Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130235 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurnia Anggraini
"Evaluasi dan prediksi perubahan tutupan lahan di Taman Nasional Kerinci Seblat SPTN Wilayah 1 Kerinci memerlukan pengendalian melalui pemodelan perubahan tutupan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis klasifikasi dan validasi peta tutupan lahan multi-temporal serta memprediksi tutupan lahan tahun 2024, 2029 dan 2034. Pemodelan perubahan tutupan lahan dilakukan menggunakan metode klasifikasi hibrida semi-otomatis yang mengintegrasikan teknik analisis citra berbasis objek dan kemungkinan maksimum pada data Landsat. Teknik pembelajaran mesin, yaitu automata seluler dan jaringan saraf tiruan (CA-ANN) melalui plugin MOLUSCE di QGIS, digunakan untuk memodelkan pola tutupan lahan masa depan. Analisis spasial menunjukkan klasifikasi periode 2015–2024, perubahan tutupan lahan menunjukkan bahwa tubuh air mengalami fluktuasi namun secara keseluruhan meningkat sebesar 1,323%. Hutan lahan kering menurun total sebesar -0,763%, sementara hutan lahan basah meningkat secara bertahap dengan total kenaikan sebesar 0,533%. Perkebunan dan lahan terbuka juga mengalami peningkatan kecil, masing-masing sebesar 0,307% dan 0,005%. Tanaman campuran menurun pada 2015–2019 sebesar -0,082%, tetapi menunjukkan peningkatan kecil sebesar 0,097% pada 2022–2024. Pemodelan spasial perubahan tutupan lahan dari 2024 hingga 2034 cenderung minim. Tubuh air diperkirakan sedikit meningkat 0,02% pada 2024-2029 dan 0,81% pada 2024-2034. Hutan lahan kering mengalami peningkatan kecil 0,07% pada 2024-2029, namun menurun 0,02% pada 2024-2034. Hutan lahan basah diproyeksikan berkurang 1,48% pada 2024-2029 dan kembali ke luas hampir awal dengan perubahan 0,04% pada 2034. Perkebunan, tanaman campuran, dan lahan terbuka menunjukkan peningkatan stabil masing-masing 0,05%, 0,10%, dan 0,24% pada 2024-2034.

The evaluation and prediction of land cover changes in Kerinci Seblat National Park SPTN Region 1 Kerinci require control through land cover change modeling. This study aims to analyze the classification and validation of multi-temporal land cover maps and predict land cover for the years 2024, 2029 and 2034. Land cover change modeling is conducted using a semi-automatic hybrid classification method that integrates object-based image analysis and maximum likelihood techniques on Landsat data. Machine learning techniques, namely cellular automata and artificial neural networks (CA-ANN) via the MOLUSCE plugin in QGIS, are used to model future land cover patterns. Spatial analysis of the classification for the period 2015–2024 shows that water bodies experienced fluctuations but overall increased by 1.323%. Dryland forests decreased by a total of -0.763%, while wetland forests gradually increased with a total gain of 0.533%. Plantations and open land also showed small increases, at 0.307% and 0.005%, respectively. Mixed crops decreased by -0.082% during 2015–2019 but showed a small increase of 0.097% during 2022–2024. Spatial modeling of land cover changes from 2024 to 2034 tends to be minimal. Water bodies are expected to slightly increase by 0.02% during 2024-2029 and 0.81% during 2024-2034. Dryland forests will experience a small increase of 0.07% during 2024-2029 but decrease by 0.02% during 2024-2034. Wetland forests are projected to decrease by 1.48% during 2024-2029 and return to nearly the original area with a 0.04% change in 2034. Plantations, mixed crops, and open land show stable increases of 0.05%, 0.10%, and 0.24%, respectively, from 2024 to 2034."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Primajati
