Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moh. Soffa
"Lemea merupakan makanan fermentasi tradisional dari Indonesia. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan lemea yaitu rebung dan ikan. Lemea berasal dari suku Rejang di Bengkulu. Jerawat merupakan peradangan yang terjadi pada kulit yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Cutibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Obat jerawat yang beredar mengandung antibiotik yang dapat menyebabkan efek samping. Alternatif agen antibakteri dapat diperoleh dari makanan fermentasi seperti lemea. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santoso (2023) menunjukkan adanya aktivitas antibakteri isolat bakteri asam laktat dari lemea terhadap bakteri patogen umum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri isolat bakteri asam laktat terhadap bakteri jerawat Cutibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Sebanyak tiga isolat bakteri asam laktat (L1, L2, dan L12) dilakukan penapisan menggunakan metode agar plug diffusion. Hasil uji agar plug diffusion menunjukkan semua isolat memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri jerawat. Hasil uji antibiosis menggunakan filtrat isolat juga menunjukkan semua isolat memiliki aktivitas antibakteri. Selain itu dilakukan juga pengukuran terhadap pH dan total asam laktat. Hasil pengukuran pH dan total asam bervariasi dan memiliki korelasi dengan hasil uji antibiosis. Aktivitas antibakteri juga dapat disebabkan oleh produksi bakteriosin. Aplikasi bakteriosin pada produk kecantikan dapat diteliti lebih lanjut.

Lemea is a traditional fermented food from Indonesia. The main ingredients used in making lemea are bamboo shoots and fish. Lemea comes from the Rejang ethnic group in Bengkulu. Acne is an inflammation that occurs on the skin that can be caused by bacterial infections such as Cutibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. Acne medications available in the market often contain antibiotics that can cause side effects. Alternative antibacterial agents can be obtained from fermented foods such as lemea. Research conducted by Santoso (2023) showed the presence of antibacterial activity of lactic acid bacteria isolate from lemea against common pathogenic bacteria. This study aimed to test the antibacterial activity of lactic acid bacteria isolates against the acne- causing bacteria Cutibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. A total of three isolates (L1, L2, and L12) were screened using agar plug diffusion test. The agar plug diffusion test results showed all isolates had antibacterial activity against acne bacteria. Results of antibiosis test using isolate filtrates also showed three isolates had the antibacterial activity. In addition, pH and total acid were also measured. Results of pH and total acid measurements were vary and have correlation with antibiosis test results. Antibacterial activity is also caused by the production of bacteriocin. The application of bacteriocin in cosmetics can be further studied."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wynne Gabriella
"Kefir merupakan produk fermentasi susu kambing bertekstur seperti krim dan rasa masam beralkohol. Kefir merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan masker wajah untuk kecantikan. Jerawat merupakan suatu bentuk inflamasi pada kelenjar pilosebaseus di kulit remaja dan orang dewasa. Jerawat disebabkan adanya proliferasi bakteri penyebab jerawat, seperti Cutibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan untuk menapis isolat laktobasil yang diisolasi dari kefir kemudian menguji aktivitas antibakteri isolat laktobasil terpilih terhadap bakteri penyebab jerawat Cutibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini memiliki 2 tahapan utama, yaitu penapisan isolat laktobasil yang memiliki aktivitas antibakteri menggunakan metode Agar Plug Diffusion pada medium MRS Agar, dan pengujian aktivitas antibakteri isolat laktobasil terpilih menggunakan metode Cylinder Diffusion Method pada medium MRS Agar dengan optimasi hari fermentasi selama 3 hari. Hasil penapisan aktivitas antibakteri menunjukkan semua isolat memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat dengan Indeks Aktivitas (IA) tertinggi dimiliki oleh isolat KNB4. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat KNB4 menunjukkan fermentasi paling optimal pada hari ke-3.

