Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Aziz Abdul Majid
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
370.114 ABD qt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Katayev, Valentin
"Buku ini merupakan kumpulan esay, catatan perjalanan, dan catatan harian yang ditulis oleh Valentin Katayev"
Moskva: Sovetskij Pisatel, 1962
RUS 891.73 KAT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini merupakan kumpulan karya dari beberapa penulis Rusia seperti N. A. Leykin, Al. P. Chekov, V. V. Bilibin, I. N. Potapenko, A. N. Maslov-Bezhetskij, I. L. Leontev-Sheglov, K. S. Barantsevich, I. I. Yasinsky, dan M. N. Albov."
Moskva: Khudozhestvennaya literatura, 1982
RUS 891.73 PIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chekov, Anton Pavlovich, 1860-1904
"Buku ini merupakan cerpen yang ditulis oleh Anton Pavlovich Chekov. Cerita pendek ini merupakan golongan kesusastraan klasik Rusia."
Moskva: Khudozhestvennaya Literatura, 1983
RUS 891.73 CHE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggi Marsetti Layyinanti
"Film drama cinta dongeng memiliki keragaman cerita dari masa ke masa, dari dongeng masa kecil hingga film dewasa yang menggambarkan kehidupan percintaan yang penuh dengan koflik dan perjuangan yang berakhir dengan bahagia. Film drama cinta dongeng ini memiliki peminatnya sendiri yang umumnya khalayak perempuan. Penelitian ini membahas bagaimana proses keberadaan katarsis, fantasi, dan hiperrealitas dalam diri penonton saat menonton film drama cinta dongeng. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film drama cinta dongeng memunculkan berbagai emosi dalam kisahnya dan ditutup dengan kebahagiaan. Penonton merasakan peranan katarsis, dimana rasa pembersihan jiwa dan emosinya muncul saat menonton film tersebut. Lalu, fantasi muncul dengan memposisikan diri penonton sebagai pemeran tersebut yang didukung dengan adanya simulasi. Dari fantasi, muncul rasa kepuasan yang menghadirkan sisi hiperealitas di dalam diri penonton, yaitu dengan mengimajinasikan dan menginginkan kisah cintanya. Bahkan ada yang mempraktekkan adegan-adegan dalam film drama cinta dongeng tersebut. Kehadiran hiperrelitas inilah yang membuat para penonton mencampur adukkan antara kenyataan dan imajinasi yang berujung pada suatu kebutuhan.

Drama of Fairy tale love movie vary in its stories from time to time, from childhood tale to movies which depict love life with its conflicts and happy ending struggle. This drama of fairy tale love movie has its own audience which mainly female. This research provide explanations about how the catharsis and hypereality process exists in audience's selves when they watch the drama of fairy tale love movie. This research uses qualitative approach and post constructivist paradigm.
This research results that, drama of fairy tale love movie bring out various emotions in their stories and end happily. Audieces experience chatarsis' role, where the purgation of their soul and emotion appear. Then, fantasy arise by positioningthe audience as the cast, which is supported by the simulation. Fantasy cause satisfaction which bring out hyperreality in audiences' selves, by imagining and wanting their own love story. Some audiences even act out the scenes from the film. The presence of hyperreality is what makes the audience confuses between reality and imagination that pointed to a need.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roh, Jung Ju
"Dongeng merupakan cara untuk mengamati dan memahami keragaman budaya serta agama. Tesis ini membahas perbandingan tipe Cinderella Korea dan Indonesia, yaitu dongeng Kongjwi Patjwi dari Korea dan Ande-Ande Lumut dari Indonesia dengan tujuan memaparkan kemiripan dan kekhasan kedua dongeng serta menjelaskan kebudayaan masyarakat Korea dan Indonesia melalui kedua dongeng tersebut. Penelitian kualitatif ini menggunakan perspektif struktural, yang dihubungkan dengan teori struktur fungsi dan motif Vladmir Propp. Dengan membandingkan kedua dongeng, ciri khas masing-masing dongeng Korea dan Indonesia dapat ditemukan karena adanya persamaan dan perbedaan kebudayaan kedua negara. Selain itu, tesis ini menemukan simpulan bahwa kedua dongeng dipengaruhi agama serta kepercayaan masyarakat setempat serta pengaruhnya terhadap versi murni dan tambahan dalam cerita. p.p1 margin: 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px; font: 12.0px Helvetica.

