Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekarlangit Putri Akbar
"Stunting merupakan isu kesehatan masyarakat di Indonesia. Dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang stunting, pemahaman terhadap faktor-faktor penyebabnya menjadi penting dilakukan oleh pengasuh anak. Edukasi berperan sebagai katalisator penting dalam peningkatan perilaku kesehatan, dengan keberhasilan program berhubungan dengan berbagai faktor yang mendukung tingkat penerimaan media edukasi. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan buklet edukasi gizi pada program Rumah Anak X, sebuah intervensi pencegahan stunting untuk pengasuh anak usia 0-3 tahun yang beroperasi sejak 2019 di lima lokasi Jakarta. Penerimaan media edukasi diukur menggunakan instrumen Suitability Assessment of Materials yang meliputi aspek konten, kemudahan membaca, gambar, tata letak, dorongan pembelajaran, dan kesesuaian budaya. Faktor yang diuji meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, motivasi belajar, dan pengetahuan. Sebanyak 167 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan 91,2% responden menilai media sangat sesuai kebutuhan dengan skor median 85,71 dari 100,00. Motivasi belajar merupakan satu-satunya faktor yang signifikan berhubungan dengan tingkat penerimaan media (p-value <0,001). Penelitian merekomendasikan peningkatan pendekatan pembelajaran interaktif yang relevan dengan kebutuhan personal peserta untuk mempertahankan motivasi belajar sekaligus kualitas media edukasi.

Stunting is a public health issue in Indonesia that requires understanding of causal factors by child caregivers. Nutrition education serves as an important catalyst in improving health behaviors, with program success influenced by the level of educational media acceptance. This study analyzes factors associated with acceptance of nutrition education booklets in the Rumah Anak X program, a stunting prevention intervention for caregivers of children aged 0-3 years’ operating since 2019 in five Jakarta locations. Educational media acceptance was measured using the Suitability Assessment of Materials instrument covering content, readability, graphics, layout, learning stimulation, and cultural appropriateness aspects. Factors examined included age, gender, education, economic status, learning motivation, and knowledge. A total of 167 respondents participated in this study. Results showed 91.2% of respondents rated the media as highly suitable for their needs with a median score of 85.71 out of 100.00. Learning motivation was the only factor significantly associated with media acceptance level (p-value <0.001). The study recommends enhancing interactive learning approaches relevant to participants' personal needs to maintain learning motivation while preserving the quality of educational media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masmuri
"Edukasi kesehatan menggunakan media audiovisual merupakan upaya promosi kesehatan yang sering digunakan untuk mencapai perilaku hidup sehat. Penggunaan media ini mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan gambaran yang lebih konkrit serta meningkatkan retensi memori karena lebih menarik dan mudah diingat. Berbeda dengan media yang hanya melibatkan salah satu penginderaan, seperti media audio. Anak hanya dapat mendengarkan informasi yang disampaikan, tanpa mendapatkan gambaran yang konkrit tentang informasi tersebut. Begitu juga dengan penggunaan media visual, perhatian anak hanya terpusat pada tulisan, tidak pada esensi dari tulisan tersebut. Dari ketiga media tersebut, media audivisual menjadi pilihan yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, mengingat sasaran edukasi adalah anak usia sekolah dasar yang masih berpikiran konkrit dalam menerima informasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan menggunakan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dengan gizi lebih di sekolah dasar Kota Pontianak. Metode penelitian menggunakan desain quasi eksperimen dengan pendekatan pre and post with control group design. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 38 responden. Analisa data menggunakan uji t-test dependen dan independen. Hasil penelitian menunjukkan edukasi kesehatan menggunakan media audiovisual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan (p=0,015) dan sikap (p=0,042) anak usia sekolah dengan gizi lebih.

