Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166882 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Nurliana Permata Sari
"Pendahuluan: Masalah overweight dan obesitas telah menjadi isu kesehatan global yang semakin meningkat, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Overweight dan obesitas merupakan faktor risiko yang banyak dilaporkan pada kejadian diabetes melitus tipe 2. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kesadaran diri dan risiko diabetes melitus tipe 2 pada pasien overweight dan obesitas.
Metode: cross-sectional ini melibatkan 111 responden usia 18-40 tahun yang mengalami overweight dan obesitas di Kelurahan Ciracas melalui metode convenience sampling. Terdapat 8 pernyataan untuk mengevaluasi tingkat kesadaran diri dan 10 pertanyaan yang menilai risiko diabetes melitus tipe 2 pada pasien overweight dan obesitas. Analisis univariat data dilakukan dengan program komputer.
Hasil: Responden memiliki usia rata-rata 28.69 atau 29 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 67 responden (60.4%), memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kategori obesitas sebanyak 70 responden (63.1%), dan pendidikan terakhir merupakan Sarjana sebanyak 54 responden (48.6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien overweight dan obesitas memiliki tingkat kesadaran diri dengan kategori tinggi sebanyak 52 responden (46.8%) dan tingkat risiko diabetes melitus tipe 2 dengan kategori tinggi 57 responden (51.3%).
Kesimpulan dan saran: Tingginya kesadaran diri tidak sepenuhnya menurunkan risiko diabetes melitus tipe 2 pada pasien overweight dan obesitas, sehingga diperlukannya intervensi promotif dan preventif yang lebih efektif untuk menurunkan risiko tersebut.

Introduction: Overweight and obesity have become a global health issue that is increasingly prevalent, particularly in developing countries, including Indonesia. Overweight and obesity are risk factors that have been widely reported in the incidence of type 2 diabetes mellitus. Therefore, this study aims to assess self-awareness and the risk of type 2 diabetes mellitus in patients who are overweight and obese.
Method: This cross-sectional study involved 111 respondents aged 18-40 years who were overweight and obese in the Ciracas subdistrict using a convenience sampling method. There were 8 statements to evaluate the level of self-awareness and 10 questions to assess the risk of type 2 diabetes mellitus in overweight and obese patients. Univariate data analysis was conducted using computer programs.
Results: The respondents had an average age of 28.69 or 29 years, the majority were female with 67 respondents (60.4%), had a body mass index (BMI) categorized as obese with 70 respondents (63.1%), and the highest education level was Bachelor's degree with 54 respondents (48.6%). The results showed that the majority of overweight and obese patients had a high level of self-awareness with 52 respondents (46.8%) and a high risk of type 2 diabetes mellitus with 57 respondents (51.3%).
Conclusion and Recommendation: The high level of self-awareness does not necessarily reduce the risk of type 2 diabetes mellitus in overweight and obese patients, indicating the need for more effective promotive and preventive interventions to reduce this risk. 
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Fitri Amara
"Hiperglikemia kronis yang jika tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah yang merupakan salah satu penyebab utama kematian terkait diabetes yang disebabkan oleh stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesadaran diri penyandang diabetes mellitus terhadap risiko komplikasi stroke di kota depok. Penelitian deskriptif yang melibatkan 100 responden penyandang diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok. Pengambilan data secara offline di 3 puskesmas Kota Depok menggunakan kuesioner kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang dikembangkan sendiri dengan nilai alpha cronbach 0,826. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas berada pada rentang usia 61-80 tahun, berjenis kelamin perempuan serta mayoritas responden menganut agama Islam. Mayoritas responden menempuh pendidikan terakhir tingkat SMA, tidak pernah mengikuti penyuluhan/edukasi DM dan telah menyandang DM selama <5 tahun. Mayoritas responden memiliki kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang sedang. Responden memiliki tingkat kesadaran diri rendah, lebih banyak daripada responden yang telah memiliki kesadaran diri tinggi terhadap risiko komplikasi stroke. Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi kesehatan terkait risiko komplikasi stroke pada penyandang diabetes melitus tipe 2 agar dapat meningkatkan kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke.

