Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ansori
"Dengan adanya permintaan Singapura akan pasir Indonesia memicu maraknya penambangan pasir di wilayah kepri untuk dijual baik legal maupun ilegal ke negara Singapura. Secara ekonomi maupun secara keamanan negara Indonesia dirugikan akibat penjualan pasir tersebut ke Singapura.
Penelitian ini bertujuan : (I) Mendiskripsikan dan menjelaskan terjadinya penambangan pasir taut dan darat di Kepulauan Riau ; (2) Mengukur berapa banyak pasir yang dijual secara illegal ke Singapura ; (3) Mengestimasi dampak penambangan pasir laut dan darat di pantai terhadap Ketahanan Wilayah Provinsi Riau.
Metode yang digunakan adalah observasi langsung ke tempat melalui wawancara kepada masyarakat di lokasi dengan metode triangulasi serta menganalisis dokumen - dokumen yang ada pada instansi - instansi terkait.
Hasil penelitian menunjukkan : (1) Penjualan pasir galian ke Singapura dimotivasi oleh kebutuhan Singapura untuk pembangunan dan reklamasi perluasan pantai. Masyarakat di Kepulauan Riau dimotivasi oleh menghilangkan pengangguran dan kemiskinan. Pemerintah Daerah Riau dimotivasi oleh. adanya peluang meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). Pengusaha mendapatkan keuntungan usaha ; (2) Terdapat sekitar 120.000 ton pasir darat per bulan yang diekspor ke Singapura dengan harga jual Sin $ 6.5 - Sin S 15 per ton ( 1 m3 = 1,2 ton) ; (3) Dampak terhadap keutuhan wilayah Kepulauan Riau ialah kerusakan lingkungan, tergangunya pelayaran Taut, dalam hal lain Pendapatan Asli Daerah ( PAD) meningkat

A lot of sea and land sand mining in Riau Islands has triggered legal and illegal sand selling to Singapore. Indonesia has some losses not only in terms of economics aspect but also in its national security, because of the sand selling to Singapore.
The objective of the research are : (1) Describing and explaining the sea and land sand mining in Riau Islands ; (2) Measuring how much sand has been sold illegally to Singapore : (3) Estimating the effect of sea and land mining on shores in term of Riau Province Territory Defense.
The method to be used is a direct observation to the location by interviewing people in the location using method of triangulation and analyzing documents at related institutions.
The research result shows that: (1) the sand selling to Singapore is motivated by the Singapore's need of development and reclamation of shore extension. People in Riau Islands are motivated to eradicate unemployment and poverty. Riau government is motivated by the opportunity to increase its GDP (Gross Domestic Products). The businessmen get their company profit ; (2) There is about 120.000 ton land sand per month which is exported to Singapore worth Sin $ 6.5 - Sin $ 15 per ton (1 m3 = 1.2 ton ) ; (3) The effect on the existence of Riau Islands is The environmental damage and the disturbance on sea traffic. On the other hand, GDP is increasing."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ansori
"Bayi umur 4 - 6 bulan mulai mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-AS1) secara bertahap, disamping masih tetap mendapat ASI. Pada masa ini kekebalan anak yang didapat secara pasif dari ibunya mulai menurun, sementara bayi mulai mendapatkan makanan yang kurang mencukupi dari kebutuhannya. Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi KEP pada bayi lebib dari 15% berdasarkan indeks status gizi (BB/U). Hal ini menunjukkan bahwa masalah gizi pada bayi merupakan hal yang serius yang perlu segera ditangani.
Penelitian ini menganalisis data sekunder dari Penelitian " Pola menyusui, Usia penyapihan dan Pemberian MP-ASI dalam Kaitannya dengan Status Gizi Batita (6 - 36 bulan) Di Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Mir Sumatera Selatan Tabun 2001". Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh tentang kekuatan hubungan umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi. Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang). Sampel adalah bayi umur 6 - 12 bulan yang mendapatkan ASI. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dan multivariat_
Hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi KEP sebesar 20,7%, rata-rata umur pemberian MP-ASI 3,8 bulan, sedangakan bayi yang diberi MP-ASI < 4 bulan sebesar 31,0%. Asupan energi dari rata-rata 764 kkal sedangkan asupan protein 16 gr. Dari basil analisis multivari.at didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi umur 6 - 12 bulan. Bayi yang mendapatkan MP-ASI pada umur < 4 bulan kemungkinan akan mengalami risiko gizi kurang 5,2251 kali dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MP-ASI pads mnur 4 - 6 bulan setelah dikontrol oleh asupan energi. Ternyata asupan energi berperan sebagai confounder, atau mempunyai pengaruh dalam meningkatkan hubungan umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi.
