Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachel Brilian Ivananda
"Latar Belakang
Peserta didik bidang kesehatan yang menjalani pendidikan profesi sering berinteraksi dengan pasien dan lingkungannya, sehingga kepatuhan praktik cuci tangan menjadi sangat penting. Ketidakpatuhan terhadap prosedur cuci tangan berpotensi meningkatkan risiko penularan hospital-acquired infections (HAIs). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan cuci tangan di kalangan peserta didik bidang kesehatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).
Metode
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk mengamati 200 kesempatan cuci tangan berdasarkan 5 Momen Cuci Tangan dari WHO pada peserta didik program studi kedokteran (FK), kedokteran gigi (FKG), keperawatan (FIK), dan farmasi (FF). Data dianalisis menggunakan SPSS untuk menentukan persentase kepatuhan, dan dilakukan uji Chi-Square, uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, serta uji Mann-Whitney.
Hasil
Studi ini melibatkan 200 kesempatan cuci tangan peserta didik bidang kesehatan di RSUI. Dari jumlah tersebut, peserta didik melakukan cuci tangan pada 115 kesempatan (57,5%). Pada 98 dari 115 (85,22%) kesempatan, peserta didik menggunakan hand rub, namun hanya 56 kesempatan (57,14%) yang sesuai dengan rekomendasi durasi WHO (20-30 detik). Berdasarkan 5 Momen Cuci Tangan WHO, peserta didik FK dominan menerapkan momen ke-5 (41,38%), peserta didik FIK dominan menerapkan momen ke-4 (32,5%), dan peserta didik FKG serta FF hanya menerapkan momen ke-5 karena keterbatasan interaksi dengan pasien. Tingkat kepatuhan terhadap enam langkah cuci tangan mencapai 83,62%. Perbedaan signifikan dalam kepatuhan jumlah langkah cuci tangan ditemukan antara peserta didik FK dan FIK di RSUI (p-value <0,05).
Kesimpulan
Tingkat kepatuhan cuci tangan peserta didik bidang kesehatan di RSUI tergolong rendah, dengan perbedaan signifikan dalam jumlah langkah cuci tangan antara peserta didik FK dan FIK.

Introduction
Health sciences students undergoing professional training consistently engage with patients and their environments, causing adherence to hand hygiene practices critically important. Non-compliance with handwashing procedures can potentially increase the risk of transmission of hospital-acquired infections (HAIs). This study aims to evaluate the level of hand hygiene compliance among health sciences students at the Universitas Indonesia Hospital (RSUI).
Method
This study utilized a cross-sectional design to observe 200 hand hygiene opportunities based on the WHO's 5 Moments for Hand Hygiene among students in the faculties of medicine, dentistry, nursing, and pharmacy. Data were analyzed using SPSS to determine compliance percentages, and statistical tests including the Chi-Square test, Kolmogorov- Smirnov normality test, and Mann-Whitney test were conducted.
Results
This study involved 200 hand hygiene opportunities among health sciences students at the University of Indonesia Hospital (RSUI). According to this total, students performed handwashing in 115 instances (57.5%). From this number, students used hand rub in 98 instances (85.22%), but only 56 instances (57.14%) fulfilled the WHO-recommended duration (20-30 seconds). According to the WHO's 5 Moments for Hand Hygiene, medical students predominantly applied the 5th moment (41.38%), nursing students predominantly applied the 4th moment (32.5%), and dentistry and pharmacy students only applied the 5th moment due to limited patient interaction. Compliance with the six steps of handwashing reached 83.62%. A significant difference in adherence to the number of handwashing steps was found between medical and nursing students at RSUI (p-value <0.05).
