"Affordable housing adalah suatu isu yang sangat dekat dengan generasi muda sekarang ini, khususnya di daerah kota Jakarta dan sekitarnya. Di tengah pertumbuhan kota yang semakin pesat, keterbatasan hunian yang sesuai dengan preferensi masing-masing individu cenderung tak sejalan dengan kondisi antara finansial dan pasar perumahan yang sekarang harganya semakin meningkat. Film Home Sweet Loan yang baru tayang beberapa waktu dekat ini merefleksikan suatu realitas, bagaimana anak muda yang seharusnya sudah memiliki rumah sendiri menghadapi tantangan dalam memperoleh hunian yang layak dan terjangkau akibatnya, mereka harus tetap tinggal bersama orang tua mereka. Isu ini semakin menarik karena keterjangkauan perumahan mempersempit pilihan tempat tinggal individu serta negosiasi dengan pola hidup juga preferensi mereka masing masing. Tulisan ini akan mendeskripsikan hubungan keterjangkauan terhadap keputusan pemilihan rumah dengan mempelajari teori affordable housing lalu membandingkanya dengan realitas yang ada melalui data wawancara yang didapat dari program MBKM - ANJAY (Affordable Nexus for Jabodetabek Young Adults). Hasil tulisan ini menunjukan bahwa keterjangkauan membuat generasi muda yang ingin memiliki rumah dengan preferensi mereka masing-masing harus mempertimbangkan dan berkompromi.Affordable housing is an issue that resonates strongly with today’s younger generation, particularly in the urban region of Jakarta and its surroundings. Amid rapid urban development, the limited availability of housing that aligns with individual preferences often fails to match the realities of financial capacity and the escalating prices of the housing market. The recently released film Home Sweet Loan illustrates this reality, portraying how young people—who ideally should already own their own homes—struggle to access adequate and affordable housing, often resulting in continued co-residence with their parents. This issue becomes increasingly compelling as housing affordability not only restricts individuals’ residential choices but also forces compromises in lifestyle and personal preferences. This paper aims to describe the relationship between affordability and residential decision-making by drawing on affordable housing theory and comparing it with real-world conditions using interview data obtained from the MBKM–ANJAY (Affordable Nexus for Jabodetabek Young Adults) program. The findings indicate that affordability leads the younger generation—who aspire to own homes aligned with their preferences—to consider and negotiate various compromises."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Implementasi program perumahan sederhana yang terjangkau adalah upaya yang lazim oleh pemerintah Indonesia untuk menghasilkan perumahan yang terjangkau, yang dapat dibeli oleh keluarga yang berpenghasilan 30% hingga 80% dari pendapatan median komunitas menurut program perumahan federal Amerika Serikat ((Chatfield, Melissa, & Warnock) , 2000) dikutip dalam (Salama & Alshuwaikhat, 2006)). Namun, aspek keberlanjutan perumahan sering diabaikan. Keterjangkauan dalam perumahan umumnya dipertimbangkan melalui biaya konstruksi saja, yang sama tidak tepat secara mendalam. Keterjangkauan perumahan harus dipertimbangkan melalui desain, lokasi, kondisi, lingkungan, akses transportasi, dll. Pendekatan keterjangkauan perumahan ini secara tidak langsung berkaitan dengan keberlanjutan perumahan, di mana sebuah konsep yang menguntungkan keseluruhan biaya perumahan dalam kinerja jangka panjangnya. Sehubungan dengan pernyataan ini, konstruksi perumahan harus direkayasa agar terjangkau tanpa mengabaikan aspek keberlanjutan. Rekayasa yang tepat untuk metode konstruksi perumahan dapat diimplementasikan untuk mencapai keterjangkauan perumahan tanpa mengabaikan aspek keberlanjutan.Simple affordable housing program implementations are prevalent attempts by Indonesian government to produce affordable housing, which can be purchased by families earning 30% to 80% of the community median income according to The United States federal housing programs ( (Chatfield, Melissa, & Warnock, 2000) cited in (Salama & Alshuwaikhat, 2006)). However, the sustainability aspect of housing is often overlooked. Affordability in housing is generally considered through the construction cost which is utterly not the case. Affordability of housing is should be considered through the design, location, condition, neighborhood, transportation access, etc. These housing affordability approaches are indirectly related to housing sustainability, in which a concept that benefits the overall housing cost within its long-term performance. With respect to this statement, housing construction should be engineered to be affordable without ignoring the aspect of sustainability. The proper engineering for the construction method of the housing can be implemented in order to achieve housing affordability without ignoring sustainability aspect. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis literasi pasar modal, preferensi risiko, dan perilaku keuangan terhadap probabilitas keputusan investasi saham. Model penelitian menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dengan sampel warga negara Indonesia yang tinggal di Indonesia dengan minimal usia 18 tahun. Selanjutnya, regresi logistik biner diterapkan untuk mengetahui apakah literasi pasar modal, preferensi risiko, dan perilaku keuangan mempengaruhi probabilitas keputusan investasi saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi pasar modal, dan preferensi risiko mempengaruhi probabilitas keputusan investasi secara signifikan. Penelitian ini juga menganalisis apakah jenis kelamin mempengaruhi literasi pasar modal dan preferensi risiko. Hasil uji crosstabulation menunjukkan bahwa pria cenderung berinvestasi saham dibandingkan dengan wanita. Pria juga memiliki tingkat literasi pasar modal dan preferensi risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.This research was conducted to analyze capital market literacy, risk preferences, and financial behavior towards the probability of investment decisions in the stock market. The research model uses a questionnaire as a research instrument with a sample of Indonesian citizens living in Indonesia with a minimum age of 18 years. Furthermore, binary logistic regression is applied to find out whether capital market literacy, risk preferences, and financial behavior affect the probability of investors investment decisions in the stock market. The results showed that capital market literacy and risk preferences significantly influenced the probability of investment decisions. This research is also analyzes whether gender affects capital market literacy and risk preferences. Crosstabulation test results showed that men tend to invest in shares and have higher level of capital market literacy and risk preferences compared to women."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Hunian sementara saat ini banyak diminati oleh masyarakat dengan mobilitas yang tinggi. Apartemen dianggap menjadi salah satu solusi hunian sementara bagi mereka yang mempunyai mobilitas tinggi, termasuk kalangan mahasiswa. Dalam proses pemilihan apartemen, teori perceived risk digunakan untuk menjelaskan tahap pre-purchase behavior. Teori tersebut berfungsi untuk mengurangi risiko kerugian saat mengkonsumsi barang dengan biaya beli yang tergolong tinggi. Faktor yang diperhatikan saat hendak membeli apartemen, yaitu harga hunian, lokasi, jarak tempuh menuju lokasi tertentu, fasilitas, dan lingkungan. Biaya perawatan yang dikeluarkan pun lebih banyak jika mereka membeli satu unit apartemen. Mereka harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan sinking fund, keamanan, perawatan gedung, dan kebersihan. Pada skripsi ini dibahas mengenai preferensi dan personalisasi dalam pemilihan apartemen sebagai hunian sementara. Diperoleh hasil bahwa mahasiswa pada umumnya memprioritaskan jarak hunian menuju kampus, biaya sewa ataupun beli, keamanan, privasi, lalu lingkungan bertetangga. Mahasiswa melakuka proses personalisasi karena adanya housing deficit dalam hal teknis dan rasa akan rumah yang dimilikinya. Temporary housing are currently demanded by people with high mobility. Apartments are considered to be one of many temporary housing solutions for them, including college students. In the process of apartments selection, the perceived risk theory are used to explain the pre-purchase behavior stage. Its used to reduce the risks of deficits in terms of consuming stuffs with high purchase value. The factors that must be considered during the process of apartments selection are the purchase costs, location, distance from certain location, facilities, and environments. The maintenance costs will be increasing when people purchase apartments. They have to invest more money for the sinking fund maintenance, security, building maintenances, and sanitation. This research explains about the preferences and personalization in apartment selection as students temporary housing. The obtained results are students in general are taking the distance from certain location, rent or purchase cost, security, privacy, and neighboring environments factor as priorities. They personalize their unit to overcome housing deficit in technical terms and to overcome the feeling of home. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"ABSTRAKLATAR BELAKANG. Latihan yoga merupakan kombinasi unik antara gerakan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan cara bernafas serta meditasi yang dapat memberikan ketenangan pikiran. Saat ini latihan yoga yang paling sering dilakukan adalah hatha yoga yang berfokus pada postur fisik yang disebut asanas dan teknik pernapasan atau pranayama. Sasaran dari pranayama ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dan fungsi dari sistem pernapasan. Adapun untuk menilai kapasitas fungsi paru dapat dilakukan dengan pemeriksaan uji spirometri dan Ekspansi toraks merupakan suatu metode sebagai pengembangan rongga dada tidak secara langsung menandai peningkatan ventilasi. METODE. One group Pre and Post test design terhadap subjek dewasa muda sehat dengan