Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Ariqah Bakri
"Residivisme masih menjadi tantangan dalam sistem pemasyarakatan di Indonesia sehingga penting untuk memahami faktor psikologis yang mendukung proses pembinaan narapidana. Sebanyak 161 narapidana laki-laki dan perempuan yang telah menjalani minimal setengah masa tahanan menjadi partisipan pada penelitian ini. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah General Self-efficacy Scale (GSES) dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Hasil menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara self-efficacy dalam mencegah residivisme dan persepsi dukungan sosial pada narapidana laki-laki dan perempuan. Tidak ditemukan perbedaan signifikan pada self-efficacy dalam mencegah residivisme berdasarkan jenis kelamin dan ditemukan perbedaan signifikan pada persepsi dukungan sosial antarjenis kelamin.

Recidivism remains a challenge in Indonesia's correctional system, highlighting the need to understand psychological factors supporting inmate rehabilitation. This study involved 161 male and female inmates who had served at least half of their sentence. Instruments used were the General Self-Efficacy Scale (GSES) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Results showed a positive correlation between self efficacy in preventing recidivism and perceived social support. No significant gender differences were found in self-efficacy in preventing recidivism, but perceived social support differed significantly by gender, suggesting the importance of gender-sensitive support in preventing recidivism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putri Kamila Zahra
"Residivisme menjadi salah satu tantangan utama dalam sistem pemasyarakatan di Indonesia. Kemampuan narapidana untuk tidak mengulangi tindakan kriminal setelah bebas sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis, salah satunya adalah self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dan self-efficacy dalam konteks residivisme, serta keterkaitannya dengan jenis kelamin pada narapidana di lembaga pemasyarakatan. Self-efficacy dalam konteks residivisme merujuk pada keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk tidak mengulangi tindak pidana setelah menjalani masa hukuman. Partisipan penelitian (N=162) adalah narapidana laki-laki (N=78) dan perempuan (N=84) dari dua lembaga pemasyarakatan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara strategi regulasi emosi dan self-efficacy dalam konteks residivisme, di mana semakin tinggi penggunaan strategi cognitive reappraisal dan expressive suppression, maka semakin tinggi pula self-efficacy dalam konteks residivisme. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dalam penggunaan strategi cognitive reappraisal dan expressive suppression, di mana laki-laki menunjukkan skor yang lebih tinggi, namun tidak terdapat hubungan antara self-efficacy dan jenis kelamin. Temuan ini menegaskan bahwa regulasi emosi berkontribusi terhadap peningkatan keyakinan narapidana untuk tidak mengulangi pelanggaran hukum, sehingga penting untuk menjadi bagian dari intervensi psikologis di lembaga pemasyarakatan untuk pencegahan residivisme.

Recidivism remains one of the main challenges in the correctional system in Indonesia. The ability of former inmates to refrain from reoffending is strongly influenced by psychological factors, one of which is self-efficacy. This study aims to examine the relationship between emotion regulation and self-efficacy in the context of recidivism, as well as its association with gender among inmates in correctional facilities. Self-efficacy in the context of recidivism refers to an individual's belief in their ability to avoid committing crimes after serving their sentence. Participants in this study (N=162) consisted of male inmates (N=78) and female inmates (N=84) from two correctional facilities in Indonesia. The results showed a significant positive relationship between emotion regulation strategies and self-efficacy in the context of recidivism, indicating that higher use of cognitive reappraisal and expressive suppression was associated with higher levels of self-efficacy. The findings also revealed a significant relationship between gender and the use of both cognitive reappraisal and expressive suppression, with male inmates scoring higher. However, there was no significant relationship between self-efficacy and gender. These findings highlight the contribution of emotion regulation to enhancing inmates' confidence in avoiding future criminal behaviour. Therefore, emotion regulation should be considered as a key component of psychological interventions in correctional facilities to prevent recidivism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rosida Nurullah
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah occupational self-efficacy memediasi hubungan antara dukungan sosial dan career indecision. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan metode korelasional dengan menggunakan sampel individu pada usia 25−44 tahun dan sedang bekerja selama minimal enam bulan N= 167). Ketiga variabel diukur menggunakan Career Decision Scale (CDS), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Occupational Self-Efficacy(OCCSEFF). Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat direct effect (= .09, .05) yang tidak signifikan dan indirect effect (r= -.52, p.05) yang signifikan, dan mengindikasikan bahwa occupational self-efficacy memediasi secara penuh hubungan antara dukungan sosial dan career indecision. Dengan kata lain, dukungan sosial harus melewati occupational self-efficacy terlebih dahulu untuk memengaruhi career indecision. 