Chronic hyperglycemia which if not controlled can damage blood vessels which is one of the leading causes of diabetesrelated death caused by stroke. This study aims to find out the picture of self-awareness of people with diabetes mellitus to the risk of stroke complications in the city of Depok. Descriptive research involving 100 respondents with type 2 diabetes mellitus in Depok. Offline data collection in 3 health centers in Depok using self-awareness questionnaire on the risk of stroke complications developed by itself with an alpha cronbach value of 0.826. The results of this study showed the majority were in the age range of 61-80 years, the gender of women and the majority of respondents adhered to Islam. The majority of respondents attended the last high school level, never attended DM counseling/education and have held DM for <5 years. The majority of respondents had self-awareness of the risk of moderate stroke complications. Respondents had a low level of self-awareness, more than respondents who had high self-awareness of the risk of stroke complications. This study recommends providing health education related to the risk of stroke complications in people with type 2 diabetes mellitus in order to increase self-awareness of the risk of stroke complications."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Fitri Amara
"Hiperglikemia kronis yang jika tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah yang merupakan salah satu penyebab utama kematian terkait diabetes yang disebabkan oleh stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesadaran diri penyandang diabetes mellitus terhadap risiko komplikasi stroke di kota depok. Penelitian deskriptif yang melibatkan 100 responden penyandang diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok. Pengambilan data secara offline pada 3 puskesmas di Kota Depok menggunakan kuesioner kesadaran diri penyandang diabetes melitus tipe 2 terhadap risiko komplikasi stroke yang dikembangkan sendiri dengan nilai alpha cronbach 0,826. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden (55%) berusia 61 – 80 tahun, 61% berjenis kelamin perempuan dan 89% responden beragama Islam. Tingkat pendidikan terakhir yang dapat ditempuh responden paling banyak yaitu di tingkat SMA (34%). Sebagian besar (64%) responden tidak pernah mengikuti penyuluhan/ edukasi diabetes melitus dan sebanyak 62% responden telah menyandang diabetes melitus selama <5 tahun. mayoritas responden (61%) memiliki tingkat kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang sedang, 20% responden memiliki tingkat kesadaran diri rendah, dan 19% responden yang telah memiliki kesadaran diri tinggi terhadap risiko komplikasi stroke. Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi kesehatan terkait risiko komplikasi stroke pada penyandang diabetes melitus tipe 2 agar dapat meningkatkan kesadaran diri penyandang diabetes melitus tipe 2 terhadap risiko komplikasi stroke.

Chronic hyperglycemia which if not controlled can damage blood vessels which is one of the leading causes of diabetes-related deaths caused by stroke. This study aims to describe the self-awareness of people with diabetes mellitus on the risk of stroke complications in the city of Depok. Descriptive research involving 100 respondents people with type 2 Diabetic in the city of Depok. Offline data retrieval at 3 puskesmas in Depok City using a self-awareness questionnaire for people with type 2 diabetes on the risk of stroke complications developed by the researcher with a Cronbach alpha value is 0.826. The results of this study indicate that, the majority of respondents (55%) are aged 61 – 80 years old, 61% are female and 89% of respondents are muslim. The most level of education that respondents can take is high school (34%). Most of respondent (64%) had never attended to diebetes melitus counseling/education and 62% respondents had type2 diabetes mellitus for <5 years. The majority of respondents (61%) have a moderate level of self-awareness of the risk of stroke complications, 20% of respondents have a low level of self-awareness, higher than 19% of respondents who have high self-awareness. This study recommends providing health education related to the risk of stroke complications in people with type 2 diabetes, especially in the dimension of the question with the majority of people's perceptions being inaccurate so that it can increase increasing self-awareness of people with type 2 diabetes about the risk of stroke complications"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Mayangsari
"Individu yang memiliki riwayat keluarga Diabetes Melitus tipe 2 (DMT 2) beresiko lebih tinggi untuk mengalami DMT 2. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memperbaiki faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan dukungan kesadaran diri, persepsi dan sikap yang tinggi dari individu yang memiliki riwayat keluarga DMT 2. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi. Teknik Purposive Sampling digunakan untuk menentukan individu yang memiliki keluarga dengan diabetes tipe 2. Sembilan orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Qualitative content analysis digunakan sebagai analisa data dan menggunakan pendekatan Collaizi. Tema utama yang menggambarkan individu dengan kesadaran diri, persepsi, & sikap adalah: Penyangkalan bahwa diabetes disebabkan oleh faktor keturunan; persepsi yang salah tentang diabetes; "Modalitas tradisional" sebagai upaya pencegahan terhadap diabetes tipe 2; dan DMT 2 dipersepsikan sebagai penyakit yang menakutkan. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkaji secara mendalam tema yang telah teridentifikasi dengan jumlah partisipan yang lebih banyak dan bervariasi.

