Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137467 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Hardiana
"Kenyamanan akustik merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung proses belajar mengajar, khususnya pada ruang kelas di bangunan pendidikan. Untuk mencapainya, ruang kelas perlu memenuhi standar kualitas akustik yang ditetapkan, terutama standar dalam paremeter speech intelligibility. Tulisan ini membahas kualitas akustik pada bangunan pendidikan yang berada di kawasan terdampak kebisingan eksternal, dengan studi kasus SDN Kamal 09 Pagi yang terletak dekat Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan berada di jalur lintasan penerbangan. Analisis dilakukan dengan mengukur tiga parameter utama, yaitu Reverberation Time (RT), Signal-to-Noise Ratio (SNR), dan Speech Transmission Index (STI), melalui pengukuran langsung, simulasi perangkat lunak, serta wawancara dengan pengguna ruang. Hasil menunjukkan bahwa seluruh ruang kelas belum memenuhi standar pada ketiga parameter tersebut, dikarenakan kurangnya penggunaan material penyerap suara pada bangunan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi mitigasi akustik pada berbagai level, sehingga gelombang bunyi dapat lebih banyak terserap oleh material. Kesimpulan dari tulisan ini menjelaskan bahwa standar kualitas akustik perlu menjadi pertimbangan utama dalam perancangan dan pengelolaan ruang belajar, terutama di wilayah dengan tingkat kebisingan tinggi. Dengan memenuhi standar tersebut, ruang kelas dapat berfungsi tidak hanya sebagai tempat belajar secara fisik, tetapi juga sebagai lingkungan yang mendukung konsentrasi, pemahaman materi, dan kenyamanan siswa.

Acoustic comfort is one of the key aspects in supporting the teaching and learning process, particularly within classrooms in educational buildings. To achieve this, classrooms must meet established acoustic quality standards, especially those related to speech intelligibility. This paper examines the acoustic quality of a school building located in a noise-affected area, with a case study of SDN Kamal 09 Pagi, which is situated near Soekarno-Hatta International Airport and lies within a flight path. The analysis was conducted by evaluating three main parameters: Reverberation Time (RT), Signal-to-Noise Ratio (SNR), and Speech Transmission Index (STI), through direct measurements, software simulations, and interviews with space users. The results indicate that all classrooms fail to meet the required standards for these parameters, mainly due to the lack of sound-absorbing materials in the building. Therefore, multi-level acoustic mitigation strategies are needed to enhance sound absorption within the space. This study concludes that acoustic quality standards must be a primary consideration in the design and management of learning environments, particularly in areas with high levels of environmental noise. By adhering to these standards, classrooms can serve not only as physical spaces for learning but also as environments that promote student concentration, comprehension, and overall comfort."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Visual Reference Publications, 2002
371.62 EDU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Zafira
"Hubungan manusia dan alam sangatlah erat terutama dalam mencapai well-being manusia. Alam merupakan salah satu unsur yang berdampak baik bagi fisik maupun psikis manusia, terutama untuk mencapai ketenangan dan relaksasi. Desain biophilic hadir sebagai pendekatan untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut, dengan cara menghadirkan unsur alam pada arsitektur yang bertujuan agar tercapainya kualitas ruang yang dibutuhkan.
Pada skripsi ini akan lebih berfokus pada penerapan prinsip inside-outside space sebagai salah satu cara pemenuhan kebutuhan tersebut. Prinsip inside-outside berdasarkan desain biophilic dengan sudut pandang interioritas. Menggunakan studi kasus berupa Sekolah Alam, sebuah tempat edukasi yang membutuhkan penerapan prinsip inside-outside space, yang menghubungkan inside dan outside, sehingga dapat meningkatkan kontak antara manusia dan alam.
Aktivitas yang terintegrasi dengan alam ini dibutuhkan untuk mendukung masa perkembangan anak usia dini, terutama untuk memenuhi well-being anak. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kesatuan antara elemen alam dengan elemen ruang, dalam mendukung suksesnya penerapan prinsip tersebut.

Human and natural relationships are closely related, mainly for reaching human well being. Nature is one of the elements that affect both the physical and psychological human, especially to achieve tranquility and relaxation. Biophilic design is present as an approach to meet that human needs, by presenting the elements of nature on the architecture that aims to achieve the required quality of space.
