulnerability. Using National Labor Force Survey data, this research analyzes the influence of education on job mobility between the formal and informal sectors. The multinomial logistic regression method is applied to understand the effect of education on job mobility, taking into account control variables such as demographics, length of work, and region. The results show that higher education significantly increases the possibility of workers moving to the formal sector. It is proven that workers with a diploma are 1.7 times more likely to move to the formal sector than workers who have no education."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Cahyawiguna
"Untuk meningkatkan derajat hidup, atau dalam istilahnya "naik kelas", banyak sekali masyarakat yang melakukan migrasi dari desa ke kota. Namun terkadang para migran tersebut tidak berpikir bahwa untuk ?naik kelas? dibutuhkan pendidikan dan keterampilan yang cukup sehingga pendidikan dan keterampilan juga merupakan sebuah hal yang penting untuk mengarungi kehidupan di kota. Pertanyaan yang muncul pada artikel ini terkait dengan mobilitas sosial vertikal naik yang terjadi pada migran adalah apakah migrasi ini efektif untuk menaikkan kelas sosial bagi para migran? Penulis memilih Bojonggede, Kabupaten Bogor karena penulis melihat gejala stagnasi kelas sosial di situ dan daerah tersebut hampir seluruh warganya, bahkan seluruh warganya merupakan penduduk pendatang, bukan penduduk asli. Penulis memiliki pandangan ataupun argumen sendiri bahwa tidak semua penduduk pendatang mengalami mobilitas vertikal atau berada di kelas sosial yang sama dengan kelas sosial ketika migran tersebut masih berada di daerah asal. Kebaruan dari tulisan ini adalah penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pendapatan atau ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial seseorang, padahal jika dilihat dengan kacamata Sosiologi, pendidikan dan pekerjaan menjadi penting untuk dilihat sebagai faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan mobilitas sosial. Penulis akan menggunakan metode kualitatif untuk melihat berbagai proses dan antara beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial migran
To increase standard of life, or to put it in other word, to ?upgrade?, there had been many rural dwellers who migrated from rural to urban areas. But on the other side, the migrants did not realize that to ?upgrade?, they need to acquire good skill set and education, as those are important to help one survive in urban areas. The question that arises in this article related to social mobility vertical raise in migrants is whether the migration was effective to raise the migrants? social class? The author selected Bojonggede, district of Bogor, because The author saw the symptoms of stagnation social class in there and of the people, which consists entirely by migrants. The author has a personal idea or argument that not all of the migrants experienced vertical social mobility, therefore there are still in the same level of their parents or on the same level of their own selves prior to the migration. The novelty of this paper is previous researches viewed exclusively on income or economic condition as the main factors that affected one?s social mobility, where in fact, in sociological view, education and occupation is important to be included in the equation. The author will use qualitative methods to observe various processes, and connection among many factors that influences the social mobility of the migrants."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafizh Fahlavi
"Penelitian bertujuan untuk mengkaji proses mobilitas sosial intragenerasi vertikal yang dialami oleh aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Terdapat dua peta studi mengenai hal tersebut, pertama mengatakan bahwa proses mobilitas yang dialami oleh pekerja bertumpu kepada aspek personal dari masing – masing individu seperti pendidikan yang dimiliki, kemampuan pribadi dan jejaring sosial yang dimiliki. Sedangkan kelompok studi kedua mengatakan bahwa, proses mobilitas dapat terjadi karena ada faktor-faktor struktural seperti ketersedian posisi, besarnya perusahaan, dan kebijakan yang berlaku. Peneliti berargumen bahwa, baik faktor personal maupun struktural merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses mobilitas sosial intragenerasi vertikal yang dialami oleh ASN, mobilitas vertikal intragenerasi melihat perjalanan karir seseorang selama bekerja. Oleh karena itu, untuk menjelaskan fenomena tersebut, peneliti akan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu yaitu habitus, field, dan capital. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Temuan penelitian dapat menyatakan bahwa bagi seorang ASN yang hendak melakukan proses mobilitas mereka sebagai agen harus berinteraksi dengan arena mereka dalam bentuk struktur formal yang mengatur jalannya karir pegawai. Selama berada di arena ini, pegawai memakai pola strategi yang dapat memperbesar kemungkinan mereka naik pangkat atau diangkat jabatan struktural.

The research aims to examine the process of vertical intragenerational social mobility experienced by state civil servants (ASN) in the Tangerang Regency Government. There are two study maps on this, the first says that the mobility process experienced by workers rests on the personal aspects of each individual such as their education, personal abilities, and social networks. Meanwhile, the second study group said that the mobility process can occur because of structural factors such as the availability of positions, the size of the company, and the applicable policies. The researcher argues that both personal and structural factors are an inseparable part of a vertical intragenerational social mobility process experienced by ASN, intragenerational vertical mobility looks at a person's career journey during work. Therefore, to explain this phenomenon, the researcher will use the concepts proposed by Pierre Bourdieu, namely habitus, field, and capital. They are using a qualitative approach with in-depth interview methods and document studies. The study's findings state that an ASN who wants to carry out the mobility process, as an agent must interact with their arena in the form of a formal structure that regulates the course of the employee's career. In this arena, employees use a strategy pattern that can increase their chances of being promoted or appointed to structural positions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baihaqi
"
ABSTRAK
Pengelolaan sampah menuntut pengaturan sistem yang memungkinkan pengangkutan yang optimal dari timbulan yang ada. Daerah penelitian yaitu Wilayah Kabupaten Bogor behun rnemepunyai pengatman pengangkutan sampah yang memadai, hal ini ditunjukan dengan tingkat pelayanan yang baru mencapai 40 %. Faktor yang meneyebabkan rendahnya pelayanan antara lain : keterbatasan alat, pertumbuhan penduduk perkotaan yang tinggi (11,38%/tahun), kondisi alam yang berkontur ( 42,62% dataran bergelombang, 8,34% pegunungan tinggi dan 222% puncak gunung) dan curah hujan yang tinggi (2500-5000mm/tahun) serta pertumbuhan Ialu lintas yang terus meningkat (7%/ tahun).
Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dan penelitian lapangan yang menyangkut faktor produksi sampah. Pengolahan data dilakukan dengan analisa statistik untuk memperkirakan perlumbuhan penduduk, estimasi timbulan sampah, dan penentuan voIume Ialu Iintas. Untuk memperhitungkan faktor produksi digunakan rumusan dari Solid Waste Management dan Indonesia Highway Capacity Manual (IHCM).
Hasil penelitian menunjukkan faktor produksi optimal dalam sistem pengangkutan sampah sampai dengan tahun 2000 yang meliputi :
a. Daerah pelayanan menjadi 4 wilayah yang melipuli 19 kecamatan dengan total timbulan sampah dari tahun 1995 sebesar 2,521,313 ms/hari menjadi 3.111,16 m3/hari pada tahun 2000.
b. Pewadahan dan pengangkutan yang digunakan adalah: wadah individual dengan Dump Truk (6m3), dan container dengan Ann Roll Truk (6 m3)
c. Faktor produksi yang menyangkut pewadahan dan pengangkutan dengan Dump Truk yaitu: waktu angkut per trip (p) = 2,24 jam/trip, waktu dafam site /T PA (s) = 0,271 jam/trip, faktor hayek (W) = 25%. Dengan Arm Roll Truk:
p = 0.091 jam/trip, s = 0,271 jam/trip dan w = 25%. Waktu muat (h) antara 0,292-4,136 jam/trip diperoleh dari hasil perhitungan /capasitas jalan (C)
dengan volume kendaraan (Q) adalah 19,68-60,68 km/jam dan jarak lokasi pelayanan terhadap TPA sampah (x) = 4,60-68,20 km.
d. Hasil perhitungan produksi operasional transportasi/angkutan yang diperoleh adalah: jumlah trip per hari, wadah pemindahan, kendaraan angkut, tenaga kerja dan jadwal waktu operasi pengangkutan sampah dari masing-masing daerah pelayanan.
Kesimpulan dari hasiI penelitian adalah diperolehnya faktor produksi waktu muat (h) yang paling bervariasi. Untuk mengoptimalkan diperlukan perencanaan lokasi TPA sebagai pusat pelayanan yang mempengaruhi pola/jaringan transportasi angkutan sampah.
"
1997
S35565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uus Martawijaya
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Abbas Salim
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000
368 ABB a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Boyke B. A.
"PT. Kereta Api (Persero) adalah suatu Perusahaan Persero jasa transportasi yang mengatur sistem transportasi Kereta api di Indon!~sja, dimana perusahaan ini merupakan sarana dan prasarana penting dalam mengatasi sebagian sistem transportasi di negara kits.
Saat ini sistem angkutan Kereta Api merupakan saran angkutan massa yang dianggap paling cepat dan murah serta dapat melayani pergerakan orang 1 penumpang dalam jumlah cukup besar tanpa mengalami suatu hambatan 1 kemacetan dalam perjalanannya.
Penulisan ini dilakukan untuk membahas bagaimana PT. Kereta Api Indonesia mengatasi anus penumpang untuk jalur jurusan Jakarta - Bandung. Perkembangan kota Bandung mempunyai dampak yang sangat berpengaruh sekali pada sistem transportasi antara Jakarta - Bandung. Dimana untuk kegiatan bisnis,pendidikan, rekreasi dan fain-Iain pada kondisi saat ini jika menggunakan mobil pribadi dan kendaraan umum, sudah sering mengalami kemacetan pada ruas jalan yang dilalui.
Pandangan masyarakat umum terhadap PT. Kereta Api, dalam melayani arus Penumpang Jakarta - Bandung selalu kurang puas . Dimana masyarakat selalu berpandangan bahwa masih banyak talon - talon penumpang yang tidak kebagian ticket atau nomor tempat duduk, atau sering juga akibat terlambatnya jadwal pemberangkatan. Tetapi walaupun masih begitu pelayanannya, masih banyak yang mernilih moda angkutan kereta api sebagai saran angkutan umum yang saat ini tergolong paling ekonoinis.
Dalam hal ini, PenuIis akan men evaluasi an membahas Pelayanan PT Kereta Api Indonesia dengan data-data survey dan teori-teori yang ada sehingga pelayanan dapat maximal memenuhi apa yang diinginkan dari calon penumpang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Muchtarudin
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1978
385 SIR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>