Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Rizky Afrilia
"Stunting merupakan masalah malnutrisi global yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Prevalensi stunting di Indonesia (21,6%) dan global (22,3%) melebihi standar WHO (20%). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas kulit jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck) sebagai antioksidan dalam mencegah stunting. Penelitian eksperimental ini melibatkan ekstraksi kulit jeruk dengan metode maserasi dan UAE, serta pengujian fitokimia, analisa senyawa dengan metode LCMS dan KLT densitometri. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Uji in vivo dilakukan pada embrio zebrafish yang dikelompokkan ke dalam 11 kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstraksi kulit jeruk secara maserasi dan UAE masing- masing sebesar 10,21% dan 33,00%. Analisis LC-MS/MS mengidentifikasi kandungan flavonoid, termasuk naringin, diosmetin, tangeretin, nobiletin, dan hesperidin. Analisa KLT densitometri pada ekstrak kulit jeruk didapatkan senyawa naringenin dengan kadar 0,73% (ekstraksi maserasi) dan 1,16% (ekstraksi UAE).Ekstrak dengan pelarut etanol 96% mengandung senyawa fenol (29,68 ± 0,07 mg/g) dan flavonoid (14,11 ± 0,45mg/g) yang menunjukkan aktivitas antioksidan kuat dengan IC50 sebesar 48,61 ± 1,68 μg/mL. Secara in silico, naringin memiliki ikatan yang kuat dan stabil dengan enzim NOX2 dibandingkan flavonoid lainnya.Pemberian ekstrak maserasi dan UAE kulit jeruk manis serta naringenin menunjukkan pengaruh signifikan pada panjang badan zebrafish usia 6 dan 9 dpf (p value < 0,05), namun tidak signifikan pada kepadatan tulang (p value > 0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak kulit jeruk manis berpotensi sebagai antioksidan untuk pencegahan stunting melalui uji in silico, in vitro, dan in vivo pada hewan coba zebrafish menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Stunting is a global malnutrition problem that causes growth disorders. The prevalence of stunting in Indonesia (21.6%) and globally (22.3%) exceeds the WHO standard (20%). This study aims to evaluate the effectiveness of sweet orange peel (Citrus sinensis (L.) Osbeck) As Osbeck)as an antioxidant in preventing stunting. This experimental study involved orange peel extraction using the maceration and UAE methods, as well as phytochemical testing, compound analysis using the LCMS and TLC densitometry methods. Antioxidant activity used the DPPH method. In vivo were carried out on zebrafish embryos grouped into 11 treatment groups. The results showed that the yield of orange peel extraction by maceration and UAE was 10.21% and 33.00%. LCMS analysis identified flavonoid content (naringin, diosmetin, tangeretin, nobiletin, and hesperidin). TLC densitometric analysis of orange peel extract obtained naringenin compound with levels of 0.73% (maceration) and 1.16% (UAE). The extract contains phenol compounds (29.68±0.07 mg / g) and flavonoids (14.11±0.45 mg/g) which show strong antioxidant activity with IC50 of 48.6±1.68 μg/mL. In silico, naringin has a strong and stable bond with the NOX2 enzyme compared to other flavonoids. Administration of maceration extract and UAE of sweet orange peel and naringenin showed a significant effect on the body length of zebrafish aged 6 and 9 dpf (p value < 0.05), but was not significant on bone density (p value > 0.05). This study concludes that sweet orange peel extract has the potential as an antioxidant to prevent stunting through in silico, in vitro, and in vivo on zebrafish experimental showing promising results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Anastasya
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara penilaian risiko malnutrisi menggunakan skor PG-SGA dengan kadar CRP serum sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat inflamasi pada pasien kanker kepala dan leher stadium I_IV guna mencegah terjadinya kaheksia. Malnutrisi hingga kaheksia pada kanker terjadi karena interaksi faktor tumor, faktor pejamu dan faktor-faktor lainnya. Faktor tumor berupa sitokin pro-inflamasi akan memicu respons pejamu untuk memproduksi protein fase akut seperti CRP. Protein fase akut memerlukan sejumlah substrat yaitu asam amino yang berasal dari otot rangka. Otot rangka akan mengalami degradasi sehingga menyebabkan wasting otot rangka. Oleh karena itu, CRP selain dapat digunakan sebagai marker inflamasi sistemik juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator faktor risiko yang berperan dalam terjadinya malnutrisi dan kaheksia. Efek wasting otot rangka yang ditimbulkan secara tidak langsung oleh CRP dapat dinilai dengan terdapatnya penurunan BB maupun berkurangnya massa otot yang juga merupakan komponen dalam penilaian PG-SGA. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan consecutive sampling yang melibatkan 51 subjek kanker kepala dan leher stadium I_IV yang belum mendapatkan terapi. Hasil penelitian didapatkan rerata usia 46,6 13,9 tahun, sebanyak 76,5 berjenis kelamin laki-laki. Kanker nasofaring merupakan kanker terbanyak 80,4 , dan stadium terbanyak yaitu stadium IVA. Rerata indeks massa tubuh IMT yaitu 20,6 4,0 kg/m2, dan sebanyak 37,3 subjek berada pada IMT normal. Berdasarkan skor PG-SGA sebanyak 64,7 subjek berisiko tinggi malnutrisi dengan rerata skor PG-SGA 11,7 6,2. Nilai median CRP yaitu 6,4 0,4_170,4 . Penelitian ini memperoleh korelasi positif yang signifikan antara skor PG-SGA dengan kadar CRP serum dengan kekuatan korelasi lemah r = 0,372; p = 0,007.

The purpose of this study was to determine the correlation between the malnutrition risk assessment using PG SGA score with serum CRP levels so that it can be used to predict the levels of inflammation in head and neck cancer patients stage I IV to prevent cachexia. Malnutrition and cancer cachexia occurs due to the interaction of tumor factors, host factors and other factors. Tumor factors such as pro inflammatory cytokines will trigger a response of the host to produce acute phase proteins such as CRP. Acute phase protein which require a number of amino acids derived from skeletal muscle. Skeletal muscles will be degraded, causing skeletal muscle wasting. Therefore, CRP can be used as a marker of systemic inflammation and can be used as one indicator of the risk factors also that contribute to malnutrition and cachexia. Effect of skeletal muscle wasting which caused indirectly by the CRP can be assessed by the weight loss and reduced muscle mass which is a component in the assessment of PG SGA also. This study is a cross sectional study using consecutive sampling, 51 subjects head and neck cancer stage I IV who had not received treatment participated in this study. Data showed the mean age of subjects was 46.6 13,9 years, and 76 were male. Most cancer sites were as nasopharyngeal 80,4, and mostly in stage IVA. The mean body mass index BMI is 20,6 40 kg m2, with most of the BMI is normal 37,3. Based on PG SGA score 64,7 of the subjects at high risk of malnutrition, and the PG SGA mean score is 11,7 6,2. The median value of CRP is 6,4 0,4 170,4. The result of this study showed a significant positive correlation between PG SGA score with serum CRP levels with the strength of correlation is weak r 0,372 p 0,007. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karizma Rindu Inayatullah
"Transisi gizi yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, urbanisasi, dan pergeseran teknologi, menimbulkan masalah gizi ganda di negara-negara berkembang. Pada tingkat kabupaten/kota, masalah gizi ganda mungkin terjadi dengan adanya desentralisasi pembangunan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kabupaten/kota di Indonesia yang mengalami masalah gizi ganda (MGG) penduduk dewasa, serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan hal tersebut, yakni karakteristik sosial ekonomi dan pertanian serta pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik. Desain penelitian ini adalah studi ekologi dengan jumlah sampel 426 kabupaten/kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel dependen dari penelitian ini adalah masalah gizi ganda di kabupaten/kota, sementara variabel independen dari penelitian ini adalah kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, pendidikan, transformasi pertanian, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, keragaman konsumsi pangan, dan konsumsi makanan berisiko. Data penelitian dikumpulkan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat nasional dan provinsi. Analisis yang dilakukan adalah analisis spasial, analisis univariat, analisis bivariat berupa uji kai kuadrat, dan analisis multivariat berupa uji regresi logistik. Terdapat 455 kabupaten/kota (86.6%) di Indonesia yang mengalami MGG penduduk dewasa. Faktor-faktor yang secara simultan berhubungan