Kefir is a fermented goat's milk product with a creamy texture and sour alcoholic taste, one of the ingredients used in making beauty facial masks. Acne is a form of inflammation of the pilosebaceous glands in the skin caused by the proliferation of acne-causing bacteria, such as Cutibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. This study aims to screen lactobacilli isolates isolated from kefir and then test the antibacterial activity of selected lactobacilli isolates against acne-causing bacteria Cutibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. This study has 2 main steps, screening of lactobacilli isolates that have antibacterial activity using the Agar Plug Diffusion method on MRS Agar medium, and testing the antibacterial activity of selected lactobacilli isolates using the Cylinder Diffusion Method on MRS Agar medium with optimization of fermentation days for 3 days. Screening for antibacterial activity showed that all isolates had antibacterial activity against acne-causing bacteria with the highest Activity Index belongs to KNB4. Antibacterial activity test of KNB4 isolates showed the most optimal fermentation on the 3rd day."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bryan Jonathan Yahya
"Jerawat merupakan peradangan yang terjadi pada kulit yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Cutibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Obat jerawat yang beredar mengandung antibiotik yang dapat menyebabkan efek samping. Alternatif agen antibakteri dapat diperoleh dari makanan fermentasi seperti tape ketan hitam. Penelitian yang dilakukan oleh Rais (2022) menunjukkan adanya aktivitas antibakteri isolat laktobasil dari tape ketan hitam terhadap bakteri patogen umum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri isolat laktobasil terhadap bakteri jerawat Cutibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Sebanyak empat isolat laktobasil (TM1, TM2, TM3, dan TM4) dilakukan penapisan menggunakan uji plug. Hasil uji plug menunjukkan semua isolat memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri jerawat. Kemudian berdasarkan nilai Indeks Aktivitas (IA), dipilih dua isolat terbaik (TM2 dan TM4) untuk dilakukan uji antibiosis. Hasil uji antibiosis menggunakan filtrat isolat terpilih menunjukkan isolat TM2 memiliki aktivitas antibakteri terbaik dengan puncak aktivitas pada fermentasi hari ke-3. Selain itu dilakukan juga pengukuran terhadap pH dan total asam filtrat. Hasil pengukuran pH dan total asam bervariasi dan tidak memiliki korelasi dengan hasil uji antibiosis. Berdasarkan hasil uji pH dan total asam, disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri diduga disebabkan oleh produksi bakteriosin. Aplikasi bakteriosin pada produk kecantikan dapat diteliti lebih lanjut.

Acne is an inflammation that occurs on the skin that can be caused by bacterial infections such as Cutibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. Acne medications available in the market often contain antibiotics that can cause side effects. Alternative antibacterial agents can be obtained from fermented foods such as black glutinous rice. Research conducted by Rais (2022) showed the presence of antibacterial activity of lactobacilli isolate from black glutinous rice against common pathogenic bacteria. This study aimed to test the antibacterial activity of lactobacilli isolates against the acne-causing bacteria Cutibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. A total of four lactobacilli isolates (TM1, TM2, TM3, and TM4) were screened using agar plug test. The plug test results showed all isolates had antibacterial activity against acne bacteria. Based on the Activity Index (IA) value, two best isolates (TM2 and TM4) were selected for antibiosis testing. Results of antibiosis test using selected isolate filtrates showed TM2 isolate had the best antibacterial activity with peak activity on fermentation day 3. In addition, pH and total acid were also measured. Results of pH and total acid measurements were vary and have no correlation with antibiosis test results. Based on the results of pH and total acid tests, it was concluded that antibacterial activity is suspected to be caused by the production of bacteriocin. The application of bacteriocin in cosmetics can be further studied."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farid Al Rais
"Bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan pada makanan fermentasi. Bakteri asam laktat seperti Lactobacillus diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri pathogen dan dapat berperan sebagai agen probiotik. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Wang (2022) dan Andika (2022) menunjukan adanya aktivitas antibakteri dari filtrat tape ketan hitam dan kefir serta berhasil mengisolasi 13 isolat bakteri asam laktat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penapisan aktivitas koagulasi susu serta aktivitas antibakteri dari masing-masing isolat bakteri asam laktat yang telah berhasil diisolasi dari tape ketan hitam dan kefir. Dari penapisan aktivitias antibakteri tersebut kemudian dipilih isolat terpilih yang kemudian dilakukan uji antibiosis. Sebanyak 13 isolat bakteri asam laktat telah berhasil dilakukan penapisan aktivitas kogulasi susu dan aktivitas antibakteri. Semua isolat bakteri asam laktat menunjukkan dapat mengkoagulasi susu. Kemudian berdasarkan penapisan aktivitas antibakteri didapatkan 3 isolat terpilih dengan kode isolat TM2, KNB2, dan KNB4 dengan nilai Indeks Aktivitas (IA) zona bening tertinggi disetiap perlakuan bakteri uji. Ketiga isolat terpilih tersebut kemudian dilakukan uji antibiosis. Hasil uji antibiosis dari filtrat fermentasi isolat terpilih (TM2, KNB2, dan KNB4) dengan menggunakan medium standar de Man Rogosa Sharpe Broth (MRSB) menunjukkan terdapat aktivitas antibiosis terhadap semua bakteri uji dan ketiga isolat tersebut berpotensi sebagai agen probiotik.

