Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 97392 Document(s) match with the query
cover
Aisha Rairani
"Sebagai negara yang terdiri dari keberagaman, tidak terhindarkan terjadinya pertemuan budaya karena banyak faktor, seperti aktivitas migrasi. Ketika berinteraksi, seseorang dapat menghasilkan bentuk pertemuan budaya baik secara sadar maupun tidak. Bentuk-bentuk yang dimaksud berupa interaksi yang bertujuan untuk mempelajari dan memahami budayanya sendiri, interaksi antara budaya yang berbeda dan menghasilkan bentuk budaya yang bercampur tanpa menghilangkan keasliannya, serta interaksi antara budaya yang menyebabkan hilangnya keaslian budaya dan membentuk budaya baru. Masjid Menara Kudus merupakan salah satu contoh pertemuan budaya dalam bentuk bangunan. Jika mencari mengenai masjid ini, kata yang sering ditemukan adalah akulturasi. Pengkajian ini bertujuan untuk menelusuri bentuk pertemuan budaya yang sebenarnya terjadi di Masjid Menara Kudus dengan mencari bukti dari segi arsitektural. Untuk mengetahui bentuk pertemuan budaya yang terjadi pada Masjid Menara Kudus, data-data dari diperoleh melalui berbagai pendekatan, seperti survey lapangan, wawancara dengan salah satu pengurus Masjid Menara Kudus, dan melakukan studi literatur. Analisis dari data-data didukung dengan mengkaji literatur terdahulu. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengimplementasian budaya pada Masjid Menara Kudus menghasilkan bentuk yang baru tanpa menghilangkan budaya asli yang bertemu dan adanya usaha untuk membantu warga lokal untuk memahami budayanya sendiri. Dengan demikian, bentuk pertemuan budaya tersebut membuktikan bahwa akulturasi dan enkulturasi terjadi di dalam Masjid Menara Kudus. 

As a country consisting of diversity, it is inevitable that cultural encounters occur due to many factors, such as migration activities. When interacting, a person can produce forms of cultural encounters either consciously or unconsciously. The forms in question are interactions aimed at learning and understanding one's own culture, interactions between different cultures and producing mixed cultural forms without losing their authenticity, and interactions between cultures that cause the loss of cultural authenticity and form a new culture. The Menara Kudus Mosque is one example of a cultural encounter in the form of a building. If you search for this mosque, the word that is often found is acculturation. This study aims to trace the form of cultural encounter that actually occurred at the Menara Kudus Mosque by looking for evidence from an architectural perspective. To find out the form of cultural encounter that occurred at the Menara Kudus Mosque, data was obtained through various approaches, such as field surveys, interviews with one of the administrators of the Menara Kudus Mosque, and conducting literature studies. Analysis of the data is supported by reviewing previous literature. The results of the analysis show that the implementation of culture at the Menara Kudus Mosque produces a new form without eliminating the original culture that meets and there is an effort to help local residents understand their own culture. Thus, the form of cultural encounter proves that acculturation and enculturation occurred in the Menara Kudus Mosque. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Solichin Salam
Jakarta: Gema Salam, 1993
231.3 SOL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayati
"Di dalam sebuah kata, keberadaan bangunan Sangal penting, karena bangunan-bangunan dan semua struktur yang ada dalam sebuah kota akan membentuk citra/image terhadap kota tersebut. Pembentukan image kota ini memberikan pengaruh terhadap orientasi orang yang berada di dalam kota tersebut.
Selain itu bangunan-bangunan yang ada dalam sebuah kota juga sangat menentukan citra yang terbentuk pada sebuah kota. Bangunan-bangunan ini dengan masing-masing karakteristiknya akan menunjukkan eksistensi dan identitasnya dalam sebuah kota. Identitas bangunan inilah yang memberikan ciri khas/ciri khusus terhadap sebuah kota tempat bangunan tersebut berada. Dan ciri khas ini membuat sebuah kota menjadi mudah dikenali karena adanya karakter yang spesifik. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebuah kota tersebut Sudah mempunyai identitas kara yang jelas. Apakah hal ini berlaku juga untuk bangunan peribadatan ( masjid ), akan ditinjau lebih Ianjut dalam skripsi ini.
Dalam skripsi ini akan dilengkapi pula dengan studi kasus yaitu pada 2 buah masjid yang masing-masing mewakili tempat dan waktu tertentu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafwandi
Jakarta: Bulan Bintang, 1985
723.309 598 SYA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syafwandi
"ABSTRAK
Lokasi dan situasi Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus terletak diantara 110_ 36 dan 110`50 Bujur Timur serta 6_ 51 dan 7_16 lintang Selatan, atau sekitar 50 km sebelah Timur Semarang .Dengan ketinggian 55 m dari permukaan air laut serta luas sekitar 422,21 km2. Kota Kudus secara geografis mempunyai batas yakni : - di sebelah Utara Kabupaten Dati II Jepara dan Kabupaten Dati II Pati.- di sebelah TimurKabupaten Dati II Pati.- di sebelah Selatan Kabupaten Dati II Grobogan dan Dati II Pati.- di sebelah Barat : Kabupaten Dati II Demak dan Kabupaten Dati II Jepara. Daerah Kudus bahagian Selatan merupakan dataran rendah dengan persawahan, bagian Utara adalah dataran tinggi ( pegunungan Muria ), sedangkan daerah Tengah merupakan dataran. Kota Kudus dibelah oleh Sungai Gelis yang mengalir ke Selatan dan membagi kota dua bahagian yaitu Kudus Kulon bagian kota yang terletak di sebelah Batay Sungai, dan Kudus Wetan bagian kota yang terletak di sebelah Timur Sungai_