dengan MGG penduduk dewasa pada kabupaten/kota adalah kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, pendidikan, dan konsumsi makanan berisiko. Kabupaten/kota dengan tingkat konsumsi makanan berisiko yang tinggi, berisiko mengalami MGG penduduk dewasa sebesar 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota dengan tingkat konsumsi makanan berisiko yang rendah setelah dikontrol oleh variabel kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, pendidikan, aktivitas fisik, dan asupan protein (OR: 4,556; 95% CI: 2,147 – 9,665; p <0,0005). Kabupaten/kota dengan tingkat pendidikan yang tinggi, berisiko 64,4 kali lebih rendah untuk mengalami MGG penduduk dewasa dibandingkan kabupaten/kota dengan tingkat pendidikan yang rendah setelah dikontrol oleh variabel kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, aktivitas fisik, asupan protein, dan konsumsi makanan berisiko (OR: 0,356; 95% CI; 0,158-0,801; p <0,05). Adanya pendidikan sebagai faktor protektif, padahal sebagian besar tingkat pendidikan sampel kabupaten/kota adalah rendah, mengarah pada dugaan bahwa kejadian gizi ganda penduduk dewasa disumbang oleh golongan masyarakat kelas bawah.

The nutrition transition due to economic growth, industrialization, urbanization, and technological shifts, has caused double burden malnutrition in developing countries. At the regency/city level, double burden malnutrition may occur due to decentralized development. This study aims to identify regencies/cities in Indonesia with adult double burden malnutrition (DBM) as well as analyzing the factors associated with this phenomena, namely socioeconomic and agricultural characteristics, food consumption patterns, and physical activity. The design of this research is an ecological study with 426 districts/cities in Indonesia as a sample that meet the inclusion criteria. The dependent variable of this study is the incidence of adult double burden at the regency/city level, while the independent variables of this study are population density, poverty, inequality, education, agricultural transformation, physical activity, energy intake, protein intake, diversity of food consumption, and consumption of risky foods. The data was collected from the National Institute of Health Research and Development (Balitbangkes) - Ministry of Health, the Food Security Agency (BKP) - Ministry of Agriculture, the Statistics Indonesia (BPS) both national and provincial levels. The data was analyzed by spatial analysis, univariate analysis, bivariate analysis in the form of Chi-square test, and multivariate analysis in the form of logistic regression test. There are 455 regencies/cities (86.6%) in Indonesia with adult double burden malnutrition. Factors that are simultaneously associated with the incidence of adult double burden malnutrition in regencies/cities are population density, poverty, inequality, education, and risky foods consumption. Regencies/cities with high level of risky food consumption had 4.5 times higher risk of adult double burden malnutrition than regencies/cities with low level of risky food consumption after being controlled by population density, poverty, education, physical activity, and protein intake (OR: 4,556; 95% CI: 2,147 – 9,665; p <0,0005). Regencies /cities with high levels of education had a 64.4 times lower risk of adult double burden malnutrition than regencies/cities with low levels of education after being controlled by population density, poverty, inequality, physical activity, protein intake, and risky food consumption (OR: 0.356; 95% CI; 0.158-0.801; p <0,05). The existence of education as a protective factor, even though most of the education levels in the sample regencies/cities are low, leads to the presumption that the incidence of adult double burden malnutrition is contributed by the lower class of society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deriyan Sukma Widjaja
"Jeruk merupakan buah yang diproduksi dan dikonsumsi luas di Indonesia. Jeruk sudah dikenal lama sebagai buah yang memiliki efek antioksidan, dan konsumsi antioksidan memiliki manfaat terhadap penyakit-penyakit kronik degeneratif yang diperantarai oleh radikal bebas. Dari berbagai jeruk di Indonesia, jeruk manis pacitan belum banyak diteliti terkait aktivitas antioksidannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada jeruk manis pacitan menggunakan metode DPPH.