Audiovisual media is often used in health promotion effort to obtain healthy life behaviour. The use of this media is more beneficial compared to other material since it can improve the retention of memory band is more interesting and easy to remember. Different from other media that only involve one sensing, such as the audio, children can only hear information provided, without getting a whole information. Similar to the use of visual media, children can only focus on writing, not on the essence of the writing. Of the three these forms of media, audivisual media be an adequate choice to use in this research. This is considering the target of education is primary school age children who are still think concrete in receiving information.
This research aimed to determine the effect of health education using the media audiovisual on the level of knowledge and attitude of school-aged children with overweight in primary school of Pontianak city. A method of the research used quasi experimental design with pre and post control group. Simple random sampling was used with a total number of 38 respondents. Data was Analyzed using t-test dependent and independent .The results showed health education useing the audiovisual media have significantly influenced the level of knowledge (p = 0.015) and the attitude (p = 0,042 ) of school-aged children with overweight.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Nurlaela
"Peserta KB aktif cenderung memilih metode kontrasepsi non MKJP dibandingkan dengan metode kontrasepsi MKJP. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain cross sectional, dilakukan bulan Mei-Juni 2013 di Puskesmas Kecamatan Palmerah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi pada peserta KB aktif. Teknik sampling sistematis random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan pemilihan metode kontrasepsi pada peserta KB aktif adalah umur (p=0,045), pendidikan (p=0,003), jumlah anak hidup (p=0,019), pengetahuan (p=0,028), rasa takut menggunakan metode kontrasepsi tertentu (p=0,032), pengalaman KB sebelumnya (p=0,020), jarak tempat tinggal dengan fasilitas pelayanan KB (p=0,007), dukungan suami (p=0,045), peranan petugas KB (p=0,036), keterpaparan media informasi (p=0,041). Diharapkan untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam meningkatkan kesertaan program KB yang tepat dan rasional.

Active participant of family planning tend to choose contraception methods of short term contraception methods (STCM/Non MKJP) than long term contraseption methods (LTCM/MKJP). Type of research in quantitative with cross sectional design, conducted in May-June 2013 at Palmerah Public Health Centre to know factors contraseptive associated with selection methode of contraseption by active family planning participants. This research in using tehnic of sistematic random sampling.
The result of this study found that ages is factor that associated as significant with contraseption methode (p=0,045), education (p=0,003), number of life child (p=0,019), knowledge about types of contraseption (p=0,028), the fear of using contraseptive methods (0,032), distance of residence with family planning services fasilities (p=0,007), husband support (0,045), office role (p=0,036), media expossure information (0,036). Expected to increase cooperation across sectors and programs to improve family planning program with agibility proper and rational.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan pasien menggunakan obat secara tepat. Pada standar pelayanan farmasi klinik Apoteker terdapat poin pelayanan informasi obat (PIO) yang memiliki salah satu tujuan untuk memberikan informasi yang akurat mengenai obat sehingga kesalahan dalam penggunaan obat dapat dikurangi. Terdapat beberapa jenis obat yang memerlukan metode khusus dalam penggunaannya, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien dalam penggunaan obat dan perlu terdapat media tambahan untuk menyampaikan informasi obat. Tujuan dari tugas khusus ini adalah membuat media yang praktis, menarik dengan biaya yang terjangkau yaitu media cetak seperti poster dan leaflet. Media pelayanan informasi obat dibuat untuk cara memudahkan dalam penggunaan sediaan tetes telinga, tetes hidung, tetes mata, salep mata, suppositoria, tablet vaginal, inhaler, tablet sublingual, dan tablet kunyah.

Pharmacists have a very important role in ensuring patients use medicines appropriately. In the Pharmacist's clinical pharmacy service standards there are drug information service points (PIO) which have one aim of providing accurate information about drugs so that errors in drug use can be reduced. There are several types of drugs that require special methods for their use, so efforts need to be made to increase patient knowledge in drug use and there needs to be additional media to convey drug information. The aim of this special assignment is to create practical, attractive media at an affordable cost, namely print media such as posters and leaflets. Drug information service media was created to facilitate the use of ear drops, nose drops, eye drops, eye ointments, suppositories, vaginal tablets, inhalers, sublingual tablets and chewable tablets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Heni Kusumawardani
"Perilaku hidup bersih dan sehat PHBS sebaiknya mulai diterapkan sejak dini sebagai titik awal pembentukan perilaku sehat. Penerapan kolaborasi bermain sosiodrama Ko-Berdrama menjadi metode pendidikan kesehatan yang interaktif dan inovatif bagi anak usia sekolah. Penulisan bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan Ko-Berdrama dalam pelayanan asuhan keperawatan komunitas integrasi model manajemen pelayanan keperawatan, Whole School, Whole Community, Whole Child WSCC, Family Centered Nursing FCN, dan Health Promotion Model HPM pada anak usia sekolah dengan masalah kurangnya PHBS. Metode praktik yang digunakan adalah studi kasus selama 8 bulan. Hasil praktik menunjukkan intervensi Ko-Berdrama mampu meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah terkait PHBS dari 45,1 menjadi 61,4, sikap anak usia sekolah terkait PHBS meningkat dari 42,6 menjadi 59,8, dan keterampilan anak usia sekolah terkait PHBS meningkat dari 42,9 menjadi 54,9. Pengetahuan kader kesehatan sekolah terkait program Usaha Kesehatan Sekolah UKS meningkat dari dari 49,2 menjadi 78,5. Sebanyak 80 dari 10 keluarga berada pada tingkat kemandirian IV setelah dilakukan intervensi pada keluarga. Intervensi Ko-Berdrama dapat menjadi peluang bagi perawat untuk mengembangkan upaya promotif dan preventif dalam peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

