Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransisca Pekerti
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh press needle aurikular terhadap penurunan intensitas nyeri dan peningkatan kualitas hidup serta mengetahui efek samping pada pasien nyeri kronis dengan gejala depresi.
Metode: Desain dari penelitian ini adalah randomized controlled trial dengan dua kelompok, yaitu: kelompok perlakuan yang mendapatkan terapi menggunakan press needle Pyonex ukuran 0,17 x 0,9 mm pada titik MA-TF1 Shenmen, MA-IC7 Heart dan MA-IT1 Cingulate gyrus, dan kelompok kontrol dengan menggunakan plester berbentuk bulat tanpa jarum pada titik yang sama. Pada kedua kelompok tidak dilakukan stimulasi. Press needle terpasang selama 14 hari, dengan pergantian jarum satu kali pada hari ketujuh. Luaran dinilai menggunakan skor VAS dan kuesioner SF-12.
Hasil: Penelitian ini mengikutsertakan 60 subjek (30 subjek kelompok perlakuan dan 30 subjek kelompok kontrol). Skor VAS kelompok perlakuan pada hari ke-7 dan hari ke-14 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (2(0-5) vs. 3(0-6), p=0,045; 1(0-4) vs. (3(0- 6), p=0,007). Peningkatan skor SF-12 kelompok perlakuan baik komponen fisik (PCS- 12) maupun komponen mental (MCS-12) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (45,75 (35,4 - 56,12) vs. 41,82 (35,4 - 50,52), p=0,001; 50,25 (39,61 - 62,12) vs. 44,98 (37,07 - 55,99), p=0,002) pada hari ke-14. Terdapat efek samping ringan yang bersifat sementara dan membaik tanpa intervensi lebih lanjut, berupa gatal (3,3%) dan kemerahan (1,6%) pada kedua kelompok.
Kesimpulan: Press needle aurikular terbukti efektif dan aman dalam menurunkan intensitas nyeri dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien nyeri kronis dengan gejala depresi.

Background: This study aims to determine the effect of auricular press needle therapy on pain intensity reduction and quality of life improvement, as well as to assess the side effects in patients with chronic pain and depressive symptoms.
Methods: The design of this study is a randomized controlled trial with two groups: the treatment group receiving therapy using Pyonex® press needles sized 0.17 x 0.9 mm at the MA-TF1 Shenmen, MA-IC7 Heart, and MA-IT1 Cingulate gyrus points, and the control group receiving round adhesive patches without needles at the same points. No stimulation was performed in either group. The press needles were applied for 14 days, with a needle change on the seventh day. Outcomes were assessed using the Visual Analog Scale (VAS) and the SF-12 questionnaire.
Results: This study included 60 subjects (30 in the treatment group and 30 in the control group). The VAS scores in the treatment group on days 7 and 14 were lower compared to the control group (2(0-5) vs. 3(0-6), p=0.045; 1(0-4) vs. 3(0-6), p=0.007). The improvement in SF-12 scores for both physical component (PCS-12) and mental component (MCS-12) in the treatment group was higher than in the control group (45.75 (35.4 - 56.12) vs. 41.82 (35.4 - 50.52), p=0.001; 50.25 (39.61 - 62.12) vs. 44.98 (37.07 - 55.99), p=0.002) on day 14. There were mild, transient side effects that improved without further intervention, including itching (3.3%) and redness (1.6%) in both groups. Conclusion: Auricular press needle therapy has been shown to be effective and safe in reducing pain intensity and improving quality of life in patients with chronic pain and depressive symptoms.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khasanah
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh press needle aurikular terhadap penurunan gejala depresi dan peningkatan nilai Heart Rate Variability (HRV) serta mengetahui efek samping pada pasien dengan gejala depresi pada nyeri kronis.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain randomized controlled trial yang terdiri dari dua kelompok: kelompok perlakuan diberikan press needle Pyonex ukuran 0,17 x 0,9 mm pada titik MA-TF1 Shenmen, MA-IC7 Heart dan MA-IT1 Cingulate gyrus, dan kelompok kontrol diberikan plester berbentuk bulat pada titik yang sama. Kedua kelompok tidak diberikan stimulasi. Pergantian jarum dilakukan satu kali dalam 2 minggu (setiap 7 hari). Luaran yang diukur adalah skor PHQ-9 serta nilai Heart Rate Variability. Hasil: Peserta penelitian yang mengikuti penelitian ini berjumlah 60 subjek (30 subjek kelompok perlakuan dan 30 subjek kelompok kontrol). Gejala depresi pada kelompok perlakuan (3,00 (0,00-9,00)) lebih baik daripada kelompok kontrol (5,00 (0,00-16,00)) pada hari ke-14 terapi (p<0,05). Heart Rate Variability pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0,05) pada hari ke-1 (48,00 (31,00-66,00)), hari ke- 7 (50,00 (29,00-63,00)) dan hari ke-14 (51,50 (41,00-65,00)) dibandingkan kelompok kontrol pada hari ke-1 (50,00 (30,00-63,00)), hari ke-7 (48,00 (38,00-68,00)) dan hari ke- 14 (48,00 (27,00-65,00)). Terdapat efek samping berupa gatal 2(3,3%) dan kemerahan 1(1,6%) pada kedua kelompok yang membaik tanpa intervensi lebih lanjut. Kesimpulan: Press needle aurikular terbukti aman dan efektif dalam menurunkan gejala depresi pasien dengan gejala depresi pada nyeri kronis.