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine whether occupational self-efficacy mediates the relationship between social support and career indecision. This research is a quantitative study and uses a correlational method using a sample of individuals at the age range of 25−44 years and were working for at least six months (N = 167). The three variables are measured by The Career Decision Scale (CDS), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Occupational Self-Efficacy (OCCSEFF). The result of mediation analysis has shown the direct effect (r= .09, p> .05) that is not significant and a significant indirect effect (r= -.52, p< .05), which indicated that occupational self-efficacy fully mediates the relationship between social support and career indecision. In other words, social support must pass through occupational self-efficacy first to influence career indecision."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidelya Amrina
"Saat ini, prevalensi orang dengan demensia (ODD) di Indonesia terus meningkat dan diperkirakan mencapai 4 juta jiwa pada tahun 2050 (Alzheimer’s Indonesia, 2020). Risiko mengalami demensia lebih besar pada kelompok lanjut usia (lansia). Kondisi tersebut menegaskan kebutuhan akan peran caregiver keluarga, karena lansia dengan demensia memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari. Di sisi lain, peran tersebut kerap disertai tantangan yang membebani caregiver. Keberadaan sumber daya yang dipersepsikan sebagai dukungan sosial diduga dapat membangun keyakinan caregiver terhadap kemampuannya dalam menghadapi kesulitan selama merawat sehingga meringankan beban yang dirasakannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran efikasi diri caregiver sebagai mediator pada hubungan persepsi dukungan sosial dan beban pengasuhan pada caregiver keluarga lansia dengan demensia. Partisipan berjumlah 95 caregiver (16 laki-laki, 79 perempuan; rata-rata usia 40,79 tahun (SD = 12,26) dan rata-rata telah merawat selama 39.79 bulan (SD = 32.97). Alat ukur yang digunakan yaitu Zarit Burden Interview (ZBI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Caregiver Inventory (CGI). Analisis dilakukan menggunakan program Macro PROCESS Hayes SPSS Model 4 simple mediation dan bootstrapping 5000 sampel. Hasil menunjukkan bahwa efikasi diri caregiver memediasi penuh hubungan persepsi dukungan sosial dan beban pengasuhan. Temuan ini menegaskan bahwa persepsi dukungan sosial berperan penting dalam meringankan beban selama pengasuhan, melalui peningkatan efikasi diri. Sebagai implikasi dari temuan, peneliti menekankan pentingnya intervensi untuk mempererat hubungan sosial dan mendorong peningkatan keyakinan diri caregiver.

The prevalence of people with dementia (PwD) in Indonesia continues to rise and is predicted to reach 4 million by 2050 (Alzheimer’s Indonesia, 2020). Dementia is more prevalent among older adults, highlighting the need for family caregivers, as elderly with dementia require assistance in daily activities. However, caregiving often comes with challenges that place a burden on caregivers. Resources that are perceived as social support may enhance caregivers’ confidence in managing caregiving responsibilities, which in turn may alleviate their burden. This study aims to examine the mediating role of caregiver self-efficacy in the relationship between perceived social support and caregiver burden among family caregivers of elderly with dementia. A total of 95 caregivers participated in the study (16 males, 79 females; age (M = 40.79, SD = 12.26 years old; caregiving duration (M = 39.79 SD = 32.97 months). The instruments used were the Zarit Burden Interview (ZBI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Caregiver Inventory (CGI). Data were analyzed using Hayes’ PROCESS Macro SPSS Model 4 with 5,000 bootstrap samples. Results showed that caregiver self-efficacy fully mediated the relationship between perceived social support and caregiver burden. The finding highlights the importance of perceived social support in alleviating caregiver burden by enhancing caregiver self-efficacy. This study highlights the importance of interventions that strengthen social relationships and enhance caregivers’ self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Dominikus David Biondi
"Career indecision merupakan masalah yang cukup penting bagi kehidupan remaja saat ini. Jika hal ini terus berlanjut, maka remaja cenderung gagal dalam menentukan kariernya di masa depan. CDSE sebagai kapabilitas individu dalam pengambilan keputusan karier di masa depan, sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu parenting styles (eksternal) dan thinking styles (internal). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi siswa SMA mengenai parenting styles orang tua yang dimediasi oleh thinking styles terhadap tingkat CDSE ketika membuat keputusan karier. Selain itu juga, penelitian ini akan menganalisis perbedaan gender yang terjadi pada remaja laki-laki dan perempuan, sehingga didapatkan data yang faktual terkait isu gender terhadap CDSE siswa SMA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuantitatif non-eksperimental dengan jenis cross-sectional. Subjek penelitian terdiri dari 617 orang siswa yang berasal dari tiga sekolah di Jakarta yang duduk di kelas 11 dan 12. Career Decision Self-Efficacy Scale - Short Form (CDSE-SF), Parental Authority Questionnaire (PAQ), Thinking Styles Inventory-Revised II (TSI-R2) menjadi alat ukur dalam penelitian ini. Teknik analisis data menggunakan Simple Mediation Model with Hayes's Model 4 dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Science) 23 ­- PROCESS Macro.
Ditemukan bahwa CDSE pada siswa laki-laki secara signifikan dipengaruhi oleh parenting styles ayah otoriter dan ibu otoritatif, sedangkan pada siswa perempuan dipengaruhi oleh parenting styles ayah otoritatif dan ibu otoriter, serta secara signifikan juga dipengaruhi oleh thingking styles Tipe I dan Tipe II. Pengujian mediasi menemukan bahwa variabel thinking styles secara signifikan menengahi beberapa hubungan antara parenting styles ayah dan ibu terhadap CDSE. Namun, ada beberapa keterbatasan, di mana implikasi untuk penelitian lebih lanjut diberikan.