"
1984
S13402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warda Lutfiah Roihana
"Ruang sakral dibentuk oleh manusia yang hendak merasakan keberadaan Tuhan dengan aturan-aturan menurut kepercayaan masing-masing. Aturan-aturan tersebut menciptakan tanda dan simbol yang bisa dikenali manusia serta dapat berkembang menjadi dasar sifat simbolis bangunan setempat. Hal tersebut bisa mengembangkan persepsi masyarakat sekitar terhadap kesakralan, dan memungkinkan adanya perubahan makna pada simbol itu sendiri. Pada Masjid Kudus terlihat adanya keterkaitan yang kuat antara sifat simbolis daerah setempat dengan proses pembentukan ruang sakral akibat banyaknya penggunaan simbol dan elemen arsitektur yang menyerupai kebudayaan sebelum Islam. Skripsi ini akan membahas bagaimana terbentuknya ruang sakral pada Masjid Kudus dilihat dari sudut pandang Islam dan bagaimana penggunaan dari simbol dan elemen arsitektur yang dipengaruhi oleh kebudayaan sebelum Islam sehingga dapat memperkuat kesakralan ruang yang terjadi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Seno Bismoko
"Masjid Cipari merupakan bangunan pada masa periode kolonial yang ada di kota Garut yang berasal dari awal abad 20 atau tepatnya tahun 1936 yang terelatak dikawasan Pesantren Cipari. Metode yang digunakan adalah membandingkan bangunan ini dengan bangunan yang memiliki arsitektur, fungsi dan masa yang sama. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa bangunan masjid ini memiliki berbagai macam bentuk gaya lokal dan asing yang ada pada bentuk bangunannya. Pengaruh unsur arsitektur kolonial pada bangunan ini lebih dominan dibandingkan dengan unsur lokalnya. Unsur arsitektur kolonial yang berpengaruh adalah nieuwe bouwen. Dengan demikian dari analisis diperoleh bahwa bangunan Masjid Cipari merupakan salah satu bangunan berarsitektur kolonial pada abad ke 20.

Cipari mosque is a building during the colonial period in the city of Garut derived from the early 20th century, or rather the 1936 at Pesantren Cipari region. The method used is to compare this building with a building that has the architecture, functionality and the same period. Based on the results of the analysis can be seen that the building of this mosque has various forms of local and foreign styles that exist in the form of the building. Influenced by the colonial architecture in this building is more dominant than the local elements. Influential elements of colonial architecture is nieuwe bouwen. Thus from the analysis is that the building is a mosque Cipari buildings colonial architecture in the 20th century.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Q. Abdan Syakuro
"Artikel ini membahas mengenai menara-menara masjid kuno di Semarang yang dibangun pada  abad ke 19-20 Masehi. Menara-menara tersebut berada di kawasan-kawasan etnis yang  menunjukkan keragaman kebudayaan hasil dari perkembangan interaksi antar etnis sehingga terciptanya pencampuran budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi bentuk dan gaya bangunan pada setiap komponen menara-menara masjid kuno di Semarang. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologi Sharer dan Ashmore yang terdiri dari tahapan ; formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Berdasarkan tinjauan arkeologis dan hibriditas, gaya bangunan menara-menara masjid kuno di Semarang dipengaruhi oleh kebudayaan lokal, Eropa, dan Arab.