Individuals who have a family history of type 2 diabetes mellitus (DMT 2) have a higher risk of having type 2 diabetes. Type 2 diabetes can be prevented by improving modifiable risk factors, supported by self-awareness, perceptions and attitudes of individuals who have a high family history of DMT 2. This study used a qualitative phenomenological design. A Purposive Sampling techinique was applied to determine individuals who had parents with type 2 diabetes. Nine individuals participated in this study. A Qualitative content analysis with Collaizi approach used as a data analysis method. The main themes depicted individuals self awareness,perceptions, & attitudes were: denials that diabetes caused by heredity factors; misperception about diabetes; “traditional modalities” as a prevention measurement toward type 2 diabetes; and DMT 2 is perceived as a “threatening disease”. Further study is needed to examine in depth the themes that have been identified with more participants and various participants."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kwan Francesca Gunawan
"ABSTRAK
Diabetes melitus DM merupakan suatu epidemik global. Obesitas merupakan faktor risiko tersering pada terjadinya DM tipe 2. Salah satu komplikasi yang sering dialami oleh penderita DM ialah kaki diabetik. Pada pasien DM dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi penting untuk mencapai target berat badan, menjaga kadar glikemik, serta mencegah komplikasi DM. Selain itu pemberian nutrisi yang adekuat juga penting untuk mendukung penyembuhan luka. Pasien pada serial kasus ini berusia antara 41 ndash;59 tahun dengan dengan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Keempat pasien memiliki status gizi obes dengan IMT sebesar 26-54,4 kg/m2. Awitan DM pada keempat pasien diketahui bervariasi antara 1-13 tahun. Terapi medik gizi diberikan sesuai dengan klinis, hasil laboratorium, dan asupan terakhir masing-masing pasien. Dari hasil pemantauan didapatkan bahwa dengan terapi nutrisi yang diberikan terjadi penurunan berat badan sebesar 3,2-4,8 kg 3,2-5,8 dan penurunan nilai HbA1c sebanyak 0,3-0,7. Selain itu juga didapatkan ukuran luka yang mengecil dan gejala neuropati berkurang. Pada pasien DM tipe 2 dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi yang adekuat berkaitan dengan penurunan berat badan, perbaikan kontrol glikemik, dan penyembuhan luka yang baik.

