Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kinanti Citra Weny
"Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, jumlah kasus kanker baru di Indonesia diperkirakan 408.661 kasus dan jumlah kematian akibat kanker di Indonesia diperkirakan 242.988 kematian. Penatalaksanaan penyakit kanker tidak terbatas pada penanganan penyakit secara klinis, tetapi juga harus melibatkan rencana penatalaksanaan yang dapat memberikan kualitas hidup terbaik secara keseluruhan. Health-Related Quality of Life (HRQoL) pasien kanker merupakan persepsi pasien terhadap efek penyakit dan/atau pengobatan dan dianggap sebagai hasil terapi yang penting pada pasien kanker. Perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker agar pemangku kebijakan dapat menyusun kebijakan yang sesuai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner EQ-5D-5L. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 14 variabel yang diteliti terdapat 4 variabel yang terbukti signifikan berhubungan, yaitu tingkat pendidikan (p = <0,001), pendapatan (p = 0,043), operasi (p = 0,022) dan komorbid (p = 0,007). Faktor dominan yang berhubungan signifikan dengan HRQoL pasien kanker adalah tingkat pendidikan (p = 0,000 dan B -0,430). Faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker perlu menjadi target intervensi para pemangku kebijakan. Pendidikan mampu meningkatkan pemberdayaan pasien kanker. Edukasi untuk pasien kanker menjadi hal yang penting sehingga pemahaman yang baik dari pasien kanker terhadap penyakit yang diderita dapat memengaruhi HRQoL agar menjadi lebih baik.

Based on data from the Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, the number of new cancer cases in Indonesia is estimated at 408,661 cases and the number of cancer deaths in Indonesia is estimated at 242,988 deaths. Cancer management is not limited to clinical disease management, but must also involve a management plan that can provide the best overall quality of life. Health-Related Quality of Life (HRQoL) of cancer patients is the patient's perception of the effects of disease and/or treatment and is considered an important therapeutic outcome in cancer patients. It is necessary to know the factors associated with HRQoL of cancer patients so that policy makers can develop appropriate policies. The research method used was a cross-sectional method with a quantitative approach using the EQ-5D-5L questionnaire. The results of the analysis showed that of the 14 variables studied there were 4 variables that proved to be significantly related, namely education level (p = <0.001), income (p = 0.043), surgery (p = 0.022) and comorbidities (p = 0.007). The dominant factor significantly associated with HRQoL of cancer patients was education level (p = 0.000 and B -0.430). Factors associated with HRQoL of cancer patients need to be targeted for intervention by policy makers. Education can increase the empowerment of cancer patients. Education for cancer patients is important so that cancer patients' good understanding of their disease can affect their HRQoL for the better."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya
"Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap hidupnya. Kualitas hidup merupakan bagian dari kesejahteraan, yang merupakan komponen kesehatan yang positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional. Responden penelitian adalah  105 orang tenaga kependidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada tahun 2018. Data dianalisis menggunakan uji korelasi dan uji t independen. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar (88,6%) tenaga kependidikan FKM UI memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang baik, dengan skor rata-rata 77,49±11,88. Responden terdiri dari 41 perempuan dan 64 laki-laki berumur 40,65±9,69 tahun. Status gizi (p=0,879); kualitas diet komponen variasi (p=0,157) dan adekuasi (p=0,561); sarapan (p=0,780); merokok (p=0,080); jenis kelamin (p=0,449); kebugaran (p=0,520), dan umur (p=0,869) tidak berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan. Aktivitas fisik (p=0,017); durasi tidur (p=0,044); dan penyakit kronis (p=0,010) berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan.

