Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsyn Nabila Putri
"Selain berfungsi sebagai sarana hiburan, humor juga dapat dipergunakan sebagai sarana kritik sosial. Dalam sebuah tuturan, humor dapat diciptakan melalui pelanggaran Prinsip Kerja Sama. Penelitian ini menganalisis penggunaan humor sebagai sarana kritik sosial yang diciptakan melalui konteks dan pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam video animasi Tekotok berjudul Surat Izin Naik UFO Ft. King of Kutub. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-kuantitatif dengan pendekatan pragmatik dan pendekatan analisis wacana. Data penelitian berupa potongan transkripsi dari video animasi Tekotok berjudul Surat Izin Naik UFO Ft. King of Kutub dan hasil kuesioner. Penelitian ini menggunakan teori Konteks Cutting, teori Prinsip Kerja Sama Grice, dan Teori Relevansi Sperber dan Wilson. Penelitian ini menemukan terdapat tiga bentuk pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam video, meliputi maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Konteks yang ditemukan adalah konteks situasional, konteks latar belakang pengetahuan, dan ko-tekstual. Konteks pengetahuan latar belakang secara langsung memengaruhi tingkat pemahaman masyarakat terhadap humor dan kritik sosial dalam video. Kritik yang ditemukan berupa kritik terhadap proses birokrasi yang lama, rumit, kinerja pelayan publik yang tidak jujur, dan kritik terhadap perilaku buruk masyarakat berkaitan dua masalah sebelumnya.

Besides functioning as a means of entertainment, humor can also be used as a tool for social criticism. In a discourse, Humor can be created by violating the Cooperative Principle. This research analyzed the use of humor as a tool for social criticism created through the context and violation of the Cooperation Principle in Tekotok's animation video entitled Surat Izin Naik UFO Ft. King of Kutub. This research used a qualitative-quantitative method with a pragmatic approach and a discourse analysis approach. The data used are a Tekotok’s animation video entitled Surat Izin Naik UFO Ft. King of Kutub and the survey's result based on the data. The theories used are Cutting’s Theory of Context, Grice’s Cooperative Principle, and Sperber and Wilson’s Theory of Relevance. This research found that there were three forms of violation of the Cooperation Principle in the video, including maxims of quality, maxims of relevance, and maxims of manner. The contexts found are situational context, background knowledge context, and co-textual. The background knowledge context directly influence the level of public understanding regarding the humor and social criticism in the video. The criticisms found are time-taking and complex permission administration process, dishonest performance of public servants, and criticism of the bad behavior of society regarding the two previous problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Martono Kalapadang
"Kasus ujaran kebencian di media sosial Indonesia tidak sedikit. Penelitian ini akan mengkaji salah satu kasus ujaran kebencian yang terjadi di tahun 2022, yaitu kasus yang menimpa EM. Pada saat karya ilmiah ini ditulis, kasus ini sudah naik ke tahap persidangan di pengadilan. EM didakwa menyatakan ujaran kebencian terhadap masyarakat yang ada di Kalimantan dengan frasa "tempat jin buang anak". Jenis kajian penelitian adalah deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini bersumber dari YouTube yang dikelola oleh EM sendiri. Penelitian ini untuk mengungkapkan apakah ujaran EM “tempat jin buang anak” dapat dikategorikan sebagai ujaran kebencian atau tidak berdasarkan Pasal 156 KUHP dan Pasal 45A ayat (2) dalam UU RI No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. Peneliti menggunakan teori tindak tutur, konteks pertuturan, dan analisis wacana untuk membuktikan ujaran EM tersebut. Berdasarkan analisis tindak tutur, konteks pertuturan, dan analisis wacana, EM dapat dinyatakan melakukan ujaran kebencian berdasarkan Pasal 156 KUHP karena memenuhi semua unsur yang dipaparkan dalam undang-undang tersebut. Namun, EM tidak dapat dinyatakan melakukan ujaran kebencian berdasarkan Pasal 45A ayat (2) dalam UU RI No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE karena salah satu unsur wajib tidak memenuhi. Unsur yang tidak memenuhi tersebut adalah semua pernyataan EM tidak ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian kepada masyarakat Kalimantan. Selain itu, pernyataan EM juga tidak ditujukan untuk menimbulkan permusuhan kepada masyarakat Kalimantan.