Conclusion
The level of handwashing compliance of health students at RSUI is relatively low, with significant differences in the number of handwashing steps between FK and FIK students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Habibah Sari Melati
"Kebersihan tangan adalah salah satu hal yang penting dalam pengendalian infeksi di rumah sakit. Perawat sebagai lini terdepan layanan kesehatan, memiliki beban kerja yang fluktuatif, juga dituntut memiliki kepatuhan cuci tangan. Rumah Sakit. telah terakreditasi JCI Joint Commission International, dimana keselamatan pasien merupakan fokus utamanya, dan cuci tangan memiliki peranan yang sangat besar. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor beban kerja dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan perawat di Rumah Sakit S. Desain penelitiannya adalah potong lintang, dengan 55 sampel pada perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat, Unit Perawatan Intensif dan Unit Hemodialisis. Data diambil dengan cara observasi dan kuisioner, yaitu menggunakan lembar observasi kepatuhan cuci tangan; lembar observasi perilaku. langkah cuci tangan; lembar observasi beban kerja; kuisioner karakteristik demografi; kuisioner pengetahuan; dan kuisioner persepsi. Data dianalisis dengan uji pearson untuk melihat hubungan kepatuhan cuci tangan dengan beban kerja; dan uji. tidak berpasangan untuk melihat hubungan antara kepatuhan cuci tangan dengan variabel perilaku, pengetahuan, persepsi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja. Selanjutnya dilakukan uji regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan cuci tangan dengan beban kerja; dengan pengetahuan; dengan persepsi cuci tangan; dengan usia; dengan pendidikan; dan dengan masa kerja. >0,05. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan cuci tangan adalah perilaku. = 0,00 dan jenis kelamin. = 0,02. Faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan cuci tangan adalah perilaku. = 0,00 dan masa kerja. = 0,02. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara kepatuhan cuci tangan dengan: beban kerja, karakteristik demografi usia, pendidikan dan masa kerja. pengetahuan, dan persepsi. Namun ditemukan hubungan antara kepatuhan cuci tangan dengan perilaku cuci tangan dan dengan jenis kelamin. Faktor yang paling dominan terhadap kepatuhan cuci tangan adalah perilaku cuci tangan dan masa kerja. Safety meeting/ safety talk dapat dilakukan secara berkala untuk mengatasi kendala dalam kepatuhan cuci tangan perawat.

Hand hygiene is one of the important things in hospital infection control. Nurses who act as the leading line of health services and have. fluctuating workload, are also required to have hygienic hands.. Hospital has been accredited JCI Joint Commission International. where patient safety is the main focus, and where having hygienic hands has. very big role. The purpose of this research is to know the workload factor and other factors related to the hand hygiene compliance of nurses at. Hospital. The research design is cross sectional, with 55 samples on nurses who work in Emergency Department, Intensive Care Unit and Hemodialysis Unit. Data were taken by observation and questionnaire, ie using hand hygiene compliance observation sheet. step hand hygiene behavior observation sheet workload observation sheet questionnaire of demographic characteristics hand hygiene knowledge questionnaire and perception questionnaires. Data were analyzed by pearson test to see the hand hygiene compliance relationship with workload and independent. Test to see the relationship between hand hygiene compliance with behavioral, knowledge, perception, age, gender, education, and working period. Furthermore, multiple linear regression test is also used.
Based on the analysis result, there is no significant relationship between hand hygiene compliance with workload with knowledge with perception with age with education and with working period. 0.05. The variables significantly associated with hand hygiene compliance were behavior. 0.00 and gender. 0.02. The most dominant factors affecting hand hygiene compliance were behavior. 0,00 and working period. 0,02. In this study, there was no relationship between hand hygiene compliance with workload demographic characteristics age, education and working period knowledge and perception. However, there was. relationship between hand hygiene compliance with hand hygiene behavior and gender. The most dominant factors for hand hygiene compliance are hand hygiene behavior and working period. Safety meeting safety talk can be done regularly to overcome obstacles in the hand hygiene compliance of nurse.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiah Salsabila
"Pendahuluan. Kepatuhan cuci tangan yang rendah merupakan masalah bagi banyak tempat pelayanan kesehatan. Hal ini bisa menjadi masalah karena praktik cuci tangan sudah terbukti efektif mencegah Healthcare-associated Infections (HAI). Riset ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan agar dapat membantu proses pembuatan program promosi cuci tangan yang lebih efektif.
Metode. Studi cross sectional dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan. Penelitian ini dilakukan di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Ciptomangunkusumo. Subyek penelitian adalah perawat yang sedang aktif bertugas. Setelah diobservasi, kuesioner dibagikan kepada subyek-subyek tersebut. Untuk analisis data, penelitian ini menggunakan Fishers Exact Test.
Hasil. Data dikumpulkan dari 89 responden. Seluruh responden adalah perempuan dan mempunyai usia rata-rata 31.79 tahun. Sebanyak 86.5% lulus D3 dan 93.3% mempunyai tingkat kepatuhan cuci tangan sedang. Hanya sedikit yang memiliki kepatuhan cuci tangan yang baik. Semua faktor yang telah diteliti, yaitu pengetahuan, persepsi, motivasi, niat, dan sikap) tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kepatuhan cuci tangan.