Penelitian menggunakan desain deskriptif eksploratif yang dilakukan di laboratorium Farmasi Kedokteran Universitas Indonesia (Juni 2013), pada ekstrak kulit, ekstrak daging, dan air perasan buah jeruk manis pacitan dengan persentase volume sampel terhadap pelarut metanol p.a. 3%, 6%, 12%, dan 24%. yang kemudian direaksikan dengan DPPH dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Data absorbansi kemudian diubah menjadi aktivitas antioksidan menggunakan regresi linear.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antioksidan pada masing-masing komponen jeruk yang diukur (IC 50 ekstrak daging 12,43%, ekstrak kulit 7,04%, dan air perasan 7,29%). Untuk ekstrak kulit 12% dan 24%, tidak terdapat peningkatan aktivitas antioksidan, kemungkinan fenomena ini terjadi akibat reaksi DPPH yang dapat bersifat reversibel.

Orange is widely known and produced in Indonesia. It is also known since long as a fruit rich in antioxidant, and antioxidant consumption has been known to have benefit for chronic and degenerative disease mediated by free radical. Between all kinds of orange fruits in Indonesia, the antioxidant activity of pacitan sweet orange was still unknown. The purpose of this study is to obtain antioxidant activity data of pacitan sweet orange using DPPH method.
This study is descriptive explorative study which was done in Laboratory of Medical Pharmacy University of Indonesia (June 2013), which used peel extract, pulp extract, and juice from pacitan sweet orange and using methanol p.a. as solvent with sample volume percentage 3%, 6%, 12%, and 24%. Then, samples were mixed with DPPH and recorded its absorbance using UV-VIS spectrophotometry.
The absorbance data then transformed into antioxidant activity using linear regression and the results shows that all of the orange fruit component have antioxidant activity (IC 50 of pulp extract = 12,43%, peel extract 7,04%, and juice 7,29%). In peel extract 12% and 24%, there was no increase in antioxidant activity, suggesting that it probably caused by DPPH reaction which may be reversible.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Vin
"Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif, yang berdampak negatif pada kesehatan. Antioksidan, terutama dari tanaman obat, memiliki kemampuan untuk menetralisir radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi antioksidan serta aktivitas protektif daun ciplukan (Physalis angulata) terhadap radikal bebas pada embrio zebrafish dan brine shrimp. Fragmen-fragmen pengenal serbuk simplisia daun dan daun ciplukan diidentifikasi secara mikroskopik. Metode ultrasound-assisted extraction (UAE) digunakan untuk mengekstraksi daun ciplukan menggunakan pelarut etanol 96%. Profil fitokimia ekstrak dianalisis melalui skrining fitokimia dan LC-MS. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun ciplukan mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, terpenoid, dan glikosida. Selain itu, data LC-MS menunjukkan bahwa daun ciplukan mengandung physalin A, robinetin 3-rutinosid, dan pheophorbid A, yang telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak tersebut kemudian digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode DPPH, ABTS, dan FRAP. Ketiga uji masing-masing menghasilkan aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 126,423 ± 2,09 ppm, 46,292 ± 0,49 ppm, dan 15,977 ± 0,31 FeSO4 E g/100 g ekstrak. Selanjutnya, efek protektif dari ekstrak juga dievaluasi dengan pengujian toksisitas dan efek protektif secara in vivo pada embrio zebrafish dan brine shrimp. Hasil menunjukkan bahwa toksisitas pada embrio zebrafish praktis tidak toksik (LC50 158,947 ppm) dan pada brine shrimp cukup toksik (LC50 264,289 ppm). Efek protektif dari radikal bebas H2O2 pada keduanya berada di konsentrasi 12,5–50 ppm, dengan persentase bertahan hidup yang lebih tinggi daripada kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% daun ciplukan memiliki aktivitas antioksidan dan efek protektif terhadap radikal bebas H2O2.