Career indecision has become a considerable issue among adolescents recently. Students would likely fail in determining their future career if this issue continued to occur. Career Decision Self-Efficacy (CDSE) as individual's capability in decision making related to future career was strongly influenced by parenting styles (external factor) and thinking styles (internal factor). This study aims to examine the effects of high school students' perceptions about their parents' parenting styles mediated by the thinking style on CDSE level in making various decisions related to their future career. In this study, the effects of gender between male and female adolescents was also analyzed in order to obtain factual data regarding gender-related issues toward high school students' CDSE level.
This study employed a non-experimental quantitative research using a cross-sectional design. The research subjects covered 617 students from three schools in Jakarta who were currently in their 11th and 12th grades. The data of this study were collected using Career Decision Self-Efficacy Scale - Short Form (CDSE-SF), Parental Authority Questionnaire (PAQ), Thinking Styles Inventory-Revised II (TSI-R2) as the research instruments. The obtained data were then analyzed using a Simple Mediation Model with Hayes' Model 4 using SPSS (Statistical Package for Social Science) 23 - PROCESS Macro.
The results of the data analysis indicated that male students' CDSE had been significantly influenced by the parenting style applied by authoritarian paternal and authoritative maternal. Meanwhile, the CDSE level of female students was influenced by the parenting styles applied by authoritative paternal and authoritarian maternal, besides it was also significantly influenced by thinking styles Type I and Type II. Based on the results of the mediation testing, thinking styles were found to significantly mediated the relationship between parenting styles applied by paternal and maternal towards CDSE level. However, this study suffered from several limitations that could be improved by future researchers. 
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Aurelia Puspita
"Resiliensi menjadi kapasitas penting bagi perempuan kepala keluarga yang kerap menghadapi berbagai tantangan berlapis dalam menjalankan perannya. Kapasitas ini berkaitan dengan keyakinan dari dalam individu dalam menghadapi tantangan dan dukungan dari sekitar individu. Penelitian ini bertujuan menganalisis korelasi antara dukungan sosial dan self-efficacydengan resiliensi pada perempuan kepala keluarga. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan desain cross-sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 51 perempuan kepala keluarga yang merupakan anggota kader Yayasan PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) di Jakarta Timur dengan teknik pengambilan sampel jenuh yang mencakup seluruh populasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah tabel silang dan uji korelasi Kendall's Tau-b dengan terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS. Pengukuran variabel dukungan sosial mengacu pada empat dimensi dari House (1981), yaitu dukungan emosional, penghargaan, informatif, dan instrumental. Variabel self-efficacy menggunakan tiga dimensi dari Bandura (1997), yaitu level, generality, dan strength. Sementara itu, resiliensi diukur berdasarkan empat aspek dari Connor & Davidson (2003) yang dimodifikasi oleh Dong dkk. (2013), yaitu fleksibilitas untuk mengatasi perubahan dan tantangan, dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial, pengaruh spiritual, serta memiliki kehidupan yang berorientasi pada tujuan. Instrumen penelitian menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat dukungan sosial (90,2%), self-efficacy (86,3%), dan resiliensi (78,4%) yang tergolong tinggi. Hasil uji korelasi bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup dan bersifat positif antara dukungan sosial dan resiliensi (koefisien korelasi = 0,328; p = 0,018). Artinya, terdapat kecenderungan bahwa perempuan kepala keluarga yang merasakan dukungan sosial lebih tinggi cenderung memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi. Selain itu, hubungan antara self-efficacy dan resiliensi juga tergolong cukup dan positif (koefisien korelasi = 0,489; p = 0,000), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat self-efficacy yang dimiliki, maka cenderung diikuti oleh tingkat resiliensi yang lebih tinggi. Peneliti memberi rekomendasi bagi pembuat kebijakan dan program untuk memperhatikan aspek dukungan sosial dan self-efficacy sebagai bagian dari intervensi untuk meningkatkan resiliensi perempuan kepala keluarga.