Quality of life is an individual perception of his/her life. Quality of life is part of wellness, that is the positive component of health. Health  is “a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity”. The purpose of this research is to find factors related to health-related quality of life by cross-sectional research design. This research is done with administration staffs of Faculty of Public Health Universitas Indonesia as respondents on 2018. Data collected was analyzed with correlation test and independent-t test. Analysis result shows most of the respondents (88,6%) are categorized in good health-related quality of life, with mean score 77,49±11,88. Respondents are 41 women and 64 men, aged 40,65±9,69 years old. Nutritional status (p=0,879); variety component (p=0,157) and adequacy component (p=0,561) of diet quality; eating breakfast (p=0,780); smoking (p=0,080); gender (p=0,449); fitness (p=0,520); and age (p=0,869) are not associated to health-related quality of life. Physical activity (p=0,017); sleep duration (p=0,044); and chronic diseases (p=0,010) are associated to health-related quality of life."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milda Inayah
"Tujuan: Mengetahui hubungan beban finansial terhadap kualitas hidup pasien kanker yang menjalani terapi radiasi di instalasi radioterapi rumah sakit pusat rujukan nasional Indonesia yang menggunakan JKN.
Metode: Desain penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Data diambil dari rekam medis dan kuesioner yang didalamnya terdapat formulir EORTC QLQ-C30 untuk menilai HRQoL, yang diisi melalui wawancara via telepon pada pasien kanker yang telah menjalani radioterapi di IPTOR RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari 2022 - Maret 2023. Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi dan mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi, klinis, dan ekonomi/beban ekonomi, terhadap HRQoL pasien kanker.
Hasil: Dari analisis bivariat masing-masing variabel independen, didapatkan untuk global health yang secara statistik memiliki hubungan (p>0,25) antara lain usia (p=0,166), jenis kelamin (p=0,090), stadium (p=0,111), pendapatan bulanan (p=0,114), dan skor COST FACIT (p<0,001). Untuk fungsi fisik, yang berhubungan yaitu KPS (p=0,089), OTT (p=0,048), pendapatan (p=0,146), dan skor COST FACIT (p<0,001). Sedangkan fungsi emosional, berhubungan dengan usia (p=0,081), jenis kelamin (p=0,113), KPS (p=0,119), indikasi radiaisi (p=0,188), OTT (p=0,053), OOP (p=0,021), financial catastrophe (p=0,135), dan skor COST FACIT (p<0,001). Hasil analisis multivariat dengan regresi linier didapatkan hanya skor COST FACIT yang memiliki nilai p<0,05 dari analisisi regresi liniernya untuk global health (p<0,001 b=0.443 R2=18,8%), fungsi fisik (p<0,001 b=0,456 R2=20,1%), dan fungsi emosional (p<0,001 b=0,523 R2=34,6%).
Kesimpulan: Toksisitas finansial memilki hubungan yang bermakna dalam menilai HRQoL pasien kanker yang menjalani radioterapi. Pendapatan, OOP, dan financial catastrophe juga dapat dipertimbangkan dan menjadi perhatian dalam mengevaluasi HRQoL dari pasien kanker.

Objective: To determine the relationship between financial burden and the quality of life of cancer patients undergoing radiation therapy at the radiotherapy installation of the national referral hospital in Indonesia that utilizes the National Health Insurance (JKN).
Methods: A descriptive-analytical research design with a cross-sectional method was employed. Data were obtained from medical records and questionnaires containing the EORTC QLQ-C30 form to assess HRQoL, filled out through telephone interviews with cancer patients who had undergone radiotherapy at IPTOR RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from January 2022 to March 2023. An analysis was conducted to identify and understand the relationship between sociodemographic, clinical, and economic/economic burden characteristics with the HRQoL of cancer patients.
Results: From the analysis of each independent variable, it was found that for global health, there is a statistically significant relationship (p>0.25) with age (p=0.166), gender (p=0.090), stage (p=0.111), monthly income (p=0.114), and COST FACIT score (p<0.001). For physical function, the relationship variables are KPS (p=0.089), OTT (p=0.048), income (p=0.146), and COST FACIT score (p<0.001). Meanwhile, emotional function related to age (p=0.081), gender (p=0.113), KPS (p=0.119), radiation indication (p=0.188), OTT (p=0.053), OOP (p=0.021), financial catastrophe (p=0.135), and COST FACIT score (p<0.001). The results of multivariate analysis with linear regression show that only the COST FACIT score has a p-value <0.05 from its linear regression analysis for global health (p<0.001 b=0.443 R2=18.8%), physical function (p<0.001 b=0.456 R2=20.1%), and emotional function (p<0.001 b=0.523 R2=34.6%).