Background: This study aims to determine the effect of auricular press needle on reducing depressive symptoms and increasing Heart Rate Variability (HRV) values and to determine the side effects in patients with depressive symptoms in chronic pain. Method: This study used a randomized controlled trial design consisting of two groups: the treatment group was given a 0.17 x 0.9 mm Pyonex press needle at the MA-TF1 Shenmen, MA-IC7 Heart and MA-IT1 Cingulate gyrus points, and the control group was given a round plaster at the same point. Both groups were not given stimulation. The needle was changed once every 2 weeks (every 7 days). The outcomes measured were the PHQ-9 score and the Heart Rate Variability value.
Results: The study participants who took part in this study numbered 60 subjects (30 subjects in the treatment group and 30 subjects in the control group). Depression symptoms in the treatment group (3.00 (0.00-9.00)) were better than the control group (5.00 (0.00-16.00)) on the 14th day of therapy (p<0.05). Heart Rate Variability in both groups was not statistically significantly different (p>0.05) on day 1 (48.00 (31.00- 66.00)), day 7 (50.00 (29.00-63.00)) and day 14 (51.50 (41.00-65.00)) compared to the control group on day 1 (50.00 (30.00-63.00)), day 7 (48.00 (38.00-68.00)) and day 14 (48.00 (27.00-65.00)). There were side effects in the form of itching 2 (3.3%) and redness 1 (1.6%) in both groups that improved without further intervention.
Conclusion: Auricular press needle has been proven safe and effective in reducing depressive symptoms in patients with depressive symptoms in chronic pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Justitia Intan Miftakhul Jannah
"Nyeri pada pasien kanker serviks berupa nyeri kronik. Beberapa dampak dari nyeri kronik seperti kelemahan, depresi, insomnia, hambatan pada kehidupannya sehari-hari seperti mandi, berpakaian dan makan akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Perawatan paliatif merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala seperti nyeri sehingga diharapkan kualitas hidup pasien dapat meningkat. Imajinasi terbimbing adalah terapi komplementer yang digunakan untuk mengurangi nyeri dengan memanfaatkan narasi atau cerita yang tujuannya untuk mempengaruhi pikiran seseorang agar fokus dalam berimajinasi dan berkhayal. Tujuan dari laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk menganalisis manfaat penerapan intervensi imajinasi terbimbing pada pasien kanker serviks yang menjalani operasi laparatomi debulking dan sistoscopi. Intervensi keperawatan yang diberikan berupa intervensi relaksasi nafas dalam dan imajinasi terbimbing. Setelah diberikan terapi imajinasi terbimbing dengan durasi 30 menit selama 4 hari berturut-turut, terjadi penurunan skala nyeri dari nyeri sedang (skala 6-4) menjadi ringan (skala 1-3). Selain itu, pasien juga menunjukan ekspresi yang lebih tenang, meningkatnya toleransi dalam beraktivitas, dan tidak tampak meringis kesakitan. Oleh karena itu, intervensi imajinasi terbimbing dapat digunakan sebagai upaya alternatif nonfarmakologis yang melengkapi intervensi farmakologis analgetik untuk mengurangi nyeri pada pasien kanker. Kata kunci: imajinasi terbimbing, kanker serviks, nyeri, perawatan paliatif

