Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Putrinara
"Persoalan victim blaming terhadap perempuan korban kekerasan seksual dipicu oleh stereotip tentang perempuan dalam masyarakat patriarki. Budaya patriarki mengonstruksi stereotip tentang perempuan yang menjadi dasar penilaian seorang perempuan. Cerpen “Kuping” karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie menggambarkan isu victim blaming yang dialami oleh perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan perilaku victim blaming dan diskriminasi yang terjadi pada tokoh perempuan dalam cerpen “Kuping”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa victim blaming pada perempuan korban kekerasan seksual terjadi karena masyarakat patriarkis lebih percaya dengan pernyataan dari laki-laki serta adanya stereotip tentang perempuan. Perlakuan diskriminatif yang diterima oleh perempuan korban kekerasan seksual berupa pengucilan dan pengabaian. Melalui cerpen ini, pengarang memperlihatkan bahwa victim blaming dan diskriminasi merupakan persoalan yang memberikan penderitaan bagi korban kekerasan seksual. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan korban kekerasan seksual mendapatkan perlakuan diskriminasi berlapis dan masyarakat patriarkis yang tidak dapat memberikan keadilan bagi mereka. Karya ini juga menunjukkan pandangan dan kritik pengarang tentang victim blaming dan diskriminasi yang dapat menyadarkan masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan dari persoalan sosial tersebut.
Blaming the victim towards female victim of sexual violence is stimulated by stereotypes about women in a patriarchal society. Patriarchal culture constructs stereotypes and become the basis for judging women. The short story “Kuping” by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie contains the issue of victim blaming experienced by women. This study aims to describe victim blaming and discriminatory behavior that occurs to female characters in the short story “Kuping”. This study uses a qualitative method with a sociology of literature approach. The results of this study indicate that the victim blaming towards female victim of sexual violence occurs because of patriarchal society that believes more in men and there are stereotypes about women. The discriminatory treatment received by female victims of sexual violence is exclusion and disregard. Through the short story, the author shows that victim blaming cause suffering to victims of sexual violence. From this study, it can be concluded that women victims of sexual violence receive multiple forms of discrimination and patriarchal society unable to provide justice for them. This short story also shows the author’s point of view and criticisms about victim blaming and discrimination which can raises an awareness about the impacts of these social issues.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arsy Salsabila
"Penelitian ini membahas terjadinya diskriminasi terhadap perempuan yang terdapat dalam sebuah film Arab Saudi, berjudul ‘Al Murasyahah al Mitsaliyah’ yang rilis pada tahun 2019. Film yang disutradarai oleh Haifaa Al-Mansour dibintangi oleh Mila Alzahrani sebagai tokoh utama. Film ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam karena menggambarkan keadaan diskriminasi terhadap perempuan yang mana terjadinya pembatasan kebebasan berekspresi bagi perempuan di Arab Saudi, dengan membawa pesan yang mengkritik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pesan dibalik terjadinya diskriminasi terhadap perempuan yang dianggap kontroversial yang diperoleh di dalam adegan-adegan film tersebut. Untuk menjelaskan makna dan pesan yang disampaikan, film Al Murasyahah al Mitsaliyah ini menggunakan analisis teori semiotika Roland Barthes dan teori kebebasan bereskpresi di ruang sosial milik Bonaventure Rutinwa. Hasil dari penelitian ini adalah terdapatnya diskriminasi terhadap perempuan dalam kebebasan berekspresi di ruang publik, seperti adanya stereotip merendahkan terhadap perempuan di ruang sosial dan serta terdapatnya pembatasan ruang gerak bagi kaum perempuan.

This research discusses the occurrence of discrimination against women contained in a Saudi Arabian film, entitled ‘Al Murasyahah Al Mitsaliyah’ which was released in 2019. The film, directed by Haifaa al-Mansour starring Mila Alzahrani as the main character of the film, is very interesting to study further. in because it describes the situation of discrimination against women in which there are restrictions on freedom of expression for women in Saudi Arabia, by carrying messages that criticize. This research is a qualitative research with a descriptive design. The purpose of this study is to explain the message behind the occurrence of discrimination against women which is considered controversial which is obtained in film scenes. To explain the meaning and message conveyed, Al Murasyahah al Mitsaliyah uses an analysis of Roland Barthes' semiotic theory and Bonaventure Rutinwa's theory of freedom of expression in social space. The results of this study are that there is discrimination against women in the freedom of expression in the public space, such as stereotypes that demean women in the social space and restrictions on women's movement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lutvia Aviva Naila Lantana
"Victim blaming atau tindakan menyalahkan korban sering terjadi dalam masyarakat ketika muncul kasus kekerasan seksual, salah satunya adalah ketika kekerasan seksual terjadi di lingkungan kampus. Film Penyalin Cahaya (2021) menjadi salah satu film yang menceritakan mengenai kekerasan seksual terutama di lingkungan kampus dan dunia digital, serta korban yang harus mengalami victim blaming karena mencoba untuk mengusut kekerasan seksual yang dialaminya. Penulis mengidentifikasi film menggunakan pendekatan kriminologi visual dan film tersebut memberikan representasi victim blaming serta menggambarkan perjuangan korban mendapatkan keadilan. Melalui viktimologi kritis, penulis mengidentifikasikan juga kalau Penyalin Cahaya memperlihatkan bagaimana kebijakan kampus tidak dapat melindungi korban kekerasan seksual dan adanya tumpang tindih kekuasaan yang dimiliki pelaku.