Kesimpulan. Semua responden yang terkumpul adalah perempuan dan mayoritas lulusan D3. Pengetahuan, persepsi, motivasi, niat, dan sikap terhadap cuci tangan tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kepatuhan cuci tangan. Walaupun demikian, ditemukan bahwa mayoritas dari subjek penelitian menunjukkan kepatuhan cuci tangan yang sedang meskipun memiliki pengetahuan yang rendah tentang praktik cuci tangan. Hal ini dapat membuka diskusi mengenai batasan-batasan penelitian dan faktorfaktor lain yang dapat berhubungan dengan hasil penelitian ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah Fauzia
"Health Care-Associated Infections (HCAI) menjadi masalah kesehatan yang sangat diperhatikan baik di negara berkembang dan negara maju. Infeksi-infeksi ini berkontribusi terhadap peningkatan mordibitas, mortalitas dan biaya perawatan kesehatan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kebersihan tangan merupakan garda terdepan dalam pencegahan HCAI. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku kebersihan tangan pada pengunjung rumah sakit. Desain penelitian ini berupa deskriptif dengan pendekatan Cross-sectional dengan 107 responden yang akan diambil tidak secara acak dengan menggunakan metode Quota sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen yang dirumuskan peneliti dan form observasi kepatuhan kebersihan tangan dari WHO (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah pengunjung rumah sakit memiliki pengetahuan rendah (48%) dan perilaku buruk (47%) tentang kebersihan tangan. Pemberian informasi terkait kebersihan tangan kepada pengunjung rumah sakit perlu ditingkatkan untuk memperluas pengetahuan dan perilaku kebersihan tangan pengunjung rumah sakit.

Health Care-Associated Infections (HCAI) has becoming a health problem that considerable concerned in both developing countries and developed countries. These infections contributes in the increment of morbidity, mortality and health care costs. Several research had concluded that hand hygiene is the frontline in the prevention of HCAI. This study was conducted to reveal the hand hygiene knowledge and behavior among hospital visitors. This study used Cross-sectional with 107 participants using Quota sampling. The researcher is using questionnaire which is formulated by herself and hand hygiene compliance observation form from WHO (2009). Result showed that nearly half of visitors have a low hand hygiene knowledge (48%) and bad hand hygiene behavior (47%). The provision of hand hygiene information to the hospitals visitor needs to be improved to increase the hand hygiene knowledge and behavior of hospital visitors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sukma Prihartini
"Salah satu ancaman terhadap keselamatan pasien di rumah sakit adalah risiko penularan infeksi akibat perawatan kesehatan atau infeksi nosokomial. Hand hygiene dianggap sebagai cara yang paling efektif dalam mencegah dan mengendalikan infeksi nosokomial. Namun, tingkat kepatuhan hand hygiene yang dimiliki perawat belum mencapai kesempurnaan mutu dan keselamatan pasien. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan hand hygiene pada perawat. Selain itu, penelitian ini juga membahas mengenai tingkat kepatuhan hand hygiene yang ditemukan dalam artikel yang ditinjau. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan narrative review, yang menggunakan data sekunder dari database online yaitu PubMed dan Google Scholar. Hasil penelitian, ditemukan 12 studi terinklusi terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan hand hygiene pada perawat dan penilaian tingkat kepatuhan hand hygiene. Dari 12 studi terinklusi, 6 studi diantaranya mengidentifikasi tingkat kepatuhan yang berkisar diantara 18,7% hingga 51% dinilai sebagai kepatuhan yang rendah, dan 60% hingga 82% dinilai sebagai kepatuhan yang baik. Penilaian kepatuhan hand hygiene yang baik terjadi pada momen setelah terpapar cairan tubuh pasien dan setelah berkontak langsung dengan pasien. Secara keseluruhan, hasil studi mengidentifikasi adanya faktor pengetahuan, sikap, fasilitas, pelatihan, role model, dan pengawasan yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan hand hygiene pada perawat. Beberapa hal yang dapat diusulkan dari penelitian ini dalam meningkatkan kepatuhan hand hygiene berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain diperlukan adanya dukungan dan komitmen yang tinggi dari manajer rumah sakit serta peningkatan pada program pelatihan.

