Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152702 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasna Salsabila Cahyaningrum
"Boikot konsumen terhadap Israel sudah berjalan di Indonesia lebih dari satu tahun. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa boikot dapat terjadi karena berkaitan dengan dasar moral yang dimiliki oleh setiap individu. Dasar moral merupakan pedoman alamiah manusia yang membedakan tindakan benar maupun salah. Dasar moral ini kemudian memengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan boikot. Dasar moral terbagi menjadi dua, yaitu fondasi moral individual dan fondasi moral kolektif. Berdasarkan penelitian sebelumnya, fondasi moral individual memiliki sikap yang mendukung aksi boikot. Maka dari itu, peneliti berhipotesis fondasi moral individual memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan fondasi moral kolektif terhadap intensi boikot produk yang terafiliasi Israel. Hasil penelitian ini menemukan fondasi moral individual tidak memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan fondasi moral kolektif dalam mengestimasi intensi boikot terhadap produk terafiliasi Israel. Namun, ditemukan bahwa agama secara kuat mengestimasi intensi boikot.

Consumer boycotts against Israel have been ongoing in Indonesia for more than a year. Previous research has found that boycotts may occur due to the moral foundations held by individuals. Moral foundations are innate human guidelines that distinguish between right and wrong actions. These moral foundations then influence consumers' decisions to engage in boycotts. Moral foundations are divided into two categories: individualizing moral foundations and binding (collective) moral foundations. Based on previous studies, individualizing moral foundations are more likely to support boycott actions. Therefore, the researcher hypothesized that individualizing moral foundations would have a stronger relationship with boycott intention compared to binding moral foundations toward products affiliated with Israel. However, the findings of this study revealed that individualizing moral foundations did not have a stronger relationship than binding moral foundations in predicting boycott intention. Nonetheless, it was found that religion strongly predicts the intention to boycott."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Salsabila Cahyaningrum
"Boikot konsumen terhadap Israel sudah berjalan di Indonesia lebih dari satu tahun. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa boikot dapat terjadi karena berkaitan dengan dasar moral yang dimiliki oleh setiap individu. Dasar moral merupakan pedoman alamiah manusia yang membedakan tindakan benar maupun salah. Dasar moral ini kemudian memengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan boikot. Dasar moral terbagi menjadi dua, yaitu fondasi moral individual dan fondasi moral kolektif. Berdasarkan penelitian sebelumnya, fondasi moral individual memiliki sikap yang mendukung aksi boikot. Maka dari itu, peneliti berhipotesis fondasi moral individual memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan fondasi moral kolektif terhadap intensi boikot produk yang terafiliasi Israel. Hasil penelitian ini menemukan fondasi moral individual tidak memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan fondasi moral kolektif dalam mengestimasi intensi boikot terhadap produk terafiliasi Israel. Namun, ditemukan bahwa agama secara kuat mengestimasi intensi boikot.

Consumer boycotts against Israel have been ongoing in Indonesia for more than a year. Previous research has found that boycotts may occur due to the moral foundations held by individuals. Moral foundations are innate human guidelines that distinguish between right and wrong actions. These moral foundations then influence consumers' decisions to engage in boycotts. Moral foundations are divided into two categories: individualizing moral foundations and binding (collective) moral foundations. Based on previous studies, individualizing moral foundations are more likely to support boycott actions. Therefore, the researcher hypothesized that individualizing moral foundations would have a stronger relationship with boycott intention compared to binding moral foundations toward products affiliated with Israel. However, the findings of this study revealed that individualizing moral foundations did not have a stronger relationship than binding moral foundations in predicting boycott intention. Nonetheless, it was found that religion strongly predicts the intention to boycott."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Alifa Dhiyaul Aulia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong niat boikot terhadap restoran fast food yang mendukung atau berafiliasi dengan Israel pada konsumen Generasi Z di Indonesia dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain konklusif deskriptif. Sampel terdiri dari 199 konsumen di Indonesia yang diperoleh melalui teknik non-probability sampling dan purposive sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLSSEM) pada aplikasi SmartPLS 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Subjective Norm dan Perceived Efficacy berpengaruh positif terhadap niat boikot. Penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi atau gerakan boikot dalam memahami mekanisme pengambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam boikot di kalangan konsumen Generasi Z.

