Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gavin Syifa Hamka
"Keterampilan sosial memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan akademik anak, termasuk pada anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan sosial dan kompetensi akademik pada anak berkebutuhan khusus di Lazuardi Global Compassionate School. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Partisipan penelitian berjumlah 29 anak berkebutuhan khusus yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah formulir Social Skills Improvement System (SSIS) untuk mengukur keterampilan sosial, serta nilai rapor sebagai indikator kompetensi akademik. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan positif antara keterampilan sosial dan kompetensi akademik (r = 0,324), namun tidak signifikan secara statistik (p = 0,091). Selain itu, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan berdasarkan usia, jenis kelamin, maupun klasifikasi kebutuhan khusus terhadap kedua variabel utama.

Social skills play an important role in supporting children's academic development, including for children with special needs. This study aims to examine the relationship between social skills and academic competence in children with special needs at Lazuardi Global Compassionate School. This research employed a quantitative method with a cross-sectional approach. The participants consisted of 29 children with special needs, selected through purposive sampling. The instruments used were the Social Skills Improvement System (SSIS) Teacher Form to assess social skills, and report card grades as indicators of academic competence. The Pearson correlation analysis showed a positive relationship between social skills and academic competence (r = 0.324), but the result was not statistically significant (p = 0.091). In addition, no significant differences were found based on age, gender, or classification of special needs in relation to the two main variables."
Depok: Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Marjani Qalbi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusif dengan peer acceptance siswa reguler terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif negeri. Sikap guru pada konteks pendidikan inklusif didefinisikan sebagai kecenderungan dalam memberikan respon terhadap anak berkebutuhan khusus baik secara kognitif, afektif, dan perilaku (Mahat, 2008). Peer acceptance didefinisikan sebagai sejauh mana individu mampu diterima secara sosial oleh kelompok teman sebayanya (Berk, 2007).
Penelitian ini dilakukan pada 11 sekolah dasar inklusif negeri di sekitar Jakarta, Depok, dan Bogor. Total responden penelitian ini adalah 50 guru dan 482 siswa reguler laki-laki dan perempuan kelas 4, 5, dan 6 SD.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Multidimentional Attitudes Towards Inclusive Education versi Indonesia (MATIES-VI) dari Mahat (2008) dan Peer Acceptance Scale (PAS) dari Piercy, Wilto dan Townsend (2002, dalam Jenkins & Lloyd, 2010). Teknik unit analisis kelas digunakan dalam penelitian ini dengan merata-ratakan skor siswa reguler dan mengorelasikannya dengan skor guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusif dengan peer acceptance siswa reguler terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif negeri (r=-0.196, p<0,05). Artinya, sikap guru yang positif tidak selalu diikuti oleh penerimaan teman sebaya oleh siswa reguler yang positif terhadap siswa berkebutuhan khusus.

This research was conducted to find the relationship between teacher`s attitude towards inclusive education with regular student`s peer acceptance towards student with special needs in inclusive public primary school. The teacher`s attitude in the context of inclusive education is defined as a tendency to respond to children with special needs both cognitive, affective, and behavioral (Mahat, 2008). Peer acceptance is defined as a degree to which an individual is able to be accepted socially by a group of peers (Berk, 2007).
This study was conducted in 11 inclusive public primary schools in Jakarta, Depok, and Bogor. Total respondents of this study were 50 teachers and 482 regular students boys and girls grade 4th, 5th, and 6th.
This study uses Multidimentional Attitudes Towards Inclusive Education Indonesian version (MATIES-VI) by Mahat (2008) and Peer Acceptance Scale (PAS) by Piercy, Wilto and Townsend (2002, in Jenkins & Lloyd, 2010). Unit analysis of class is used in this study by averaging the scores of regular student`s score and correlate it with the teacher`s scores.
The results showed that there was no significant relationship between the teacher`s attitudes towards inclusive education with regular students peer acceptance of children with special needs in inclusive public primary schools (r = -0196, p <0.05). It means, positive teacher`s attitude is not always following by positive regular student`s peer acceptance towards student with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Kiki
"Masuknya anak berkebutuhan khusus ke dalam sekolah inklusif membuat anak tersebut menghadapi berbagai tantangan, seperti tantangan dalam hal bahasa, atensi dan aktivitas, kemampuan kognitif, serta relasi sosial dan emosional dengan orang lain di dalam kelasnya. Hal ini menuntut anak untuk dapat melakukan penyesuaian di dalam sekolah (school adjustment) dengan berbagai tantangan tersebut untuk dapat meningkatkan performa akademisnya. Dukungan orangtua (parental support)merupakan kontributor utama yang dirasa dapat membentuk school adjustment anak karena penyesuian pertama dengan lingkungan sosial anak dimulai dari dalam keluarganya. Dalam penelitian ini, akan diberikan kuesioner kepada orangtua untuk melihat parental support yang diberikan kepada anak dan diberikan juga kuesioner kepada guru untuk melihat school adjustment anak. Adapun jumlah responden dilihat dari jumlah anak yang akan diukur parental support dan school adjustment-nya, yaitu berjumlah 41 orang anak berkebutuhan khusus kelas 1 dan 2 sekolah dasar inklusif.Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara parental support dan school adjustment dengan korelasi r = 0.136.