One of threat to patient safety in hospital is the risk of transmission of infections due to health care or nosocomial infection. Hand hygiene is considered as the most effective way to prevent and control nosocomial infection. However, the level of compliance with nurse’s hand hygiene has not yet reached the perfection of quality and patient safety. Therefore, this study aims to describe the factors that influence the compliance with hand hygiene in nurses. In addition, this study also discusses the level of compliance with hand hygiene in the reviewed article. This research was conducted with a narrative review approach, which uses secondary data from an online database; PubMed and Google Scholar. The results showed that 12 included studies were related to factors that influence compliance with hand hygiene in nurses, and assesment of the level of compliance with hand hygiene. From 12 included studies, 6 of them identified compliance levels ranging, from 18,7% to 51% rated as low compliance and 60% to 82% rated as good compliance. Assessment of good hand hygiene compliance occurs at the moment after risk of exposure to body fluids and after contact with patients. Overall, the results of the study identified factors of knowledge, attitudes, facilities, training, role models and supervision that affect the level of compliance with hand hygiene in nurses. Several things, that can be proposed from this research in improving the compliance of nurses with hand hygiene based on the factors is, there is a need for high support and commitment from hospital managers and an increase in training programs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fandizal
"Infeksi terkait pelayanan kesehatan masih tinggi yaitu 6 mdash;16 pada 10 rumah sakit di Indonesia. Ketidakpatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan masih rendah yaitu 22 mdash;60 dapat disebabkan oleh pengendalian kepala ruangan dan jenjang karir perawat. Kepatuhan kebersihan tangan oleh perawat masih belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 95 .Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi determinan kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada pemberian asuhan keperawatan. Desain penelitian ini deskriptif analitikcross sectional. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data sekunder dari penelitian induk, yaitu peningkatan keselamatan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan di Indonesia. Jumlah sampel 143 perawat sebagai responden penelitian. Data dianalisis menggunakan chi square, Spearman rho, dan regresi logistik.
Hasil analisis bivariat diperoleh variabel yang berhubungan dengan kepatuhan kebersihan tangan yaitu dukungan dan pengendalian oleh kepala ruangan serta shif dan jenjang karir perawat p 0,018, 0,001, 0,001, dan 0,012: ? 0,05 . Hasil analisis multivariat diperoleh variabel yang paling berpengaruh yaitu pengendalian oleh kepala ruangan dan jenjang karir perawat. Pengembangan metode pengendalian yang sesuai dengan budaya organisasi dan penerapan jenjang karir perawat yang berkelanjutan dapat meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan, disamping faktor lainnya.

Health related infections are still high at 6 16 in 10 hospitals in Indonesia. Non compliance nurses in hand hygiene is still low 22 60 can be caused by the control of the head of the room and nurse career path. Compliance of hand hygiene by nurses still has not reached the set target that is 95 . The purpose of this study was to identify the determinant of nurse compliance in performing hand hygiene on nursing care. This research design is descriptive analytic cross sectional. The study was conducted by taking secondary data from the parent research, by title improving patient safety in providing nursing care in Indonesia. The sample size was 143 nurses as respondents. Data were analyzed using chi square, Spearman rho, and logistic regression.
The result of bivariate analysis showed that the variables related to hand hygiene compliance were support and control by the head of the room, shift of nurse, and nursing career path p 0.018, 0.001, 0.001, and 0.012 0.05 . Multivariate analysis results obtained the most influential variables are control by the head of the room and career path nurse. Development of control methods that are appropriate to the organizational culture and ongoing nursing career pathway can improve hand hygiene compliance, in addition to other factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurika Maryanti
"Latar belakang. Transmisi mikroorganisme dari tangan tenaga kesehatan merupakan sumber utama infeksi silang di rumah sakit dan dapat dicegah dengan menjaga kebersihan tangan.
Tujuan. Memperoleh gambaran proporsi kepatuhan pelaksanaan kebersihan tangan (KT) pada tenaga kesehatan yang bekerja di PICU RSCM.
Metode. Studi observasional di PICU RSCM. Tenaga kesehatan yang diamati terdiri dari dokter, perawat, dan nakes lain (pekarya, petugas kebersihan, dietitian, pramusaji).