Free radicals could induce oxidative stress, negatively affecting health. Antioxidants, including from medicinal plants, can counteract these effects. This study investigates the antioxidant potential and protective properties of gooseberry (Physalis angulata) leaf extract on zebrafish embryo and brine shrimp. Identification of fragments from leaf simplicial powder and leaves are done microscopically. Ultrasound-assisted extraction (UAE) was used to extract gooseberry leaves using 96% ethanol solvent. The phytochemical profile of the extract was analyzed through phytochemical screening and LC-MS. Phytochemical screening results showed that gooseberry leaves contain alkaloids, saponins, flavonoids, tannins, terpenoids, and glycosides. LC-MS analysis identified key antioxidants such as physalin A, robinetin 3-rutinoside, and pheophorbide A. In vitro antioxidant assessments using DPPH, ABTS, and FRAP assays showed antioxidant activity with IC50 values of 126.423 ± 2.09 ppm, 46.292 ± 0.49 ppm, and 15.977 ± 0.31 FeSO4 E g/100 g extract, respectively. In vivo studies evaluated toxicity and protective effects against H2O2-induced oxidative stress, revealing nontoxic activity in zebrafish embryos and moderate toxicity in brine shrimp. The results indicated that toxicity in zebrafish embryos was practically non-toxic (LC50 value of 158,947 ppm), while in brine shrimp was moderately toxic (LC50 value of 264,289 ppm). The protective effect against H2O2-induced free radicals in both models was observed at concentrations of 12.5–50 ppm. These findings demonstrate that the extract has protective effects as evidenced by higher survival rates compared to the positive control group. In conclusion, the 96% ethanolic extract of gooseberry leaves shows promising antioxidant and protective properties against oxidative stress."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Asmah
"Latar Belakang: Enterococcus faecalis adalah bakteri yang sering ditemukan pada infeksi endodontik sekunder pada pasca perawatan saluran akar. Beberapa tanaman berkhasiat obat telah diteliti dan dikembangkan kearah obat herbal terstandar untuk digunakan dalam bidang kedokteran gigi sebagai antibakteri, salah satu diantaranya adalah kulit buah C. aurantifolia. Tujuan: Menetapkan potensi ekstrak etanol dan fraksi-fraksi kulit buah C. aurantifolia sebagai anti bakteri E. faecalis serta keamanannya. Metode: Kulit buah C. aurantifolia diekstraksi dengan pelarut etanol, lalu di fraksinasi dengan pelarut n-heksana, kloroform,etil asetat. Enterococcus faecalis isolat klinik dan ATCC 29212 digunakan sebagai bakteri uji. Identifikasi kelompok senyawa kimia berdasarkan uji fitokimia dan komponen kimia ekstrak etanol dan fraksi-fraksi kulit buah C. aurantifolia berdasarkan uji GC-MS. Selanjutnya daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis diuji berdasarkan zona hambat dengan metode difusi cakram. Bahan antibakteri kulit buah C. aueantifolia terbaik, di uji sitotoksisitas terhadap sel fibroblas dan sel osteoblas menggunakan uji MTT. Uji pembentukan massa biofilm E. faecalis dengan metode crystal violet dan uji viabilitas E. faecalis pada massa biofilm dan kondisi planktonik dengan metode total plate count. Hasil penelitian: Kelompok senyawa kimia dan komponen kimia dari ekstrak etanol dan fraksi-fraksi kulit buah C. aurantifolia teridentifikasi. Ekstrak etanol kulit buah C. aurantifolia menunjukkan zona hambat, tidak toksik terhadap sel fibroblas dan osteoblas, menghambat pembentukan massa biofilm E. faecalis isolat klinik dan E. faecalis ATCC 29212 serta dapat menurunkan viabilitas E. faecalis pada massa biofilm dan kondisi planktonik. Kesimpulan: Ekstrak etanol kulit buah C aurantifolia teridentifikasi berdasarkan kelompok senyawa kimia dan komponan kimianya serta memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm terhadap E. faecalis serta tidak menimbulkan efek toksik terhadap sel mamalia.

