Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mukhamad Zaidi Anwari
"Uji praklinis radiofarmaka dilakukan untuk menganalisa keamanan serta keefektifan radiofarmaka yang digunakan. Kedua hal tersebut dapat dicapai dengan mengestimasi dosis radiasi internal yang diterima oleh suatu organ. Skema MIRD menyatakan bahwa perhitungan dosis radiasi internal merupakan perkalian antara Time Integrated Activity Coefficients (TIACs) dan S-value dimana nilai TIACs didapatkan dari penggambaran biodistribusi radiofarmaka di dalam tubuh. Hewan percobaan digunakan dalam uji praklinis untuk menggambarkan biodistribusi radiofarmakanya. Hal ini menyebabkan perlunya suatu metode ekstrapolasi untuk memprediksi biodistribusi radiofarmaka di manusia. Melalui penelitian ini, peneliti ingin menganalisa pengaruh penggunaan radiofarmaka terhadap peta performa metode ekstrapolasi. Hasilnya, dibandingkan dengan penelitian Beykan et al, menunjukkan adanya perbedaan peta performa untuk radiofarmaka yang berbeda. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa organ juga mempengaruhi peta performa metode ekstrapolasi. Oleh karena itu, analisa metode ekstrapolasi perlu dilakukan sebelum uji praklinis suatu radiofarmaka dikarenakan terdapatnya perbedaan peta performa tersebut.

Preclinical testing of radiopharmaceutical is carried out to analyze the safety and effectiveness of the radiopharmaceutical used. It can be achieved by estimating the dose of internal radiation received by an organ. The MIRD scheme states that the calculation of the internal radiation dose is S-values multiplied by Time Integrated Activity Coefficients (TIACs) whose value is obtained from the depiction of radiopharmaceutical biodistribution in the body Experimental animals are used in preclinical testing to depict radiopharmaceutical’s biodistribution. This results in the need for an extrapolation method to predict radiopharmaceutical biodistribution in humans. Through this study, researchers wanted to analyze the effect of the use of radiopharmaceuticals on the map performance of the extrapolation method. It, compared to the Beykan et al. study, shows the differences in performance maps for different radiopharmaceuticals. Therefore, analysis of extrapolation methods needs to be done before preclinical testing of a radiopharmaceutical because there are differences in performance maps."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dong, Tiansi
"This book collects interdisciplinary evidences and presents an answer from the perspective of computing, namely, the theory of cognitive prism. To recognize an environment, an intelligent system only needs to classify objects, structures them based on the connection relation (not through measuring), subjectively orders the objects, and compares with the target environment, whose knowledge is similarly structured. The intelligent system works, therefore, like a prism: when a beam of light (a scene) reaches (is perceived) to an optical prism (by an intelligent system), some light (objects) is reflected (are neglected), those passed through (the recognized objects) are distorted (are ordered differently). So comes the term 'cognitive prism'.
"
Berlin: [Springer, ], 2012
e20398754
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Gomperts, Amrit
"Desa Madakaripura adalah desa milik Patih Gajah Mada, patih Kerajaan Majapahit yang sangat terkenal. Namun, hingga saat ini belum jelas lokasi Desa Madakaripura itu. Menurut Prapañca pada tahun 1359 desa itu berada di wilayah Pasuruan. Tulisan ini mengupayakan penemuan desa itu. Dengan metode analisis toponim dan peta-peta akan dicoba untuk dipastikan letak Madakaripura dengan seteliti mungkin agar ahli arkeologi Indonesia bisa mencari situsnya. Sebagai kesimpulan, kemungkinan besar Madakaripura terletak di sebelah tenggara enam kilometer dari kota Pasuruan."