Pain in cervical cancer patients in the form of chronic pain. Some of the effects of chronic pain such as weakness, depression, insomnia, obstacles in daily life such as bathing, dressing and eating will affect the patient's quality of life. Palliative care is a type of health service that focuses on alleviating symptoms such as pain so that the patient's quality of life is expected to improve. Guided imagination is a complementary therapy that is used to reduce pain by utilizing narratives or stories whose purpose is to influence one's mind to focus on imagining and imagining. The purpose of this nursing care report is to analyze the benefits of implementing guided imagination interventions in cervical cancer patients undergoing debulking laparotomy and cystoscopy. The nursing interventions provided are deep breathing relaxation interventions and guided imagination. After being given guided imagination therapy with a duration of 30 minutes for 4 consecutive days, the pain scale decreased from moderate pain (scale 6-4) to mild (scale 1-3). In addition, the patient also showed a calmer expression, increased tolerance in activities, and did not seem to wince in pain. Therefore, guided imagination intervention can be used as an alternative non- pharmacological effort that complements analgesic pharmacological interventions to reduce pain in cancer patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"ABSTRAK
Nyeri kronik pada sendi dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan lansia seperti terganggunya mobilitas dan aktivitas sehari-hari lansia. Karya ilmiah ini bertujuan menganalisis hasil praktik klinik pada opa S (75 tahun) dengan masalah nyeri kronik pada sendi menggunakan intervensi kompres hangat aromaterapi dan relaksasi napas dalam. Praktik dilakukan di STW Ria Pembangunan Cibubur selama tiga minggu. Pengkajian nyeri menggunakan pendekatan PQRST dan menggunakan numeric rating scale (NRS). Hasil keperawatan selama tiga minggu dengan jumlah kompres hangat aromaterapi dilakukan sebanyak empat kali dan relaksasi napas dalam juga empat kali, menunjukkan tingkat nyeri berkurang dari skala enam menjadi skala dua. Studi ini menyarankan untuk pengaplikasian kompres hangat aroma terapi dan relaksasi napas dalam bagi lansia dengan nyeri kronik di institusi perawatan jangka panjang.

ABSTRACT
Chronic pain in the joints can have a negative impact on the lives of the elderly such as the disruption of mobility and the daily activities of the elderly. This scientific work aims to analyze the results of clinical practice in opa S (75 years) with the problem of chronic pain in the joints using the intervention of warm compresses aromatherapy and deep breathing relaxation. The practice was carried out at STW Ria Pembangunan Cibubur for three weeks. Pain assessment uses the PQRST approach and uses a numeric rating scale (NRS). The results of nursing for three weeks with the amount of aromatherapy warm compresses carried out four times and deep breathing relaxation also four times, showed the level of pain reduced from a scale of six to a scale of two. This study suggests the application of warm compresses to aroma therapy and deep breathing relaxation for elderly with chronic pain in long-term care institutions.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juniarto Jaya Pangestu
"Pendahuluan: Nyeri bahu merupakan salah satu masalah yang kerap menjadi keluhan pasien di klinik orthopaedi. Saat ini belum ada instrumen untuk menilai luaran klinis bahu berbahasa Indonesia yang sudah teruji validitas dan reliabilitas. Constant Score (CS) merupakan alat ukur luaran yang sering digunakan dalam literatur untuk mendeskripsikan kondisi fungsional bahu.
Metode: Adaptasi Constant Score ke dalam bahasa Indonesia dilakukan sesuai dengan pedoman yang direkomendasikan oleh Beaton et al. Pengambilan sampel secara konsekutif dilakukan di klinik orthopaedi RS Cipto Mangunkusumo dan RSUP Fatmawati pada pasien dengan keluhan nyeri bahu. Uji validitas dan reliabilitas kuisioner CS-INA versi final dilakukan oleh satu orang peneliti dalam 2 kali kesempatan dengan rentang 1-2 minggu. Responden juga diminta mengisi kusioner SF-36 berbahasa Indonesia pada pertemuan pertama.