Hasil. Peluang yang diamati sebanyak 3226, secara umum kepatuhan terhadap kebersihan tangan adalah 51,7% dengan 57,4% diantaranya dilakukan dengan cara yang benar. Pada analisis multivariat ketidakpatuhan dokter meningkat pada tingkat risiko kontaminasi tinggi (aOR 1,48; IK 95% 1,01-2,18; P= 0,047) dan rendah (aOR 5,61; IK 95% 3,69-8,50; P=0,000). Penggunaan sarung tangan mempengaruhi dokter untuk tidak patuh terhadap rekomendasi KT (aOR 3,08; IK 95% 1,55-6,15; P= 0,001). Ketidakpatuhan perawat meningkat pada risiko kontaminasi tinggi (aOR 2,62; IK 95% 2,09-3,27) P= 0,000) dan rendah (aOR 3,74; IK 95% 2,98-4,69); P= 0,000). Indeks aktivitas rendah meningkatkan ketidakpatuhan perawat (OR 1,30; IK 95% 1,05-1,61; P= 0,015). Ketidakpatuhan perawat meningkat pada hari kerja (aOR 1,4; IK 95% 1,16-1,70; P= 0,001), shift pagi (aOR 1,75; IK 95% 1,42-2,17;P=0,000), dan penggunaan sarung tangan (aOR 2,81; IK 95% 2,05-3,87; P=0,000). Ketidakpatuhan nakes lain meningkat pada hari kerja (aOR 3,11; IK 95% 1,17-5,67; P= 0,000), shift malam (aOR 2,15; IK 95% 1,003-4,61; P= 0,049), dan penggunaan sarung tangan (aOR 8,83; 95% IK 2,91-26,80; P= 0,000).
Kesimpulan. Kepatuhan terhadap rekomendasi kebersihan tangan belum optimal. Data yang didapatkan dari pengamatan tidak dapat menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara ketidakpatuhan tenaga kesehatan dengan faktor yang mempengaruhinya. Namun demikian, teridentifikasinya masalah yang ada dapat memberikan kemudahkan bagi institusi rumah sakit untuk mengambil langkah intervensi yang diperlukan.

Background. Transmission of microorganism from the hands of healthcare workers is the main source of cross infection in hospitals and can be prevented by hand hygiene (HH).
Objective. To determine the compliance with HH guidelines among healthcare workers in PICU CMH.
Methods. An observasional study in PICU CMH. All doctors, nurses and paramedical staff in the PICU were included.
Results. In 3226 observed opportunities for HH, overall compliance was 51.7% where 57.4% of it was perform properly. In multivariate analysis, doctors noncompliance was higher during prosedures that carry a high risk (aOR 1.48; 95% CI 1.01 to 2.18; P= 0.047), and low risk for contamination (aOR 5.61; 95% CI 3.69 to 8.50; P= 0.000). Hand hygiene compliance was significantly worse following gloves use (aOR 3.08; 95% CI 1.55 to 6.15; P= 0.001). Nurses noncompliance was higher during prosedures that carry a high risk (aOR 2.62; 95% CI 2.09 to 3.27) P= 0.000), low risk for contamination (aOR 3.74; 95% CI 2.98 to 4.69); P= 0.000), and when intensity of patient care was low (OR 1.30; 95% CI 1.05 to 1.61; P= 0.015). Nurses noncompliance was also higher on weekdays (aOR 1.4; 95% CI 1.16 to 1.70; P= 0.001), morning shift (aOR 1.75; 95% CI 1.42 to 2.17;P=0.000), and when they use gloves for patient care (aOR 2.81; 95% CI 2.05 to 3.87; P= 0.000). Paramedical staff noncompliance was higher on weekdays (aOR 3.11; 95% CI 1.17 to 5.67; P= 0.000), night shift (aOR 2.15; 95% CI 1.003 to 4.61; P= 0.049), and when using a gloves (aOR 8.83; 95% CI 2.91 to 26.80; P= 0.000).
Conclusions. Hand hygiene compliance was not optimal. Observational data cannot prove causality between healthcare workers compliance and the factors that associated with that. Knowing more specifically where an intervention is needed can allow institutions to target resources to their own particular problems.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Purwanto
"ABSTRAK
Infeksi nosokomial masih menjadi masalah utama dunia, kejadian infeksi ini menyebabkan length of stay (LOS), mortalitas dan healthcare cost meningkat. Penelitian ini ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang hand hygiene di Gedung Wijayakusuma RSUP Persahabatan tahun 2014. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sample adalah 75 orang diambil dengan total sampling.