"Deforestasi merupakan masalah konservasi global, khususnya di hutan tropis. Analisis spasial dan temporal diperlukan untuk menentukan pola dan penyebab deforestasi serta memandu intervensi yang efektif. Pulau Sumatera di Indonesia telah mengalami laju deforestasi tinggi, dan bentang alam Kerinci Seblat menjadi salah satu kawasan hutan terpenting yang tersisa. Penelitian ini menggunakan data pemantauan hutan spasial dan temporal dari dataset European Commission's Tropical Moist Forest, dan data validasi lapangan untuk mengkarakterisasi deforestasi menggunakan sembilan variable prediktor: zonasi di Taman Nasional Kerinci Seblat, deforestasi sekitar, konsesi kehutanan, ketinggian tempat, rute patroli, perhutanan sosial, titik api, jarak dari pemukiman, dan konsesi pertambangan. Data deforestasi historis digunakan pada tahun 1986-2015, dan deforestasi pada tahun 2016-2020 digunakan sebagai variabel respon. Studi ini menggunakan kerangka pemodelan GLM di R dalam menemukan model terbaik untuk proyeksi deforestasi di Lanskap Kerinci Seblat dari tahun 2020 hingga 2045. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deforestasi semakin cenderung menurun dan terjadi di dekat aktivitas manusia dan pemukiman. Efektivitas kegiatan patroli dalam mencegah deforestasi menunjukkan perlunya pengerahan sumber daya yang lebih strategis. Perhutanan Sosial, konsesi pertambangan dan kehutanan di sekitar kawasan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat berkontribusi signifikan terhadap deforestasi, sehingga menekankan pentingnya praktik berkelanjutan dan intervensi konservasi alam yang lebih luas.

Deforestation is a worldwide conservation problem in tropical forests. Conducting spatial and temporal analysis is necessary to identify the trends and causes of deforestation. Sumatra, an island in Indonesia, experienced significant deforestation, with the Kerinci Seblat landscape being one of the few crucial forests. This study utilizes spatial and temporal forest monitoring data from the Tropical Moist Forest dataset, along with field validation data, to analyze and describe deforestation. The analysis is based on nine predictor variables, namely Kerinci Seblat National Park zonation, deforestation neighbourhood, forestry concessions, altitude, patrol routes, social forestry, fire hotspots, distance from settlements, and mining concessions. The study utilized historical deforestation data from 1986 to 2015, with deforestation from 2016 to 2020 being analyzed as the response variable. This study employs the Generalized Linear Modeling framework in the R programming language to identify the optimal model for predicting deforestation in the Kerinci Seblat Landscape between the years 2020 until 2045. The study findings indicate that deforestation tends to decline and mostly transpires near human activities and communities. The efficacy of patrol operations in forestalling deforestation highlights the necessity for a more strategic allocation of resources. The presence of social forestry, mining, and forestry concessions in the vicinity of Kerinci Seblat National Park has a substantial impact on deforestation. This emphasizes the need for sustainable practices and more comprehensive interventions for environment protection."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reksa Kurnia Robi
"ABSTRAK
Studi pengaruh ketinggian terhadap keanekaragaman Insectivora dan Rodentia di Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Seblat dilakukan pada ketinggian 1500 mdpl dan 2000 mdpl. Survei dilakukan secara removal sampling menggunakan pitfall trap dan snap trap yang diletakkan mengikuti garis transek. Survei dilakukan selama 9 hari (17?26 Januari 2011) dengan trapping effort sebesar 1677 trap night dan trap success rate sebesar 6,8%. Sebanyak 10 spesies ditemukan pada ketinggian 1500 mdpl dan 9 spesies ditemukan pada ketinggian 2000 mdpl. Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya ketinggian. Indeks kesamaan Sørensen (CCs = 0,42) menunjukkan adanya perbedaan komposisi spesies dari kedua lokasi yang diduga akibat perbedaan tipe habitat di kedua ketinggian.