Lactic acid bacteria are a group of bacteria that are often found in fermented foods. Lactic acid bacteria such as Lactobacillus are known to have antibacterial activity against pathogenic bacteria and can act as probiotic agents. Previous research by Wang (2022) and Andika (2022) showed that there was antibacterial activity from fermented black glutinous rice and kefir filtrate and succeeded in isolating 13 isolates of lactic acid bacteria. The purpose of this study was to screen the coagulation activity of milk and the antibacterial activity of each lactic acid bacteria isolated from fermented black glutinous rice and kefir. From the screening of antibacterial activity, selected isolates then subjected to an antibiosis test. A total of 13 isolates of lactic acid bacteria has been successfully screened for milk coagulation activity and antibacterial activity. All isolates of lactic acid bacteria showed the ability to coagulate milk. Then based on the antibacterial activity screening, 3 selected isolates were selected with the isolate codes TM2, KNB2, and KNB4 with the highest clear zone Activity Index (IA) value in each treatment of the test bacteria. The three selected isolates were then subjected to an antibiosis test. Antibiosis test results from the fermented filtrate of selected isolates (TM2, KNB2, and KNB4) using standard de Man Rogosa Sharpe Broth (MRSB) medium showed that there was antibiosis activity against all tested bacteria and the three isolates had the potential as probiotic agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faiz Ogi Bimantara
"Tempoyak merupakan makanan fermentasi tradisional yang difermentasi oleh Bakteri Asam Laktat (BAL). Sebagai makanan fungsional, tempoyak diketahui memiliki efek mendukung fungsi fisiologis tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi BAL dari tempoyak yang memiliki aktivitas antibakteri dan memiliki karakteristik seperti probiotik. Isolasi BAL menggunakan metode quadrant streak pada medium de Man Rogosa Sharpe Agar (MRSA) dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3) 0,3%. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui karakteristik morfologi (pengecatan Gram), fisiologi (uji pertumbuhan pada variasi konsentrasi bile, pH, NaCl, dan suhu), dan biokimia (uji O-F, katalase, oksidase, aerob, anaerob, dan koagulasi susu). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan teknik difusi, yaitu uji antagonis dengan metode agar plug dan antibiosis dengan silinder terhadap delapan bakteri uji (Staphylococcus aureus NBRC 100910, Kocuria rhizophila NBRC 12078, Escherichia coli CP, Bacillus cereus G18, Klebsiella oxytoca G7, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa WDCM 00114, dan Salmonella typhi). Hasil isolasi diperoleh 15 isolat yang menghasilkan zona bening pada MRSA dengan penambahan CaCO3. Sembilan di antara 15 isolat mampu menghasilkan zona bening secara terpisah setelah dilakukan konfirmasi ulang. Seluruh isolat tersebut digunakan untuk uji antagonis dan tiga isolat dengan indeks aktivitas tertinggi (T2.3, T3.1, dan T3.2) dipilih untuk karakterisasi dan uji antibiosis. Hasil karakterisasi menunjukkan ketiga isolat berbentuk batang dan memiliki beberapa karakteristik probiotik. Ketiga isolat juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap delapan bakteri uji.