Victim blaming, or the act of blaming the victim, often occurs in society when cases of sexual violence arise, one of which is when sexual violence occurs on campus. The film Photocopier (2018) is one of the films that talk about sexual violence, especially in the campus environment and the digital world, as well as victims who must experience victim blaming for trying to investigate the sexual violence they experienced. The writer identifies the film using a visual criminology approach, and the film provides a representation of victim blaming and depicts the victim's struggle for justice. Through critical victimology, the author also identifies that the Photocopier shows how campus policies cannot protect victims of sexual violence and that there is an overlap of powers that the perpetrators have."
Depok: 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adelisa Putri Agustina
"Diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh perempuan muncul akibat perbedaan bidang sosial ekonomi. Perbedaan status sosial di antara masyarakat yang tergolong kelas atas serta kelas bawah inilah menjadi penyebab utama terjadinya ketidakadilan pada perempuan. Hal tersebut terlihat pada tulisan dalam novel berjudul Jerum karya Oka Rusmini. Kajian  ini ditujukan untuk menjelaskan berbagai bentuk dari diskriminasi pada tokoh perempuan serta berbagai bentuk perlawanan tokoh perempuan dalam novel Jerum karya Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra karena mengangkat permasalahan kondisi sosial masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan tiga bentuk diskriminasi gender, yaitu subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Selain itu, ada juga berbagai perlawanan yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh perempuan akibat budaya patriarki. Bentuk-bentuk perlawanan itu terdiri atas menjadi perempuan mandiri, menjadi perempuan kuat, menjadi perempuan pintar, serta melalui tindakan seksual perempuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan, budaya patriarki secara tidak langsung merugikan pihak perempuan. Atas dasar itulah mereka melakukan perlawanan.

Gender discrimination experienced by female characters arises due to differences in the socio-economic field. The difference in social status between people who belong to the upper class and the lower class is the main cause of injustice to women. This can be seen in the writing in the novel Jerum by Oka Rusmini. This study aims to explain the various forms of discrimination against female characters and the various forms of resistance of female characters in Oka Rusmini's Jerum novel. This study uses a qualitative method with a literary sociology approach because it raises the issue of the social conditions of society. The results of the study show three forms of gender discrimination, namely subordination, stereotypes, and violence. In addition, there are also various resistances shown by female figures due to patriarchal culture. These forms of resistance consist of being an independent woman, being a strong woman, being a smart woman, and through women's sexual acts. Based on the results of this study, it can be concluded that patriarchal culture indirectly harms women. It was on this basis that they fought back."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Dara Adinda Kesuma
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas bagaimana pemaknaan khalayak perempuan terhadap mitos patriarki tentang street harassment yang ditampilkan oleh media massa. Studi resepsi ini menggunakan paradigma kritis. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa mitos patriarkis digunakan untuk mengembalikan perempuan kepada peran gender tradisional. Khalayak perempuan memaknai mitos patriarki secara bervariasi dalam tiga posisi pemaknaan Stuart Hall yang dilatarbelakangi oleh sosialisasi gender, pengalaman dengan street harassment, dan kepercayaan terhadap realitas dalam media. Pemaknaan perempuan terhadap mitos patriarkis berkaitan pula dengan reaksi perempuan terhadap pelaku dan strategi yang digunakan untuk berpartisipasi di ruang publik. Selain itu, kehadiran media online berperan menjadi ruang alternatif sekaligus mendatangkan reviktimisasi bagi korban.