rentang usia 18 ndash; 40 tahun. Dilakukan intervensi berupa latihan pernapasan yoga selama 6 minggu dilakukan setiap hari selama 30 ndash; 40 menit dalam satu kelompok perlakuan. Sebelum dilakukan dan setelah dilakukan intervensi dilakukan pengukuran spirometri dan ekspansi toraks. Adapun dari nilai spirometri yang dilihat adalah VC Vital Capacity , FVC Forced Vital Capacity , FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 Second dan untuk ekspansi toraks yang dinilai adalah batas atas , tengah, dan bawah. HASIL. Didapatkan 23 subjek dewasa muda sehat dengan rentang usia 27 ndash; 36 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan hasil peningkatan VC P = 0.001 , FVC P = 0.02 dan FEV1 P=0.001 dimana didapatkan nilai bermakna P < 0.05 dari sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Tetapi tidak didapatkan nilai yang bermakna pada ekspansi toraks P=1.00 . SIMPULAN. Terdapat perningkatan nilai kapasitas paru pada subjek dewasa muda sehat setelah di lakukan latihan pernapasan yoga selama 6 minggu. ABSTRACTBACKGROUND. Yoga exercise in an unique move combinations that can increase physical healthy, breathing, and meditation that can relaxing minds.Nowadays most often yoga exercise is hatha yoga. Hatha yoga focusing on the physical posture called asanas and breathing technique called pranayama. The aim of the pranayama is to increasing breathing functions and capacity. Spirometry is the test for measuring pulmonary capacity and chest expansion is a method to measure the movement of chest that can show the increasing of pulmonary ventilation. METHODS. One group Pre and Post test design on the young healthy adults subject with age between 18 ndash 40 years. Breathing yoga exercise for 6 weeks everyday in 30 ndash 40 minutes each day as the intervention in one group. Before and after the intervention the subjects got measurement spirometry and chest expansion. From the spirometry measurement the value of VC Vital Capacity , FVC Forced Vital Capacity , FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 Second collected and for the chest expansion measurement upper, middle and lower value that collected. RESULTS. 23 young healthy adults subjects with the range of age 27 ndash 36 years with the inclusion and exclusion criteria. The result is increasing of VC P 0.001 , FVC P 0.02 and FEV1 P 0.001 with significant differences P 0.05 before and after interventions. There is no significant differences of the chest expansion before and after interventions P 1.00 CONCLUSIONS. There was a significant differences in pulmonary capacity values in young healthy adults after 6 weeks yoga breathing exercise as the intervention. "
2016
T55599
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Kesiapan finansial merupakan keadaan di mana seseorang sudah dapat bertanggung jawab secara mandiri untuk memenuhi aspek finansial dalam kesehariannya dan didukung dengan kemampuan dalam mengelola keuangan guna mencapai tujuan dalam pernikahan. Sikap terhadap pernikahan merupakan penilaian positif atau negatif yang dimiliki oleh seseorang terhadap institusi pernikahan dan hubungan pernikahan seseorang di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kesiapan finansial dan sikap terhadap pernikahan pada dewasa muda generasi Z. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling, yaitu dengan teknik convenience sampling dan snowball sampling. Penelitian ini diikuti oleh 305 partisipan dewasa muda generasi Z yang berdomisili di Indonesia dan belum pernah menikah. Kesiapan finansial diukur menggunakan Skala Pengukuran Kesiapan Menikah dan sikap terhadap pernikahan diukur menggunakan Skala Pengukuran Sikap Umum terhadap Pernikahan. Hasil teknik korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kesiapan finansial dan sikap terhadap pernikahan (r(244) = 0.218, p < 0.01)). Penelitian ini juga membandingkan salah satu data demografis, yaitu gender dengan kedua variabel menggunakan independent sample t-test dengan hasil tidak terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam variabel kesiapan finansial dan variabel sikap terhadap pernikahan.Financial readiness is a state in which an individual is capable of independently taking responsibility for fulfilling their financial aspects in their daily lives and is supported by the ability to manage finances to achieve goals in marriage. Attitude towards marriage is the positive or negative evaluation that an individual holds regarding the institution of marriage and their future marital relationship. This study aims to examine the relationship between financial readiness and attitudes towards marriage among young adults of generation Z. The sampling technique used in this study is non-probability sampling, specifically convenience sampling and snowball sampling techniques. The study involved 305 young adult participants of generation Z residing in Indonesia who have never been married. Financial readiness was measured using The Marital Readiness Scale and attitudes towards marriage were measured using The General Attitudes towards Marriage