Ditemukan 101511 dokumen yang sesuai dengan query
Annisa Arjlia
"Penelitian ini bertujuan mengontraskan pembangunan tembok/pagar pembatas Uni Eropa dengan prinsip borderless yang diterapkan oleh Uni Eropa. Prinsip ini menjadi simbol keterbukaan dan mobilitas bebas bagi negara Uni Eropa, serta menjadi pilar integrasi dalam menciptakan identitas kolektif tanpa sekat. Untuk menyukseskan pembangunan tembok/pagar pembatas, negara anggota menggunakan beberapa strategi seperti penggunaan retorika ancaman, media juga memainkan peran penting untuk melegitimasi kebijakan proteksionis terkait pembangunan tembok/pagar pembatas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratif dengan pendekatan kritis. Sebagai alat analisa penelitian ini menggunakan Teori Sekuritisasi, Teori Geopolitik Kritis serta konsep tentang People, States And Fears. Penelitian ini mengambil data dari tahun 2014 sejak peningkatan jumlah total tembok/pagar pembatas di Uni Eropa yang berasal dari Kebijakan Uni Eropa, dokumen resmi dan penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat faktor utama yang mendorong pembangunan tembok dan pagar pembatas, yaitu krisis migrasi massal, ancaman terorisme, dinamika politik domestik dan kebangkitan populisme, serta ketegangan geopolitik dengan Rusia dan Belarus. Proses negosiasi pembangunan tembok melibatkan dilema antara kepentingan nasional untuk menjaga keamanan dan kepatuhan terhadap prinsip kebebasan bergerak serta hak asasi manusia yang dijunjung oleh Uni Eropa. Ketegangan antara negara anggota dan lembaga Uni Eropa seperti Komisi Eropa mencerminkan tantangan dalam mempertahankan solidaritas dan kohesi kawasan. Penelitian ini menyarankan agar Uni Eropa mengadopsi kebijakan keamanan yang lebih holistik dengan menekankan pada penyelesaian akar masalah migrasi, meningkatkan kerja sama antarnegara anggota, dan menjunjung tinggi prinsip hak asasi manusia. Evaluasi berkala terhadap efektivitas pembangunan tembok dan peningkatan solusi diplomatik dengan negara asal migran juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara keamanan dan nilai nilai fundamental Uni Eropa
This research aims to contrast the construction of the European Union's border wall/fence with the borderless principle implemented by the European Union. This principle is a symbol of openness and free mobility for European Union countries, as well as a pillar of integration in creating a collective identity without divisions. To make the construction of the wall/border fence a success, member countries use several strategies such as the use of threatening rhetoric, the media also plays an important role in legitimizing protectionist policies regarding the construction of the wall/border fence. This research uses an exploratory qualitative research method with a critical approach. As an analytical tool, this research uses Securitization Theory, Critical Geopolitical Theory and the Concepts Of Poeple, States And Fear. This research takes data from 2014 since the increase in the total number of walls/border fences in the European Union which comes from European Union Policy, official documents and previous research. The research results show that there are four main factors that encourage the construction of walls and fences, namely the mass migration crisis, the threat of terrorism, domestic political dynamics and the rise of populism, as well as geopolitical tensions with Russia and Belarus. The negotiation process for building a wall involves a dilemma between national interests to maintain security and compliance with the principles of freedom of movement and human rights upheld by the European Union. Tensions between member states and EU institutions such as the European Commission reflect the challenges in maintaining regional solidarity and cohesion. This research suggests that the European Union adopt a more holistic security policy by emphasizing solving the root causes of migration, increasing cooperation between member states, and upholding human rights principles. Regular evaluation of the effectiveness of wall construction and improving diplomatic solutions with migrants' countries of origin are also necessary to maintain a balance between security and the fundamental values of the European Union."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Eisenhower, Dwight P.
Washington DC: United State, 1957
815 EIS s (1);815 EIS s (2)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Rakha Candra Permana
"Penelitian ini membahas bagaimana pentingnya mitigasi potensi ancaman terhadap implementasi golden visa di Indonesia terhadap keamanan nasional. Kebijakan golden visa sudah banyak dilakukan oleh banyak negara guna menghadapi persaingan global yang disebabkan oleh derasnya arus globalisasi. Namun, dalam perkembangannya banyak negara yang kemudian menghentikan atau memberikan evaluasi pada kebijakan tersebut menyusul kekhawatiran atas potensi ancaman yang menganggu keamanan nasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan intelijen serta collaborative governance sebagai kerangka analisis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap key informan serta studi literatur terhadap sumber terbuka. Hasil penelitian menunjukan golden visa dapat memberikan dampak terhadap perekonomian nasional, akan tetapi untuk menghadapi potensi ancaman yang dapat muncul seperti tindak pidana pencucian uang, konflik sosial, pendanaan terorisme, serta pelanggaran keimigrasian maka kolaborasi dalam melakukan analisis intelijen melalui wadah Timpora memiliki suatu peran yang strategis. Memaksimalkan Timpora dalam melakukan analisis intelijen diantara akan dapat memberikan optimalisasi terhadap upaya mitigasi potensi ancaman golden visa di Indonesia serta memberikan implikasi pada ketahanan nasional yang dimiliki.