Hasil: Sebanyak 102 bahu (101 pasien) diikutsertakan dalam studi validasi dan reliabilitas. Uji validitas konstruk antar poin kuisioner menunjukkan korelasi moderat hingga kuat (Koefisien korelasi 0,429-0,846; p < 0,05). Validitas kriteria dengan kuisioner SF-36 juga menunjukkan korelasi kuat (Pearson correlation 0,90; p < 0,05). Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi internal yang sangat baik (Cronbach’s  = 0,85) dan korelasi intrakelas yang baik (ICC = 0,86). Hasil yang baik juga ditunjukkan dari skor SEM 7,32 dan 6,82 serta MDC 14,4 dan 13,3. Dalam penelitian ini tidak didapatkan efek floor and ceiling.
Kesimpulan: Adaptasi Constant Score ke dalam bahasa dan kultur Indonesia menghasilkan alat ukur luaran yang valid dan reliabel untuk digunakan dalam populasi pasien Indonesia dengan keluhan nyeri bahu.

Introduction: Shoulder pain is one of the main complaints of patients coming to the orthopaedic clinic. To the extend of our knowledge, there has been no outcome measure relating to shoulder complaints in Indonesian language. Constant Score (CS) is widely used in publications and literatures to explain shoulder functional outcome.
Method: Cross-cultural adaptation of the Constant score to Indonesian language and culture was performed according to recommendation by Beaton et al. Data from patient with shoulder pain were collected consecutively in the orthopaedic clinic in Cipto Mangunkusumo National General Hospital and Fatmawati General Hospital. Validity and reliability study of the final version of CS-INA was conducted by one researcher in 2 meetings, within 1-2 weeks. The Indonesian version of the SF-36 questionnaire was also given to the respondents.
Results: A total of 102 shoulders (101 patients) was included in the study. CS-INA showed excellent construct validity between items of questionnaire (correlation coefficient 0.429-0.846; p < 0.05) and criterion validity with SF-36 (Pearson correlation 0.90; p < 0.05). Reliability study showed good internal consistency (Cronbach’s  = 0.85) and intraclass correlation (ICC = 0.86). The SEM of the test and retest were 7,37 and 6,82, while the MDC were 14,3 and 13,3. There is no floor and ceiling effects observed in this study.
Conclusion: The Indonesian version of the Constant Score exhibits good validity and reliability for Indonesian population complaining of shoulder pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Sugiyono
"Latar belakang: Nyeri leher merupakan salah satu keluhan muskuloskeletal tersering menduduki urutan ke 2 setelah nyeri punggung bawah dalam menyebabkan disabilitas, kehilangan produktivitas dalam pekerjaan dan rekurensi. Nyeri leher berhubungan dengan berbagai hendaya dan disabilitas mulai dari nyeri, kekakuan, gangguan keseimbangan, kognitif dan gangguan emosi serta mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan berpengaruh pada kualitas hidup. Pengukuran disabilitas akibat nyeri leher menggunakan self-reported questionnaire yang sahih dan andal menjadi komponen penting dalam evaluasi dan pemantauan nyeri, disabilitas dan keadaan psikososial pada pasien nyeri leher. Tujuan studi ini adalah untuk menilai kesahihan dan keandalan Neck Disability Index (NDI) untuk mengukur disabilitas pasien nyeri leher di Indonesia.
Metode : Kuesioner NDI orisinil dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan metode adaptasi transkultural dari Mapi Research Trust ke bahasa Indonesia melalui proses forward translation, backward translation, cognitive debriefing dan proofreading. Kuesioner NDI bahasa Indonesia yang telah disetujui oleh peneliti dan pengelola kuesioner dinilai kesahihan dan keandalannya dengan diuji pada 50 pasien nyeri leher di Poliklinik Rehabilitasi Medik RS Cipto Mangunkusumo. Kesahihan konstruksi dinilai dengan menggunakan korelasi antar item terhadap skor total. Keandalan dinilai dengan konsistensi internal berdasarkan Cronbach alpha dan keandalan test-retest yang dinilai dalam jangka waktu 2-3 jam dengan kuesioner kedua yang telah dirandomisasi.
Hasil : Subjek penelitian berada pada rentang usia 45.3±14.7 tahun dengan 74% merupakan perempuan. Kesahihan konstruksi dari kuesioner didapatkan korelasi sedang – kuat dengan koefisien korelasi 0.416-0.761. Konsistensi internal didapatkan baik dengan Cronbach 0.839. Keandalan test-retest didapatkan baik dengan intraclass correlation sebesar 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Kesimpulan : Kuesioner Neck Disability Index bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang sahih dan andal dalam penilaian disabilitas pada pasien nyeri leher.