Faculty of Humanities University of Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pola perilaku kebersihan masyarakat perkotaan dalam kondisi
lingkungan bersih dan kotor. Gambaran pola perilaku kebersihan tersebut bermanfaat dalam memberikan sumbangan
teoritik berupa model yang dapat menjelaskan tentang pola perilaku kebersihan di suatu wilayah, yang mengarah pada
munculnya kondisi lingkungan yang bersih atau kotor. Faktor-faktor psikologis yang berasal dari individu pelaku dan
faktor sosiofisik yang terkait dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan intervensi secara tepat guna menciptakan
lingkungan hunian manusia yang bersih dan sehat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif
dimana peneliti bertindak sebagai primary instrument, mengamati, mengawasi, dan terlibat langsung dalam peristiwa
atau kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari di perkotaan. Pengamatan dilakukan di 8 (delapan) lokasi. Data yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan kategori-kategori yang ada dan melakukan theoretical sampling dari
kelompok-kelompok yang berbeda guna memaksimalkan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan penghuni secara kolektif terhadap sampah yang terjadi secara terus
menerus dari hari ke hari merupakan proses yang membentuk pola perilaku kebersihan yang relatif menetap. Rangkaian
tindakan kolektif yang selaras dengan motif bersama (memelihara kebersihan lingkungan) yang berdampak lingkungan
bersih, membentuk pola perilaku kebersihan ”Y”. Dengan demikian program kebersihan dapat dinyatakan sebagai
pembentukan pola perilaku kebersihan ”Y”. Sebaliknya rangkaian tindakan kolektif yang tidak selaras dengan motif
bersama dan berdampak lingkungan kotor membentuk pola perilaku yang dinyatakan sebagai pola perilaku kebersihan
”X”.
The purpose of this study was to obtain a theoretical model on cleanliness behavior of the urban society. This model
was built based on the pattern of cleanliness behavior which was studied by observing the psychological factors within
the individual and the socio-physical factors related to the participants. The indicator used to measure the cleanliness of
the environment was the quantity of garbage scattered around the observed location. By living in the society, the
researchers could observe and investigate the occurance of cleanliness behavior in the urban region. Direct observation
was conducted in 4 (four) clean and 4 (four) dirty group of locations. Qualitative methods were used to process the
information from those groups, in order to get significant information regarding the differences and similarities from
those locations. The result showed that society’s day-to-day collective action toward garbage created a pattern of
cleanliness behavior that is relatively permanent. A series of collective actions which were not in accordance with the
communal motive formed cleanliness behavior pattern “X” and created a condition of dirty environment. Meanwhile,
the other series of collective actions which were in accordance with the communal motives formed cleanliness behavior
pattern “Y”. The collective efforts of the society in a particular region to form cleanliness behavioral pattern “Y” is
known as Program Kebersihan (Cleanliness Program)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Svann Langguth
"This article discusses various early sources on the Indonesian archipelago. It
starts with the status of knowledge before the first voyage of the Portuguese
to the Moluccas from accounts of travellers to insular Southeast Asia in the
Middle Ages and the picture on world maps European cartographers produced.
Comparing that view with text sources and the resulting geographic material of
the first expeditions by the Portuguese provides an insight into contemporary
mechanisms of knowledge transfer. Certain effects can be traced and are repeated
on different levels of access to the original facts mainly because most maps were
drawn up in Europe but based on the geographic description provided by text
accounts. An abundance and multiplication of failures and mistakes is evident
and is partly related to the scarcity of sources and due to reproduction techniques."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dermawan Indranto
"ABSTRAK
Skripsi ini berisi tentang kajian mengenai apakah arsitektur masih berperan dalam proses wayfinding oleh pengemudi transportasi online dan sejauh apa peran arsitektur dalam proses wayfinding oleh pengemudi transportasi online. Pendekatan studi kasus dilakukan dengan cara mengalami langsung dan mengamati proses wayfinding yang dilakukan oleh pengemudi transportasi online. Dan juga menganalisis perbandingan penggunaan cognitive maps dan GPS navigasi dalam memecahkan masalah wayfinding task oleh pengemudi transportasi online. Dari analisis studi kasus didapatkan bahwa dalam pengoperasiannya, pengemudi transportasi online lebih sering mendapatkan wayfinding task pada familiar environment. Dan dalam familiar environment, cognitive maps lebih banyak digunakan dibandingkan dengan GPS navigasi sebagai solusi pemecah masalah dalam proses wayfinding. Pernyataan ini membuktikan, bahwa arsitektur masih berperan dalam proses wayfinding yang dilakukan oleh pengemudi transportasi online. Sebab arsitektur yang berupa elemen kota seperti paths, edges, districts, nodes, dan landmarks dapat membentuk citra lingkungan yang akan dipakai sebagai komponen penyusun cognitive maps pada mental manusia.