This study aims to identify the factors driving boycott intention toward restaurants that support or affiliate with Israel among Generation Z consumers in Indonesia using a quantitative approach with a conclusive and descriptive design. The sample was distributed among 199 Indonesian consumers using non-probability sampling and purposive sampling techniques. The collected data was assessed using the Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method with the SmartPLS 4 application. The results indicate that Subjective Norm and Perceived Efficacy positively influence boycott intention. This study is expected to assist organizations or boycott movements in understanding the decision-making mechanisms of boycott participation among Generation Z consumers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charles Pramudana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan media sosial dan faktor psikologi sosial terhadap perilaku dan gerakan boikot produk pro-Israel pada masyarakat Indonesia. Latar belakang penelitian ini adalah meningkatnya penggunaan media sosial sebagai alat untuk menyuarakan gerakan sosial, tetapi sedikit penelitian yang berfokus pada konteks boikot produk pro-Israel di Indonesia, terlebih yang membedakan aktivitas pembagian informasi dan penerimaan informasi di media sosial. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana aktivitas di media sosial serta faktor psikologi sosial seperti norma pribadi, sikap terhadap boikot, tekanan sosial yang dirasakan mengenai boikot, kesadaran akan konsekuensi dari tidak melakukan boikot, dan persepsi kontrol yang dimiliki dari suatu perilaku dapat memengaruhi perilaku dan gerakan boikot. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode PLS-SEM dan pendekatan kualitatif dengan metode content analysis. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner daring kepada masyarakat Indonesia yang aktif menggunakan media sosial dan berpartisipasi dalam gerakan boikot yang diisi oleh 645 responden secara valid. Sementara itu, pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara terhadap 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas membagikan informasi di media sosial memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku boikot, sementara aktivitas menerima informasi memerlukan mediasi dari faktor psikologi sosial untuk memengaruhi perilaku boikot. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa media sosial dan faktor psikologi sosial dapat memengaruhi gerakan boikot di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi perusahaan dalam menyusun konten media sosial yang bijak, pengembang aplikasi untuk mengembangkan fitur yang mendukung aksi kolektif, dan aktivis untuk menyusun strategi kampanye aksi kolektif yang lebih efektif.

This study aims to analyze the influence of social media usage and social psychological factors on the behavior and movement of boycotting pro-Israel products among Indonesian society. The background of this research is the increasing use of social media as a tool for voicing social movements, but there is limited research focusing on the context of boycotting pro-Israel products in Indonesia, especially distinguishing between information sharing and information receiving activities on social media. This study explores how activities on social media and social psychological factors such as personal norms, attitudes towards boycotts, subjective norms, awareness of the consequences, and perceived behavioral control can influence boycott behavior and movement. The methodology of this study employs a quantitative approach using PLS-SEM and a qualitative approach using content analysis. Quantitative data collection was conducted by distributing online questionnaires to Indonesians actively using social media and participating in the boycott movement, with 645 valid responses collected. Meanwhile, qualitative data collection was carried out through interviews with 30 respondents. The results show that information sharing activities on social media have a direct impact on boycott behavior, while information receiving activities require mediation from social psychological factors to influence boycott behavior. Additionally, this study indicates that social media and social psychological factors can influence boycott movements in Indonesia. This research is expected to provide practical guidance for companies in creating sensible social media content, application developers in creating features that support collective action, and activists in devising more effective collective action campaign strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvel Krent
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan media sosial dan faktor psikologi sosial terhadap perilaku dan gerakan boikot produk pro-Israel pada masyarakat Indonesia. Latar belakang penelitian ini adalah meningkatnya penggunaan media sosial sebagai alat untuk menyuarakan gerakan sosial, tetapi sedikit penelitian yang berfokus pada konteks boikot produk pro-Israel di Indonesia, terlebih yang membedakan aktivitas pembagian informasi dan penerimaan informasi di media sosial. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana aktivitas di media sosial serta faktor psikologi sosial seperti norma pribadi, sikap terhadap boikot, tekanan sosial yang dirasakan mengenai boikot, kesadaran akan konsekuensi dari tidak melakukan boikot, dan persepsi kontrol yang dimiliki dari suatu perilaku dapat memengaruhi perilaku dan gerakan boikot. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode PLS-SEM dan pendekatan kualitatif dengan metode content analysis. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner daring kepada masyarakat Indonesia yang aktif menggunakan media sosial dan berpartisipasi dalam gerakan boikot yang diisi oleh 645 responden secara valid. Sementara itu, pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara terhadap 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas membagikan informasi di media sosial memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku boikot, sementara aktivitas menerima informasi memerlukan mediasi dari faktor psikologi sosial untuk memengaruhi perilaku boikot. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa media sosial dan faktor psikologi sosial dapat memengaruhi gerakan boikot di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi perusahaan dalam menyusun konten media sosial yang bijak, pengembang aplikasi untuk mengembangkan fitur yang mendukung aksi kolektif, dan aktivis untuk menyusun strategi kampanye aksi kolektif yang lebih efektif.