Conclusion: Financial toxicity is significantly related to assessing the HRQoL of cancer patients undergoing radiotherapy. Income, OOP, and financial catastrophe should also be considered and given attention when evaluating the HRQoL of cancer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destiawan Eko Utomo
"Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan dan kualitas hidup yang diakibatkannya. Bertujuan untuk mengidentifikasi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien kusta yang mengalami kecacatan di Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang. Penelitian kuantitatif non eksperimen menggunakan desain crossectional. Dengan besar sampel yang digunakan adalah 96 responden.
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan secara signifikan antara umur (p 0,253), jenis kelamin (p 1,000), pendidikan (1,000), penghasilan (p 1,000), tingkat kecacatan (p 0,397), proses penyakit (1,000), Pengetahuan (0,626), stigma (p 0,955) dengan kualitas hidup. Ada hubungan yang signifikan antara keterbatasan aktivitas fungsional (p 0,002), koping (p 0,006) dan dukungan sosial (0,002) terhadap kualitas hidup. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup adalah keterbatasan aktivitas fungsional. Penyusunan standar asuhan keperawatan pasien kusta yang mengalami kecacatan diharapkan mempertimbangkan keterbatasan fungsional, koping individu dan dukungan sosial.

Leprosy is one of the eight neglected tropical diseases (NTD) that still exist in Indonesia. Although the disability rate declines but the impact on quality of life remains. The purpose of this study was to explain the factors related to quality of life in leprosy patients with disabilities in Leprosy Hospital Dr Sitanala Kota Tangerang. The method of this research is non-experimental quantitative method and crossectional study design. The sample was 96 respondents of leprosy patients with disability.
The results showed no significant relation age (p 0.253), sex (p 1,000), education (1,000), income (p 1,000), disability rate (p 0.397), disease process (1,000), knowledge (p 0.626) , stigma (p 0.955) on quality of life. There are significant relationship among functional activity limitations (p 0.002), coping (p 0.006) and social support (0.002) on quality of life. Conclusion: There are relationship between the limitations of functional activity, individual coping and social support with quality of life. Implication standard care should involved disability, limited functional, coping and social support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Rinaldi Devantara
"Penelitian ini membahas tentang gambaran kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Quality of Life) pada penderita autoimun jenis Sindrom Sjögren. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian eksploratif. Penderita Sindrom Sjögren memiliki gangguan gejala fisik seperti kekeringan pada mulut, sakit pada persendian, dan kelelahan. Gejala fisik tersebut berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita dalam dimensi physical well-being, psychological well-being, dan social well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita Sindrom Sjögren memiliki gangguan terhadap physical well-being dengan gejala fisik dan gejala kekeringan yang dimiliki dan berdampak terhadpa fungsi tubuh dan aktivitas serta partisipasi penderita. Dalam dimensi psychological well-being, penderita Sindrom Sjögren memiliki tingkat kecemasan dan stres yang tinggi, kepercayaan diri dan kurangnya pemahamanan terhadap penyakit berimplikasi terhadap depresi dan kemampuan kontrol diri yang kurang memadai. Selain itu, Sindrom Sjögren juga berdampak pada domain social well-being penderita yaitu pada gangguan kehidupan sosial, gangguan keberfungsian peran sosial dalam keluarga dan pekerjaan, beban finansial, dan permasalahan yang terjadi di rumah sakit yang menimbulkan stres bagi penderita. Penderita Sindrom Sjögren memiliki dukugan sosial melalui pasangan, sahabat, dan dokter jiwa yang berdampak positif terhadap social well-being.