ABSTRACT
This study investigates about the study of whether the architecture still plays a role in the wayfinding process by the driver of online transportion and how far the role of architecture in wayfinding process by the driver of online transportation. The writer rsquo s approach on the case study is carried out by experiencing directly and observing the wayfinding process, done by online transportion rsquo s drivers. And also analyzed the comparison of the use of cognitive maps and GPS navigation in solving the wayfinding task problem by online transportation rsquo s drivers. From the case study analysis, it is found that in the operation, the driver of online transportion more often get wayfinding task in the familiar environment. And in the familiar environment, cognitive maps are more widely used than GPS navigation as a troubleshooter in the wayfinding process. This statement proves that architecture still plays a role in the wayfinding process by online transportation rsquo s drivers. Because the architecture of urban elements such as paths, edges, districts, nodes, and landmarks can form the environmental image that will be used as components of the cognitive maps of human mental."
2017
S67933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keenan Mandela Gebze
"ABSTRAK
Sejak 1960an geograf mulai menggunakan mental maps yang digambarkan pada kertas untuk melakukan studi mengenai ruang. Kemunculan fenomena Volunteered Geographic Information VGI pada abad ke-21 mempersembahkan jenis data baru yang bisa digunakan oleh geograf dalam meneliti ruang. Penelitian ini bermaksud untuk membandingkan akurasi antar kedua data tersebut menggunakan konsep produk spasial. Agar bisa dibandingkan, diperlukan partisipan yang bersedia untuk mengisi webmap untuk mendapatkan VGI , print-out peta cetak, dan mental mapsnya. Mahasiswa Universitas Indonesia yang tinggal di Kelurahan Kukusan dipilih sebagai partisipan penelitian. Mereka diminta untuk memetakan tiga tempat makan favoritnya di Kelurahan Kukusan sebagai strategi untuk mengidentifikasi tempat makan populer sekaligus mengungkap mental maps mereka. Total ada 142 responden mengisi webmap yang menghasilkan VGI berupa 419 titik tempat makan favorit beserta penilaian karakterstiknya. Dari 142 responden, 13 diantaranya bersedia mengisi peta print out peta cetak sehingga keduanya bisa dibandingkan. Dari data VGI, tiga tempat paling populer di Kelurahan Kukusan yang berhasil diidentifikasi adalah Cumlaude, Bahari, dan Samtari. Secara umum, tempat makan populer diingat sebagai tempat yang memiliki akses dan fasilitas baik; sedangkan yang tidak begitu populer memiliki karakteristik harga yang pas, lingkungan yang nyaman, dan penduduk sekitar yang ramah dibanding tempat yang populer. Dari hasil perbandingan, tidak ditemukan adanya perbedaan antara VGI dengan data yang diperoleh melalui peta cetak di kertas. Meskipun begitu, ada temuan yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara akurasi VGI dengan mental maps yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

ABSTRACT
In the 1960s, geographer started to use mental maps that are drawn in a paper to study places. The emerging of Voulnteered Geographic Information VGI in the 21st century presents geographer a new data to study places. This research are are an attempt to compare those two by using spatial product concept. To compare those two, there must be a willing person as a participant of this research, to draw on a webmap to obtain VGI and paper map, and their mental maps. Students in the University of Indonesia that lives temporarily in Kelurahan Kukusan are choosen as the participant. They rsquo re asked to identify three of their favourite eating place in Kukusan as a strategy to identify popular eating place and to obtain their mental maps. In total, there are 142 participants filling up the webmap, creating a VGI map of 419 favourite eating spots in Kukusan with their ratings about the places characteristic. From the 142, 13 of them are willing to fill their paper map so that the two data can be compared. From the VGI, the three most popular eating places are identified as Cumlaude, Bahari, and Samtari. In general, popular eating places are remembered to have good accessibility and facility and the not so popular ones are remembered to have more suitable prices, comfortable environment, and friendly peoples than the popular ones. There is no difference in between the accuracy VGI and the accuracy of data obtained by print map. But, there seems to be an interesting relationship between the accuracy of VGI with the mental maps that should be researched further."