Scale. The results of the Pearson correlation technique show that there is a significant relationship between financial readiness and attitudes toward marriage (r(244) = 0.218, p <0.01). This study also compared one demographic variable, namely gender, with both variables using an independent sample t-test, and the results showed no significant differences between males and females in the financial readiness and attitudes towards marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Indonesia pada tahun di 2020 akan memasuki fenomena bonus demografi dengan meningkatnya generasi Y secara signifikan. Adanya dominasi populasi yang dapat mempengaruhi pasar perumahan terutama di kota-kota besar serta banyaknya generasi Y yang belum memiliki hunian melatar belakangi penelitian ini. Adapun Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui preferensi generasi Y dalam memilih hunian. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif analisis dekriptif dan index rata-rata. Dengan menyebar kuisioner kepada seluruh generasi Y berumur 20-39 tahun di Kota Bekasi secara online. Dari 436 kuisioner hasilnya menunjukan bahwa 78,7% generasi Y di Kota Bekasi belum memiliki hunian dan 3 dari 5 generasi Y di Kota Bekasi masih tinggal bersama orangtua. Adapun atribut preferensi hunian yang paling diinginkan generasi Y ialah keamanan yang terjaga, bebas banjir, lingkungan yang bersih, kepemilikan hunian dan dekat dengan jalan utama. Adapun tipe hunian yang diinginkan ialah hunian tapak dengan 3 kamar tidur dilengkapi dengan taman dan ruang keluarga dengan harga kurang dari 450 juta rupiah.Indonesia in 2020 will enter the demographic bonus phenomenon with a significant increase in Y generation. The existence of population dominance that can affect the housing market in urban area as well as the number of Y genneration that do not have housing is the background of this research. The purpose of this study was to determine the Y generation preference in choosing housing. The research was conducted by using descriptive quantitative analysis method and mean index. By distributing questionnaires to all Y generation aged 20-39 years in Bekasi City by online method. From 436 questionnaires the results showed that 78.7% of Y gen in Bekasi City did not have housing and 3 out of 5 generasi Y in Bekasi City still lived with their parents. The attributes of occupancy preference that generasi Y most want are maintained security, flood-free, clean environment, residential ownership and proximity to main roads. The type of housing desired is a site residence with 3 bedrooms equipped with a garden and a family room at a price of less than 450 million rupiah."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Dewasa ini, sejumlah negara dan kelompok populasi masih menunjukkan rendahnya literasi finansial. Penelitian-penelitian terdahulu telah mengungkapkan bahwa keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling berpengaruh terhadap literasi finansial individu. Nyatanya, masih banyak anak yang tumbuh di dalam keluarga dengan orang tua yang tidak pernah mendiskusikan topik keuangan. Oleh sebab itu, tujuan dari penulisan jurnal makalah ini adalah untuk memberikan kajian ilmiah mengenai peran pola komunikasi keluarga dan pengaruhnya terhadap literasi finansial dewasa muda. Dengan menggunakan metode tinjauan literatur, penulis melakukan analisis dan membuat kerangka berpikir melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan teori pola komunikasi keluarga dan literasi finansial. Dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi keluarga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap literasi finansial dewasa muda. Secara khusus, dewasa muda yang tumbuh dalam keluarga dengan orientasi percakapan menunjukkan literasi finansial yang lebih baik, sedangkan mereka yang tumbuh dalam keluarga dengan orientasi konformitas menunjukkan kurangnya literasi finansial.Nowadays, a number of countries and population groups still exhibit low financial literacy. Previous studies have shown that family is the agent of socialization that is the most influential for one’s financial literacy. In fact, there are still many children who grow up in families with parents who never discuss financial topics. Therefore, the purpose of this paper is to provide a scientific study of the role of family communication patterns and their impact on young adults’ financial literacy. Through literature review method, the author analyzed various literature related to the family communication patterns theory and financial literacy. In conclusion, family communication patterns have a significant effect on young adults’ financial literacy. In particular, young adults who grew up in a conversation-orientation family showed better financial literacy, while those who grew up in a conformity-orientation family showed a lack of financial literacy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