This study aims to analyze the influence of social media usage and social psychological factors on the behavior and movement of boycotting pro-Israel products among Indonesian society. The background of this research is the increasing use of social media as a tool for voicing social movements, but there is limited research focusing on the context of boycotting pro-Israel products in Indonesia, especially distinguishing between information sharing and information receiving activities on social media. This study explores how activities on social media and social psychological factors such as personal norms, attitudes towards boycotts, subjective norms, awareness of the consequences, and perceived behavioral control can influence boycott behavior and movement. The methodology of this study employs a quantitative approach using PLS-SEM and a qualitative approach using content analysis. Quantitative data collection was conducted by distributing online questionnaires to Indonesians actively using social media and participating in the boycott movement, with 645 valid responses collected. Meanwhile, qualitative data collection was carried out through interviews with 30 respondents. The results show that information sharing activities on social media have a direct impact on boycott behavior, while information receiving activities require mediation from social psychological factors to influence boycott behavior. Additionally, this study indicates that social media and social psychological factors can influence boycott movements in Indonesia. This research is expected to provide practical guidance for companies in creating sensible social media content, application developers in creating features that support collective action, and activists in devising more effective collective action campaign strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Alim
"Di tengah peperangan yang kembali berkecamuk antara Israel dan Palestina sejak 7 Oktober 2023, gerakan BDS terus menunjukan eksistensi dan pengaruhnya dalam memobilisasi masyarakat internasional. Ketertarikan publik Internasional terhadap gerakan BDS melalui media sosial mengalami peningkatan secara signifikan. Perang yang terjadi tidak hanya dalam hardpower, tetapi juga softpower melalui media sosial, termasuk Twitter. Perjuangan bangsa Palestina pun dilakukan secara non-violence melalui BDS Movement. BDS menjadi gerakan ekonomi politik internasional yang dinilai efektif menjadi ancaman Israel. Dari latar belakang tersebut, peneliti menganalisis jejaring informasi, aktor berpengaruh dan dampak pemberitaan media terhadap gerakan BDS Movement pada periode 1 Januari-30 Mei 2024 dengan kata kunci #BDSMovement dan #boycottIsrael pada platform Twitter. Penelitian kualitatif ini menggunakan Social Network Analysis Model dan teori Media-Policy Interaction dengan terlebih dahulu mengumpulkan data tweets (crawling data) menggunakan APIs X (Twitter). Lalu data yang terkumpul dianalisis secara tematik dan divisualisasikan menggunakan software NetworkX. Hasil penelitian menemukan terdapat 29.927 tweets dengan 22.056 aktor (nodes) dan 22.710 jaringan (edges). Bulan Mei 2024 Gerakan BDS di twitter meningkat signifikan karena adanya aktivitas boikot yang dilakukan di berbagai institusi perguruan tinggi di dunia. Analisis sentimen menunjukan bahwa terdapat 76,4% merupakan sentimen negatif, 12,6% sentimen positif dan 11% Sentimen netral. Pada penelitian tersebut juga mengungkap bahwa semua publikasi bersifat organik dan tidak terindikasi menggunakan Bot. peneliti mengungkap ada 20 akun twitter yang menjadi pusat penyebaran informasi BDS, satu di antaranya adalah BDS Movement. Peneliti tidak menemukan respons langsung dari Israel, tetapi respons terhadap BDS Movement datang dari Amerika Serikat dan Inggris yang merupakan sekutu dekat Israel. Kampus juga merespons gerakan BDS Movement dengan berbagai cara.