ABSTRACT
Aims of this study is to investigate the effect of elevation on diversity of Insectivores and Rodents in Gunung Tujuh, Kerinci Seblat National Park. Surveys were conducted at 1500 masl and 2000 masl elevation by employing removal sampling technique from 17 to 26 January 2011. Specimens were collected using pitfall trap and snap trap arranged in a 100 m line transect. These nine days survey covering trapping effort of 1677 trapnight, and resulting in 6,8% trap succes rate. Ten species were recorded at 1500 masl elevation, slightly higher compared to only nine species recorded at 2000 masl elevation. Shannon-Wienner index shows a decreasing pattern with increasing elevation. In addition, Sørensen similarity index (CCs = 0,42) shows a differences in species composition from both locations. The difference might be due to different habitat types at both locations."
Universitas Indonesia, 2011
S695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi
"ABSTRAK
Deforestasi telah terjadi di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Apabila deforestasi terus terjadi di TNKS, maka akan berdampak negatif bagi kawasan TNKS sebagai ekosistem hutan dalam menjaga kestabilan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju deforestasi dan mengetahui faktor- faktor pendorong terjadinya deforestasi di TNKS selama jangka waktu duapuluh empat tahun yang terbagi menjadi empat priode pengamatan. Metode analisis penelitian menggunakan analisis spasial dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukan laju deforestasi yang terjadi di TNKS selama priode awal tahun sampai dengan priode ketiga mengalami penurunan, selanjutnya laju deforestasi kembali naik pada priode akhir. Sedangkan faktor pendorong secara bersama- sama berpangaruh terhadap deforestasi, namun terdapat beberapa faktor pendorong yang memiliki peranan penting terhadap kejadian deforestasi di TNKS, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

ABSTRACT
Deforestation has occurred in the Kerinci National Park area (TNKS). If deforestation continues at TNKS, it will have a negative impact for the region TNKS as forest ecosystems in maintaining the stability of the environment. This study aims to assess the rate of deforestation and identify factors driving deforestation in TNKS for a period of twenty-four years, divided into four observation period. Research analysis method using spatial analysis and logistic regression.
The results showed the rate of deforestation in TNKS during the period up to the beginning of the third period decreased, further deforestation rates go up at the end of the period. While driving factors together influential to deforestation, but there are several driving factors that have an important role on the incidence of deforestation in TNKS, Kerinci District and Sungai Penuh City."
2016
T45392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawuntu, Joyce Helen
"ABSTRAK
Salah satu kelompok masyarakat hukum adat yang ada hingga saat ini adalah kelompok masyarakat adat di Kabupaten Lebong. Kelompok masyarakat ini adalah kelompok masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan pegunungan Bukit Barisan. Mereka hidup dari hasil memanfaatkan dan mengolah sumber daya hutan yang ada di sekitar mereka.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 192/Kpts-II/1996, tertanggal 1 Mei 1996, telah mengubah fungsi dan menunjuk sebagian kawasan hutan di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan dan Bengkulu seluas +/-1.368.000 Ha, menjadi Taman Nasional Kerinci Seblat. Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 901/Kpts-11/1999, tertanggal 14 Oktober 1999 Ditetapkan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang terletak di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan dan Bengkulu dengan luas 1.375.349,867 (satu juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu tiga ratus empat puluh sembilan delapan ratus enam putuh tujuh perseribu) hektar.
Bahwa berdasarkan UU Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1990, kedudukan Masyarakat Hukum Adat serta Hak Ulayat yang dimilikinya secara tegas diakui. Akan tetapi dalam UU No. 41/1999, pengakuan terhadap Masyarakat Hukum Adat harus memenuhi beberapa syarat, artinya keberadaan Masyarakat Hukum Adat dalam satu wilayah teritorial di Indonesia diakui sepanjang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dan keberadaannya harus diakui oleh Pemerintah Daerah setempat. Selanjutnya implementasi penyetenggaran otonomi daerah Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu terhadap peningkatan kesejahteraan' Masyarakat Hukum Adat akibat pelaksaaan surat keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 192/Kpts-II/1996 yang menetapkan kawasan TNKS sebagai kawasan cagar biosfer, belum memberikan tingkat kesejahteraan Masyarakat Hukum Adat yang maksimal dikarenakan ketika terjadi pembatasan akses terhadap Masyarakat Hukum Adat terhadap hutan, hal tersebut tidak diikuti dengan kebijakan pemberdayaan ekonomi Masyarakat Hukum Adat yang tinggal sekitar kawasan hutan.