Tempoyak is a traditional fermented food fermented by Lactic Acid Bacteria (LAB). As a functional food, tempoyak is known to have beneficial effects that support physiological functions. This research aims to isolate LAB from tempoyak that have antibacterial activity and probiotic-like characteristics. Isolation of LAB was carried out using the quadrant streak method on de Man Rogosa Sharpe Agar (MRSA) supplemented with 0,3% Calcium Carbonate (CaCO3). Characterization was conducted to determine morphological (Gram-stain), physiological (growth test on various concentrations of bile, pH, NaCl, and temperatures) and biochemical characteristics (O-F, catalase, oxidase, aerobic and anaerobic tests, and milk-coagulating activity). Antibacterial activity tests were conducted using diffusion methods, namely the antagonistic test using the agar-plug method and antibiosis using cylinders against eight bacterial species (Staphylococcus aureus NBRC 100910, Kocuria rhizophila NBRC 12078, Escherichia coli CP, Bacillus cereus G18, Klebsiella oxytoca G7, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa WDCM 00114, and Salmonella typhi). The isolation results yielded 15 clear-zone producing isolates on CaCO3-supplemented MRSA. Nine out of 15 isolates were found to have the ability to produce clear zones consistently after reconfirmation. All isolates were used for the antagonistic test, and the three isolates with the highest activity index (T2.3, T3.1, and T3.2) were chosen for further characterization and antibiosis tests. Characterization results showed that these three isolates were rod-shaped and had some probiotic characteristics. The three isolates also exhibited antibacterial activity against the eight tested bacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritfa Sari
"Marasi (Curculigo latifolia) merupakan salah satu tanaman dari famili Hypoxidaceae yang terdapat di Indonesia, Semenanjung Malaya hingga Indo-China. Tanaman ini secara tradisional digunakan untuk mengobati kanker, diabetes melitus, demam, infeksi mata, infeksi bakteri. Curculigo latifolia mengandung senyawa curculigine, norlignane, terpenoid, flavonoid, tannin, glikosida fenol dan turunannya yang bersifat antioksidan dan antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk standardisasi dan mengkaji aktivitas antimikroba dari ekstrak terpilih tanaman Curculigo latifolia terhadap bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi, uji zona hambat, uji KHM dan KBM, serta standardisasi ekstrak terpilih. Bagian tanaman yang digunakan antara lain daun, batang dan akar. Masing-masing bagian tanaman diekstraksi secara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% v/v memberikan rendemen tertinggi di semua bagian tanaman, dengan nilai berkisar antara 9,3% hingga 12,64%. Uji zona hambat dari semua ekstrak yang dihasilkan, dilakukan dengan metode difusi cakram. Uji KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi. Berdasarkan hasil uji antibakteri, ekstrak etil asetat dari bagian batang menunjukkan aktivitas antibakteri paling signifikan terhadap S. aureus dan S. epidermidis, sedangkan ekstrak n-heksana dari bagian akar memberikan hasil terbaik terhadap S. epidermidis. Ekstrak terpilih ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat dari daun karena memiliki aktivitas antibakteri pada ketiga bakteri serta menjadi ekstrak dengan aktivitas tertinggi terhadap P. acne. Zona hambat ekstrak terpilih terhadap P. acne sebesar 11±1.4mm, nilai KHM sebesar 2.5%, dan KBM sebesar 5%. Analisis kualitatif menggunakan LC-HRMS menunjukkan terdapat 462 senyawa terdeteksi di dalam ekstrak terpilih Curculigo latifolia, termasuk senyawa kimia ursolic acid. Hasil standardisasi mutu menunjukkan bahwa ekstrak terpilih memenuhi standar keamanan dan kualitas, dengan kadar air kurang dari 10%, kadar abu total yang rendah, dan tidak terdeteksi adanya cemaran logam berat maupun mikroba.