Background: Enterococcus faecalis is a bacterium that commonly found in secondary infections of post-endodontic treatment. Several medicinal plants have been studied as standardized herbal medicines for dentistry as an antibacterial agent, such as C. aurantifolia peel fruit. Objectives: To determine the potency of ethanol extract and C. aurantifolia fruit peel fractions as an antibacterial for E. faecalis and its biological safety. Method: C. aurantifolia fruit peels were extracted with ethanol, then fractionated with n-hexane, chloroform, ethyl acetate. The E. faecalis used was clinical isolate and E. faecalis ATCC 29212. Identification component of chemical compounds based on phytochemical tests and chemical components of ethanol extract and fruit peel fractions of C. aurantifolia based on GC-MS test. The growth inhibition towards E. faecalis was tested by evaluating the inhibition zone using the disc diffusion test. The growth inhibition towards E. faecalis was tested by evaluating the inhibition zone using the disc diffusion test. The best antibacterial agent of C. aueantifolia fruit peel was tested for cytotoxicity against fibroblasts and osteoblasts using the MTT assay. Furthermore, biofilm mass formation of E. faecalis, bacterial viability in biofilm mass as well as planktonic conditioned were evaluated by a crystal violet staining and total plate count, respectively. Results: Active compounds and chemical components of ethanol extracts and C. aurantifolia peel fruit fractions were identified. The ethanol extract of C. aurantifolia peel fruit showed an anti bacterial in either E. faecalis strain tested and showed non-toxic to fibroblast and osteoblast cells. Conclusion: Ethanol extract of C. aurantifolia peel has a promising potential ability as an antibacterial against E. faecalis and is non-toxic to mammalian cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Budiarso
"Keseimbangan radikal bebas dan antioksidan sangat penting dalam kehidupan manusia. Radikal bebas yang melebihi antioksidan dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif dan dapat menimbulkan berbagai penyakit, antara lain penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit neurodegeneratif. Tubuh manusia memerlukan antioksidan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Jeruk mandarin adalah jeruk impor yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan dilaporkan memiliki kandungan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antioksidan yang ada pada komponen jeruk mandarin. Komponen yang diperiksa adalah kulit buah, kulit buah yang dikeringkan, daging, dan air perasan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif eksploratif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013 di laboratorium Departemen Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jeruk mandarin dipisahkan komponennya menjadi kulit, daging, dan air perasan. Kulit dan daging jeruk diekstraksi dengan metanol, sedangkan air perasan tidak dicampur metanol. Komponen jeruk kemudian dicampur dengan larutan DPPH. Campuran tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometri. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan nilai EC50 ekstrak daging, ekstrak kulit, dan air perasan jeruk mandarin adalah 0,1316, 0,0079, dan 0,0758. Semakin kecil nilai EC50 berarti aktivitas antioksidan dalam komponen tersebut semakin tinggi.