Amid the war that has been raging between Israel and Palestine since October 7, 2023, the BDS movement continues to show its existence and influence in mobilizing the international community. International public interest in the BDS movement through social media has increased significantly. The war is not only in hard power but also soft power through social media, including Twitter. The struggle of the Palestinian people was carried out in non-violence through the BDS Movement. BDS is an international political economy movement that is considered effective as a threat to Israel. From this background, researchers analyzed information networks, influential actors, and the impact of media coverage on the BDS Movement from January 1-May 30, 2024, with the keywords #BDSMovement and #boycottIsrael on the Twitter platform. This qualitative research uses the Social Network Analysis Model and Media-Policy Interaction theory by first collecting tweet data (crawling data) using APIs X (Twitter). Then the collected data was analyzed thematically and visualized using NetworkX software. The results found 29,927 tweets with 22,056 actors (nodes) and 22,710 networks (edges). In May 2024, the BDS movement on Twitter increased significantly due to boycott activities carried out at various higher education institutions in the world. Sentiment analysis showed 76.4% negative sentiments, 12.6% positive sentiments, and 11% neutral sentiments. The study also revealed that all publications were organic and there was no indication of using Bots. researchers revealed that 20 twitter accounts were the center of BDS information dissemination, one of which was the BDS Movement. Researchers did not find a direct response from Israel, but responses to the BDS Movement came from the United States and Britain, which are close allies of Israel. Universities have also responded to the BDS Movement in various ways."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zea Shafira Rizaldy
"Konsumen muslim saat ini sedang dihadapkan oleh aksi boikot terhadap produk/layanan yang terafiliasi dengan Israel. Penelitian terdahulu menemukan hubungan antara identitas individu dan intensi boikot konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran identity fusion dan religious identification dalam memprediksi intensi konsumen memboikot produk yang terafiliasi dengan Israel. Sebanyak 250 konsumen muslim berusia 18–56 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Analisis regresi menunjukkan bahwa identity fusion dengan masyarakat Palestina (β=0.36, p<0.001) dan religious identification (β=0.26, p<0.001) memprediksi intensi boikot, sementara identity fusion dengan muslim (β= –0.14, p=0.15) tidak memprediksi intensi boikot.

Muslim consumers are currently facing boycotts of products/services affiliated with Israel. Previous research has found a relationship between consumer identity and the intention to boycott. This study aims to determine the role of identity fusion and religious identification in predicting consumers' intention to boycott products/services affiliated with Israel. A total of 250 Muslim consumers aged 18–56 participated in an online survey. Regression analysis showed that identity fusion with Palestinian (β=0.36, p<0.001) and religious identification as muslim (β=0.26, p<0.001) predicted boycott intention, while identity fusion with muslims (β= –0.14, p=0.15) did not predict boycott intention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Arum Prawira Negara
"Terjadinya isu-isu sosial dalam beberapa waktu terakhir telah membangkitkan dorongan untuk berpartisipasi dalam aksi boikot sebagai suatu bentuk protes. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara norma sosial, dioperasionalisasikan menjadi norma injunctive dan norma deskriptif, dan motivasi boikot. Peneliti menduga bahwa terdapat hubungan antara norma sosial dan motivasi boikot. Untuk menguji hipotesis tersebut, 170 orang berusia antara 18 dan 64 tahun dan berdomisili di wilayah Jabodetabek direkrut untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. Ditemukan bahwa norma injunctive dan norma deskriptif memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi boikot. Namun demikian, terdapat variasi kekuatan hubungan norma sosial dengan berbagai jenis motivasi untuk berpartisipasi dalam aksi boikot.