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisa data univariat. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebesar 81,3%. Disarankan perawat meningkatkan tingkat pengetahuan tentang hand hygiene sehingga dapat melakukan prosedur cuci tangan dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Nurfitria
"HAI (Hospital-Acquired Infections) merupakan permasalahan yang serius bagi aspek keselamatan pasien dalam praktik pelayanan kesehatan. Salah satu cara yang paling efektif dalam mengurangi HAI adalah dengan menerapkan kebersihan tangan (hand hygiene). Sayangnya, praktik kebersihan tangan oleh tenaga kesehatan masih kurang optimal, termasuk praktik yang dilakukan oleh bidan. RSIA Gizar Kabupaten Bekasi merupakan rumah sakit dengan pelayanan unggulan berupa pelayanan kebidanan dan kandungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran terkait kepatuhan kebersihan tangan bidan di Poli Kandungan RSIA Gizar Kabupaten Bekasi berdasarkan ketiga faktor yang menumbuhkan perilaku yaitu faktor kemampuan (capability), peluang (opportunity), dan motivasi (motivation) dari Teori Perubahan Perilaku COM-B. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam serta observasi dan telaah dokumen sebagai bentuk triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan kebersihan tangan bidan masih kurang baik. Kepatuhan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengetahuan, praktik, sarana dan prasarana, kebijakan, budaya, dorongan internal, serta evaluasi.

HAI (Hospital-Acquired Infections) pose a serious issue for patient safety in healthcare practices. One of the most effective ways to reduce HAIs is by implementing hand hygiene. Unfortunately, hand hygiene practices among healthcare workers remain suboptimal, including those performed by midwives. RSIA Gizar in Bekasi Regency is a hospital with a specialty in obstetric and gynecological services. This study aims to provide an overview of midwives' hand hygiene adherence at the Obstetrics Unit of RSIA Gizar Bekasi Regency based on the three factors that foster behavior: capability, opportunity, and motivation from the COM-B Model for Behavior Change Theory. This research employs a qualitative method with in-depth interviews, observations, and document reviews as a form of triangulation. The study results indicate that midwives' hand hygiene adherence is still inadequate. This adherence is influenced by various factors such as knowledge, practice, facilities and infrastructure, policies, culture, internal motivation, and evaluation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Fitriana
"Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS merupakan upaya menurunkan risiko HAIs, termasuk kepatuhan hand hygiene. WHO mengeluarkan Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategysebagai salah satu strategi untuk mengatasi rendahnya kepatuhan hand hygiene Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) memiliki regulasi hand hygiene yang mengacu pada kebijakan yang berlaku, namun kepatuhan hand hygiene tidak mencapai target selama  tiga tahun. Penelitian ini bertujuan menganalisis kepatuhan implementasi regulasi hand hygiene  di RSPG berdasarkan WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analitik dengan metode studi kasus. Analisis kepatuhan implementasi regulasi hand hygiene dilakukan dengan mengembangkan teori George Edward III yang dikolaborasikan dengan teori kepatuhan Weaver dan WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy. Penilaian WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy dilakukan dengan skoring Hand Hygiene Self-Assessment Framework (HHSAF). Hasil penelitian menunjukkan persentase skor HHSAF terendah pada variabel struktur birokrasi, namun variabel yang paling berperan adalah variabel sumber daya, yaitu sumber daya manusia, terkait isu keaktifan dan perilaku. Isu keaktifan dan perilaku diperoleh dari wawancara mendalam pengembangan dari pertanyaan terstruktur pada HHSAF. Hand hygiene level RSPG berada pada level intermediate. Peneliti merekomendasikan enforcement perilaku dengan appreciative inquiry disamping reward and punishment sebagai upaya meningkatkan kepatuhan implementasi regulasi hand hygiene di RSPG.

The Hospital Infection Prevention and Control Program is an effort to reduce the risk of HAIs, including hand hygiene compliance. WHO issued the Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy as one of the strategies to overcome low hand hygiene compliance. Dr. M. Goenawan Partowidigdo Pulmonary Hospital (RSPG) has hand hygiene regulations that refer to applicable policies, but hand hygiene compliance has not reached the target for three years. This study aims to analyze compliance with the implementation of hand hygiene regulations in RSPG based on the WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy, using an analytical descriptive qualitative approach with a case study method. The researcher analyzed the compliance of hand hygiene regulation implementation by developing George Edward III's theory collaborated with WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy. The WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy assessment was conducted by scoring the Hand Hygiene Self-Assessment Framework (HHSAF). The results showed the lowest percentage of HHSAF scores on the bureaucratic structure variable, but the most instrumental variable was the resource variable, namely human resources, related to activeness and behavioral issues. The issues of activeness and behavior were obtained from in-depth interviews developed from structured questions on the HHSAF. Hand hygiene level of RSPG is at intermediate level. Researchers recommend behavioral enforcement with appreciative inquiry in addition to reward and punishment as an effort to improve compliance with the implementation of hand hygiene regulations in RSPG."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>