This research discusses the importance of mitigating potential threats to the implementation of the golden visa in Indonesia on national security. The golden visa policy has been implemented by many countries to face global competition caused by the rapid flow of globalization. However, in the course of its development, many countries then stopped or evaluated this policy following concerns over potential threats that could disrupt national security. This research uses an intelligence and collaborative governance approach as an analytical framework. This research uses qualitative methods and research data collection is carried out by conducting interviews with key informants and studying literature on open sources. The research results show that the golden visa can have an impact on the national economy, however, to deal with potential threats that could arise such as money laundering crimes, social conflicts, terrorism financing, and immigration violations, collaboration in conducting intelligence analysis through Timpora has a strategic role. . Optimizing Timpora in conducting intelligence analysis will be able to provide optimization of efforts to mitigate the potential threat of the golden visa in Indonesia as well as have implications for national resilience."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Yunishella Purwanty
"Visa merupakan sebuah instrumen untuk menyaring orang asing yang akan masuk ke suatu negara dan sebagai bentuk pengendalian migrasi. Jika sebelumnya Indonesia menerapkan kebijakan bebas visa kunjungan terhadap 169 negara maka baru-baru ini pemerintah mengkaji ulang hal tersebut dan kembali menerapkan kebijakan visa on arrival dengan menambah daftar negara subjek penerima fasilitas tersebut. Penelitian ini ingin mengkaji implementasi kebijakan migrasi melalui Visa on Arrival terhadap WNA dan dampaknya terhadap keamanan di TPI Bandara Soekarno-Hatta. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan studi pustaka dengan dilengkapi data-data empiris. Hasil penelitian adalah kebijakan visa on arrival memang mampu membantu pemulihan ekonomi nasional dengan warga negara asing yang datang dan membayar biaya PNBP sebagai biaya yang dibebankan bagi pengguna Visa On Arrival, namun dalam implementasi dan dampaknya masih ditemukan ancaman terhadap keamanan nasional, dan fungsi keamanan yang dianut oleh keimigrasian belum optimal sehingga kasus pelanggaran keimigrasian dan bahkan kejahatan pidana masih terjadi. Peneliti menyarankan penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan visa selanjutnya agar tetap mempertimbangkan aspek keamanan nasional dan tidak hanya fungsi pembangunan kesejahteraan masyarakat atau pendapatan terhadap negara saja.
Visa is an instrument to filter foreigners who will enter a country and as a form of migration control. If previously Indonesia implemented a visa-free visit policy for 169 countries, recently the government has reviewed this and re-implemented the visa on arrival policy by adding to the list of countries subject to receiving the facility. This study aims to examine the implementation of the migration policy through Visa on Arrival for foreign nationals and its impact on security at the Soekarno-Hatta Airport TPI. This study is qualitative using a literature study equipped with empirical data. The results of the study are that the visa on arrival policy is indeed able to help restore the national economy with foreign nationals who come and pay PNBP fees as fees charged to Visa On Arrival users, but in its implementation and impact, threats to national security are still found, and the security function adopted by immigration is not optimal so that cases of immigration violations and even criminal crimes still occur. The researcher suggests that this study can be used as a consideration for the next visa policy so that it continues to consider aspects of national security and not only the function of developing community welfare or income for the country."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Akbar Rayyan Subekti
"Tesis ini meneliti mengenai dinamika persenjataan Indonesia akibat peningkatan kapabilitas militer China. Teori yang digunakan adalah Balance of Threat oleh Stephen M Walt dan Model Action Reaction oleh Barry Buzan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan studi kepustakaan sebagai metode pengumpulan data.
Penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan empat indikator Balance of Threat, China dapat dikategorikan sebagai ancaman bagi Indonesia. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa indeks perbandingan kekuatan China dan Indonesia terpaut sangat jauh, selain itu berdasarkan indikator model action reaction, Indonesia cenderung melakukan Arms Reduction.