"Pasar perumahan memainkan peran utama terhadap perekonomian suatu negara karena berkorelasi erat dengan belanja konsumen. Perumahan merupakan sektor penting bagi perekonomian namun karena strukturnya juga merupakan sumber kerentanan dan krisis. Selama bertahun-tahun Indonesia menunjukkan peningkatan harga perumahan yang signifikan seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut di negara tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi gelembung harga perumahan di 10 kota besar di Indonesia dan mengetahui pada periode berapa gelembung tersebut ada dengan menggunakan metode PSY (2015) GSADF dan SADF serta mengetahui apakah ada efek limpahan antara kota-kota tersebut. yang memiliki kehadiran gelembung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara 10 kota tersebut hanya 8 kota yang mengalami bubble dan dengan menggunakan model regresi data panel penulis menemukan bahwa variabel makroekonomi PDRB, Inflasi, dan suku bunga signifikan secara statistik terhadap harga rumah. Apalagi spillover effect lebih banyak disebabkan oleh Jabodebek-Banten, yang menunjukkan bahwa harga rumah di kota tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan kota lainnya. Kesimpulannya, dengan sebagian besar kota menampilkan gelembung perumahan, dampaknya terhadap keterjangkauan menyiratkan bahwa sulit bagi warga negara Indonesia untuk membeli perumahan yang layak karena harganya juga merambah ke daerah lain.The housing market plays a major role towards a nation’s economy since it is closely correlated to consumer spending. Housing is an essential sector for the economy however due to its structure it is also a source of vulnerabilities and crises. Over the years Indonesia showed a significant increase in housing prices as the increase in economic growth continues for the country. The purpose of this research is to detect housing price bubbles in 10 major cities of Indonesia and find out at which period these bubbles exist by using PSY (2015) method of GSADF and SADF as well as knowing if there is a spillover effect between this cities that has the presence of bubbles. The result showed that amongst the 10 cities only 8 had the presence of a bubble and by using panel data regression model the author found that the macroeconomic variable of GRDP, Inflation, and interest rate is statistically significant to housing prices. Moreover the spillover effect was mostly caused by Jabodebek-Banten, indicating that the housing price of that city can be used to forecast the movement of the others. To conclude, with majority of the cities displaying housing bubbles the impact it has to affordability implies that it is difficult for Indonesian citizens to afford adequate housing as the prices also spillover to other areas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan preferensi pemilihan pasangan hidup pada wanita dewasa muda yang bekerja dan tidak bekerja. Preferensi pemilihan pasangan hidup adalah kriteria yang umumnya dipertimbangkan, diinginkan, dan diprioritaskan individu dalam memilih pasangan hidup. Penelitian ini menggunakan pendekatan evolusioner yang menjelaskan bahwa pria cenderung memilih pasangan berdasarkan bentuk fisik, sedangkan wanita cenderung memilih pasangan berdasarkan status sosial ekonomi yang dimiliki (Buss, 1989; Townsend, 1989). Preferensi pemilihan pasangan hidup merupakan hal yang penting sebagai acuan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 264 orang dengan rincian: 123 orang adalah wanita dewasa muda yang bekerja dan 141 orang adalah wanita dewasa muda yang tidak bekerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Nine Mate-Selection Question adaptasi dari penelitian Townsend (1993). Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Independent Sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan preferensi pemilihan pasangan hidup pada wanita bekerja memiliki mean skor yang lebih tinggi dibandingkan wanita tidak bekerja. Artinya, wanita bekerja memiliki preferensi pemilihan pasangan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak bekerja. The aim of this study is to investigate the differences of mate selection preferences of working and non-working young adult woman. Mate selection preference criteria are generally considered, desirable, and prioritized the individual in choosing a spouse. This study uses an evolutionary approach to explain that men tend to choose mates based on physical shape, while women tend to choose mates based on socioeconomic status-owned (Buss, 1989; Townsend, 1989). Mate selection preferences is important as a reference to continue the marriage. Participants of this study are 264 young adulthood: 123 respondents are working young adult woman and 141 respondents are non-working young adult woman. This study is a quantitative research method using Nine Mate-Selection Question from Townsend (1993). Data gathered in this study were calculated using Independent sample T-test. This study found that the selection of mate preference in working women has a mean score higher than non-working women. That is, the mate selection preference of working women higher than mate selection preference of non-working women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012