Clean and healthy behavior PHBS should begin to be applied early on as the starting point for the formation of healthy behavior. The implementation of sociodramatic play collaboration Ko-Berdrama became an interactive and innovative health education method for school-aged children. The study aimed to provide an overview of the implementation of Ko-Berdrama in nursing care services community integration management nursing model, Whole School, Whole Community, Whole Child WSCC, Family Centered Nursing FCN, and Health Promotion Model HPM lack of clean and healthy behavior. The study method used case study during 8 months. The results showed that Ko-Berdrama intervention increased the knowledge of school-age children related to PHBS from 45.1 to 61.4, school-age-related attitudes of PHBS increased from 42.6 to 59.8, and school-age-related skills PHBS increased from 42.9 to 54.9. The knowledge of school health cadres related to the school health program increased from 49.2 to 78.5. As many as 80 of 10 families were at the level of IV independence after family intervention. Ko-Berdrama intervention could be applied for nurses to develop promotive and preventive efforts in the improving clean and healthy behavior in schools."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunissa Permata Hati
"Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh secara cepat tanpa diimbangi asupan cairan yang cukup Anak sekolah dasar rentan mengalami dehidrasi yang dapat menimbulkan gejala kelemahan fisik dan penurunan fungsi kognitif Mereka cenderung mengabaikan gejala dehidrasi dan tidak mengonsumsi cairan dalam jumlah cukup serta belum memiliki pengetahuan tentang cara menjaga status hidrasi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan sikap perilaku mengenai asupan cairan harian dan faktor faktor yang berhubungan pada anak SD dengan menggunakan desain cross sectional Data diambil Januari 2012 dengan memberikan kuesioner kepada 107 anak SD di Pejaten Barat Jakarta Selatan Hasil penelitian menunjukkan subyek terbanyak berusia 10 12 tahun 53 1 laki laki 62 2 duduk di kelas 4 6 SD 64 3 dan mendapat informasi dari 3 sumber informasi atau kurang 82 7 Diperoleh hasil yakni subyek terbanyak memiliki pengetahuan cukup 45 9 sikap cukup 51 dan perilaku baik 74 5 Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap uji chi square p 0 01 namun tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku serta antara sikap dan perilaku Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan uji chi sqare p 0 042 namun pendidikan tidak berhubungan dengan sikap maupun dengan perilaku Karakteristik demografi lainnya seperti usia jenis kelamin dan jumlah sumber informasi tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan sikap dan perilaku.