"
2007
T 19650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suparno
"Kegiatan konservasi makin penting peranannya, dalam rangka untuk mengimbangi kegiatan eksploitasi ataupun pemanfaatan sumberdaya alam yang terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan penduduk di beberapa negara telah banyak mengancam kawasan konservasi, terutama dilakukan oleh para petani miskin yang sangat menggantungkan diri pada basis sumberdaya alam hutan.
Demikian pula masalah yang dihadapi Pemerintah Indonesia dalam usaha konservasi alam, adanya tekanan Penduduk, rendahnya tingkat kesadaran, minimnya pendapatan selain majunya teknologi mengakibatkan eksploitasi sumberdaya alam berlebihan.
Di Indonesia kebijaksanaan dan strategi perlindungan dan pelestarian hutan baik eksistensinya maupun peningkatan manfaatnya, dikembangkan melalui salah satu pola konservasi alam yaitu dalam bentuk taman nasional. Pembentukan taman nasional diarahkan kepada peningkatan manfaat kawasan baik segi konservasi maupun manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Dari 16 taman nasional, satu di antaranya Taman Nasional Kerinci Seblat, yang terletak di empat Propinsi meliputi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Sumamtera Barat. Namun telaahan penulisan tesis ini difokuskan pada wilayah taman nasional yang berada di Propinsi Jambi khususnya di Kecamatan Gunung Kerinci Kabupaten Kerinci.
Akan tetapi dalam pembinaan dan pengelolaannya taman nasional terdapat masalah dan kendala. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan ketergantungan yang menonjol secara tradisional antara masyarakat yang ada di sekitarnya. Perlu diketahui bahwa sebagian besar luar wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat di Propinsi Jambi, keberadaannya mengelilingi satu Daerah Tingkat II yaitu Kabupaten Kerinci. Untuk mengatasi keadaan di atas, Departemen Kehutanan melalui Proyek Pembinaan Taman Nasional Kerinci Seblat direncanakan pengembangan zona penyangga dengan pola agro forestry. Penetapan zona penyangga ini merupakan rangkaian aktivitas pengelolaan sebuan taman nasional.
Dengan penjalasan dan maksud tersebut, baik ketergantungan masyarakat terhadap taman nasional maupun rencana penetapan zona penyangga agar berhasil, seyogyanya harus dapat memberikan kepentingan bersama. Untuk itu tertariklah untuk melakukan penelitian yaitu tentang usaha tani masyarakat dibidang usaha peternakan sapi.
Pertimbangan penelitian tentang usaha peternakan sapi ini dikarenakan adanya peningkatan populasi dari tahun ke tahun. Selain bahwa usaha peternakan dapat bermanfaat secara positif, bila dikelola secara baik dan benar. Sebaliknya dapat menjadi perusak atau menimbulkan dampak negatif, bila dikelola secara ceroboh.
Dari ulasan di atas dapat dijabarkan masalah penelitian yaitu :
1. Apakah usaha peternakan sapi masyarakat di sekitar kawasan hutan taman nasional menunjang upaya konservasi melalui pemanfaatan zona penyangga atau tidak.
2. Apakah jalan pikir pejabat di lapang sejalan atau tidak dengan jalan pikir masyarakat terhadap pola pemanfaatan zona penyangga yang direncanakan.
Sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini, diajukanlah hipotesis (1) pengelolaan usaha peternakan sapi menunjang upaya pola agroforestry pada zona penyangga; (2) pengembangan zona penyangga sangat bermanfaat di daerah padat guna pelestarian lingkungan, sehingga memperoleh tanggapan positif; (3) ada perbedaan pendapat antara pejabat di lapang dengan masyarakat tentang rencana lokasi zona penyangga.
Adapun materi sebagai konsistensi penjabaran masalah dan hipotesis yang diajukan meliputi :
a. Usaha peternakan sapi
b. Daya dukung wilayah dalam sumber pakan hijauan ternak
c. Ruang lingkup rencana pemanfaatan zona penyangga.