Marasi (Curculigo latifolia) is one of the plants from the family Hypoxidaceae, found in Indonesia, the Malay Peninsula, and Indo-China. Traditionally, this plant is used to treat cancer, diabetes mellitus, fever, eye infections, and bacterial infections. Curculigo latifolia contains compounds such as curculigine, norlignane, terpenoids, flavonoids, tannins, phenolic glycosides, and their derivatives, which have antioxidant and antimicrobial properties. This study aims to standardize and evaluate the antimicrobial activity of the most active extract of Curculigo latifolia against Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, and Staphylococcus epidermidis. The research involved extraction, inhibition zone testing, minimum inhibitory concentration (MIC), minimum bactericidal concentration (MBC), and standardization of the most active extract. The plant parts used include leaves, stems, and roots. Each part of the plant was subjected to multilevel maceration extraction using solvents n-heksanae, ethyl acetate, and 70% ethanol. Extraction with 70% ethanol (v/v) provided the highest yield across all plant parts, with values ranging from 9.3% to 12.64%. The inhibition zone test for all extracts was performed using the disk diffusion method. MIC and MBC tests were conducted using the dilution method. Based on the antibacterial tests, the ethyl acetate extract of the stem showed the most significant antibacterial activity against S. aureus and S. epidermidis, while the n-heksanae extract of the root showed the best results against S. epidermidis. The most active extract was identified as the ethyl acetate extract of the leaves, as it exhibited antibacterial activity against all three bacteria and showed the highest activity against P. acnes. The inhibition zone of the most active extract against P. acnes was 11±1.4mm, with an MIC value of 2.5%, and an MBC value of 5%. Qualitative analysis using LC-HRMS detected 462 compounds in the most active extract of Curculigo latifolia, including the chemical compound ursolic acid. The quality standardization results indicated that the most active extract met safety and quality standards, with a moisture content of less than 10%, low total ash content, and no detectable contamination from heavy metals or microbes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Afani
"Kontaminasi makanan terhadap mikroorganisme, terutama bakteri merupakan penyebab terbesar terjadinya keracunan makanan. Agen antibakteri dengan kandungan senyawa alami menarik perhatian, salah satunya mikroalga. Namun, informasi mengenai potensi antibakteri dari mikroalga masih terpaku pada beberapa spesies. Oleh karena itu, skrining aktivitas antibakteri dilakukan untuk menemukan potensi dari spesies baru. Ekstraksi metabolit mikroalga secara bertingkat menggunakan n-heksan, etil asetat, dan etanol. Kemudian, pengujian dilakukan dengan metode resazurin reduction (RR)assay untuk menentukan aktivitas antibakteri dan Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu GCMS-QP 2010 Ultra dengan fase diam Rtx-5MS untuk analisis senyawa aktif. Hasil menunjukkan isolat Chlorella vulgaris InaCC M205 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli InaCC B5 dan Staphylococcus aureus InaCC B4, isolat Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus InaCC B4 dan Bacillus cereus InaCC B9, serta isolat Nannochloropsis oceanica InaCC M207 juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus InaCC B4 dan Bacillus cereus InaCC B9. Kandungan senyawa aktif yang ditemukan berupa methyl palmitate, methyl linoleate, methyl cis-7,10,13,16,19-docosapentaenoate, dan methyl cis-11,14,17-Icosatrienoate.

Food contamination of microorganisms, especially bacteria is the biggest cause of food poisoning. Antibacterial agents with the content of natural compounds attract attention, one of which is microalgae. However, information regarding the antibacterial potential of microalgae is still fixated on some species. Therefore, screening of antibacterial activity is carried out in order to discover the potential of new species. Extraction of microalgae metabolites in a serial using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol. Then, testing was carried out using resazurin reduction (RR) assay method to determine antibacterial activity and Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu GCMS-QP 2010 Ultra with a stationary phase of Rtx-5MS for active compound analysis. The results showed that Chlorella vulgaris InaCC M205 inhibit the growth of Escherichia coli InaCC B5 and Staphylococcus aureus InaCC B4, Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 inhibit the growth of Staphylococcus aureus InaCC B4 and Bacillus cereus InaCC B9, as well as Nannochloropsis oceanica InaCC M207 also inhibits the growth of Staphylococcus aureus InaCC B4 and Bacillus cereus InaCC B9. The active compounds found are methyl palmitate, methyl linoleate, methyl cis-7,10,13,16,19-docosapentaenoate, and methyl cis-11,14,17-Icosatrienoate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Rully