ABSTRACT<>br>
Diabetes mellitus is now a global epidemic. Obesity is a common risk factor in the occurrence of type 2 diabetes. One of the complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot. In diabetic patients with obesity and diabetic foot, medical nutrition therapy is important to achieve targeted body weight, maintain glycemic levels, and prevent diabetes complications. Good nutrition is also essential for wound healing. This case series consists of four patients who are between 41-59 years old and obese with BMI of 26-54.4 kg/m2. The onset of DM in all four patients is known to vary between 1-13 years. Nutritional therapy is given in accordance with the clinical, laboratory outcomes, and patients' daily intake. It was found that medical nutrition therapy can lead to weight loss of 3.2-4.8 kg (3.2-5.8%) and decreased HbA1c by 0.3-0.7%. It was also observed that the wound size and neuropathy symptoms are reduced. Adequate medical nutrition therapy in type 2 DM patients with obesity and diabetic foot is associated with weight loss, improved glycemic control, and good wound healing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Diyan Monica
"Obesitas dan diabetes tipe 2 adalah masalah global dengan angka kejadian yang meningkat pesat. Hubungan antara obesitas dan diabetes melibatkan resistensi insulin dan mikrobiota usus. Namun, belum ada studi di Jakarta yang menganalisis profil mikrobiota usus pada obesitas dengan atau tanpa diabetes tipe 2. Penelitian ini bertujuan menganalisis profil mikrobiota usus dengan metode sekuensing 16S rRNA pada subjek dengan dan tanpa diabetes tipe 2. Hasil analisis menunjukkan perbedaan komposisi mikrobiota usus antara obesitas dengan dan tanpa diabetes tipe 2. Beberapa kelompok bakteri berkaitan dengan kondisi tersebut. Filum Firmicutes dan Bacteroidota, famili Oscillospiraceae, genus Faecalibacterium dan Clostridia UCG-014 berkaitan dengan non-obesitas dan berkorelasi negatif dengan kadar lemak tubuh. Sementara filum Proteobacteria dan Bacteroidota, famili Enterobacteriaceae dan Erysipelotrichaceae, genus Eschericia Sighella dan unspecified Lachnospiraceae berkaitan dengan obesitas dan berkorelasi positif dengan kadar lemak tubuh dan IMT. Beberapa kelompok bakteri juga berkaitan dengan diabetes tipe 2, seperti filum Bacteroidota, famili Oscillospiraceae, dan genus Oscillospiraceae UCG-002 yang berkorelasi negatif dengan kadar GDP, GDS, dan HOMA-IR, serta filum Actinobacteriota, famili Veillonellaceae, genus Dialister dan Bifidobacterium berkorelasi positif dengan kadar GDP, GDS, dan HOMA-IR. Perbedaan pola distribusi mikrobiota usus juga terlihat pada analisis alpha dan beta diversity. Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru tentang peran mikrobiota usus dalam obesitas dan diabetes tipe 2.

Obesity and type 2 diabetes are global health issues with rapidly increasing prevalence. The relationship between obesity and diabetes involves insulin resistance and gut microbiota. However, there has been no study in Jakarta analyzing the gut microbiota profile in obesity with or without type 2 diabetes. This research aims to analyze the gut microbiota profile using 16S rRNA sequencing on subjects with and without type 2 diabetes. The analysis results show differences in gut microbiota composition between obesity with and without type 2 diabetes. Several bacterial groups are associated with these conditions. Phylum Firmicutes and Bacteroidota, family Oscillospiraceae, genus Faecalibacterium, and Clostridia UCG-014 are associated with non-obesity and negatively correlated with body fat levels. On the other hand, phylum Proteobacteria and Bacteroidota, families Enterobacteriaceae and Erysipelotrichaceae, genus Eschericia Sighella, and unspecified Lachnospiraceae are associated with obesity and positively correlated with body fat levels and BMI. Some bacterial groups are also associated with type 2 diabetes, such as phylum Bacteroidota, family Oscillospiraceae, and genus Oscillospiraceae UCG-002, which are negatively correlated with GDP, GDS, and HOMA-IR levels, as well as phylum Actinobacteriota, family Veillonellaceae, genus Dialister, and Bifidobacterium, which are positively correlated with GDP, GDS, and HOMA-IR levels. Differences in gut microbiota distribution patterns are also evident in the alpha diversity analysis. The results of this study provide new insights into the role of gut microbiota in obesity and type 2 diabetes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelique Valentia Wijaya