Resilience is a crucial capacity for female heads of households who frequently face multiple layered challenges in fulfilling their roles. This capacity relates to an individual’s internal belief in facing adversity, as well as the support received from their surrounding environment. This study aims to analyze the correlation between social support and self-efficacy with the resilience of female heads of households. A quantitative method was used with a descriptive approach and a cross-sectional design. The respondents of this study were 51 female heads of households who are members of the PEKKA Foundation (Women-Headed Family Empowerment Foundation) in East Jakarta. A saturated sampling technique was applied, covering the entire population. Data analysis techniques included cross-tabulation and Kendall’s Tau-b correlation test, preceded by validity and reliability tests using SPSS. The measurement of social support variables referred to four dimensions proposed by House (1981): emotional, appraisal, informational, and instrumental support. The self-efficacy variable used three dimensions from Bandura (1997): level, generality, and strength. Meanwhile, resilience was measured based on four aspects developed by Connor & Davidson (2003) and modified by Dong et al. (2013), which include flexibility in adapting to changes and challenges, support from family and the social environment, spiritual influence, and having a goal-oriented life. The research instrument used a Likert scale with four response options: strongly disagree, disagree, agree, and strongly agree. Univariate analysis showed that the majority of respondents had high levels of social support (90.2%), self-efficacy (86.3%), and resilience (78.4%). The results of the bivariate correlation test indicate moderate and positive relationship between social support and resilience (correlation coefficient = 0.328; p = 0.018). This suggests a tendency for women heads of households who perceive higher social support to also exhibit higher resilience. Furthermore, the relationship between self-efficacy and resilience is also moderate and positive (correlation coefficient = 0.489; p = 0.000), indicating that higher levels of self-efficacy tend to be associated with higher resilience. The researcher recommends that policy and program makers pay attention to aspects of social support and self-efficacy as part of interventions to increase the resilience of female heads of households."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirta Firdaus Nuryananda
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Parenting Self-Efficacy dan Persepsi Dukungan Sosial pada ibu tunggal bekerja dengan anak usia kanak-kanak madya (usia 5-12 tahun). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk dalam penelitian korelasional serta menggunakan non-probability sampling design. Responden berjumlah 30 orang ibu tunggal bekerja dan diambil datanya menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan alat ukur Self Efficacy for Parenting Task Index dari Coleman dan Karraker (2000) dan Multidimensional of Perceived Social Support dari Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Parenting Self-Efficacy dan Persepsi Dukungan Sosial (r = 0,0079 ; p > 0,05). Domain Parenting Self-Efficacy yang memiliki nilai mean tertinggi adalah Health dan domain yang memiliki nilai terendah adalah Recreation. Domain Persepsi Dukungan Sosial yang memiliki nilai mean tertinggi adalah Keluarga sedangkan domain Teman memiliki nilai mean terendah.

This study determined to see wether there’s correlation between Parenting Self-Efficacy and Perceived Social Support on working single-mother with children in middle childhood (5-12 years) or not. This study formed in correlational quantitative research which used nonprobability sampling design. The respondents were 30 respondents of working single-mother. The data was taken with Self Efficacy for Parenting Task Index from Coleman and Karraker (2000) to measure Parenting Self Efficacy and Multidimensional of Perceived Social Support from Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) to measure Perceived Social Support.
The result indicated that there's no significant positive correlation between the two variables with r = 0,0079 and p > 0,05. Domain Health had the highest mean score and domain Recreation had the lowest mean score in Parenting Self-Efficacy. In Perceived Social Support, domain Family had the highest mean score whereas domain Friends had the lowest mean score.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Adzhani Awanis Latief
"Meningkatnya jumlah ibu penderita HIV/AIDS di Indonesia membuat perlunya untuk mengetahui dinamika kehidupan mereka, terutama keyakinannya dalam melakukan parenting terhadap anak. Keyakinan dalam melakukan parenting ini disebut sebagai parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan parenting self-efficacy dan dukungan sosial pada ibu dengan HIV/AIDS yang memiliki anak usia kanak-kanak madya.
Pengukuran parenting self-efficacy dilakukan melalui alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), sedangkan dukungan sosial diukur melalui dua komponen—yaitu persepsi terhadap jumlah orang yang dapat diandalkan dan kepuasan akan dukungan yang ada—dalam alat ukur Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). Partisipan penelitian ini berjumlah 30 ibu yang terinfeksi HIV dan memiliki anak usia lima hingga dua belas tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting self-efficacy dengan persepsi jumlah dukungan sosial (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) dan juga kepuasan akan dukungan sosial (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy ibu, semakin tinggi pula dukungan sosial yang ibu persepsikan; begitu pula sebaliknya. Ditemukan pula bahwa domain parenting self-efficacy tertinggi adalah nurturance sedangkan yang terendah adalah disiplin. Analisis tambahan juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada parenting self-efficacy ibu dengan HIV/AIDS berdasarkan urutan kelahiran anak mereka yang berusia kanak-kanak madya.