Folktale is a way to observe and understand the diversity of culture and religion. This research is about the comparative study on Cinderella Type Kongjwi Patjwi from Korea and Ande Ande Lumut from Indonesia with the aim of describing their similarity and peculiarity, and also to reveal their structural characteristics and motive. This qualitative research uses structural persepective that related to Vladmir Propp structural characteristics theory. The type of Cinderella tales of Korea and Indonesia are confirmed by an important similarity on the level of motive and structural persepective although tipe Cinderella Antti Thompson didn rsquo t have itu. However, the tales of both countries are estimated to be generated against the religioin, culture, and backgrounds.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsella Nola Tilaar
"Penelitian ini membahas kalimat majemuk yang terdapat dalam dongeng Hӓnsel und Gretel karya Gebrüder Grimm. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan tinjauan pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan jenis-jenis kalimat majemuk yang terdapat dalam dongeng Hӓnsel und Gretel yang dikaitkan dengan teori jenis-jenis kalimat majemuk milik Duden (2006) serta membuktikan penggunaan kalimat majemuk dalam dongeng Hӓnsel und Gretel dengan teori Hulit dan Howard (1997) mengenai perkembangan bahasa pada anak usia sekolah dalam rentang usia dari 6 sampai 12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kalimat majemuk yang ditemukan dalam Hӓnsel und Gretel adalah kalimat majemuk setara dan bertingkat. Kalimat majemuk setara lebih mendominasi dibandingkan dengan kalimat bertingkat. Terdapat 126 kalimat majemuk setara, sedangkan kalimat majemuk bertingkat ditemukan sebanyak 102 kalimat. Berdasarkan teori Hulit dan Howart (1997), anak usia 6 sampai 12 tahun sudah mampu memahami penggunaan kalimat majemuk, yang di dalamnya menggunakan konjungsi yang kompleks.

This study discusses the compound sentences found in the fairy tales, which is called Hӓnsel and Gretel written by Gebrüder Grimm. This study uses both qualitative and quantitative methods with a literature review approach. This purposes of this study is to explain the types of compound sentences found in the Hӓnsel and Gretel fairy tale associated with Duden's (2006) theory of compound sentence types and to prove the use of compound sentences in the Hӓnsel and Gretel fairy tale with Hulit and Howard's (1997) theory of language development in school-age children spanning from 6 to 12 years. The results of this study showed that the types of compound sentences found in Hӓnsel and Gretel are compound-equivalent sentences and compound-complex sentences. Compound-equivalent sentences dominate more than compound-complex sentences. There are 126 compound-equivalent sentences, while 102 compound-complex sentences are found. Based on the theory of Hulit and Howart (1997), children aged 6 to 12 years are able to understand the use of compound sentences, which use complex conjunctions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar Daffa Faturachman
"Penelitian ini menggunakan teori fraseologi dan keterbacaan pada anak jenjang sekolah dasar di Jerman untuk menganalisis dongeng Grimm bersaudara yang berjudul Die Bremer Stadtmusikanten. Dalam menganalisis, penulis menggunakan metode kualitatif seperti metode studi pustaka dan deskriptif. Untuk tingkat keidiomatisan frasem digunakan teori Burger. Tingkat keterbacaan dianalisis menggunakan metode kuantitatif, dengan formula Flesch (1949) yang sudah diformulasikan ulang oleh Amstad (1978). Dari tiga belas rangkaian kata yang ditemukan dalam dongeng ini, semuanya memenuhi kriteria polileksikalitas dan keajekan sehingga bisa disebut frasem. Hanya sebelas frasem yang memenuhi kriteria keidiomatisan, sepuluh buah idiom penuh dan satu buah idiom sebagian, sedangkan dua buah idiom lainnya berbentuk kolokasi. Berdasarkan tahap kemampuan membaca Chall (dalam Thorne, 1991) anak pada sekolah dasar banyak mengalami kesalahan saat membaca teks yang mengandung idiom. Banyaknya penggunaan idiom penuh dalam teks Die Bremer Stadtmusikanten menjadikan dongeng ini tidak cocok dibaca oleh anak  dari kelas 1 sampai 2 sekolah dasar. Selain itu, berdasarkan keterbacaannya dongeng die Bremer Stadtmusikanten memiliki nilai rata-rata 72,22 sehingga dongeng ini tidak cocok dibaca oleh anak sekolah dasar  yang berada di rentang nilai keterbacaan 90-100