"Penyakit Ginjal Diabetes (PGD) merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular dari penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) yang cenderung tidak terdeteksi secara dini sehingga diperlukan biomarker yang lebih efektif untuk mendeteksi penyakit ini. Tingginya HbA1c diketahui berpengaruh pada progresivitas PGD karena berkaitan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (eGFR) dan peningkatan rasio albumin kreatinin urin (UACR). Penelitian ini merupakan studi metabolomik tidak tertarget dan bertujuan untuk membandingkan metabolit urin pasien DMT2 risiko PGD rendah dengan HbA1c terkontrol dan tidak terkontrol pada pasien yang mengonsumsi terapi metformin-glimepirid. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan teknik pengambilan sampel non-probabilitas di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Sebanyak 32 sampel dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok HbA1c terkontrol (n=16) dan kelompok HbA1c tidak terkontrol (n=16). Sampel darah diambil untuk pengukuran HbA1c dan eGFR sedangkan sampel urin diambil untuk pengukuran UACR dan dianalisis metabolitnya. Analisis metabolit dilakukan menggunakan LC/MS-QTOF dan diolah datanya menggunakan MetaboAnalyst 6.0 serta berbagai database. Signifikansi metabolit antarkelompok diseleksi dengan parameter VIP>1, log2(FC)>1,2, dan p-value<0,05. Tiga metabolit yang berpotensi menjadi biomarker (AUC>0,65), yaitu oxaloacetate, 5'-phosphoribosyl-N-formylglycinamidine, dan (S)-dihydroorotate. Berdasarkan ketiga metabolit tersebut, jalur metabolisme yang terlibat meliputi (1) alanin, aspartat, dan glutamat, (2) asam sitrat (siklus Krebs), (3) glukoneogenesis, (4) piruvat, (5) pirimidin, dan (6) purin.

Diabetic Kidney Disease (DKD) is one of the microvascular complications of Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) which tended not to be detected early, necessitating more effective biomarkers for its detection. Uncontrolled HbA1c was significantly associated with the progression of DKD because it is associated with a decrease in glomerular filtration rate (eGFR) and an increase in the urine albumin creatinine ratio (UACR). This study was an untargeted metabolomics study and aimed to compare urine metabolites in low-risk DKD T2DM patients with controlled and uncontrolled HbA1c undergoing metformin-glimepiride therapy. Conducted with a cross-sectional design and non-probability sampling at Pasar Minggu District Health Center, 32 samples were split into controlled (n=16) and uncontrolled HbA1c groups (n=16). Blood samples were taken for measurement of HbA1c and eGFR, while urine samples were taken for measurement of UACR and analyzed for metabolites. Metabolite analysis was carried out using LC/MS-QTOF and the data were processed using MetaboAnalyst 6.0 and various databases. Significant metabolites were identified with VIP>1, log2(FC)>1.2, and p-value<0.05. Three metabolites, namely oxaloacetate, 5'-phosphoribosyl-N-formylglycinamidine, and (S)-dihydroorotate, emerged as potential biomarkers (AUC>0.65). The involved metabolic pathways included (1) alanine, aspartate, and glutamate, (2) citric acid (Krebs cycle), (3) gluconeogenesis, (4) pyruvate, (5) pyrimidine, and (6) purine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banjarnahor, Reny Damayanti
"Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan hiperglikemia sebagai karakteristik utama. Hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan atau keduanya. Sekitar 50% penyandang diabetes di Indonesia belum terdiagnosis sehingga komplikasi akibat DM tidak dapat dihindari. Pengendalian terjadinya komplikasi dilakukan dengan kontrol glikemik secara teratur. Pemeriksaan kontrol glikemik antara lain dengan glukosa darah puasa, HbA1c, dan fruktosamin.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kadar fruktosamin dan HbA1c pada diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol, mengetahui perubahan kadar fruktosamin dan HbA1c setelah terapi 2 minggu dan 8 minggu, serta hubungan antara keduanya.
Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif pada 33 subyek yang terdiri dari 24 orang perempuan dan 9 orang laki-laki. Subyek penelitian diikuti selama 2 minggu dan 8 minggu sejak dilakukan perubahan terapi. Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai April 2015. Subyek yang termasuk dalam penelitian adalah diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol dengan HbA1c>7%.