2017
S68206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Hilarry
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan perancangan balanced scorecard untuk mengukur kinerja pada Organisasi Pengelola Zakat Baituzzakah Pertamina Kantor Pusat. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif deskriptif dengan data yang berasal dari wawancara tiga pihak Baituzzakah Pertamina Kantor Pusat. Pihak tersebut adalah Badan Pengurus Harian, kepala divisi keuangan, dan kepala divisi program pendayagunaan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa OPZ Baituzzakah Pertamina Kantor Pusat belum menggunakan metode apapun dalam melakukan pengukuran kinerja. Hasil penelitian ini berupa analisis lingkungan internal dan eksternal Baituzzakah Pertamina Kantor Pusat yang akan menghasilkan strategi dan pengusulan perancangan balanced scorecard untuk mengukur kinerja organisasi pengelola zakat Baituzzakah Pertamina Kantor Pusat. Balanced scorecard tersebut dibangun berdasarkan analisis visi dan misi pertama dari Baituzzakah Pertamina Kantor Pusat, analisis swot, strategy maps, dan pemetaan strategi pada empat perspektif balanced scorecard.

ABSTRACT
This research aims to propose balanced scorecard designed to measuring performance Zakat Management Organization in Baituzzakah Pertamina Center Office. The method of this research is conducted by descriptive qualitative analysis with data derived from the three party interview Baituzzakah Pertamina Center Office. The parties are the Daily Board, the head of the finance division, and the head of the empowerment program division. From the results of the research, it is found that OPZ Baituzzakah Pertamina Center Office has not used any method in performing performance measurement. The result of this research is an internal and external environment analysis of Baituzzakah Pertamina Center Office which is delivering strategies and proposing the design of balanced scorecard to measure the performance of zakat management organization in Baituzzakah Pertamina Center Office. The balanced scorecard is built on the first vision and mission analysis of Baituzzakah Pertamina Center Office, swot analysis, strategy maps, and strategy mapping on four balanced scorecard perspectives."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Mahsa Gantari
"Tulisan ini membahas tentang hubungan antara legibility konfigurasi denah serta landmark dari suatu lingkungan indoor dan pembentukan peta kognitif. Tujuan dari penulisan ini mengarah pada pemahaman terkait legibility konfigurasi denah dan landmark sebagai elemen lingkungan indoor yang mengacu pada pengetahuan spasial 2d dan 3d, serta hubungannya dengan pembentukan peta kognitif yang terjadi secara bertahap dalam tiga bentuk pengetahuan spasial. Dalam hal ini, legibility bergantung pada kompleksitas dari konfigurasi denah dan saliency dari landmark yang dimiliki. Penulisan ini menganalisis sebuah mal yang terletak di Kawasan Cibubur sebagai kasus. Analisis dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu (1) legibility konfigurasi denah dan landmark dengan basis objektif dan (2) pembentukan peta kognitif dengan basis yang lebih subjektif. Pendekatan pertama terdiri dari dua bagian, yaitu analisis konfigurasi denah berdasarkan kompleksitas dan identifikasi potensi landmark berdasarkan saliency, sedangkan pendekatan kedua berfokus pada tiga bentuk tahapan pengetahuan spasial. Hasil dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa landmark yang salient dan konfigurasi denah yang sederhana dapat memudahkan pembentukan peta kognitif seseorang. Kedua elemen lingkungan dengan karakteristik tersebut dapat membantu individu dalam mengodekan hubungan spasial antar objek, tempat, dan atribut, serta memahami hubungan antar elemen ruang sehingga hubungan spasial di antaranya dapat dikodekan, dipahami, dan digunakan untuk membentuk peta kognitif.