There are many cases of hate speech on Indonesian social media. This study will examine one of the cases of hate speech that occurred in 2022, namely the case that befell EM. At the time this scientific paper was written, this case had already reached the stage of trial in court. EM was charged with expressing hatred towards the people in Kalimantan with the phrase "tempat jin buang anak". The type of research study is descriptive qualitative. The object of this research is sourced from YouTube which is managed by EM himself. This research is to reveal whether the EM utterance “tempat jin buang anak” can be categorized as hate speech or not based on Pasal and Pasal 45A ayat (2) dalam UU RI No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. The researcher uses speech act theory, context of speech, and discourse analysis to prove the EM utterances. Based on the analysis of speech acts, context of speech, and analysis of discourse, EM can be declared to have committed hate speech in Pasal 156 KUHP because it fulfills all the elements described in the 2 law. However, EM cannot be declared to have committed hate speech on Pasal 45A ayat (2) dalam UU RI No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE because one of the mandatory elements does not fulfill. The element that does not fulfill this is that all of EM's statements are not intended to cause hatred for the people of Kalimantan. In addition, all of EM's statements are also not intended to cause hostility to the people of Kalimantan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Jaka Wali
"Perkembangan humor dalam bentuk Stand Up Comedy (SUC) sudah berkembang pesat di Indonesia. Dalam sebuah tuturan pada SUC, humor dapat diciptakan melalui pelanggaran prinsip kerja sama. Penelitian ini menganalisis pembentukan humor yang diciptakan melalui konteks dan pelanggaran prinsip kerja sama dalam video SUC berjudul Kiper Cadangan (KC) dan Main Bola ke Jeddah (MBJ). Analisis wacana humor SUC ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis wacana dan pendekatan pragmatik. Data penelitian berupa transkripsi dari video KC dan MBJ. Penelitian wacana humor sepak bola ini menggunakan teori konteks Cutting dan teori prinsip kerja sama Grice. Sebagai hasil penelitian ini, ditemukan empat bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dalam video, yang meliputi pelanggaran terhadap maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Konteks yang ditemukan adalah konteks situasional, konteks latar belakang pengetahuan, dan konteks ko-tekstual.

The development of humor in the form of Stand Up Comedy (SUC) has rapidly progressed in Indonesia. In a discourse within SUC, humor can be created through the violation of the principle of cooperation. This research analyzes the formation of humor created through context and violations of the principle of cooperation in SUC videos titled Kiper Cadangan (KC) and Main Bola ke Jeddah (MBJ). The analysis of SUC humor discourse employs a qualitative method with a discourse analysis approach and a pragmatic approach. The research data consists of transcriptions from the KC and MBJ videos. This discourse analysis of soccer humor research utilizes Cutting's context theory and Grice's cooperative principle theory. As a result of the research, four forms of violations of the cooperative principle were identified in the videos, including violations of the maxim of quantity, maxim of quality, maxim of relevance, and maxim of manner. The identified contexts include situational context, background knowledge context, and co-textual context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Dillon
"Studi eksplorasi ini bertujuan untuk melihat kemungkinan konstruksi arsitektur dengan basis lalu lintas informasi sebagai generator spasialnya. Studi ini mengusulkan pendekatan alternatif terhadap potensi arsitektur sebagai medium terjadinya lintasan informasi sebagai data dengan memanfaatkan paradigma desain komputasi dan ekologi. Melalui perspektif ini, arsitektur berbasis informasi dieksplorasi dalam konteks virtualitas fisik, yaitu menjahit skenario hubungan fisik-digital dalam gagasan multiruang. Berbasis pada gagasan logistik konteks, lingkung bangun menjadi sebuah kolektivitas. Hal ini dimungkinkan dengan pengelolaan informasi berbasis algoritma melalui proses morfogenetik dalam sebuah konteks. Proses morfogenetik ini yang akan mematerialisasi arsitektur sebagai medium terjadinya lintasan informasi. Arsitektur yang tercipta merupakan sebuah entitas yang dapat beradaptasi dan beroperasi otonom karena berfokus pada sistem layanan dan suplai, sebuah logika alur dan vektor. Dengan demikian, arsitektur diposisikan kembali tidak hanya sebagai objek fisik, namun sebagai medium fisik-digital dengan basis lintasan informasi dan gagasan logistik konteks, melalui konstruksi algoritma.