The entry of children with disabilities into the inclusive school make them faces some numerous challenges such as challenges in terms of language attention and activity cognitive ability as well as social and emotional relationships with others in their class This requires the child to be able to make adjustments in the school school adjustment with the various challenges to be able to improve their academic performance Parental support is the main contributor to reach their ability of school adjustment because their first adjustment in their social environment is in the family In this study will be given a questionnaire to parents to see the parental support and also the questionnaire to the teacher to see children s school adjustment The number of respondents who will be measured parental support and school adjustment are 41 children with disabilities There is no correlation between parental support and school adjustment for children with disabilities in first and second grade at inclusive schools with score of correlation r is 0 136. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorfazly Oktaviani
"Pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada siswa berkebutuhan khusus untuk menerima kualitas pendidikan yang sama dengan siswa reguler pada umumnya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Penelitian diikuti oleh guru kelas (N=45) dan siswa reguler (N=294) kelas 4, 5 dan 6. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) dan Peer Acceptance Scale (PAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Namun, ditemukan bahwa dari sikap guru komponen kognitif memiliki hubungan yang signifikan dengan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Juga, tidak ditemukan perbedaan sikap guru antara guru yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 6 tahun dan guru yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari 6 tahun.

Inclusive education provides the opportunity for students with special needs to receive the same quality of education to regular students in general. However, in practice there are still some obstacles. This study aims to determine the relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in inclusive private primary school. The study followed by classroom teachers (N = 45) and regular students (N = 294) of grade 4, 5 and 6. The measuring instrument used in this study is Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) and Peer Acceptance Scale (PAS).
The results showed that there was no significant relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. However, it was found that the cognitive component of teacher attitudes have a significant relationship with peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. As well, there was no difference in the attitudes of teachers among teachers who have teaching experience less than 6 years and teachers who have teaching experience more than 6 years.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Pursitasari
"

Dukungan keluarga diperlukan untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus dalam melakukan kebersihan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan melakukan kebersihan diri pada ABK. Dukungan keluarga meliputi dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan emosional dan dukungan penghargaan. Desain penelitian cross sectional dengan 84 responden orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penelitian dilakukan dengan cara responden mengisi kuesioner yang terdiri dari 3 kuesioner.. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik ABK dengan kebersihan diri, tidak ada hubungan antara karakteristik orangtua dengan kebersihan diri (p>0,05)  , ada hubungan antara dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan emosional dan dukungan penghargaan dengan kebersihan diri (p<0,005), dukungan yang paling berpengaruh yaitu dukungan informasi, dukungan emosional dan dukungan penghargaan.  Kesimpulannya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan informasi ,dukungan  instrumental, dukungan emosional dan dukungan  penghargaan dengan kebersihan  yang ditunjukkan oleh uji Chi Square. Rekomendasi dalam penelitian ini dilakukan penelitian pada kebersihan diri yang lain dan dilakukan dengan metode kualitatif.

 


Family support is needed to empower the children with special needs in performing personal hygiene. This study aims to identify the relationship of family support with the ability to do a personal hygiene in children with special needs. Family support includes information support, instrumental support, emotional support and appreciation support. The study design was cross sectional with 84 parents who had children with special needs. The study was conducted by the respondents who filled out a questionnaire was consisting of 3 questionnaires (questionnaire A about characteristics of children with special needs and parental characteristics, questionnaire B about family support and questionnaire C about personal hygiene). The results showed there was no relationship between the characteristics of children with special needs with personal hygiene, there was no relationship between parental characteristics and personal hygiene (p> 0.05). There was a relationship between information support, instrumental support, emotional support and appreciation support with personal hygiene (p <0.005), the most influential support namely appreciation support. In conclusion, there was a significant relationship between information support, instrumental support, emotional support and appreciation support the ability of children with special needs for the personal hygiene. Recommendations in this study carried out research on other personal hygiene and carried out by qualitative methods.