Mothers living with HIV/AIDS are significantly increasing in Indonesia. By then, it's important to know further about their life, including their belief in parenting their children. The mother’s belief in parenting is called parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). This study examined the relationship between parenting self-efficacy and social support among HIV/AIDS mothers with middle childhood children.
Parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), while social support measured through it's two elements (the perception of available others to whom one can turn in times of need and the degree of satisfaction with the available support) in Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). The participants in this study were 30 mothers infected HIV with middle childhood children.
The result shows that there is a significant, positive relationship between parenting self-efficacy and both of the elements of social support, which are the perception of social support numbers (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) and the satisfaction of the support (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Those indicates that the higher mothers parenting self efficacy, the higher they perceive social support, and vice versa. This study also found that the highest domain in parenting self-efficacy is nurturance, while the lowest is discipline. Furthermore, this study found that there is a difference between mothers parenting self-efficacy based on their middle childhood child's ordinal position.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Ayu Kakata
"Tuntutan di dunia kerja yang terus berubah mengikuti perkembangan zaman menjadi tantangan bagi mahasiswa tingkat akhir untuk mempersiapkan diri dalam kariernya sehingga mereka perlu memiliki adaptabilitas karier. Adaptabilitas karier dapat ditingkatkan dengan persepsi dukungan sosial. Hubungan keduanya dapat dijelaskan melalui hubungan mediasi oleh variabel efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri dapat menjadi mediator hubungan persepsi dukungan sosial dan adaptabilitas karier. Partisipan merupakan mahasiswa tingkat akhir (N = 218) yang berusia 18-25 tahun yang pernah melakukan magang. Hasil penelitian menemukan efikasi diri secara parsial memediasi hubungan persepsi dukungan sosial dan adaptabilitas karier.

Changing demands in a rapidly growing working field era has become a challenge for final year students to pursue their career goals. High career adaptability is needed to attain success during the transition to work life. One of the factors to enhance career adaptability is perceived social support. Their relationship can further be explained by self-efficacy. The purpose of this research is to identify self-efficacy  as a mediator between perceived social support and career adaptability. Participants were final year students (N = 218) from age 18 - 25 who had done internships. The result was self-efficacy could partially mediate the relationship between perceived social support and career adaptability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jehan Puspasari
"Remaja yang berperan sebagai ibu mempunyai kepercayaan diri yang kurang dalam merawat bayinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga (dukungan informasi, dukungan instrumen, dukungan emosi dan dukungan penghargaan) dan temperamen bayi dengan maternal self efficacy pada ibu remaja. Penelitian cross-sectional ini menggunakan teknik consecutive sampling dengan 100 responden ibu remaja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan informasi (41,9%), dukungan instrumen (92,1%), dukungan emosi (72,4%), dukungan penghargaan (73,1%) dan temperamen bayi easy (67,4%). Dukungan keluarga yang paling dominan memengaruhi maternal self efficacy pada ibu remaja adalah dukungan instrumen dengan nilai Wald 34,720 dan nilai p 0,000. Diperlukan antisipasi seperti konseling bagi calon ibu yang berusia remaja mengenai pentingnya peran seorang ibu bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Adolescent mothers have confidence less in taking care of their baby. The purpose of study was to identify the relationship between family support (information support, instrument support, emotion support and appraisal support) and baby temperament with maternal self-efficacy in adolescent mothers. This research used a consecutive sampling technique with 100 adolescent mothers as respondent.
The results showed of the information support (41,9%), instrument support (92,1%), emotion support (72,4%), appraisal support (73,1%) and baby temperament easy (67,4%). The dominant of family support is instrument support and Wald value 34,720 and p value 0,000. Anticipation such as counseling to adolescent about importance of mother role for growth and their baby developmen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>