This study explores the potential of constructing architecture with information flow as its spatial generator. The study proposes an alternative approach to the potential of architecture as a medium for the information flow by leveraging computational design and ecological paradigms. From this perspective, information-based architecture is explored within the context of real virtuality, interweaving physical-digital relationship scenarios in a multispace concept. Based on the idea of logistic of context, the built environment becomes a collectivity. This is enabled by the management of information through algorithmic processes in a morphogenetic context. This morphogenetic process will materialize architecture as a medium for the occurrence of information flow. The resulting architecture is an entity that can adapt and self-organising because it focuses on systems of service and supply, guided by a logic of flow and vectors. Thus, architecture is repositioned not only as a physical object but as a physical-digital medium, based on information flow and the concept of contextual logistics, through algorithmic construction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardilla Dinaresty
"Gelombang budaya Korea Hallyu dewasa ini merupakan fenomena yang telah menyebar di dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal ini membawa dampak yang cukup signifikan dalam berbagai bidang, salah satunya bahasa. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai konteks sosial yang berperan terhadap individu yang belajar bahasa Korea. Dengan menggunakan metode kualitatif berupa wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini dilakukan kepada individu pembelajar bahasa Korea di Lembaga Korean Cultural Center KCC Indonesia dan Konsa Korea-Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konteks sosial perkembangan kebudayaan Korea di Indonesia berperan pada keputusan individu untuk belajar bahasa Korea. Keputusan individu ini juga termasuk dalam proses komodifikasi, konsumerisme dan komoditas fetishisme.

The Korean Culture Wave Hallyu nowadays is a spreading phenomenom around the world, especially in Southeast Asia Indonesia included. This phenomenom brought significant influence in many fields, including language. This research describes the social contexts that affect individual taking Korean language course. Using qualitative methods which are in depth interview and observation, this study uses sample from students from Korean Cultural Center KCC Indonesia and Konsa Language Course Institute as participant. Result from this study shows that social contexts, such as Korean culture development in Indonesia, influences the participant rsquo s decision also get affected by other factors such as commodification process, consumerism, and commodity fetishism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Saputra
"Humor merupakan bentuk ekspresi yang digunakan untuk mencairkan suasana. Sebagai bentuk komunikasi, humor dapat terbentuk dari adanya perbedaan konteks dalam tuturan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjelaskan pembentuk humor pada media sosial X. Data penelitian ini berupa lima belas cuitan yang diunggah oleh akun X @plisitin selama periode Juni hingga Agustus 2024 dan disukai minimal seribu kali. Untuk mencapai tujuannya, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teori ketidaksejajaran Curcó (1997) dan teori konteks Cutting (2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa humor pada akun X @plisitin terbentuk karena adanya perbedaan konteks yang terdapat dalam cuitannya. Adapun konteks yang ditemukan adalah konteks situasional, konteks latar belakang, dan konteks ko-tekstual.