In this essay will be more focused on applying the principle of inside outside space as one way of fulfilling those needs. The principle of inside outside based on biophilic design with interiority point of view. Using case studies specifically of School of Nature, a place of education that requires the application of the principle of inside outside space connecting between inside and outside, so as to increase the contact between human and nature.
This integrated activity with nature is needed to support early childhood development, especially to fulfill the child 39 s well being. This relates to how the unity of the elements of nature with the elements of space, in support of the successful application of the principle.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hirni Melani Puspita Sari
"Bangunan Sekolah Dasar adalah sebuah sarana fisik pendidikan yang ikut mempengaruhi mutu pendidikan. Agar bangunan ini dapat berfungsi secara maksimal, pemerintah membuat sebuah standarisasi yang merupakan patokan dalam merancang sebuah bangunan Sekolah Dasar. Standarisasi ini sifatnya fleksibel, dapat berubah sesuai dengan kurikulum yang saat itu sedang berlaku.
Dalam skripsi ini, penulis mengadakan sebuah tinjauan tentang standarisasi bangunan Sekolah Dasar yang ada, berdasarkan kurikulum baru yang akan bedaku, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Fokus pengajaran pada kurikulum ini telah berubah dari guru kepada siswa, sehingga menyebabkan perubahan pada pengelolaan proses kegiatan belajar yang ada dan mempengaruhi kebutuhan ruang dan. sarana lainnya.
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, prinsip-prinsip KBK menuntut diadakannya penyempurnaan pada standarisasi yang ada. Berdasarkan orientasinya, KBK mengharapkan sebuah bangunan Sekolah Dasar dapat menyediakan berbagai pengalaman belajar secara raang, metode dan media. Dengan adanya perbedaan proses pembelajaran pada struktur kurikulum, KBK menghendaki adanya rancangan ruang yang berbeda untuk kelas 1&2 dengan kelas 3-6. Di dalam KBK, belajar diartikan sebagai sebuah kegiatan aktif siswa, sehingga diharapkan penataan perabot di ruangan kelas yang ada dapat menjadikan siswa aktif."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwati Sholihah
"Pencahayaan pada bangunan sekolah menjadi salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi kinerja akademik siswa di sekolah yaitu kualitas pencahayaan di sekolah memiliki dampak yang signifikan terhadap konsentrasi belajar peserta didik. Kualitas yang buruk pada sistem pencahayaan dapat mempengaruhi efektivitas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dapat menimbulkan masalah penglihatan bagi siswa yang dapat mengurangi konsentrasi dalam kegiatan akademik. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja akademik siswa, diperlukan tingkat pencahayaan yang optimal untuk keamanan dan kenyamanan secara visual dengan mengatur intensitas cahaya yang ada di gedung SMAN 3 Depok. Dalam rangka meningkatkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem pencahayaan di gedung SMAN 3 Depok terutama untuk memenuhi tingkat pencahayaan (lux) sesuai dengan standar SNI 03-6575-2001 dan SNI 6197-2011 mengenai daya maksimum sistem pencahayaan pada ruangan. Evaluasi sistem pencahayaan dilakukan dengan dua tahap yaitu audit pengukuran dan rekomendasi perbaikan dengan simulasi skenario penggantian sistem pencahayaan menggunakan perangkat lunak DIALuxEvo. Simulasi skenario penggantian sistem pencahayaan dilakukan sebanyak 3 jenis skenario. Skenario Pertama adalah skenario penggantian lampu tanpa mengubah rumah lampu dan titik lampu eksisting. Skenario Kedua adalah skenario penggantian lampu tanpa mengubah titik lampu eksisting. Skenario Ketiga adalah skenario penggantian lampu dengan mengubah titik lampu eksisting. Berdasarkan analisis dari teknis kinerja pencahayaan dan analisis ekonomi, Skenario Kedua menjadi skenario yang paling optimal untuk diimplementasikan.