This study discusses the description of Health Related Quality of Life in autoimmune patients with Sjögren's Syndrome. This study uses a qualitative approach with an exploratory research type. People with Sjögren's Syndrome have physical symptoms such as dryness of the mouth, joint pain, and fatigue. These physical symptoms affect the patient's quality of life in the dimensions of physical well-being, psychological well-being, and social well-being. The results showed that patients with Sjögren's Syndrome had disturbances in physical well-being with physical symptoms and dryness that had an impact on body functions, activities, and participation of patients. In the dimension of psychological well-being, patients with Sjögren's Syndrome have high levels of anxiety and stress, lack of self-confidence, and lack of understanding of the disease have implications for depression and inadequate self-control abilities. In addition, Sjögren's Syndrome also has an impact on the social well-being of the patients, social life disturbances, impaired functioning of social roles in family and work, financial burdens, and problems that occur in hospitals that cause stress for patients. Patients with Sjögren's Syndrome have social support through their partners, friends, and psychiatrists which have a positive impact on their social well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Bunga Anggraini
"Salah satu penilaian keberhasilan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang merupakan program rehabilitasi terhadap pengguna narkoba khususnya pengguna narkotika suntik adalah kualitas hidup klien. Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas hidup klien PTRM ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 62 responden di Puskesmas Kedung Badak dan BogorTimur. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kualitas hidup klien PTRM di Kota Bogor pada domain fisik sebesar 57,6; domain psikologis sebesar 57,5; domain sosial sebesar 63,6; dan domain lingkungan 63,9. Dibandingkan rerata skor populasi sehat di Indonesia, domain fisik dan psikologis lebih rendah daripada populasi tersebut, sedangkan domain psikologis tidak berbeda dengan populasi tersebut. Adapun skor domain lingkungan lebih tinggi dibandingkan populasi sehat Indonesia. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup pada domain fisik adalah tingkat pendidikan, sedangkan domain psikologis adalah dosis metadon. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup domain sosial adalah adanya seseorang yang dapat diajak bicara, sedangkan domain lingkungan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pemberian Take Home Dose THD dan penerapan aturan penghargaan dan sanksi terhadap klien PTRM di Puskesmas tersebut. Untuk meningkatkan kualitas hidup klien PTRM, diperlukan penanganan klien dengan pendekatan individual dan dibutuhkan dukungan sosial untuk meningkatkan motivasi serta kepatuhan klien dalam menjalani terapi metadon.

One of the achievement in Methadone Maintenance Therapy which is a rehabilitation program for injecting drug users is quality of life. The purpose of this study was to determine quality of life among MMT patients. Sixty two respondents from Kedung Badak and Bogor Timur Public Health Care were recruited in this cross sectional study. The results showed mean scores for physical domain was 57.6 psychological domain was 57.5 social domain was 63.6 and environmental domain was 63.9. Compared toquality of life of the Indonesian general population scores, physical and psychological domain scores were lower, while social domain had no different with the Indonesian population. Environmental domain had higher score than Indonesian general population. The dominant factor in determining physical and environmental domain was level of education, while the psychological domain was methadone dose, and the existence of some ones to talk to was dominant factor for social domain. Evaluation to Take Home Dose THD and application of 'reward and punishment' rule in these health providers. To improve MMT patients rsquo quality of life it is suggested to treat patients based on individual approach and social support to increase clients motivation and adherence to methadone therapy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dories Septiana
"Latar Belakang. Transplantasi ginjal masih menjadi pilihan terbaik sebagai terapi pengganti ginjal terutama pada pasien penyakit ginjal stadium akhir, yang dapat meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan dari berbagai aspek terutama aspek kesehatan fisik dan fungsi psikososial dan dapat menurunkan efek penyakit serta dapat mengurangi risiko kematian bila dibandingkan dengan terapi konservatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kualitas hidup resipien setelah menjalani transplantasi ginjal beserta faktor-faktor yang berhubungan.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Subyek penelitian adalah pasien penyakit ginjal kronik yang telah menjalani transplantasi ginjal di RS dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari 2018-Desember 2020. Penilaian kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesioner SF-36. Dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat pada variabel independen baik terhadap 8 domain dari SF-36, komponen MCS dan PCS, serta skor total keseluruhan dari SF-36.