Humor is a form of expression used to release tension. Humor can be formed from different contexts in speech as a form of communication. This study aims to examine and explain the formation of humor on X social media. The data of this study are fifteen tweets uploaded by X's account @plisitin from June to August 2024 and liked at least one thousand times. To achieve its goal, this research uses a qualitative descriptive approach. The theories used to analyze the data in this study are Curcó's (1997) incongruity theory and Cutting's (2002) context theory. The results show that humor in @plisitin's X account is formed due to the different contexts contained in the tweets. The contexts found are situational context, background context, and co-textual context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Saputra
"Humor merupakan bentuk ekspresi yang digunakan untuk mencairkan suasana. Sebagai bentuk komunikasi, humor dapat terbentuk dari adanya perbedaan konteks dalam tuturan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjelaskan pembentuk humor pada media sosial X. Data penelitian ini berupa lima belas cuitan yang diunggah oleh akun X @plisitin selama periode Juni hingga Agustus 2024 dan disukai minimal seribu kali. Untuk mencapai tujuannya, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teori ketidaksejajaran Curcó (1997) dan teori konteks Cutting (2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa humor pada akun X @plisitin terbentuk karena adanya perbedaan konteks yang terdapat dalam cuitannya. Adapun konteks yang ditemukan adalah konteks situasional, konteks latar belakang, dan konteks ko-tekstual.

Humor is a form of expression used to release tension. Humor can be formed from different contexts in speech as a form of communication. This study aims to examine and explain the formation of humor on X social media. The data of this study are fifteen tweets uploaded by X's account @plisitin from June to August 2024 and liked at least one thousand times. To achieve its goal, this research uses a qualitative descriptive approach. The theories used to analyze the data in this study are Curcó's (1997) incongruity theory and Cutting's (2002) context theory. The results show that humor in @plisitin's X account is formed due to the different contexts contained in the tweets. The contexts found are situational context, background context, and co-textual context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Yosua Adrian
"Penelitian ini merupakan penerapan metode kuantitatif Sauvet dkk. 2009 untuk menunjukkan konteks budaya penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas berdasarkan statistik frekuensi dan persebarannya dalam kawasan. Data statistik pada kawasan-kawasan seni cadas etnografi menurut metode tersebut menunjukkan konteks budaya totemisme, shamanisme, dan kehidupan sehari-hari. Data penelitian ini adalah 86 gambar yang terdiri dari 17 motif binatang pada 10 gua di Kabupaten Maros, 13 gua di Kabupaten Pangkep, dan dua gua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode kuantitatif Sauvet dkk. 2009 dapat digunakan pada kawasan seni cadas prasejarah Sulawesi Selatan. Penerapan metode tersebut menunjukkan bahwa penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan menunjukkan konteks budaya totemisme.

This study is the application of quantitative method that developed by Sauvet et al. 2009 for assessing the cultural context of animals depiction in rock art region based on statistical frequency and distribution. Statistic of etnographic rock art regions shows the cultural contexts of totemism, shamanism, and secular. Data of this study are 86 pictures which consists of 17 animal motifs in 10 caves in Maros district, 13 caves in Pangkep district, and two caves in Bone district, South Sulawesi. This study concluded that the method can be used on prehistoric rock art region of South Sulawesi. The depiction of animals motifs in South Sulawesi rock art shows the cultural context of totemism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T47452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Mariani Parawisata
"Penelitian ini bertujuan menganalisis : (1) implementasi kebijakan Pengungkapan Aset Sukarela Dengan Tarif Final (PAS Final) di Indonesia, (2) tantangan Direktorat Jenderal Pajak atas implementasi kebijakan PAS Final, dan (3) kelebihan dan kekurangan implementasi PAS Final di Indonesia. Pendekatan penelitian ini adalah post positivist, metode kualitatif, pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kebijakan PAS Final yang merupakan rangkaian dari Undang-Undang Pengampunan Pajak, diimplementasikan secara sukarela dan tanpa berbatas waktu sepanjang Direktorat Jenderal Pajak belum melakukan pemeriksaan. Tantangan Direktorat Jenderal Pajak atas implementasi PAS Final adalah bagaimana mendorong Wajib Pajak secara sukarela bersedia mengungkapkan harta yang belum diungkapkan dan ketidaktersediaan data atas indikasi ketidakpatuhan yang menyebabkan aparat pajak kesulitan dalam menetapkan sasaran Wajib Pajak yang berpotensi ikut PAS Final, termasuk peningkatan pengawasannya. Dalam implementasinya, kebijakan ini kurang direspon oleh Wajib Pajak yang tercermin dari jumlah partisipasi peserta PAS Final yang rendah. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam kebijakan ini, perlu dilakukan peningkatan pengawasan  oleh Account Representative dengan memanfaatkan basis data pajak hasil Tax Amnesty dan hasil pertukaran data dengan pihak ketiga secara maksimal. Selain itu, juga dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak  seperti Direktorat Jenderal Pajak, Badan Kebijakan Fiskal, Otoritas Jasa Keuangan dan pemerintah pada umumnya dalam perannya masing-masing antara lain mendeteksi ketidakpatuhan, mereview kembali perlunya penetapan batas waktu implementasi PAS Final, menetapkan peraturan-peraturan perpajakan yang memperluas akses otoritas pajak dalam memperoleh informasi keuangan, penentuan batas transaksi tunai dan pembaruan sistem administrasi pajak yang perlu ditindaklanjuti dan dikembangkan.