The lighting in school buildings is one of the important aspects that can affect student’s academic performance. The quality of lighting in schools has a significant impact on student’s learning concentration. Poor lighting systems can affect the effectiveness of teaching and learning activities in schools, leading to vision problems for students and reducing academic concentration. To improve students' academic performance, optimal lighting levels are required for visual safety and comfort by adjusting the light intensity in the SMAN 3 Depok building. In order to enhance this aspect, this research was conducted to evaluate the lighting system in the SMAN 3 Depok building, especially to meet the lighting levels (lux) according to the standards of SNI 03-6575-2001 and SNI 6197-2011 regarding the maximum power of lighting systems in rooms. The evaluation of the lighting system is carried out in two stages: measurement audit and recommendations for improvements using DIALuxEvo software simulation of lighting system replacement scenarios. Three types of replacement scenarios are simulated. The first scenario is the replacement of lamps without changing the lamp housing and existing lamp points. The second scenario is the replacement of lamps without changing the existing lamp points. The third scenario is the replacement of lamps by changing the existing lamp points. Based on the analysis of lighting technical performance and economic analysis, the second scenario is identified as the most optimal scenario for implementation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Nursetiawati Soemino Nasrul Oening
"Pertambahan penduduk, disertai dengan kondisi sosial ekonomi penduduk yang rendah, kesulitan mendapatkan perumahan atau lahan yang layak untuk tempat tinggal eli kota-kota besar telah mendorong orang untuk tinggal di pemukiman kumuh. Makin banyak jumlah penduduk, makin menurun t:ingkat kesejahteraan penduduk, dan makin sulit mendapatkan lahan atau rumah yang layak untuk dihuni, semakin besar tekanan penduduk, untuk tinggal di pemukiman kurnub. Selanjutnya menimbulkan kepadatan penghuni dan ketidak teraturan (density and crowding) dalam setiap lingkungan keluarga di pemukiman kumuh, yang akhimya memberikan efek kepada anak lulus SD berupa prestasi belajar yang rendah.
Masalah yang dihadapi anak yang tinggal di pemukiman lcumuh padat penduduk adalah :
1. Tingkat kepadatan penghuni sangat tinggi.
2. Lingkungan fisik yang kotor, bau , bangunan fisik tempat tinggal yang mudah terbakar, pemcemaran lahan, udara dan air, jalan yang tidak tertata, lingkungan keluarga yang sangat tinggi kepadatan penghuninya, sesak, dan bising, kondisi bela jar yang buruk.
3. Fakta bahwa kepadatan penghuni yang sangat tinggi dalam lingkungan keluarga di pemukiman kumuh padat penduduk tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar.
Prestasi belajar saat lulus SD berupaya NEM di Kelurahan Galur yaitu 34,82 (Nilai Minimum), 44,61 (Nilai Maksimum). Berdasarkan hasil pengamatan dan penelaahan literatur yang berkaitan dengan banyaknya anak lulus SD berprestasi belajar rendah memiliki hubungan dengan kondisi belajar anak yang dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik dalam lin8kunan keluarga dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Kepadatan penghuni dalarn lingkungan keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
2. Kondisi belajar dalam lingkungan keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Hipotesis 1 memiliki arti makin tinggi tingkat kepadatan penghuni dalam lingkungan keluarga, rnakin rendah prestasi belajar anak. Hipotesis 2 memiliki arti semakin baik kondisi belajar anak dalam lingkungan ke uarga, makin tinggi prestasi belajamya. Untuk menguji I
1. Analisis hubungan amara lingkungan keluarga dari segi kepadatan penghuni dengan prestasi belajar menunjukkan tidak adanya pengaruh, karena temyata anak pada umumnya mampu beradaptasi dengan kepadatan penghuni dalam lingkungan keluarganya. Dengan aemikian hipotesis 1; tidak dapat diterima.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kasus kond.isi belajar yang buruk di lingkungan keluarga berkepadatan penghuni sangat tinggi yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar pada anak saat lulus SD. Dengan demildan, ada hubungan atau pengaruh dari kond.isi belajar anak yang rneliputi : keharusan belajar, lama belajar, sarana belajar, penerangan belajar, cita-cita anak, harapan orangtua terhadap pendidikan anak, frekuensi gangguan belajar, pemanfaatan waktu luang, terhadap prestasi bela jar anak.