Dehydration is the rapid excessive loss of body fluids without adequate fluid intake replenishment School children are susceptible to dehydration It causes them to physical weakness and cognitive function decline They tend to ignore the symptoms of dehydration and do not consume adequate amount of fluids Children do not have the knowledge on how to maintain hydration status This study aimed to determine the knowledge attitudes behaviors regarding daily fluid intake and associated factors in school children by using cross sectional design Data were taken in January 2012 by giving questionnaires to 107 school children in Pejaten Barat South Jakarta The result shows that most subjects aged 10 12 years 53 1 males 62 2 fourth to sixth primary school students 64 3 and received information from 3 or less media resources 82 7 Most subjects had sufficient knowledge 45 9 sufficient attitude 51 and good behavior 74 5 There is correlation between knowledge and attitude chi square test p 0 01 but there is no correlation between knowledge and behavior as well as between attitudes and behavior There is correlation between education and knowledge chi square test p 0 042 but education is not correlated with attitudes and behavior Other demographic characteristics such as age gender and number of resources are not correlated to knowledge attitudes and behaviors
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Salwa Savitri
"Mata merupakan indera manusia yang paling dominan dalam beraktivitas. Sekitar 90% aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dikendalikan oleh sistem penglihatan sehingga penglihatan yang terganggu akan berpengaruh terhadap berbagi domain fungsional. Kelelahan mata merupakan salah satu gangguan yang paling sering ditemui pada pekerja dan dapat terjadi di berbagai jenis pekerjaan, termasuk pada pekerja fabrikasi yang aktivitas pekerjaannya sangat mengandalkan mata serta membutuhkan konsentrasi visual yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja fabrikasi di PT XYZ tahun 2025. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada 76 pekerja fabrikasi di PT XYZ. Variabel penelitian meliputi kelelahan mata, intensitas pencahayaan di tempat kerja, kelainan refraksi, usia, masa kerja, durasi kerja, jenis pekerjaan, dan penggunaan APD. Variabel intensitas pencahayaan diukur dengan lux meter, variabel kelelahan diukur dengan Visual Fatigue Questionnaire, dan variabel lain diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti. Data yang dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat, yaitu dengan uji chi-square dan mann-whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 67,1% pekerja fabrikasi di PT XYZ mengalami kelelahan mata. Tiga gejala terbanyak yang pernah dialami adalah mata terasa lelah (65,8%), penglihatan kabur atau buram (56,6%), dan iritasi mata (47,4%). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kelainan refraksi (p=0,006), usia (p=0,034), dan masa kerja (p=0,004) dengan kelelahan mata. Rata-rata skor kelelahan mata juga berbeda secara signifikan berdasarkan intensitas pencahayaan (p=0,049) dan durasi kerja (p=0,007). Oleh sebab itu, untuk meminimalisir risiko kelelahan mata, perlu dilakukan perbaikan yang mencakup faktor-faktor risiko tersebut.

The eyes are the most dominant human sensory organ in daily activities. Approximately, 90% of everyday tasks rely on the visual system; therefore, impaired vision can affect various functional domains. Eye fatigue is one of the most common visual complaints among workers and can occur in various types of jobs, including fabrication work, which heavily depends on visual concentration. This study aims to analyze the factors associated with eye fatigue among fabrication workers at PT XYZ in 2025. A quantitative research design with a cross-sectional approach was employed, involving 76 fabrication workers. The variables examined included eye fatigue, lighting intensity in the workplace, refractive errors, age, years of service, working hours, job type, and the use of personal protective equipment (PPE). Lighting intensity was measured using a lux meter, eye fatigue was assessed using the Visual Fatigue Questionnaire, and other variables were measured through a self-developed questionnaire. Data were analyzed using univariate and bivariate methods, specifically chi-square and Mann-Whitney tests. The results showed that 67.1% of workers experienced eye fatigue. The three most commonly reported symptoms were tired eyes (65.8%), blurred vision (56.6%), and eye irritation (47.4%). Significant associations were found between eye fatigue and refractive errors (p=0.006), age (p=0.034), and years of service (p=0.004). Significant differences in average eye fatigue scores were also observed based on lighting intensity (p=0.049) and working hours (p=0.007). Therefore, to minimize the risk of eye fatigue, improvements targeting these risk factors are necessary."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Septika
"Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak di sekolah. Desain penelitian berjenis kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan April 2013, sampel adalah siswa kelas 5 MI Pembangunan UIN Jakarta. Jumlah sampel sebanyak 246 siswa. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang berisi daftar pertanyaan tentang faktor-faktor (karakteristik anak, pola makan, aktifitas fisik, dan uang jajan) yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada siswa kelas 5. Selain itu, untuk mendapatkan berat badan dan tinggi badan, instrument yang digunakan adalah timbangan injak dan meteran khusus tinggi badan. Hasilnya, berdasarkan hasil penelitian diketahui 26,4% siswa adalah obesitas. Frekuensi makanan fast food, kebiasaan jajanan, besar uang jajan, kebiasaan ngemil, lama menonton televisi, lama main video game dan lama olahraga berhubungan dengan kajadian obesitas (p <0,05).