This paper discusses the relationship between the legibility of a floor plan configuration and landmarks in an indoor environment and the formation of cognitive maps. The aims of this paper pertain to the legibility of floor plan configuration and landmarks, as indoor environmental elements which refer to 2d and 3d spatial knowledge, and their relationship to the formation of cognitive maps that occurs in three stages of spatial knowledge. In this regard, the degree of the legibility depends on the complexity of the floor plan configuration and the saliency of the landmarks. This paper analyzes a mall located in Cibubur as a case study. The analysis is conducted through two approaches: (1) the legibility of the floor plan configuration and landmarks which are objectivity-based, and (2) the formation of cognitive maps which subjectivity-based. The first approach consists of two parts: an analysis of the complexity of floor plan configuration and an identification of landmarks potential based on saliency. Besides, the second approach focuses on the three stages of spatial knowledge. This study demonstrates such salient landmarks and a simple floor plan configuration can facilitate the formation of one's cognitive map. Such characteristics of these physical environmental elements assist one in distinguishing objects, places, and attributes within the environment, as well as understanding the spatial relationships between them. Spatial relationships, therefore, can be encoded, understood, and utilized to form a cognitive map of the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Syahrul Gunawan
"Autonomous car atau kendaraan tanpa awak merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi cerdas yang kelak akan digunakan. Kendaraan tanpa awak memungkinkan kendaraan dapat bergerak dan mengontrol dirinya secara mandiri tanpa bantuan manusia. Salah satu fitur yang paling penting pada kendaraan tanpa awak adalah sistem navigasi. Beragam sistem navigasi yang sudah berkembang ialah metode SLAM dengan LiDAR, penggunaan odometer, ataupun dengan sensor GPS dan gyroscope. Namun, metode-metode tersebut masih perlu pengaturan ulang (tuning) dan penentuan trajectory yang masih dilakukan manual. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan sehingga sistem navigasi kendaraan otonomus yang terhubung dengan sistem pemetaan. Pada penelitian ini, diujicobakan sebuah sistem yang mengintegrasikan antara GPS, Google Maps, dan sensor vision sehingga kendaraan dapat berjalan sesuai dengan trajectory yang mudah diatur. Sensor GPS dan Google Maps akan bekekerja sama untuk melakukan mapping lokasi dan mengatur tujuan perjalanan. Sedangkan sensor vision yang menggunakan kamera akan berfungsi sebagai pengatur kesesuaian jalan dengan marka jalan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa keberhasilan pendeteksian jalan mencapai 93,37 %, ketepatan Google Maps dalam mengenali jalan 97,54 % dengan rata-rata kecepata 0,2205 detik, serta kecepatan pemrosesan pembuatan trajectory adalah 0,155 detik.

Autonomous cars or unmanned vehicles are one part of the intelligent transportation system that will be used in the future. Unmanned vehicles allow vehicles to move and control themselves independently without human assistance. One of the most important features of unmanned vehicles is the navigation system. Various navigation systems that have been developed are the SLAM method with LiDAR, the use of an odometer, or GPS and gyroscope sensors. However, these methods still need tuning and trajectory determination is still done manually. Therefore, it is necessary to develop an autonomous vehicle navigation system that is connected to the mapping system. In this research, a system that integrates GPS, Google Maps, and vision sensors is tested so that the vehicle can run according to a manageable trajectory. GPS sensors and Google Maps will work together to map locations and set travel destinations. While the vision sensor that uses a camera will function as a regulator of road conformity with road markings. The results of this study found that the success of road detection reached 93.37%, the accuracy of Google Maps in recognizing roads was 97.54% with an average speed of 0.2205 seconds, and the processing speed of making trajectories was 0.155 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9 10 11   >>