This thesis aims to analyze : (1) the implementation of Voluntary Asset Disclosure At Final Rates (Pengungkapan Aset Sukarela Dengan Tarif Final/PAS Final) policy in Indonesia, (2) the Directorate General of Taxation (DGT)'s challenge in implementing PAS Final, and (3) the advantage and disadvantage of PAS Final. This thesis used post positivist approach, qualitative method, data collection technique using in-depth personnel interview. The results showed that PAS Final policy, which is a series of the Tax Amnesty Law, is voluntary and implemented without time limit, as long as DGT hasn't conducted tax audit yet. The DGT's challenge in implementing PAS Final is how to encourage taxpayer to voluntarily disclose his less disclose asset and unavailability of data on indications of non-compliance has caused tax office has difficulty in setting targets of potential taxpayers who have to participate in PAS Final policy, including the increasing of supervision. PAS Final policy has poor response by the taxpayer, which was reflected in the low number of taxpayer participation. To encourage public participation in this policy, it is necessary to increase Account Representative supervision by maximizing the utilization of Tax Amnesty database and the results of data exchange with third parties. In addition, cooperation with various parties such as DGT, the Fiscal Policy Agency (BKF), the Financial Services Authority (OJK) and the government in their respective roles, detecting non-compliance, reviewing the need to set deadline of PAS Final, establishing tax regulations that increase tax authorities access in obtaining financial information, determining cash transaction limits and updating the tax administration system that needs to be followed up and developed. "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T51752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodora Prabarini
"Penelitian mengenai interferensi pada pemilihan kata sapaan orang kedua tunggal bahasa Jerman dilakukan di FSUI, Jakarta, pada bulan Oktober 1987 sampai Januari 1988. Penelitian ini dilakukan guna melihat kecenderungan interferensi yang dilakukan responden dalam memilih bentuk kata sapaan orang kedua tunggal Bahasa Jerman. Selain itu juga diteliti pengaruh latar belakang sosial budaya seorang penutur yang mempelajari bahasa asing, terutama segi-segi semantis. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner/angket yang disebarkan baik secara langsung maupun tak langsung. Dari penyusunan kuesioner, penarikan sampel sampai pengolahan data juga dijelaskan.
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa responden memang sering merancukan pemilihan kata sapaan orang kedua tunggal bahasa Jerman. Interferensi tersebut terlihat ketika responden bertutur sapa baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi kepada kawan bicara yang status sosialnya bervariasi. Penyebab terjadinya interferensi tersebut karena (1) Latarbelakang sosial budaya yang berbeda (2) Kemultibahasaan responden (3) Kurang mengenalnya sistem budaya bahasa asing yang dipelajari (4) Masih sedikitnya pemahaman bahasa asing yang dipelajari."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>