Jumlah sampel responden sebanyak 85 petani ternak sapi yang dipilih berdasarkan strata luas lahan garapan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian daftar pertanyaan, wawancara dan pengamatan langsung serta dibantu dengan data sekunder.
Model analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif dengan frekuensi dan tabulasi silang serta analisis statistik uji x2 (khi kuadrat).
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
(1) Usaha peternakan sapi yang dilakukan oleh para petani, menunjang upaya pola agroforestrv_ di rencana zona penyangga. Karena itu secara tidak langsung dapat menunjang usaha konservasi hutan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Keadaan ini dapat ditinjau dari :
· Jumlah ternak yang dipelihara masih di bawah kesanggupan petani dari kemampuannya memelihara ternak sapi.
· Tatalaksana pengelolaan sudah memperhatikan dalam mencegah kerusakan sumberdaya tanah dan vegetasi tanaman.
· Fungsi ganda dari ternak sapi secara optimal telah dimanfaatkan dengan baik.
(2) Penyediaan sumber pakan ternak dari perhitungan daya dukung wilayah, dapat diekivalensi dengan jumlah unit ternak yang dapat ditampung, masih di atas jumlah unit ternak yang ada saat ini.
(3) Pengembangan pola agroforestry di rencana zona penyangga memperoleh respon positif dari petani ternak (responden).
(4) Masih terdapat perbedaan pendapat (keinginan) dari petani, terhadap lokasi zona penyangga yang direncanakan oleh Departemen Kehutanan.
Implikasi penelitian :
(1) Usaha peternakan sapi di sekitar kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat, khusus di Kecamatan Gunung Kerinci masih dapat dikembangkan sebagi alternatif usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
(2) Ruang lingkup rencana zona penyangga yaitu pola agroforestry dapat diterapkan dan dikembangkan. Tetapi untuk lokasi zona penyangga yang akan ditetapkan perlu ditinjau kembali, serta dicari pemecahannya secara bersama sama yang lebih bijaksana.
Daftar Kepustakaan 63 (1915 - 1989).

The role of Conservation activities becomes more important related to exploitation activities compensation or natural resources utilization which increase rapidly conforming with the population growth. The increase of population in some countries have threatened conservation area, especially which be done by poor farmers that much depend on forestry natural resources.
So do. Indonesian government which faces to conservate its natural resources, population pressure, low in rate of consciousness to look after, low income besides high technology to exploitate more natural resources.
In Indonesian, conservation policy and strategy and forestry lasting the existence as well as its utilization, developed through one of natural conservation pattern in the form of national park. The forming of national park is directed to the addition of the forestry utilization either its conservation or its utilization for the society.
One of 16 national parks called Taman Nasional Kerinci Seblat, is situated in 4 provinces comprises Jambi, South Sumatra, Bengkulu and West Sumatra. The thesis is focused at national parks that lies in province of Jambi especially in Sub-district of Gunung Kerinci in the regency of Kerinci.
There some problems and constraint in managing its national parks. That is due to the dependent relation is bumpy traditionally between the community and its environment. It is known that for the greater part the area of Taman Nasional Kerinci Seblat have planned to develop buffer zone by using agro forestry pattern design. The determination this buffer zone represents activities series of the management of national park.
By this explanation, the dependency of community upon the national parks well as in order to plan becomes success-fully, it is ought to be mutual benefit. Based on the cases, the researcher is attracted to research pertaining farm management especially husbandry management.
The argument to research this cases is due to the in-creasing of its population year by year. Beside the farm management becomes to utilize positively if the project is managed as good as possible. On the other hand it becomes to be "destroyer" that cause negatively if it has not been managed in good order.
Based on the review, the research problems can be describe as follows :
1. Does the management of cattle husbandry in surrounding the forest of national park can support conservation efforts through the utilization of buffer zone or not;
2. Whether the idea of the functionary in the field in accordance or not to the idea of community against the utilization pattern buffer zone to be planned.