Background: Neck pain is one of the most common musculoskeletal complaint and ranks second after low back pain. It causes disability, loss of productivity at work and recurrence. Neck pain is associated with various disabilities ranging from pain, stiffness, balance disorders, cognitive and emotional disorders and affects daily activities and quality of life. Measurement of disability due to pain using self-reported questionnaires that is valid and reliable becomes an important component in the evaluation and monitoring of pain, disability and psychosocial conditions in neck pain patients. The aim of this study was to assess the validity and reliability of Neck Disability Index (NDI) to measure disability in neck pain patients in Indonesia. Method : The original English NDI questionnaire was translated using the transcultural adaptation method from Mapi Research Trust into Indonesian through the process of forward translation, backward translation, cognitive debriefing and proofreading. The Indonesian NDI questionnaire which was approved by the NDI developer was assessed for validity and reliability by being tested on 50 neck pain patients at the Medical Rehabilitation Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital. The construct validity was assessed using the item-total correlation. Reliability was assessed by internal consistency based on Cronbach alpha and test-retest reliability which was assessed within a period of 2-3 hours with a second randomized questionnaire.
Results : The research subjects were in the age range of 45.3±14.7 years with 74% being women. The validity of the construction of the questionnaire obtained a moderate - strong correlation with a correlation coefficient of 0.416-0.761. Internal consistency was good with Cronbach 0.839. Test-retest reliability was good with an intraclass correlation of 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Conclusion : The Indonesian Neck Disability Index questionnaire is a valid and reliable questionnaire in assessing disability in neck pain patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Sudjatmika S.
"Latar Belakang dan Tujuan : Penelitian sebelumnya di Hepatologi RSCM menyatakan petanda serum infeksi VHB tidak sepenuhnya menggambarkan aktivitas intrahepatik karena tidak terdapat korelasi yang kuat antara cccDNA dan pgRNA dengan petanda infeksi serum VHB. Oleh sebab itu, diperlukan kelanjutan pemeriksaan petanda serum yang berkorelasi kuat dengan aktivitas virus intrahepatik, sehingga pemeriksaan HBsAg kuantitatif serum diharapkan dapat menjadi pemeriksaan alternatif yang mencerminkan aktifitas virus intrahepatik.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan adalah retrospektif kohort dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 26 sampel. Data pendukung lainnya merupakan data sekunder dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di Divisi Hepatologi RSCM, Jakarta. Pemeriksaan jumlah partikel HBsAg intrahepatik dilakukan terhadap hasil biopsi sebelum dan sesudah terapi. Pengambilan data jumlah partikel HBsAg intrahepatik dimulai dari bulan November 2012 hingga November 2013.
Hasil Penelitian : Dari 26 pasien yang dilibatkan dalam studi ini; 17 pasien (67,4%) di antaranya adalah perempuan. Rerata usia adalah 40 + 11,4 tahun dengan rentang antara 23 sampai 70 tahun. Hasil terapi menunjukkan tidak ada penurunan jumlah partikel HBsAg intrahepatik. Namun, ada penurunan terhadap kadar HBsAg kuantitatif serum sesudah pemberian antivirus oral.
Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara jumlah partikel HBsAg intrahepatik dan kadar HBsAg kuantitatif serum. Terapi nukleosida analog tidak dapat menurunkan jumlah partikel HBsAg Intrahepatik.

Background and Aims : Previous research on serum markers of HBV infection conducted at Hepatology Division of RSCM did not fully describe intrahepatic activities because there was no strong correlation of cccDNA and pgRNA with serum markers of HBV infection. Therefore, more research was necessary to prove whether there is a correlation between continuous examination of serum markers and intrahepatic viral activity, so that the examination of quantitative serum HBsAg can be scientifically established as an alternative examination that reflects the activity of intrahepatic virus.
Methods : This study applied retrospective cohort method using samples taken from as much as 26 patients. To support this study, secondary data were obtained from previous studies conducted at Hepatology Division of RSCM, Jakarta. Examination of the number of intrahepatic HBsAg particles was carried out on biopsy samples, before and after therapy. Data retrieval was conducted from November 2012 to November 2013.