"Pangan fungsional adalah pangan yang dapat memenuhi asupan harian dan memberikan manfaat kesehatan. Probiotik merupakan salah satu komponen pangan fungsional berupa sel bakteri hidup yang dalam jumlah tertentu dapat memberikan manfaat kesehatan. Selain pada fermentasi makanan, bakteri asam laktat juga dimanfaatkan dalam fermentasi minuman seperti fermentasi sari kacang hijau. Isolat bakteri asam laktat TM2 adalah bakteri asam laktat yang diisolasi dari tapai ketan hitam dan memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri filtrat hasil fermentasi terhadap Bacillus cereus dan Klebsiella oxytoca. Medium kacang hijau dibuat dengan cara merendam kacang hijau selama 12 jam kemudian direbus dan disaring. Selanjutnya starter isolat BAL TM2 diinokulasikan ke dalam medium kacang hijau dan difermentasi selama 1, 2, dan 3 hari. Pertumbuhan bakteri dihitung dengan metode Total Plate Count (TPC). Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter sedangkan total asam diukur dengan metode titrasi. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode cylinder plate assay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan populasi bakteri asam laktat dari starter hingga hasil fermentasi hari ke-3. Medium kacang hijau mengalami penurunan pH dan kenaikan konsentrasi asam selama fermentasi. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi pada filtrat fermentasi 2 hari terhadap Bacillus cereus (19-20 mm) dan Klebsiella oxytoca (14 mm). Kesimpulan penelitian ini adalah filtrat medium kacang hijau menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus cereus dan Klebsiella oxytoca. Aktivitas tertinggi didapatkan pada filtrat fermentasi 2 hari dan mengalami penurunan efektivitas pada fermentasi 3 hari. Filtrat lebih efektif menghambat pertumbuhan Bacillus cereus dibanding Klebsiella oxytoca.

Functional food is food that meets daily intake requirements and provides health benefits. Probiotics are a component of functional food consisting of live bacterial cells that can offer health advantages. Besides food fermentation, lactic acid bacteria are also utilized in beverage fermentation, such as mung bean juice. The lactic acid bacteria isolate TM2, derived from black sticky rice tapai, exhibits high antibacterial activity. This study aims to evaluate the antibacterial activity of the fermentation filtrate against Bacillus cereus and Klebsiella oxytoca. The mung bean medium was prepared by soaking the beans for 12 hours, then boiling and filtering them. Next, the LAB TM2 isolate was inoculated into the mung bean medium and fermented for 1, 2, and 3 days. Bacterial growth was measured using the Total Plate Count (TPC) method. pH was measured with a pH meter, while total acidity was determined through titration. Antibacterial activity was tested using the cylinder plate assay method. The results showed growth of lactic acid bacteria from the starter culture to the third day of fermentation. The mung bean medium exhibited a decrease in pH and an increase in acid concentration during fermentation. The highest inhibitory activity was observed in the 2-day fermentation filtrate against Bacillus cereus (19-20 mm) and Klebsiella oxytoca (14 mm). In conclusion, the mung bean medium filtrate demonstrates antibacterial activity, peaking at 2 days and decreasing thereafter, with greater effectiveness against Bacillus cereus compared to Klebsiella oxytoca."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stivan Junan Navidad
"Latar Belakang. Daun kelor (M. oleifera) memiliki kandungan kimia yang berguna sebagai antibakteri pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Kandungan ini dapat merusak DNA dan membran sel yang nantinya senyawa pada daun kelor akan menembus dinding sel bakteri sehingga zat metabolisme bakteri terbuang hingga mengalami kematian. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Cutibacterium acnes, bakteri anaerobic aerotolerant, bersifat Gram positif. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antiseptik terhadap C. acnes. Metode: Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji Percentage Kill ekstrak daun kelor dengan etanol sebagai pelarut terhadap bakteri C. acnes. Pada kontrol dimasukkan akuades steril dengan bakteri terstandar Mc Farland 0,5 sedangkan pada perlakuan mengandung ekstrak M. oleifera dengan bakteri yang sama. Kontrol dan perlakuan dilakukan dalam waktu bersamaan dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit. Selanjutnya diinokulasi pada medium agar darah. Setelah diinkubasi secara anaerob, pertumbuhan koloni bakteri dihitung dan persentase kematian dibandingkan antara kontrol dan perlakuan. Hasil Uji Percentage Kill dikatakan memenuhi kriteria apabila hasil yang didapatkan dalam setiap waktu kontak sebesar ≥90%. Hasil: Hasil Uji Percentage Kill dalam waktu kontak 1, 2, dan 5 menit pada bakteri C. acnes masing-masing adalah 59,7%, 72%, dan 91,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada menit ke-5 ekstrak daun kelor mampu mengeradikasi bakteri C. acnes secara efektif. Kesimpulan: Eksperimen ini menunjukkan hasil Uji Percentage Kill belum efektif pada menit pertama dan kedua namun efektif pada menit kelima.