Hasil. Durasi dialisis, kadar hemoglobin, ECOG dan depresi berkontribusi terhadap komponen PCS kualitas hidup (R2= 21,4%), sedangkan kadar hemoglobin dan depresi berkontribusi terhadap komponen MCS (R2= 33,6). Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup secara keseluruhan adalah kadar hemoglobin, ECOG dan depresi (R2=40,7%).
Kesimpulan. Kualitas hidup resipien pasca transplantasi ginjal secara keseluruhan pada penelitian ini tinggi, dengan kualitas hidup pada komponen fisik lebih tinggi bila dibandingkan dengan komponen mental. Adapun faktor-faktor yang berkontribusi dan bermakna secara statistik terhadap keseluruhan kualitas hidup adalah kadar hemoglobin, status ECOG, dan depresi. Namun di samping itu, durasi dialisis dan ECOG juga berkontribusi terhadap komponen fisik terhadap kualitas hidup.

Objective. This study aims to determine and identify factors associated with QoL after kidney transplantation.
Methods. This study used a cross-sectional design. We enrolled 107 consecutive subjects who had kidney transplantation at the Kidney transplantation center at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. from January 2018-December 2020. QoL was performed by the SF-36 questionnaire. Univariate, bivariate, and multivariate analyzes were performed on the independent variables and dependent variable (SF-36). Each analyzes of independent variables divided into 8 domains, the MCS and PCS components, and the overall total score of the SF-36.
Result. Duration of dialysis, hemoglobin levels, ECOG and depression were contributed to the PCS component of quality of life (R2= 21.4%) while hemoglobin levels and depression contributed to the MCS component (R2= 33.6). And factors related to total score of SF-36 were hemoglobin levels, ECOG status, and depression (R2=40.7%).
Conclusion. We found that overall QoL status after kidney transplantation in this study was high, with the PCS component being higher than MCS component. Factors that contributed and were statistically significant to Qol status were hemoglobin levels, ECOG status, and depression. Besides, the duration of dialysis and ECOG status also contributed to the physical component of SF-36.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Rachmadiah
"Myasthenia Gravis (MG) merupakan penyakit autoimun kronik yang banyak terjadi pada kelompok usia produktif. Walau masih relatif jarang ditemukan, namun insidensi dan prevalensi Myasthenia Gravis dilaporkan terus meningkat. Kelemahan otot kronik yang dialami berdampak pada penurunan fungsi secara individu maupun sosial. Dampak negatif derajat kelemahan otot terhadap skor kualitas hidup telah terbukti dari penelitian secara global maupun di Indonesia, namun determinan lain yang menentukan kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL) individu dengan Myasthenia Gravis masih belum tereksplorasi. Menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel apa saja yang menjadi determinan HRQoL individu dengan Myasthenia Gravis di Indonesia. Seratus dua puluh delapan responden yang merupakan anggota Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia direkrut di dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan secara daring melalui Google Form. Alat ukur yang digunakan adalah self-administered questionnaire MG-QoL 15, General Self Efficacy Scale, HADS, dan kuesioner variabel independen yang sudah melalui uji validitas dan reliabilitas. Sesudah dilakukan analisis deskriptif, analisis hubungan dengan Independent T-Test, Uji Anova, Uji Korelasi, serta analisis regresi linier multivariat, didapatkan hasil yaitu rata-rata skor kualitas hidup individu dengan MG adalah 28,3±12,89; determinan HRQoL pada individu dengan MG adalah Pendidikan, Efikasi Diri, Dukungan Sosial dan Masalah Kesehatan Mental sesudah dikontrol dengan Usia, Pernikahan, Status Bekerja Jenis Kelamin, Latihan Fisik dan Kunjungan ke Profesional Medis; determinan yang paling berpengaruh terhadap HRQoL individu dengan MG adalah Masalah Kesehatan Mental dengan nilai p = 0,001 dan koefisien Beta = 0,302.