 

"
2019
T53297
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Luthfiyah Nisa
"Pada usia prasekolah, anak mengalami peningkatan pikiran kreatif, bahasa dan perilaku. Kompetensi sosial pada tahap ini berdampak jangka panjang terhadap perkembangan di usia dewasa. Diduga kompetensi sosial berkaitan erat dengan masalah sensori, namun penelitian mengenai hubungan keduanya masih terbatas, terutama pada anak tipikal. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sensori terhadap kompetensi sosial pada anak usia prasekolah di Indonesia. sampel diambil sebanyak 56 anak usia 3-6 tahun dari TKIT Insan Aulia dan TKIT YAPIDH. Alat ukur yang digunakan adalah Short Sensory Profile (SSP) serta Social Competence Scale Parent Version (SCS-PV) melalui kuisioner. Hasil analisis komparasi menunjukan kelompok profil sensori yang lebih baik memiliki kompetensi sosial yang lebih tinggi (p = 0,035). Hasil uji korelasi juga menemukan hubungan positif (r = 0,100) walaupun secara statistik tidak signifikan (p = 0,222) analisis lanjutan menemukan korelasi positif antara respon kurang/pencari sensasi dengan regulasi emosi ditemukan hubungan signifikan antara keduanya (r = 0.267, p = 0.047). Penelitian juga menemukan bahwa profil sensori tidak dipengaruhi usia, jenis kelamin, atau Pendidikan. Serta skor kompetensi sosial anak perempuan lebih tinggi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antara seluruh aspek profil sensori dapat berdampak beragam dengan kompetensi sosial pada anak prasekolah.

At preschool age, children experience an increase in creative thinking, language, and behaviour. Social competence during this stage has a long-term impact on development into adulthood. It is suspected that social competence is closely related to sensory processing, but research on this relationship remains limited, especially in typical children. Thus, this study aims to look at the relationship between sensory and social competence in preschool children in Indonesia. 56 children aged 3-6 years were sampled from TKIT Insan Aulia and TKIT YAPIDH. The measuring instruments used were Short Sensory Profile (SSP) and Social Competence Scale Parent Version (SCS-PV) through questionnaires. Comparative analysis showed that children with better sensory profiles had significantly higher social competence (p = 0.035). Correlation analysis revealed a positive but statistically non-significant relationship (r = 0.100; p = 0.222). Further analysis found a significant correlation between under-responsiveness/sensation seeking and emotion regulation (r = 0.267; p = 0.047). The study also found that sensory profiles were not influenced by age, gender or education, while social competence was higher in girls. This study concludes that the relationship between all aspects of sensory profile can have a diverse impact on social competence in preschool children."
Depok: Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tasyami Aziza
"Keterampilan sosial merupakan suatu hal yang penting dimiliki oleh individu untuk melakukan interaksi sosial di lingkungannya. Remaja yang mengalami kecanduan online game telah diteliti sebelumnya dan terbukti memiliki hubungan pada keterampilan sosial. Parental monitoring yang diberikan oleh orang tua juga terbukti memiliki hubungan dengan perilaku remaja dalam melakukan interaksi sosial. Penelitian ini melibatkan 208 remaja di Indonesia yang berusia 12-19 tahun (M = 16.05, SD = 1.882). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan korelasi yang signifikan antara kecanduan online game dan keterampilan sosial, tetapi ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parental monitoring dan keterampilan sosial. Hasil ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial remaja tidak berkaitan dengan aktivitas remaja bermain online game, tetapi berkaitan dengan pengawasan orang tua dalam memantau kegiatan anak dalam bermain online game. Penelitian ini membuka peluang bagi penelitian lain untuk lebih mengeksplor mengenai kegiatan bermain game dan juga peran orangtua dalam kegiatan bermain game anak.

Social skills are an important thing for individuals to have social interactions in their environment. Teens who experience online game addiction have previously been researched and shown to have links to social skills. Parental monitoring provided by parents is also proven to have a relationship with adolescent behavior in social interactions. This study involved 208 adolescents in Indonesia aged 12-19 years (M = 16.05, SD = 1.882). The results of this study indicate that there is no significant correlation between online game addiction and social skills, but it was found that there was a significant positive relationship between parental monitoring and social skills. These results indicate that adolescent social skills are not related to adolescent activities playing online games, but are related to parental monitoring children's activities in playing online games. This study opens up opportunities for other research to explore more about playing games and also the role of parents in children's game play activities."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helvira Novianti Pratiwi
"Fenomena bullying pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif cukup menghawatirkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya keterampilan kerjasama yang dimiliki anak berkebutuhan khusus. Keterampilan kerjasama diasumsikan memiliki hubungan dengan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian yang bersifat korelasional ini menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah dasar inklusif negeri maupun swasta dengan rentang usia middle childhood atau 6-12 tahun sebanyak 108 partisipan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993.
Hasil analisis korelasional keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi keterampilan kerjasama anak berkebutuhan khusus, maka akan semakin tinggi pula kualitas pertemanan yang dimiliki. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Orang tua dan guru di sekolah dasar inklusif disarankan untuk mengembangkan keterampilan kerjasama guna meningkatkan kualitas pertemanan anak berkebutuhan khusus.