Results : Of the 26 patients participating in this study, 17 (67,4%) were women. Their mean age was 40 + 11.4 years ranging from 23 to 70 years. The results of the therapy showed that there was no decrease in the number of intrahepatic HBsAg particles. However, there was a decline in the quantitative serum HBsAg level after the administration of oral antiviral medication.
Conclusion : There is no correlation between the number of intrahepatic HBsAg particles and quantitative serum HBsAg level. In other words, nucleoside analog therapy does not reduce the amount of intrahepatic HBsAg particles.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Dimara
"Latar Belakang: Mukositis oral adalah efek samping radioterapi pada kanker kepala dan leher yang menyebabkan kerusakan akut jaringan normal, nyeri hebat, dan penurunan kualitas hidup. Terapi akupunktur manual merupakan metode non-farmakologis yang efektif untuk mengelola nyeri, mengurangi penggunaan obat anti-nyeri termasuk opioid, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Metode: Penelitian ini adalah studi serial kasus pada 5 pasien kanker Nasofaring dengan Mukositis oral. Terapi akupunktur manual dilakukan selama 20 menit, dengan luaran yang dinilai meliputi skor nyeri (VAS) dan kualitas hidup menggunakan kuesioner EORTC QLQ-H&N35. Hasil: Terapi akupunktur manual secara signifikan menurunkan nyeri berdasarkan VAS pada setiap sesi terapi (Mean Difference VAS: -3.4 hingga -3.8, p < 0.05). Penilaian kualitas hidup berdasarkan EORTC QLQ-H&N35 belum menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik, namun analisis individual menunjukkan perbaikan pada beberapa aspek kualitas hidup. Kesimpulan: Terapi akupunktur manual aman dan dapat diberikan pada pasien kanker Nasofaring dengan Mukositis oral untuk mengurangi nyeri tanpa efek samping.

Background: Oral mucositis is a side effect of radiotherapy for head and neck cancer, causing acute damage to normal tissues, severe pain, and reduced quality of life. Manual acupuncture therapy is a non-pharmacological method effective in managing pain, reducing the use of pain medications, including opioids, and improving patients' quality of life. Methods: This study is a case series involving 5 Nasopharyngeal cancer patients with oral Mucositis. Manual acupuncture therapy was performed for 20 minutes, with outcomes measured by pain scores (VAS) and quality of life using the EORTC QLQ-H&N35 questionnaire. Results: Manual acupuncture therapy significantly reduced pain as measured by VAS in each therapy session (Mean Difference VAS: -3.4 to - 3.8, p < 0.05). Quality-of-life assessment based on EORTC QLQ-H&N35 did not show statistically significant differences overall; however, individual analysis indicated improvements in several quality-of-life aspects. Conclusion: Manual acupuncture therapy is safe and can be administered to Nasopharyngeal cancer patients with oral Mucositis to alleviate pain without side effects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Norma Fitriati
"Nyeri merupakan salah satu alasan utama bagi kebanyakan individu untuk mencari bantuan medis, terutama saat berusia produktif. Dampak terburuk nyeri kronis ada pada Health-Related Quality of Life (HRQoL) individu. Faktor yang memperngaruhi HRQoL diantaranya koping religius positif, resiliensi, dan pain interference. 437 individu dengan nyeri kronis berpartisipasi dalam penelitian ini dan mengisi alat ukur Religious Coping Scale (RCOPE), Brief Resilience Scale (BRS), Pain Interference – Short Form (PI-SF), dan Health-related Quality of Life Short Form 12 version 2 (HRQoL SF-12v2). Hasil analisis statistik serial multiple mediator model menunjukkan bahwa resiliensi dan pain interference menjadi partial mediator (c = 0.34 > c' = 0.23). Pengaruh koping religius positif terhadap HRQoL dapat terjadi langsung maupun melalui perantara mediator berupa resiliensi dan pain interference secara berturut-turut (a1d21b2 = 0.02, 95% CI [0.004, 0.05]). Individu yang menjalin kedekatan dengan Tuhan dan komunitas spiritualnya akan terbantu untuk bangkit dan berfungsi kembali, sehingga hambatan akibat nyeri kronisnya terminimalisir. Meskipun nyeri kronis masih ada, namun individu akan mempersepsikan bahwa kesehatannya meningkat karena ia dapat kembali beraktivitas fisik dan sosial. Penggunaan koping religius positif dan pengembangan resiliensi bermanfaat untuk praktik psikologis dalam menangani individu dengan nyeri kronis.