Analisis untuk ke delapan faktor kondisi belajar tersebut menunjukkan risiko dari adanya kondisi lingkungan keluarga yang cukup kompleks. Hasil uji Chi-square untuk masing-masing faktor yang merupakan ciri masalah belajar tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kasus kondisi belajar anak di lingkungan keluarga berkepadatan penghuni sangat tinggi dengan kasus kondisi belajar anak di lingkungan keluarga berkepadatan penghuni tidak tinggi. Kedelapan faktor dalam kondisi belajar yang dihimpun dalam satu variabel kondisi belajar, menurut hasil uji statistik yang menggunakan regresi berganda, ternyata memberi pengaruh terhadap prestasi belajar anak (R square = 133959), dengan konstribusi yang berbeda dari masing-masing faktor. Dengandemikian Hipotesis 2 diterima.
3. Hasil penelitian dari analisis uji statistik non parametrik yang menggunakan uji Man Whitney Kruskal Wallis, temyata kondisi pemukiman dan lingkungan sekitar rumah (fisik and non fisik) berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, berdasarkan lokasi yang berbeda yaitu antara Kelurahan Galur dan Kelurahan Johar Baru.
Kesimpulannya ada.lah tidak terda.pat pengaruh tingkat kepadatan penghuni yang sangat tinggi dalam Iingkungan keluarga di rumah tinggal pemukiman kumuh. Sebagai saran penulis adalah orangtua perlu rnemperhatikan kondisi belajar anak, sekalipun terhadap kepadatan penghuni di dalarn lingkungan keluarganya, karena anak harus mempunyai tempat yang sesuai untuk melakukan aktivitasnya, sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwanya, memiliki kondisi belajar yang baik, sebab kondisi belajar yang baik pada akhimya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar, dan hal ini akan lebih baik bila didukung oleh kondisi pemukiman dan lingkungan sekitar rumah (fisik dan non fisik) yang baik. Khusus bagi anak yang tergolong kurang mampu (miskin), perlu mendapat bantuan berupa paket belajar, kelas terbuka, pemberian kasih sayang melalui program anak asuh."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiatmojo Suseno
"Pada mulanya pelaksanaan bantuan untuk pembanguan sekolah diserahkan kepada pihak ketiga untuk melaksanakan pembangunan. Namun ban yak ferjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan fisik sekolah yang berdampak kualitas pembangunan sangat buruk dan tidak sesuai dengan besamya dana. Keadaan ini memunculkan kebijakan pengaluran dana Iangsung ke sekolah. Pala pelaksanaan pembangunan dengan konsep partisipasi masyarakat ada/ah kondisi dimana pihak sekolah dapat melakukan pelaksanaan pembangunan dengan dukungan masyarakat disekitar lokasi pembangunan sekolah dan tanpa melakukan kontrak pada pihak ketiga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kualitas dan waktu dalam proyek pembangunan gedung unit sekolah bare SLTP-MTs.
Panelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan pada pelaksanaan kegiatan yang akan berpengaruh kepada keberhasilan kinerja kualitas dan waktu proyek pembangunan sekolah dengan konsep partisipasi masyarakat. Metode penelitian menggunakan instrumen quisioner. Responden terdiri dari personil pelaksana ditingkat sekolah dan konsultan . Hasil penelitian yang dilakukan telah mengidentifkasi faktor dominan yang memperigraruhi kinerja kualifas dan waktu dalam proyek ini adalah sosialisasi dari transparansi pelaksanaan pekerjaan dengan konsep partisipasi masyarakat, serta didukung dengan perencanaan terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi setempat.

At first the distribution of school construction funds were handed over to contractors to carry out the constracs. Mis-management in implementation produced poor quality of the constructions due to reduction of actual funds. This condition introduced new policies for distributing grant to schools. New contracting concept by community participation construction then permitted schools to carry out the construction without involving contractors.
The aim of this research is to identify factors influence the success of time and quality performance for construction project of a new SLTP-MTs school building.
The research is to understand the dominant factors in the construction process which influences the success of time and quality performance conducted by concept community participation. The methodology of research used was questionnaires. The respondents were personel of Team that build the School and Consultant.