Hasil penelitian diperoleh nilai median dan rentang fruktosamin pada minggu ke-0, minggu ke-2, dan minggu ke-8 berturut-turut 362 μmol/L (257-711), 327 μmol/L (234-616), dan 350 μmol/L (245-660). Kadar HbA1c memiliki nilai median dan rentang pada minggu ke-0, minggu ke-2, dan minggu ke-8 yaitu 9.3% (7.1-14.8), 8.8% (6.9-12.7), dan 8.4% (5.9-14.2). Terdapat penurunan bermakna kadar fruktosamin dan HbA1c dengan p<0.001. Adanya korelasi yang kuat dan arah korelasi yang positif antara fruktosamin dan HbA1c (minggu ke-0, r=0.86; minggu ke-2, r=0.82; minggu ke-8, r= 0.84).
Pada penelitian ini diperoleh penurunan yang bermakna kadar fruktosamin dan HbA1c pada 2 minggu dan 8 minggu setelah terapi dengan korelasi yang kuat ( r > 0.8) dan arah korelasi positif. Fruktosamin lebih baik digunakan untuk kontrol glikemik jangka menengah (2 minggu) sedangkan HbA1c lebih baik dipakai untuk kontrol glikemik jangka panjang (8 minggu).

Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with hyperglycemia as the main characteristics. Hyperglycemia occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. Approximately 50% of people with diabetes in Indonesia have not been diagnosed, thus complications due to diabetes cannot be avoided. Taking control of diabetes mellitus can be done through glycemic control measurements on a regular basis. Fasting blood glucose, HbA1c, and fructosamine tests are lists of key features for glycemic control measurements.
The aims of this study was to overview the levels of fructosamine and HbA1c in uncontrolled type-2 diabetes mellitus, determine changes in fructosamine and HbA1c levels after two weeks and eight weeks of treatment, and analyze the relationship between the two.
This study used a prospective cohort design with 33 subjects consisted of 24 women and 9 men. Subjects were followed for two weeks and eight weeks after the initial therapy amendment. The study began in February and April 2015. The subjects included in the study were uncontrolled type-2 diabetes mellitus with HbA1c> 7%.
Fructosamine concentration, given as median and range values, at weeks 0, 2, and 8 were 362 μmol/L (257-711), 347 μmol/L (234-660), and 333 μmol/L (235-676), respectively. HbA1c levels (median and range) at weeks 0, 2, and 8 were 9.3% (7.1-14.8), 8.8% (6.9-12.7) and 8.4% (5.9-14.2). There was a significant reduction of fructosamine and HbA1c levels (p <0.001). A strong and positive correlation were found between fructosamine and HbA1c (week 0, r = 0.86; week 2, r = 0.82; week 8, r = 0.84).
From this study, it can be concluded that fructosamine and HbA1c levels were significantly reduced at weeks 2 and 8 after treatment, with a positive strong correlation (r> 0.8). Thus, fructosamine is preferable for medium-term (two weeks) glycemic control while the HbA1c is preferred for long-term (eight weeks) glycemic control.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anies Dewi Wirati Indraswari
"

Hambatan kontrol berat badan dan hiperlipidemia menjadi masalah yang sulit diselesaikan oleh pasien  diabetes melitus tipe 2 (DMT2) . Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu fungsi fisiologis dan kognator.  Studi cross sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor kognator yaitu konsep diri dengan hambatan kontrol berat badan pada pasien DMT2. Sebanyak 72 orang pasien DMT2 dengan rerata indeks massa tubuh 27.3 kg/m2 direkrut dari Pusat Layanan Diabetes Terpadu dari sebuah rumah sakit tersier Jakarta. Konsep diri yang terdiri atas persepsi, evaluasi diri,   dan self resilience  dinilai melalui kuesioner health belief models, illness identity, dan Health Hardiness Inventory (HHI).  Sedangkan hambatan kontrol berat badan yaitu hambatan motivasi dinilai melalui kuesioner The TREatment MOtivation and Readiness (TRE-MORE) test dan hambatan perilaku dinilai melalui kuesioner Barriers to Healthy Eating Scale (BHE scale). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan evaluasi diri dengan hambatan perilaku dalam kontrol berat badan, terdapat hubungan yang signifikan self resilience dengan hambatan motivasi, tidak ada hubungan persepsi dengan hambatan motivasi dan perilaku dalam kontrol berat badan, dan tidak ada hubungan self resilience dengan hambatan  perilaku dalam kontrol berat badan.