The occurrence of social issues in recent times has generated the urge to participate in boycotts as a form of protest. This study aims to examine the relationship between social norms, specifically injunctive norms and descriptive norms, and boycott motivations. The researcher hypothesized that there is a correlation between social norms and boycott motivation. To test the hypothesis, 170 people aged between 18 and 64 years old and residing in the Greater Jakarta area were recruited to participate in this study. The method used in this study was correlational analysis. The results of the analysis showed that the research hypothesis was accepted. It was found that injunctive norms and descriptive norms have a significant relationship with boycott motivation. However, there were variations in the strength of the relationship between social norms and different types of motivation to participate in boycotts."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farsya Khairani Permana Adi
"Fenomena boikot terhadap figur publik, seperti yang terjadi pada kolaborasi grup K-Pop NCT dengan Starbucks di tahun 2024, menyoroti kompleksitas perilaku penggemar sebagai konsumen di tengah isu moral dan sosial, terutama mengingat dinamika hubungan parasosial antara penggemar dan idola. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot, serta menguji peran mediasi persepsi transgresi moral dalam korelasi tersebut pada 370 penggemar grup K- Pop NCT di Indonesia yang berusia 18–25 tahun. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dan uji mediasi sederhana (Model 4) oleh PROCESS Macro dari Andrew Hayes, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial tidak memiliki korealasi secara langsung dengan intensi boikot penggemar dan persepsi transgresi memiliki peran penting sebagai mediator dalam memprediksi korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot pada penggemar sebagai konsumen. Penelitian ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan kajian literatur hubungan parasosial dan perilaku konsumen, khususnya dalam konteks perilaku boikot.

The phenomenon of boycotting public figures, as seen in the 2024 collaboration between the K-Pop group NCT and Starbucks, highlighted the complexity of fans as a consumer behavior amid moral and social issues, particularly considering the dynamics of parasocial relationships between fans and idols. This study aimed to analyze the correlation between parasocial relationships and boycott intention, as well as to examine the mediating role of perceived moral transgression in that correlation among 370 Indonesian fans of the K-Pop group NCT aged 18–25. Using a quantitative approach with a correlational method and simple mediation analysis (Model 4) from Andrew Hayes' PROCESS Macro, the findings showed that parasocial relationships did not have a direct correlation with fans’ boycott intention. Moreover, perceived moral transgression played a significant mediating role in predicting the correlation between parasocial relationships and boycott intention among fans as consumers. This study may contribute to the development of parasocial relationship and consumer behavior literature, particularly in the context of boycott behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berliani Saputri
"Consumer animosity menjadi variabel penting dalam teori mengenai perilaku konsumen. Faktor animosity menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam kegiatan seperti aksi boikot. Di Indonesia, aksi boikot sering terjadi, salah satunya adalah aksi boikot produk Amerika Serikat. Aksi boikot ini merupakan aksi solidaritas masyarakat Muslim Indonesia sebagai bentuk protes terhadap Amerika Serikat yang memiliki hubungan dengan Israel untuk mendukung kejahatan genosida terhadap Palestina.
Penelitian ini bertujuan uuntuk mengetahui dan menganalisis pengaruh animosity dan boycott motivation pada perilaku konsumen masyarakat Muslim Indonesia yang dilihat dari purchase intention produk apparel asal Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan variabel animosity, religiosity, ethnocentrism, subjective norm, product judgment, dan boycott motivation terhadap purchase intention.
Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Model-Partial Least Square SEM-PLS dengan objek penelitian masyarakat Muslim Indonesia yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mengikuti organisasi Islam dan kelompok yang tidak mengikuti organisasi Islam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa animosity, religiosity, ethnocentrism, subjective norm memiliki pengaruh signifikan terhadap boycott motivation di dua kelompok. Hasil lainnya menunjukkan bahwa purchase intention dipengaruhi secara signifikan oleh product judgment dan boycott motivation di dua kelompok.

Consumer animosity is a prior variabel in the consumer behavior theory. Animosity becomes one of the factors that play an important role in boycott activity. In Indonesia, boycotts are common, one of which is a boycotting US products. Boycott activity is an act of solidarity of the Indonesian Muslim community to protest the United States that has links with Israel to support genocide crimes against the Palestinians.
This study aims to determine and analyze the effect of animosity and boycott motivation on the behavior of Indonesian Muslim consumen seen from the purchase intention of apparel products from the United States. The variables of this study are animosity, religiosity, ethnocentrism, subjective norm, product judgment, and boycott motivation to purchase intention.
This study using Structural Equation Model Partial Least Square SEM PLS with research object of Indonesian Muslim consumer which is divided into two groups groups that follow Islamic organization and groups that do not follow Islamic organization.
The results showed that animosity, religiosity, ethnocentrism, subjective norms have significant effect on boycott motivation in two groups. Other results indicate that purchase intention is significantly affected by product judgment and boycott motivation in two groups.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>