Myasthenia Gravis (MG) is a chronic autoimmune disease that mostly occurs in the productive age group. Although it is still relatively rare, the incidence and prevalence of Myasthenia Gravis are reported to be increasing. The chronic muscle weakness experienced has an impact on individual and social decline in function. The negative impact of the degree of muscle weakness on quality of life scores has been proven from research both globally and in Indonesia, but other determinants that determine the health-related quality of life (HRQoL) of individuals with Myasthenia Gravis have not been explored. Using a cross-sectional design and quantitative methods, this study aims to analyze what variables are the determinants of HRQoL of individuals with Myasthenia Gravis in Indonesia. One hundred and twenty eight respondents who are members of the Myasthenia Gravis Indonesia Foundation were recruited in the study. Data collection is done online via Google Form. The measuring instrument used is the self-administered questionnaire MG-QoL 15, General Self Efficacy Scale, HADS, and the independent variable questionnaire that has passed validity and reliability tests. After descriptive analysis, correlation analysis with Independent T-Test, Anova Test, Correlation Test, and multivariate linear regression analysis were carried out, the results obtained were the average quality of life score of individuals with MG was 28.3±12.89; HRQoL determinants in individuals with MG are Education, Self-Efficacy, Social Support and Mental Health Disorders after being controlled with Age, Marriage, Sex Working Status, Physical Exercise and Visits to Medical Professionals; The determinants most influential to the HRQoL of individuals with MG are Mental Health Disorders with a value of p = 0.001 and a coefficient of Beta = 0.302."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Paramita
"Infeksi COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dapat meninggalkan gejala sisa multisistemik (long COVID). Gejala long COVID meliputi kelelahan, sesak napas, batuk, sakit kepala, nyeri otot, dan gangguan kesehatan kognitif atau mental seperti kecemasan atau depresi. Salah satu tata laksana long COVID adalah intervensi rehabilitasi dan telerehabilitasi disarankan sebagai salah satu strategi inovatif. Namun, belum dikembangkan model telerehabilitasi untuk pasien long COVID di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan model telerehabilitasi dan menilai efektivitasnya terhadap perbaikan kapasitas fungsional, kualitas hidup, tingkat stres oksidatif dan disfungsi endotel pada pasien long COVID di Indonesia. Penelitian dilakukan di Jakarta pada Juni 2022 hingga Juli 2024. Tahap pertama adalah studi kualitatif pengembangan model telerehabilitasi CoFit Rehab untuk pasien long COVID menggunakan metode Delphi yang melibatkan 24 panelis. Tahap kedua adalah uji randomisasi terkontrol pada 41 pasien long COVID (21 subjek perlakuan dan 20 subjek kontrol) untuk menguji efektivitas model telerehabilitasi yang dikembangkan. Selama 12 minggu, subjek perlakuan menjalani intervensi telerehabilitasi dan subjek kontrol menjalani intervensi rehabilitasi standar. Dilakukan pengukuran parameter kapasitas fungsional (uji jalan enam menit, uji sit-to-stand 30 detik dan uji kekuatan genggam tangan), kualitas hidup (kuesioner EQ-5D-5L versi Indonesia), tingkat stres oksidatif (kadar GSH dan rasio GSH/GSSG) dan disfungsi endotel (kadar mikropartikel endotel CD31+CD42b–). Studi kualitatif mendapatkan model telerehabilitasi. Uji randomisasi terkontrol memperlihatkan peningkatan bermakna jarak tempuh uji jalan enam menit baik kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Peningkatan jarak tempuh uji jalan enam menit lebih besar pada kelompok perlakuan. Ditemukan peningkatan bermakna jumlah repetisi uji sit-to-stand 30 detik, kekuatan genggam tangan, skor VAS EQ-5D-5L yang bermakna pada kelompok perlakuan. Ditemukan penurunan bermakna kadar mikropartikel endotel CD31+CD42b– plasma pada kelompok perlakuan. Tidak terdapat perbaikan bermakna pada parameter lain. Model telerehabilitasi CoFit Rehab terbukti lebih unggul dalam memperbaiki kapasitas fungsional dan fungsi endotel pada pasien long COVID dibandingkan rehabilitasi standar.

COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) infection can result in multisystemic sequelae (long COVID). Commonly reported symptoms include fatigue, shortness of breath, cough, headache, muscle pain, and cognitive or mental health disorders such as anxiety or depression. One of the management for long COVID is rehabilitation intervention and telerehabilitation is suggested as one of the innovative strategies. However, a telerehabilitation model (CoFit Rehab) for long COVID patients has not been developed in Indonesia. This study aims to develop a telerehabilitation model for long COVID patients and assess its effectiveness in improving functional capacity, quality of life, oxidative stress levels and endothelial dysfunction in long COVID patients in Indonesia. This study was done in Jakarta from June 2022 until July 2024. The first stage was a qualitative study to obtain a telerehabilitation model for long COVID patients using the Delphi method that involved 24 panelists. The second stage was a randomized controlled trial on 41 long COVID patients (21 treatment subjects and 20 control subjects) to test the effectiveness of the telerehabilitation model that has been developed. For 12 weeks, treatment subjects received telerehabilitation intervention and control subjects received standard rehabilitation intervention. Functional capacity parameters (six-minute walk test, 30-second sit-to-stand test, and handgrip strength test), quality of life (Indonesian version of the EQ-5D-5L questionnaire), oxidative stress levels (GSH levels and GSH/GSSG ratio) and endothelial dysfunction (concentration of CD31+CD42b– endothelial microparticles) were measured. The qualitative study obtained a telerehabilitation model. Randomized controlled trial showed a significant increase in the six-minute walk test distance in both groups. Compare to the control group, the distance increase in the six-minute walk test was greater in the treatment group. There was a significant increase in the total repetitions of the 30-second sit-to-stand test, handgrip strength, and EQ-5D-5L VAS scores in the treatment group. There was a significant decrease of the endothelial microparticle plasma level (CD31+CD42b) in the treatment group. There was no significant improvement in other parameters. The telerehabilitation model (CoFit Rehab) was shown to be superior in improving functional capacity and endothelial function in long COVID patients compared to standard rehabilitation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novri Andini
"Kanker dan efek dari pengobatan dapat menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup merupakan salah satu parameter keberhasilan intervensi keperawatan pada penyakit kronik seperti kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor karakteristik individu dan penyakit dengan kualitas hidup pasien kanker. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan melibatkan 110 pasien kanker yang didapatkan melalui teknik consecutive sampling dan diambil di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah Functional Assessment Of Cancer Therapy-General (FACT-G). Penelitian ini menyimpulkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status penghasilan, stadium kanker dan nyeri dengan kualitas hidup nilai (p < I± = 0.05). Riset ini merekomendasikan perlunya deteksi dini pada penyakit kanker agar dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien kanker.

Cancer and the effects of treatment may cause various effects on the patients daily life and quality of life. The Quality of life is one of the parameters of nursing interventions on chronic diseases, especially cancer. This research aims to determine the relationship between individual and disease characteristics with quality of life in cancer patients. This research used a cross-sectional design involving 110 cancer patients through consecutive sampling at Gatot Soebroto Army Hospital, Jakarta. Instruments used in this research is Functional Assessment Cancer Of Therapy-General (FACT-G). The results showed that there was a significant relationship between age, education, employment, income, cancer stage and pain with quality of life (p < I± = 0.05). This research suggested to take early detection on cancer to improve the quality of life of cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>