Research uses the theory of phraseology and readability for elementary school children in Germany in the Grimm brothers' fairy tale entitled Die Bremer Stadtmusikanten. In analyzing, the writer uses qualitative methods such as literature study and descriptive methods. For the level of phrase idiomaticity, Burger theory is used. The level of readability was analyzed using quantitative methods, with the Flesch formula (1949) reformulated by Amstad (1978). From thirteen words sequences contained in this fairy tale, all of them meet the polylexical and regularity criteria so that they can be called phrases. Only eleven phrases meet the idiomatic criteria, ten full idioms and one partial idiom, while the other two idioms are in the form of collocations. Based on the level of reading ability Chall (in Thorne, 1991), children in elementary school experience a lot of errors when reading texts that contain idioms. The many uses of complete idioms in the text of Die Bremer Stadtmusikanten make this fairy tale unsuitable for reading by children in grades 1 to 2 of elementary school in Germany. In addition, based on the readability of the fairy tale, Die Bremer Stadt Musikanten has an average score of 72.22 so that this fairy tale is not suitable for reading by elementary school children who are in the range of readability scores of 90-100."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rijal Bahtiar
"Animation movies have become one of the most popular genres in cinema, with fairy tale adaptations being a particularly common theme. Most animated movies avoid the serious genre because they think children are not ready to understand the topic. However, there is a growing need to explore how animated films can address serious themes in a way that is accessible to children. In Puss in Boots: The Last Wish (2022), a fairy tale adaptation story that has a theme about mortality is built upon how a character demonstrates his heroism just for seeking instant gratification until he deals with the problem of mortality, which slowly turns his life upside down and changes personality. This paper addresses the problem of how animated films can effectively portray complex issues like mortality. Applying textual analysis and Freud’s psychoanalytical approach, this paper concludes that the character Puss in Boots in Puss in Boots: The Last Wish (2022) demonstrates the psychological struggle of maintaining heroic values through the interplay of the Id, Ego, and Superego while facing mortality. Keywords: instant gratification, fairy-tale analysis, animation study, character analysis, Puss in Boots = Film animasi telah menjadi salah satu genre paling populer di sinema, dengan adaptasi dongeng menjadi tema yang sangat umum. Sebagian besar film animasi menghindari genre serius karena menganggap anak-anak belum siap memahami topik tersebut. Namun, ada kebutuhan yang semakin meningkat untuk mengeksplorasi bagaimana film animasi dapat mengangkat tema serius dengan cara yang dapat diakses oleh anak-anak. Dalam Puss in Boots: The Last Wish (2022), cerita adaptasi dongeng yang bertema tentang kematian dibangun berdasarkan bagaimana seorang karakter menunjukkan kepahlawanannya hanya untuk mencari kepuasan instan sampai dia menghadapi masalah kematian, yang perlahan mengubah hidupnya dan mengubah kepribadiannya. Karya ini membahas masalah bagaimana film animasi dapat secara efektif menggambarkan isu-isu kompleks seperti kematian. Dengan menerapkan analisis tekstual dan pendekatan psikoanalitik Freud, karya ini menyimpulkan bahwa karakter Puss in Boots dalam Puss in Boots: The Last Wish (2022) menunjukkan perjuangan psikologis dalam mempertahankan nilai-nilai kepahlawanan melalui interaksi Id, Ego, dan Superego saat menghadapi kematian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Puspayanti
"ABSTRAK. Skripsi mengetengahkan proses kedewasaan yang secara tersirat diperlihatkan oleh lima dongeng yang saya pilih, yaitu Aschenputtel, Bruederchen and Schwesterchen, Der Froschkoenig oder der eiserne Heinrich, dornroeschen, dan Schneewittchen. Proses ini baru terungkap setelah to_koh dan kejadian dalam dongeng melewati analisis simbolik. Untuk keperluan itu digunakan metode deskriptif dengan pen_dekatan psikologis. Skripsi memaparkan dongeng secara global meliputi batasan, ciri-ciri, dan fungsi dongeng dengan pe-nekanan fungsi psikologis, konsepsi Carl Gustav Jung mengenai proses kedewasaan yang disebutnya sebagai Individuasi, pengertian simbolisme, dan simbol-simbol yang dapat digali dari kelima dongeng tersebut. Individuasi adalah proses pengembangan dan realisasi diri menjadi individu sebagai pribadi yang utuh dan matang. Berhasil merealisasikan diri berarti berhasil menerima dan memadukan semua aspek dalam dirinya, negatif maupun positif, sadar maupun tak sadar. Pencapaian kedewasaan dalam lima dongeng disimbolkan dengan keberhasilan tokoh utama menjadi raja. menjadi raja berarti berhasil membina keharmonisan dengan diri, sesama, alam sekitar dan keagungan kuasa Sang Pencipta. Selain itu, juga ditunjukkan oleh kebahagiaan menempuh hidup perkawinan. Skripsi ditutup dengan kesimpulan bahwa simbolisme me_ngenai kedewasaan dalam dongeng erat kaitannya dengan fungsi psikologis dongeng bagi penemuan identitas diri dan pengem_bangan kualitas kemanusiaan seorang individu sebagai seorang pribadi yang utuh dan matang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10   >>