As the temporary responds against the research problems, it has been proposed some hypothesis :
1. The management of cattle husbandry business supports agroforestry pattern at buffer zone;
2. Buffer zone determination planning by following agroforestry pattern supports cattle husbandry and get the positive respons;
3. There are difference idea between field functionary and the society regarding to determination of location plan of buffer zone.
The items which there are any consistency in problems description and hypothesis to be proposed consists of :
a. cattle husbandry bussiness;
b. the supporting forces area as cattle fresh food;
c. the planning coverage of buffer zone utilities.
Respondent sample consists of 85 families cow cattle husbandry farmers to be selected based on strata of its cultivation area.
Data to be collected by using questionnaire, interview and direct observation and aided by using secondary data.
For analyzing used, descriptive analysis by using frequency and cross tabulation and statistical analyzing X2 (chi square).
Based on the analysis conducted, the results are as follows:
1. Cattle husbandry conducted by farmers, support pattern of agroforestry efforts in buffer zone planning. Indirectly, threrefore, it can support forest conservation effort Taman Nasional Kerinci Seblat.
The conditions can be paid attention from :
· the number of cattle belong to the farmes are still below the farmer's potency in cultivation;
· its management have paid attention in avoiding the damage of land resources and its vegetation;
· The multipurpose functions of cattle have been optimally utilized in good manner.
2. The supply of cattle food based on area supporting capacity can be equivalence by number of cattle can be mended, its population are above cattle unit exists.
3. The development of agro forestry pattern in buffer zone planning has some positive response from farmer (respondent).
4. There are some differences of the willingness of farmer upon buffer zone location planned by Department of Forestry.
Research Implication :
1. Cattle husbandry business surrounding conservation area Taman Nasional Kerinci Seblat especially in sub-district of Gunung Kerinci may be developed as the alternative efforts to increase society income.
2. The buffer zone plan coverage, the agro forestry pattern, can be done and developed. But for buffer zone location will be determined to review, and to look for some good problems solving simultaneously.
Bibliography list : 63 (1915-1989)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gigih Mazda Zakaria
"Kawasan konservasi merupakan kawasan khusus yang dilindungi untuk menjaga keanekaragaman hayati di dalamnya. Pada kenyataannya, terdapat banyak kasus perburuan liar di dalam kawasan konservasi yang mengancam keberadaan satwa langka. Perburuan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terjadi di Taman Nasional Kerinci Seblat di Sumatera adalah salah satu contohnya. Studi ini akan menjelaskan bahwa perburuan liar terhadap satwa langka yang terjadi di kawasan konservasi dapat dikategorikan sebagai bentuk kejahatan lingkungan. Perburuan satwa langka yang terjadi di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat akan dianalisis dengan menggunakan teori dalam environmental criminology, yaitu teori aktivitas rutin yang melihat adanya pelaku potensial, keberadaan target, dan tempat.