Pain became leading caused for most people seeking medical care, especially during their productive age. Health related quality of life (HRQoL) is the most negatively affected by chronic pain. Apparently religious copying, resilience, and pain interference influence HRQoL. However, how their influence is unclear. This study examine how those factors effecting HRQoL of individuals with chronic pain using Health-related Quality of Life Short Form 12 version 2 (HRQoL SF-12v2), Religious Coping Scale (RCOPE), Brief Resilience Scale (BRS), and Pain Interference – Short Form (PI-SF). There were 437 participants (Indonesian ≥18 years) whose data was collected online and offline. Statistical analysis using serial multiple mediator model found that resilience and pain interference are partial mediator (c = 0.34 > c' = 0.23). The relationship between religious copying and HRQoL can be directed and went through resilience and pain interference consecutively as mediators (a1d21b2 = 0.02, 95% CI [0.004, 0.05]). Getting close with God and his spiritual community help individuals to rise and refunctioning, so chronic pain interference is minimized. Although chronic pain is still present, individuals will perceive that their health is improving because they can return to their physical and social activities. The use of positive religious coping and development resilience are beneficial for psychological practice in managing chronic pain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Lavinia
"Nyeri merupakan alasan primer bagi mayoritas pasien Artritis Reumatoid (AR) datang berobat. Walaupun pasien sudah masuk dalam kriteria remisi, sebagian besar pasien masih melaporkan nyeri yang signifikan dan berkepanjangan. Nyeri kronis diperkirakan berkaitan dengan proses noninflamatorik dan mekanisme sentral, sehingga perlu dipertimbangkan intervensi psikologis sebagai terapi ajuvan—selain edukasi, terapi farmakologis, serta rehabilitasi fisik sebagai tiga aspek utama pilar tatalaksana AR. Salah satu modalitas intervensi psikologis terbaru yang banyak dikembangkan adalah intervensi mindfulnesss yang berfokus terhadap keadaan saat ini (present moment), keterbukaan, dan penerimaan (acceptance) terhadap pengalaman saat ini. Pada penelitian ini 15 subjek penderita AR diberikan intervensi mindfulnesss berbasis video sebanyak 3 kali, dengan durasi 10-15 menit setiap sesi, dan diberikan perawatan standar dari dokter penyakit dalam ahli reumatologi. Skala nyeri dinilai menggunakan Visual Analog Scale (VAS) dan aktivitas penyakit dinilai menggunakan instrumen Disease Activity Score 28 (DAS28). Didapatkan perbedaan rerata skor nyeri yang signifikan antara sebelum dengan setelah mendapatkan intervensi (beda rerata: 13,33, 95% IK 7,37-19,30, p<0,001). Latihan mandiri pada fase awal juga ditemukan memiliki hubungan yang bermakna terhadap perubahan skor nyeri (beda rerata: 10,60, 95% IK 0,83-20,37, p=0,036). Walaupun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perubahan skor nyeri.

Pain is the main reason for the majority of Rheumatoid Arthritis (RA) patients seek treatment. Eventhough patients have met the remission criteria, most patients still report significant and prolonged pain. Chronic pain is thought to be related to non-inflammatory processes and central mechanisms, so it is necessary to consider psychological interventions as adjuvant therapy—in addition to education, pharmacological therapy, and physical rehabilitation as the three main aspects of RA management. One of the most recent psychological intervention modalities that has been developed is mindfulnesss-based intervention that focuses on the present moment and acceptance of current experiences. In this study, 15 subjects with AR were given 3 video-based mindfulnesss interventions, with duration of 10-15 minutes for each session, and were given standard care from rheumatologist. The pain scale was assessed using the Visual Analog Scale (VAS) and disease activity was assessed using the Disease Activity Score 28 (DAS28) instrument. There was a significant difference in the mean pain score between before and after receiving the intervention (mean difference: 13.33, 95% CI 7.37-19.30, p<0.001). Independent exercise in the early phase also found a significant relationship to changes in pain scores (mean difference: 10.60, 95% CI 0.83-20.37, p=0.036). Even so, further research is still needed to study the factors that influence changes in pain scores."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>