ABSTRACT
This research discusses how women audience attach meanings to patriarchal myths in mass media potrayals about street harrassment. In depth interview method is used in collecting data. This reception study using critical paradigm. The findings show that patriarchal myths are used to keep women in traditional gender role. Women audiences attach meaning in various way in three different positions of Stuart Hall rsquo s reception theory, depends on gender socialization, experiences with street harassment, and perceived realism towards media. Women rsquo s reception toward patriarchal myths are related to women rsquo s responses to harassers and the strategies employed to participate in public places. Meanwhile, online media are potential to be alternative place and source of revictimization for women at the same time. "
2017
S67600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This text provides comprehensive coverage of the complex theoretical, methodological, and ethical issues surrounding violence against women."
Los Angeles: Sage , 2011
362.829 2 SOU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yogyakarta: Ford Foundation & PPK UGM, 2002
364.153 MEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"ABSTRAK
Konsep mitra sejajar pada dasarnya telah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Pada masyarakat tradisional yang masih hidup sekarang, konsep mitra sejajar tersebut masih dapat dijumpai. Hal itu merupakan warisan budaya bangsa yang tidak terni1ai harganya. Sa1ah satu masyarakat yang masih mewarisi nilai-nilai luhur tersebut adalah masyarakat Baduy, yang menetap di daerah Banten Selatan, Jawa Barat.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah konsep budaya apakah yang melatarbelakangi prinsip mitra sejajar antara pria dan wanita pada masyarakat Baduy-bagaimanakah fungsi dan peranan pria dan wanita dalam kaitannya sebagai mitra sejajar? Penelitian ini merupakan kajian antropologis yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan.
Dari penelitian ini diperoleh kenyataan bahwa berbagai aktivitas pria dan wanita Baduy, baik yang sakral, misalnya upacara perladangan, upacara-upacara adat, dan upacara daur hidup; maupun yang profan, misalnya kegiatan di ladang, di rumah, dan di kampung, masing-masing memiliki fungsi dan peranan yang penting. Tidak ada yang mendominasi dan tidak ada pula yang tersubordinasi. Hal ini disebabkan ada beberapa konsep budaya dalam masyarakat Baduy yang mampu 'menyetarakan' fungsi dan peranan pria dan wanita tersebut. Konsep yang dimaksud itu adalah konsep Ambu. Nyi Pohaci, dan Keseimbangan. Melalui konsep-konsep tersebut, pria yang memiliki potensi berkuasa, ternetralisir dengan: (a) konsep Ambu, yang mempersonifikasikan sosok wanita (ibu) yang melindungi, memelihara dan mengayomi kehidupan di dunia dan akhirat kelak? (b) konsep Nyi Pohaci, yang mempersonifikasikan padi, makanan dan cocok tanam utama masyarakat Baduy, dan (c) konsep Keseimbangan, yang dilandasi sifat masyarakat yang egaliter dan kondisi dan yang masih 'perawan'."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Herna Wangsadijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan bahwa terdapat gender based hate speech dalam materi penampilan stand up comedy komika Ge Pamungkas selama ia mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Season 2 yang diselenggarakan oleh stasiun televisi swasta Kompas TV Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan analisis wacana terhadap transkrip dari 16 video penampilan Ge Pamungkas selama ia menjalani kompetisi Analisis terhadap video penampilan Ge Pamungkas tersebut menggunakan pemikiran Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul Forms of Talk serta Judith Butler dalam buku berjudul Excitable Speech A Politics of The Performative dan Gender Trouble Feminism and The Subversion of Identity juga pemikiran femnisme radikal dalam buku Rosemarie Tong dalam bukunya berjudul Feminist Thought
Hasil dari penelitian ini adalah Ge Pamungkas melakukan gender based hate speech yang ia sisipkan pada materi stand up comedy nya dan menyalurkannya kepada para penonton yang mana hal tersebut dapat merugikan perempuan Gender based hate speech yang disalurkan Ge Pamungkas melalui penampilan stand up comedy nya juga semakin melanggengkan kebudayaan patriarki dalam masyarakat yang selalu mengobjektifikasi serta mengopresi perempuan Ge pamungkas menggunakan komedi lelucon sebagai kamuflasenya dalam melakukan gender based hate speech tersebut Melalui komedi lelucon penonton lebih mudah untuk menyerap segala informasi penuh kebencian terhadap perempuan yang disampaikan oleh Ge Pamungkas

The purpose of this research is to show that Ge Pamungkas has brought a gender based hate speech on his stand up comedy's bits while he was competing in Stand Up Comedy Indonesia Season 2 held by Kompas TV This research uses a qualitative method by doing a discourse analysis for transcripts of all the Ge Pamungkas'sixteen videos The analysis uses Erving Goffman's thoughts from his book called Forms of Talks the idea of Judith Butler from her two books Excitable Speech A Politics of The Performative and Gender Trouble Feminism and The Subversion of Identity and also Rosemarie Tong's thought from her book Femnist Thought
The result of this research shows that Ge Pamungkas was doing a gender based hate speech through his stand up comedy's bits then delivered it to his audience which is harmful to women Gender based hate speech that Ge delivered through his stand up comedy's performance also perpetuate a patriarchal culture in society where women always being oppressed and objectified He used comedy or jokes as the camouflage so he could perform the gender based hate speech freely Through comedy or jokes it was easily for audiences to understand all of the hateful information about gender issues Ge has brought
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>