Challenges in controlling body weight and hyperlipidemia pose significant problems for patients with Type 2 diabetes mellitus (T2DM). These issues may be influenced by various factors, including physiological and cognitive functions. This cross-sectional study aims to identify the relationship between cognitive factors, specifically self-concept, and barriers to weight control  management in T2DM patients. A total of 72 T2DM patients with a mean body mass index of 27.3 kg/m² were recruited from a Comprehensive Diabetes Center at a tertiary hospital in Jakarta. Self-concept, encompassing perception, self-evaluation, and self-resilience, was assessed using the Health Belief Models questionnaire, Illness Identity questionnaire, and Health Hardiness Inventory (HHI). Barriers to weight control, including motivational barriers, were evaluated using the TREatment MOtivation and Readiness (TRE-MORE) test, while behavioral barriers were assessed using the Barriers to Healthy Eating Scale (BHE scale). The findings indicated a significant relationship between self-evaluation and behavioral barriers in weight control, either between self resilience and motivational barriersin weight control.  However, no significant relationships were found between perception and motivational or behavioral barriers in weight control, nor between self-resilience and behavioral barriers in weight control."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riastuti Handayani
"Luka kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus. Pencegahan dan pengelolaan yang baik perlu dilakukan untuk mencegah masalah lebih serius pada penderita diabetes. Perawatan kaki yang baik dan benar merupakan salah satu manajemen diabetik untuk mencegah komplikasi ulkus diabetik. Salah satu upaya perawatan kaki adalah dengan menjaga kelembaban kulit kaki. Olive oil kaya akan vitamin dan antioksidan yang telah dikaitkan dengan peningkatkan kelembaban kulit. Selain itu olive oil memiliki sifat anti radang dan antimikroba yang dapat membantu penyembuhan luka. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil praktik keperawatan medikal bedah pada pasien dengan diabetes melitus dengan penerapan olive oil pada perawatan kaki untuk mencegah ulkus diabetik. Hasil implementasi penggunaan olive oil memang tidak dapat langsung merubah kondisi kelembaban kulit, diperlukan konsistensi dalam melakukan perawatan kulit untuk membantu menjaga kelembaban kulit. Tidak hanya konsistensi dalam penggunaan olive oil sebagai pelembab, namun kontrol gula darah, asupan cairan dan nutrisi serta menjaga diri dari suhu ekstrim juga diperlukan untuk menjaga kelembaban kulit.

Diabetic foot ulcers are a prevalent complication of diabetes mellitus, requiring preventive and effective management to avert more severe consequences for diabetic patients. Proper foot care plays a critical role in diabetic management to prevent the development of ulcers. One key aspect of foot care involves maintaining skin moisture. Olive oil, rich in vitamins and antioxidants, has been associated with enhanced skin hydration. Additionally, olive oil possesses anti-inflammatory and antimicrobial properties, which may aid in wound healing. This study aims to present the outcomes of applying olive oil in the foot care management of patients with diabetes mellitus to prevent diabetic ulcers. The results indicate that while the immediate effect on skin moisture is not apparent, consistent application of olive oil is necessary to help maintain skin hydration. Along with regular use of olive oil as a moisturizer, blood glucose control, adequate fluid and nutritional intake, and protection from extreme temperatures are also essential for preserving skin moisture. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>