The research concluded that main factors which influence the success of time and quality performance for this construction project is socialization an transparencies of this work with concept community participation, and it is support by planning of time schedule."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arthur Widjaja Karyanto
"Masa kanak-kanak, terutama masa usia prasekolah, yaku usia 2 - 6 tahun merupakan masa yang penting dan menentukan bagi perkembangan anak di masa depan. Pada masa ini anak-anak berada dalam masa eksplorasi dan selalu mencoba berbagai macam cara dalam mengekspresikan did, baik secara fisik, emosional maupun secara estetik. Maka, proses eksplorasi dan ekspresi did anakanak itu hares bedangsung di tempat yang aman dan nyaman.
Di masa usia prasekolah ini, anak-anak memulai pendidikan formal pertamanya di sebuah institusi prasekolah, institusi ini memiliki berbagai macam bentuk, seperti nursery school ,Taman Kanak-kanaklKindergarten, Kelompok bermainlplaygroup, dsb. Pada institusi prasekolah ini, anak-anak belajar melalui permainan kreatif, kontak social dan ekspresi alami. Dengan menekankan pada proses belajar tersebut, dapat terpenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dan emosional anak.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, lingkungan fisik juga sangat berpengaruh pada perkembangan anak usia prasekolah. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan institusi prasekolah, atau dengan kata lain adalah bangunan institusi prasekolah, tempat dimana anak usia prasekolah mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam dirinya dengan bimbingan orang dewasa.
Lingkungan institusi prasekolah haruslah aman, baik secara psikologis maupun secara fisik agar proses eksplorasi dan ekspresi dalam pendidikan bagi anak usia prasekolah dapat berhasil. Lingkungan yang aman dapat diperoleh dengan sebuah perancangan arsitektur. Diharapkan dengan tulisan ini, perancang bangunan mulai memikirkan aspek keamanan secara khusus dalam merancang sebuah institusi bagi anak-anak usia prasekolah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Rizkina Hendra Putri
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan antara Sekolah Alam Bandung dengan kualitas akustik yang dihasilkan. Sekolah merupakan tempat anak menimba ilmu, yang dibantu oleh guru. Penyampaian informasi dan edukasi dalam sekolah berupa speech, sehingga, kualitas akustik yang dibutuhkan adalah dry speech. Kualitas akustik ini didapatkan panjang gema yang rendah. Untuk mengetahui kualitas akustik di dalam ruangan, metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif dan pembacaan langsung, yang kemudian dijabarkan secara deskriptif. Panjang gema dapat diukur melalui luas bidang, volume, dan material yang digunakan pada bangunan. Pada sekolah alam, material yang digunakan adalah material alami, salah satunya kayu. Material alami cenderung memantulkan bunyi, sehingga umumnya menimbulkan panjang gema yang tinggi. Namun dikarenakan sekolah alam memiliki banyak bukaan dan volume ruangan yang kecil, panjang gema yang dihasilkan di dalam ruangan kelas rendah. Selain dari panjang gema, kualitas akustik dapat diukur juga melalui distribusi bunyi melalui taraf intensitas bunyi. Distribusi bunyi pada sekolah alam ini baik. Hal ini dapat terjadi karena material yang digunakan adalah material pemantul bunyi. Hasil dari penelitian ini bahwa lebih baik volume dan luas lantai kelas diperbesar sehingga sesuai dengan peraturan pemerintah dan dapat meningkatkan panjang gema karena panjang gema yang dimiliki sekarang merupakan batas bawah kenyamanan akustik.

This essay is about the relation between Nature School Bandung with its acoustical quality. School is a place to study, and assist by teachers. The educational information is delivered by speech, therefore the acoustical quality needed is dry speech. A shorter reverberation time is needed to achieve the dry speech quality. To quantify the acoustical quality, the survey method are visit the building, then using the sound level meter to measure the sound intensity in the building. After collecting the datas, study is described descriptively. Reverberation time is measured by the equation of area, volume, and material used inside the space. Bandung Nature School uses natural material such as wood, bamboo, and exposed brick. Natural material usually have low absorbent coefficient, they likely to give higher reverberation time. But, having lots of openings give the classroom a shorter reverberation time. In addition to reverberation time, sound distribution is also important as a factor of measuring acoustical quality. Sound distribution is measured by sound intensity. Bandung Nature School’s sound distribution is qualified as good. Having reflector material as main material inside the classroom makes the sound distributed evenly. The result of this study is to extend the floor area and room’s volume to conform with the government’s policy. Floor area and room’s extension might increase the reverberation time to reach the average number of good acoustical quality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>