Conservation area is specific protected area to maintain biodiversity inside it. But in fact, there are many cases of poaching inside conservation areas that threatened the endagered species. The poaching of sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) that happens in Kerinci Seblat National Park in Sumatera is one of the example. This study will explain that poaching can be categorized as environmental crime. Poaching in Kerinci Seblat National Park protected areas will be analyzed using environmental criminology, that is routine activity theory which see potential offender, suitable target, and places."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Pramudita
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa kawasan konservasi membatasi kegiatan pembangunan daerah, kawasan konservasi dianggap hanya sedikit sekali memberikan manfaat khususnya dalam bentuk uang pada masyarakat dan pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci dituntut untuk terus meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kegiatan pembangunan daerah. Karena itu ia membutuhkan kawasan-kawasan yang produktif. Sementara itu kawasan produktif yang masih luas adalah kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Akibatnya TNKS dianggap sebagai pembatas dan tidak memberikan kontribusi bagi pembangunan Kabupaten Kerinci. Hal ini terjadi karena belum ada data kuantitatif tentang nilai ekonomi dari TNKS sehingga penilaian yang dilakukan bersifat subyektif dan kualitatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi dari kawasan TNKS dilihat dari nilai kemauan membayar (wilingness to pay / WTP) masyarakat Kabupaten Kerinci terhadap TNKS, untuk mengetahui persepsi masyarakat Kabupaten Kerinci terhadap TNKS, merumuskan kebijakan publik untuk pelestarian TNKS dengan memanfaatkan penilaian ekonomi yang telah didapatkan. Penelitian ini menggunakan metode Contingent valuation (CV) dengan mengambil sampel sebanyak 403 responden. Pengambilan sampel dilakukan melalui kombinasi antara stratifikasi dan random sampling. Sedangkan alat analisisnya digunakan statistik dan ekonometrik dengan model probit bertingkat (ordered probit models).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemauan membayar (WTP) responden adalah sebesar Rp. 1301,46/orang/bulan. Dengan jumlah populasi masyarakat Kabupaten Kerinci sebanyak 302.809 orang, maka diperoleh nilai ekonomi dari Kawasan TNKS wilayah Kabupaten Kerinci adalah sebesar Rp. 4.729.111.079 pertahun. Karakteristik responden yang secara signifikan mempengaruhi probabilitas nilai WTP adalah total pendapatan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan tentang TNKS. Probabilitas nilai WTP masyarakat untuk pelestarian TNKS diprediksikan sekitar 24,21% akan berada pada Rp. 500 ke bawah, sebanyak 28,37% akan berada di atas Rp. 500 sampai Rp.1000, sebanyak 28,48% akan berada di atas Rp. 1000 sampai Rp. 1500, dan sebanyak 13,26% akan berada di atas Rp. 1500 sampai Rp. 2000, serta yang berada di atas Rp. 2000 adalah sebanyak 5,59%. Dari hasil kuisioner, dapat dilihat bahwa ternyata persepsi masyarakat Kabupaten Kerinci terhadap TNKS sudah cukup tinggi.
Implikasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan untuk kelestarian TNKS antara lain adalah dengan meningkatkan kegiatan penyebaran informasi tentang TNKS, meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar Kawasan TNKS, mencari alternatif mekanisme pembiayaan TNKS, memanfaatkan nilai TNKS dan apresiasi masyarakat terhadap TNKS untuk dapat menarik minat pihak luar untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Kerinci, dan memasukkan nilai ekonomi Kawasan TNKS dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Kerinci.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adri
"ABSTRAK
Salah satu penyebab emisi gas rumah kaca (GRK) adalah karena adanya deforestasi
dan degradasi hutan. Untuk mengurangi emisi yang berasal dari deforestasi dan
degradasi hutan maka muncul konsep Reducing Emission from Deforestation and
Forest Degradation (REDD+). Indonesia sebagai pemilik hutan yang relatif besar
telah aktif dalam berbagai program REDD+. Pelaksanaan program-program
tersebut membawa dampak kepada masyarakat adat. Untuk itu, masyarakat adat
perlu dilindungi. Perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat adat saat
ini belum cukup efektif untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat adat
dari dampak pelaksanaan REDD+ di Indonesia. Masalahnya adalah ketidakjelasan
dan ketidakcukupan regulasi terkait masyarakat adat dan pelaksanaan REDD+ yang
memberikan perlindungan kepada masyarakat sesuai indikator pemenuhan dalam
REDD+ Social Safeguard.

ABSTRACT
One cause of greenhouse gas emissions (GHG) is due to deforestation and forest
degradation. To reduce emissions from deforestation and forest degradation,
emerge the concept of Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation (REDD +). Indonesia as a relatively large forest owners have been
active in a variety of REDD+ programs. Implementation of these programs have an
impact on indigenous peoples. To that end, indigenous people need to be protected.
Legal protection given to indigenous peoples today is not sufficiently effective to
provide protection to the indigenous peoples of the impact of the implementation
of REDD + in Indonesia. The problem is the vagueness and inadequacy of
regulations related to indigenous peoples and the implementation of REDD+ which
provides protection to the public according to the indicators in the fulfillment of
REDD+ Social Safeguard."
2016
S64816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>