This article discusses the ancient mosque towers in Semarang which were built in 19-20 century AD. The towers are located in ethnic areas shows cultural diversity resulting from the development of inter-ethnic interactions so that creating a mix of cultures. This research aims to determine variations in shape and form the building style of each component of the ancient mosque towers in Semarang. Method This research uses Sharer and Ashmore's archaeological research methods which consist of stages; formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation and publications. Based on archaeological research and hybridity, the building style of the towers Ancient mosques in Semarang are influenced by local, European and Arab cultures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Eka Jaya Putra
"Prinsip kesatuan (unity) adalah gabungan semua element serta saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lain sehingga menghasilkan komposisi yang padu dan serasi. Suatu ruangan dianggap sebagai kesatuan yang harmonis dapat dicapai dengan menerapkan gabungan dari beberapa unsur desain sepelti: 1) Garis, 2) Bentuk, 3) Bidang, 4) Ruang, 5) Cahaya, dan, 6) Pola. Kesatuan elemen seperti patung dan relief menjadi bagian penting dalam arsitektur gaya gotik (Eropa) yang menekankan pada kepatuhan, kejelasan dan kejernihan dari pemikiran tentang keseimbangan, proporsi suatu susunan, konstruksi/ struktur tampak pada Gereja Katedral Denpasar. Kesatuan pada gaya arsitektur Bali dapat dilihat di Gereja pada penggunaan bahan alam (bata merah), ornamen Bali serta konsep darl Bhuwana Agung dengan Trilokanya. Warna elemen dan ornamen (ragam hias) yang diaplikasikan di Gereja Katedral Denpasar juga memiliki perbedaan misalnya pada gaya gotik lebih banyak menggunakan warna cerah (putih, krem, emas) sedangkan gays arsitektur Bali menggunakan warna alam (cokelat, merah tanah, abu-abu). Gereja Katedral Denpasar ini terletak di jalan Tukad Musi No 1, Denpasar. Konsep arsltekturnya berbasis pada vertikalism, susunan dan keseimbangan yang sempurna, elegan dan mewah namun tetap sesuai dengan arsitektur lokal Bali."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD 21:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Abdul Aziz
"Makalah ini membahas penerjemahan istilah budaya Indonesia dalam novel Negeri 5 Menara. Alif Fikri adalah seorang santri di pesantren di Jawa Timur. Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah pergi ke luar dari Minangkabau. Dia harus naik bus selama tiga hari dan tiga malam dari Sumatera ke Jawa untuk tiba di pesantren di Jawa Timur. Hal ini karena ibunya ingin dia menjadi pemimpin agama seperti Buya Hamka meskipun Alif ingin menjadi seorang insinyur seperti Habibie.
Alasan saya berniat untuk melakukan penelitian tentang novel ini adalah karena saya pikir novel ini menarik bagi para penerjemah dan dapat menginspirasi mereka untuk belajar dari terjemahan lainnya. Pergeseran terjemahan adalah sesuatu yang harus dan pasti akan terjadi dalam proses penerjemahan.
Tujuan dalam terjemahan istilah budaya adalah untuk memperkenalkan budaya sumber ke pembaca target dengan beberapa kondisi yang akan diterima dan dipahami. Setiap kasus individu terjemahan istilah budaya, bagaimanapun juga memiliki pergeseran terjemahan mereka dan hasil yang berbeda. Makalah ini menyimpulkan bahwa ada beberapa pergeseran penerjemahan di Negeri 5 Menara. Masing-masing dari mereka juga memiliki strategi terjemahan yang berbeda untuk mengatasi masalah dan mendapatkan hasil yang berbeda.

This paper examines the translation of cultural terms of Indonesia in the novel Negeri 5 Menara. Alif Fikri is a student at Islamic boarding school in East Java. Alif was born on the edge of Lake Maninjau and never going outside from Minangkabau. He had to take a bus for three days and three nights from Sumatra to Java in order to arrive at Islamic boarding school in East Java. This is because his mother wanted him to be a religious leader like Buya Hamka though Alif wanted to be an engineer like Habibie.
The reason I intend to do a research on this novel is because I think this novel is interesting for translators and it can inspire them to learn from other translations. Translation shift is something that should and will inevitably occur in translation process.
The purpose in translation of cultural terms is to introduce the source culture to the target readers with some conditions that would be acceptable and comprehensible. Each individual case of the translation of cultural terms, however, has their translation shifts and different results. This paper concludes that there are some translation shifts in Negeri 5 Menara. Each of them also has different translation strategies to overcome the problem and get different results.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>