This thesis researches about Indonesia?s arms dynamic in reaction of China?s increasing military capability. Balance of Threat by Stephen M. Waltz and Action Reaction Model by Barry Buzan are the theories used in this research. This thesis uses a quantitative research method as means of collecting data.This research concludes that from the four indicators of the Balance of Threat theory, China is categorized as a threat for Indonesia. This research also reveals that the power comparative index between Indonesia and China is very large . Also based on the indicator from the action reaction model, Indonesia is moving towards an Arms Reduction process."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30504
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Dedeh Kurniasih
"Tesis ini bertujuan menganalisis mengenai pertanyaan penelitian, mengapa Benelux melakukan kerjasama keamanan untuk memperkuat Common Foreign and Security Policy (CFSP) Uni Eropa'Bagaimana Benelux mendukung kebijakan Uni Eropa dalam merespons perang Rusia-Ukraina (2014-2022), serta pendekatan apa yang dilakukan Benelux untuk itu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif analitik dengan menganalisis data-data yang bersumber dari data sekunder. Penelitian ini menggunakan empat level analisis teori Regional Security Complex oleh Barry Buzan dan menggunakan konsep keamanan kooperatif di tiap tingkat analisis tersebut. Temuan penelitian ini, Benelux dalam mendukung CFSP Uni Eropa dalam merespons perang Rusia-Ukraina belum kolektif secara institusional. Faktor kepentingan domestik Benelux tetap menjadi pertimbangan masing-masing negara. Selain itu ketergantungan Benelux terhadap Uni Eropa sebagai suatu kekuatan, sangat penting dalam menjaga stabilitas keamanan Benelux.
This thesis aims to analyze the research question, why is the Benelux conducting security cooperation to strengthen the EU CFSP? How the Benelux supported the EU's policy in response to the Russian-Ukrainian war (2014-2022), as well as what approach the Benelux took to it. This research uses a qualitative method with descriptive analytics by analyzing data sourced from secondary data. This study used four levels of analysis of the theory of the Regional Security Complex by Barry Buzan and used the concept of cooperative security at each level of analysis. The findings of this study, the Benelux in supporting the EU CFSP in responding to the Russian-Ukrainian war have not been institutionally collective. The factor of domestic interests of the Benelux remains the consideration of each country. In addition, the Benelux's dependence on the European Union as a power, is very important in maintaining the security stability of the Benelux."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Dalam pembukuan buku stephen ambrose, Ike's Spies, penulisannya menceritakan kisah menarik hari-hari pertama perang Dunia II, ketika perdana menteri Inggris Winston Churchill mengundang Jendral Dwight D. Eisenhower untuk berkunjung kepadanya di Chequers, rumah perdana menteri di pedesaan. Dalam bulan Juni 1942, Churcill memutuskan untuk mempercayakam rahasis perang terbesar milik inggris kepada panglima sekutu itu ...."
IKI 2:12 (2006)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Julkifli Rustita
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S25351
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Deska Natalia
"Tesis ini membahas mengenai peranan Ukraina dan Belarus dalam hubungan perdagangan Rusia dan Uni Eropa di sektor energi selama periode 2004-2009. Peranan Ukraina dan Belarus dilihat dari fungsinya sebagai negara transit di dalam struktur perdagangan energi di kawasan, fasilitas infrastruktur dan jalur transportasi yang dimiliki, dan juga diplomasinya di sektor energi dinilai dapat menunjukkan peranan kedua negara tersebut terhadap perdagangan energi Rusia dan Uni Eropa. Penelitian ini adalah penelitian penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa fasilitas infrastruktur dan jalur transportasi energi transit yang dimiliki oleh Ukraina dan Belarus sangat berperan terhadap perdagangan energi Rusia dan UE. Selain itu, peranan Ukraina dan Belarus juga didukung oleh kondisi sistem politik, fasilitas energi transit, dan keadaan pasar energi domestik di kedua negara. Selanjutnya, diplomasi energi di antara negara-negara transit (Ukraina dan Belarus) dengan negara pemasok energi (Rusia) juga sangat berperan dalam kelancaran pengiriman pasokan energi dari Rusia ke UE. Konflik-konflik energi yang terjadi di antara keduanya dapat berpotensi menimbulkan gangguan-gangguan terhadap kelancaran perdagangan energi Rusia dan UE.
This thesis analyses the role of Ukraine and Belarus in the energy trade between Russia and EU in the period of 2004-2009. Ukraine and Belarus are viewed based on their functions as the transit energy country within the regional energy trade structure, their energy infrastructures and transportation routes, and also their diplomacies in the energy sector are considered to be able to describe the role of the two countries on the energy trade between Russia and EU. This theis is using qualitative research with descriptive method. As the result of this thesis, it is concluded that energy infrastructure facilities and transportation routes play significant roles within the regional energy trade. Moreover, the roles of Ukraine and Belarus as energy transit countries are also supported by their political systems, domestic energy transit facilities, and also their domestic energy markets. Furthermore, energy diplomacies between transit energy countries (Ukraine and Belarus) and energy supplier country (Russia) also play an important role in ensuring the reliability of energy supply from Russia to EU. Energy conflicts that have happened show potential energy disturbances toward the regional energy trade."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30616
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
London: Routledge, 1997
320.6 Eur
Buku Teks Universitas Indonesia Library