The rate of bullying against children with special needs in inclusive primary schools is highly alarming. Children with special needs are at greatest risk of being bullied because they typically lack of cooperation skills. It is assumed that cooperation skills would determine the quality of friendship in children with special needs.The purpose of this study is to examine whether there is a correlation between cooperation skills and the quality of friendship in children with special needs in in inclusive primary schools. This correlational study used a sample of children with special needs who attend inclusive primary schools. They were in middle childhood, aged 6 to 12 years. In total, 108 participants were involved for this study. Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993 were used as research instruments.
The findings of this study indicate that there is a positive and significant correlation between cooperative skills and the quality of friendship in children with special needs. In other words, it appears that higher cooperation skills lead to a high quality friendship in special needs children. Moreover, this study found that cooperation skills and the quality of friendship in special needs children would vary significantly by gender. Girls reported to have better cooperation skills, thus having a higher quality of friendship than boys.The results advocate that developing cooperation skills for children with special needs is important because it helps them build friendships in an inclusive environment. They provide an insight to parents and teachers in inclusive primary schools that these cooperations skills should be reinfornced to maintain quality of friendship in children with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Mellyza Rizka
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh keterampilan sosial terhadap kualitas pertemanan yang dimediasi oleh dukungan sosial teman sebaya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 292 anak berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah inklusif yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah Friendship Quality Questionnaire FQQ mengukur kualitas pertemanan; Social Skills Improvement System SSIS untuk mengukur keterampilan sosial; Social Support Questionnaire for Children SSQC untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya. Hasil penelitian yang didapatkan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara keterampilan sosial terhadap kualiatas teman sebaya yang dimediasi oleh dukungan sosial teman sebaya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif secara parsial. Hal ini berarti keterampilan sosial tetap berpengaruh signifikan dan hubungannya kuat terhadap kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Hasil penelitian menyarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai dukungan sosial yang tidak hanya dari teman sebaya tetapi juga dari orangtua pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif dalam membentuk kualitas pertemanan.

This study was aimed to determine the influence of social skills on friendship quality mediated by peer social support in special need children at inclusive primary school. A total of 292 participants are special need children at inclusive primary school spread throughtout the DKI Jakarta. The instrument were used for research variables are Friendship Quality Questionnaire FQQ for measured friendship quality Social Skills Improvement System SSIS for measured social skills and Social Support Questionnaire for Children SSQC for measured peer social support. The results was there is a significant influence between social skills on friendship quality partial mediates by peer social support in special need children at inclusive school. It means social skills still have a strong influence and correlation on friendship quality in special need children at inclusive school. These findings suggest that to research social support not only at peer but from parents in special need children at inclusive school in needed for making friendship quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Rahadianty
"Pertemanan merupakan salahsatu kunci keberhasilan dari dibentuknya pendidikan inklusif. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti menduga terdapat permasalahan pada keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus yang dapat berpengaruh pada kemampuan membangun dan mempertahankan pertemanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Selian itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan jenis disabilitas. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang memiliki satu jenis disabilitas dengan tingkat keparahan ringan dan bersekolah di sekolah dasar inklusif N = 84. Rentang usia responden pada penelitian ini 7 tahun-12 tahun. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionnaire FQQ Parker Asher, 1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan r = .321, p < .01. Hal ini menandakan semakin tinggi keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus, akan semakin tinggi kualitas pertemanannya. Selain itu hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang antara kualitas pertemanan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan, namun tidak ada perbedaan pada keterampilan asertif. Hasil lain dari penelitian ini mengindikasikan tidak ada perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis disabilitas. Seluruh jenis disabilitas menunjukkan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan yang tergolong tinggi.

Friendship between special needs children and typical children is one of the keys to the success of inclusive education. Based on previous studies, we assume there is a lack in assertive skill among special needs children which can affect their ability to initiate and maintain friendship. The purpose of this study is to examine the relationship between assertive social skill and friendship quality of special needs children in inclusive setting. This study is also purposed to examine the difference between assertive skill and friendship quality based on gender differences and type of disability. This is a correlational study, using special needs children with one type of disability with mild severity as research sample, with age ranging from seven to twelve years old based N 84. Instruments used in this study are Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire FQQ Parker Asher, 1993 . Result shows there is a significant positive relationship between assertive skill and friendship quality r .321, p .01. The conclusion is the increase in assertive social skill on special needs children will increase their friendship quality. The study also shows there is a significance difference in friendship quality based on gender, but no significance difference found in assertive skill. Another results indicate there is no difference in both assertive skill and friendship quality based on types of disability. Both assertive skill and friendship quality are relatively high based on types of disability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>