The purpose of this research was done to determine the factors associated with the incidence of obesity in children in the school. Design of a quantitative research with approach of cross-sectional. Research conducted in April 2013, the sample was grade 5 MI Pembangunan UIN Jakarta. The number of samples were as many as 246 students. In this study, the instruments used are questionnaire that contains a list of questions about the factors (characteristics, diet, physical activity, and allowance) that is associated with the incidence of obesity in students of class 5. In addition, to gain weight and height, the instrument used was a special meter Stampede scale and height. The frequency of fast food, food habits in the past, large allowance, the habit of snacking, watching television, playing video games and old sports-related kajadian obesity (p < 0.05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarwati
"Penelitian ini membahas tentang perilaku seksual pranikah pada anak jalanan usia remaja serta faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, jumlah sampel sebanyak 110 orang, dilakukan di wilayah binaan Yayasan Himmata periode Desember 2013. Analisa hubungan dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik model prediksi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 33.6% anak jalanan yang berperilaku seksual pranikah berisiko. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna pada variabel jenis kelamin, umur, pendidikan, tempat tinggal, status pekerjaan, pubertas, dan keterpaparan media pornografi.
Hasil uji statistik multivariat menunjukkan bahwa pubertas dan pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada anak jalanan.
Hasil analisis didapatkan OR yang paling besar adalah pubertas, OR = 8.6 yang artinya pubertas berpengaruh sebesar 8.6 kali terhadap perilaku seksual pranikah pada anak jalanan.
Dari hasil penelitian ini diketahui adanya keterkaitan antara sepuluh variabel dengan perilaku seksual pranikah pada anak jalanan usia remaja.

This study investigated pre-marital sexual behavior and its associated factors among adolescent street children in Himmata Foundation with period of December 2013. A quantitative research using cross-sectional design was employed in this study. The participants were 110 adolescent street children living in Himmata Foundation. The chi square test and logistic regression prediction model was used for analyzing the data.
Data analysis revealed that there were 33.6 % of street children suffered from pre-marital sexual behavior. Factors associated with pre-marital sexual debut were assessed using bivariate and multivariate statistical test.
The results of bivariate statistical test showed significant correlation between gender, age, educational background, place of residence, employment status, puberty, and media exposure to pornography exposure among children.
The results of multivariate statistical tests described that the onset of puberty and reproductive health knowledge were the most dominant variable associated with pre-marital sexual behavior among the children. The largest OR of data analysis was puberty 8.6 which means the puberty was affected by 8.6 times against pre-marital sexual behavior among the respondents.
From this research we know the relation between the ten variables with premarital sexual behavior of adolescence street children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Mahmudah
"Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tiga permasalahan utama terkait gizi, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, serta kekurangan mikronutrien. Anemia masih menjadi salah satu isu kesehatan yang perlu mendapat perhatian. Remaja putri, khususnya siswi sekolah, merupakan kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi besi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti menstruasi yang berlangsung setiap bulan dan pola diet yang kurang tepat. Oleh karena itu, perilaku pencegahan anemia harus mulai diterapkan sejak dini agar tidak menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan yang memengaruhi perilaku pencegahan anemia pada siswi SMKN 37 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan metode cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 110 orang yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling. Analisis data dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel dengan perilaku pencegahan anemia di SMKN 37 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,5% responden memiliki perilaku pencegahan anemia yang baik. Pengetahuan (p = 1,00), sikap (p = 0,001), norma subyektif (p = 0,47), dan persepsi perilaku terkontrol (p = 0,001) diuji dalam penelitian ini. Sikap dan persepsi perilaku terkontrol terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pencegahan anemia. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan promosi pencegahan anemia guna menumbuhkan kesadaran dan perilaku pencegahan anemia di kalangan remaja putri.

Currently, Indonesia is facing three major nutritional challenges: undernutrition, overnutrition, and micronutrient deficiencies. Anemia remains a significant public health issue that requires attention. Female adolescents, especially school-aged girls, are particularly susceptible to iron deficiency anemia. This vulnerability is due to several factors, including monthly menstruation and improper dietary habits. Therefore, it is important to instill preventive behaviors against anemia from an early age to avoid long-term health consequences. This study aims to analyze the determinants influencing anemia prevention behaviors among female students at SMKN 37 Jakarta. The research employed a quantitative approach with a cross-sectional design. A total of 110 participants were selected using cluster sampling. Data analysis was conducted using the chi-square test to examine the relationship between various factors and anemia prevention behaviors at SMKN 37 Jakarta. The results showed that 54.5% of respondents demonstrated good anemia prevention behaviors. The study assessed knowledge (p = 1.00), attitude (p = 0.001), subjective norms (p = 0.47), and perceived behavioral control (p = 0.001). Attitude and perceived behavioral control were found to have a significant relationship with anemia prevention behaviors. Therefore, support from various stakeholders is needed to promote anemia prevention and raise awareness among female adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>