The balance of free radicals and antioxidants is very important in human body. The free radicals excess will make oxidative stress to our body and it will cause a lot of disease, such as cardiovascular disease, cancer, neurodegenerative disease, etc. Our body needs antioxidant to prevent oxidative stress. Tangerine is an import orange that consume highly in Indonesia and reported that it has abundant antioxidants. This study planned to know antioxidant activity on tangerine's components. The tangerine?s components which are checked are peels, dried peels, tissues, and juices. This is experimental descriptive-explorative study. This study was held in May-June 2013 in laboratorium of Medical Pharmacy Department Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. The tangerine?s components were separated to peels, tissue, and juice. The tangerine's peel and tissue were extracted by methanol, but the juice wasn?t. The tangerine's components mixed with DPPH solution. The absorbants of the mixtures were checked with spectrophotometry. In the end of the study, we got the EC50 of extract tissues, extract peel, and juice are 0,1316, 0,0079, dan 0,0758. The lower the EC50, the higher antioxidant activity on the components."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Sartika
"Buah manggis (Garcinia Mangostana L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Kulit manggis terbukti kaya akan kandungan xanton yaitu senyawa yang memiliki potensi antioksidan yang tinggi terutama pada hasil fraksinasi diklorometana. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikril hidrazil) untuk mengetahui nilai IC50 dari hasil fraksinasi diklorometana. Sebelum dilakukan pembuatan granul effervescent cemaran dari pelarut diklorometana yang kemungkinan masih tersisa pada fraksi tersebut diuji dengan menggunakan kromatografi gas spektrometri massa.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan granul effervescent fraksi kulit manggis dengan sifat fisik yang memenuhi persyaratan, menggunakan dua macam kombinasi sumber asam, yaitu asam tartrat-asam sitrat, dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Nilai IC50 dari fraksinasi diklorometana menunjukkan hasil sebesar 13,30 ppm dan hasil uji residu pelarut diklorometana pada kromatografi gas spektrometri massa tidak terdeteksi. Pada formula yang dibuat ditambahkan hasil fraksinasi diklorometana kulit manggis sebanyak 0.04, 0.08, dan 0.12 % b/b. Selain itu dilakukan uji hedonik pada 30 responden terhadap granul effervescent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari setiap formula yang dibuat ternyata memenuhi syarat uji kecepatan alir, kadar air, pH dan waktu larut. Granul effervescent secara fisik terbukti stabil pada suhu 4o±2oC dan 28o±2oC. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa formula C.1 paling disukai oleh responden.

The mangosteen fruit (Garcinia mangostana L.) is one of natural plants which grow in Indonesia . The mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved rich in compounds of xanthone that have high potential of antioxidant activity, especially the fractionation of dichloromethane. The method of this study was used reduction of DPPH (2,2-Diphenyl-1-pikril hidrazil) to determine the IC50 value of the fractionation of dichloromethane. Before making granules effervescent formulation the residual of solvent dichloromethane in this fractionation was analyzed by gas chormatography-spektrometri massa.
The aims of this study were to observe dominant factor and the interaction effect between combination of acid (tartaric acid-citric acid), sodium bicarbonate, and active substances to find out the optimal area of these excipients to produce effervescent granule which fulfill the requirements. It also conducted a hedonic test in 30 respondents from all formulas effervescent granules. The IC50 values of fractionation of dichloromethane shows 13.30 ppm and residual dicholorometan not detected. The series of formulas were made from fractionation of dichloromethane of mangosteen peel i.e 0.04, 0.08, and 0.12% W/W respectively.
The results showed that the combination of tartaric acid-citric acid resulting from any formulas granules efferxescent made were good qualified test for flow rate, moisture content, pH and dissolving test. The effervescent granules dosage form physically proved to be stable in a wide range of 4o±2oC dan 28o±2oC. The hedonic test results showed that the formula C.1 most favored by respondents.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Sari Handayani
"Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah dimanfaatkan sebagai obat
secara tradisional untuk berbagai penyakit, salah satunya adalah sebagai
antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan ekstrak
etanol kulit buah manggis (EEKBM) 50% dengan konsentrasi 0,195%, menahan
stres oksidatif pada sel darah merah domba (SDMD) yang diberi tBHP secara in
vitro. Percobaan dilakukan dalam 4 kelompok, (I) kontrol, (II) SDMD + EEKBM,
(III) SDMD + t-BHP, (IV) SDMD + EEKBM + t-BHP. Efek perlindungan kulit
buah manggis ditetapkan dengan mengukur parameter aktifitas enzim-enzim
antioksidan superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan
katalase. Hasil penelitian menunjukkan pemberian EEKBM mampu menahan
stress oksidatif pada SDMD yang diberi tBHP. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan aktivitas SOD, GPx dan katalase pada pemberian EEKBM . Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa EEKBM dapat melindungi SDMD dari stres
oksidatif yang disebabkan oleh pemberian t-BHP.

Pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana L.) has been used traditionally as
medicine for various diseases. This study aimed to examined the effect of 50%
ethanol extract of mangosteen (EEMP) concentration of 0,195 % to prevent the
red blood cells of sheep (RBCS) from oxidative stress that induced by t-BHP in
vitro. The groups were (I) control, (II) RBCS + EEMP, (III) RBCS + EEMP + t-
BHP and (IV) RBCS + EEMP + t-BHP. The result showed that activities of
superoxide dismutase (SOD), Gluthation peroxidase (GPx) and catalase were
decreasing, so we concluded that EEMP had antioxidant capacity to protect
RBCS oxidative stress induced by t-BHP.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianti Maharani
"ABSTRAK
Prevalensi kolitis ulseratif semakin meningkat dari tahun ketahun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek Ekstrak Etanol Daun Mahkota Dewa (EEDMD) terhadap gambaran histopatologi dan  ekspresi TNF-α, COX-2, dan NF-κβ pada jaringan kolon mencit Swiss berusia 20 minggu yang diinduksi dengan Dextran Sodium Sulfat (DSS) 2% melalui air minum. EEDMD dosis 100 mg, 200 mg, 300 mg, aspirin 0,21 mg, diberikan per oral selama 2 minggu. Pemeriksaan kandungan EEDMD menunjukan kadar total fenol sebesar 4,4103% atau 44,103 mgGAE/g ekstrak, kadar flavonoid sebesar 0,3429% atau 3,429 mgQE/g ekstrak, dan memiliki aktivitas antioksidan sedang (IC50 sebesar 219,716 µg/mL). Pemeriksaan histopatologi pada jaringan kolon mencit dinilai dengan mengkuantifikasi jumlah radang dan rerata sel goblet pada jaringan kolon yang diwarnai hematoksilin-eosin. Pemberian EEDMD pada semua dosis menunjukan perbedaan bermakna pada jumlah radang (p<0,00) dan rerata sel goblet (p<0,00). Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk melihat ekspresi TNF-α, COX-2. NF-κβ. Sel positif mengekspresikan TNF-α, COX-2, dan NF-κβ dihitung/1000 sel epitel. Hasil menunjukan EEDMD mampu menurunkan ekspresi TNF-α secara signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan pada COX-2 (p<0,80) dan NF-κβ (p<0,90) tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

ABSTRACT
Ulcerative colitis prevalence increases from year to year. The purpose of this research to see the effect of Ethanol Extract of Mahkota Dewa Leaves (EEDMD) on histopathology and expression of TNF-α, COX-2, and NF-κβ on 20-week Swiss mice tissue induced with 2% Dextran Sodium Sulfate (DSS) through drinking water. EEDMD dose 100 mg, 200 mg, 300 mg, aspirin 0.21 mg, given orally for 2 weeks. Examination of EEDMD content showed total phenol levels of 4.4103% or 44.103 mgGAE / g extract, flavonoid levels of 0.3429% or 3.429 mgQE / g extract, and had moderate antioxidant activity (IC50 of 219.716 µg / mL). Histopathological examination of mice colon tissue was assessed by quantifying the amount of inflammation and the mean of goblet cells in colon tissue stained by hematoxylin-eosin. Giving EEDMD at all doses showed a significant difference in the number of inflammation (p <0.00) and mean goblet cells (p <0.00). Immunohistochemical examination was performed to see the expression of TNF-α, COX-2. NF-κβ. Positive cells express TNF-α, COX-2, and NF-κβ counts / 1000 epithelial cells. The results showed that EEDMD significantly reduced TNF-α expression compared to negative controls. Whereas in COX-2 (p <0.80) and NF-κβ (p <0.90) there were no significant differences.
"
2019
T52377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>