Introduction. Moringa leaves (M. oleifera) contain chemicals beneficial as antibacterials for Gram-positive and Gram-negative bacteria. This content can damage DNA and cell membranes so that the compounds in Moringa leaves will penetrate the bacterial cell walls, and the bacteria's metabolic substances are wasted until they die. The bacteria used in this study were Cutibacterium acnes, an aerotolerant, anaerobic, Gram-positive bacteria. This research was conducted to test the activity of Moringa oleifera leaf extract as an antiseptic against C. acnes. Method: The method employed in this research is the Percentage Kill test of moringa leaf extract with ethanol as the solvent against C. acnes bacteria. In the control group, sterile distilled water with McFarland 0.5 standardized bacteria is used, while the treatment group contains M. oleifera extract with the same bacteria. Both control and treatment are conducted simultaneously with contact times of 1, 2, and 5 minutes. Subsequently, they are inoculated on a blood agar medium. After anaerobic incubation, bacterial colony growth is counted, and the percentage of death is compared between the control and treatment. The Percentage Kill test results meet the criteria if the obtained results at each contact time are ≥90%. Results: The Percentage Kill test results at 1, 2, and 5 minutes of contact with C. acnes bacteria are 59.7%, 72%, and 91.8%, respectively. These results indicate that at the 5th minute, moringa leaf extract can eradicate C. acnes bacteria effectively. Conclusion: This experiment demonstrates that the Percentage Kill test was ineffective in the first and second minutes but became effective in the fifth minute."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Retnaningsih
"Bakteriosin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan bakteri penghasil. Bakteri Asam Laktat (BAL) telah diketahui dapat menghasilkan bakteriosin yang memiliki aktivitas antimikroba. Bakteriosin berpotensi digunakan sebagai komplemen antibiotika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi serta mengkarakterisasi aktivitas bakteriosin dari BAL galur Leuconostoc dengan optimasi pH dan suhu inkubasi.
Penelitian dilakukan melalui penentuan zona hambatan menggunakan metode difusi agar cara sumuran dan penentuan potensinya berdasarkan metode Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Bakteri indikator yang digunakan adalah Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 dan Bacillus subtilis FNCC 0061. Katalase, Tripsin dan Protease K digunakan sebagai uji konfirmasi berdasarkan hasil skrining pengujian aktivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Leu. mesenteroides MBF7-17 dan MBF2-5 menghasilkan bakteriosin yang hanya dapat menghambat Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124. Hasil penentuan potensi bakteriosin berdasarkan KHM dari BAL penghasil bakteriosin pada pH dan suhu inkubasi optimum yaitu pH 6 dan 32°C adalah 90% untuk Leu. mesenteroides MBF2- 5 dan 80% untuk Leu. mesenteroides MBF7-17.

Bacteriocin can inhibit bacteria mostly those which have close relationship to the producer bacteria. Lactid Acid Bacteria (BAL) are known to produce bacteriocins which have function as antimicrobial activity. Bacteriocin has potentially been used as antibiotic complement.
This research aimed to isolate and characterize bacteriocins activity from Leuconostoc strains. Optimization of pH and incubation temperature have also been carried out.
This research used well diffusion agar method and bacteriocin potency assay by performing MIC. Bacterial indicators that used in this research are Leu. mesenteroides TISTR 120, and JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 and Bacillus subtilis FNCC 0061. Catalase, Trypsin and Protease K were also used following the screening assay for confirmation test.
Results showed that both Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 possessed bacteriocin activity although against both Leu. mesenteroides only, the TISTR 120 and JCM 6124 indicators strains. Result for bacteriocin potency assay of bacteriocin producer LAB i.e. Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 by performing MIC done at optimation pH incubation temperature, i.e. pH 6 and 32°C, showed value of 90% and 80%, respectively.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
T29719
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>