Untuk meningkatkan status gizi bayi maka perlu dilakukan peningkatan pelaksanaan monitoring pertumbuhan melalui kegiatan UPGK di posyandu, selain itu kepada ibu menyusui hams diupayakan untuk tidak memberikan makanan prelakteal dan memberikan MP-ASI dini, karena bila sudah mendapat makanan prelakteal dan IvfP-ASI yang diberikan pada umur < 4 bulan bisa merugikan bayi. Petugas kesehatan berperan penting dalam memberikan pendidikan/konseling terhadap ibu hamil tentang manajemen laktasi. Agar bayi dapat memenuhi kebutuhan gizinya perlu dikembangkan makanan lokal melalui pelatihan pembuatan makanan lokal yang memenuhi syarat gizi dan cita rasa.

The Relationship between the First Age of Introducing Complementary Feeding with Nutritional Status of Babies aged 6 - 12 Months at Pedamaran Subdistrict Ogan Komering Ilir District South Sumatera in 2001Babies aged 6 -12 months begins to get complemernary feeding gradually while still breast feeded. In this age, baby immunity which was received passively from his mother decreases, while he begins to receive an inadequate food. Several researches show that protein energy malnutrition (PEM) prevalence to babies is more than 15% based on nutritional status index (Weight/Age). This shows that baby nutrition remains serious matter to overcome.
The research analyzes secondary data obtained from the previous research titled "Breast feeding pattern, weaning age and complementary feeding in relation to the nutrition status of baby under three years ( 6 - 36 months) at Pedamaran Subdistrict, Ogan Komering Ilir District, South Sumatera in 2001". This research purpose is to obtain the relational strength between the first age of introducing complementary feeding and nutritional status of babies 6 - 12 months. This research uses cross sectional design, through univariat, bivariat, and multivariate analyses. Samples are baby aged 6 - 12 months who received Breast milk
The research result shows that Protein Energy Malnutrition (PEM) prevalence is 20,7%, mean of ages introducing complementary feeding is 3,8 months, mean of babies of age of introducing complementary feeding < 4 months is 31,0%, mean of energy intake is 764 kkal, and mean of protein intake is 16 gr. Multivariate analysis shows that there is significant relationship between first age of introducing complementary feeding and nutritional status of infant age 6 -12 months. Babies who received complementary feeding <4 months possible might experience with under nutrition (Weight/Age) risk more than 5,2251 than babies who received complementary feeding at 4 - 6 months of age after controlled by energy intake. Apparently, energy intake plays as confounder role, or has influence to increase the relationship between first age of complementary feeding and nutritional status of infants.
In order to improve baby nutritional status, there should be monitoring improvement through UPGK program at Posyandu. In addition, mother is expected not to administer prelacteal food and able to administer exclusive breast-feeding, because babies given prelacteal and administered of introducing complementary feeding at the age <4 months, they will be harmful. On the other hand there should be information given both to health officers and pregnant mothers about lactation management . In order to baby nutrient necessity, there should be it needs local/ordinary foods development through the training of local food production which fulfills nutrition condition and flavor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Ansori
"Risiko kegiatan usaha perbankan semakin kompleks sejalan dengan pesatnya perkembangan lingkungan ekstemal dan internal di dalam dunia perbankan. Untuk itu agar mampu beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan, bank dituntut untuk mencrapkan manajemen risiko. Sesuai dengan Amendment terhadap Basle Capital Accord (BCA) 1988 yang dikeluarkan oleh The Basle Committee on Banking Supervision pada bulan Januari 1996, perbankan diharapkan untuk memasukkan unsur risiko pasar dalam perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Dalam penelitian ini komponen risiko pasar yang dijadikan objek penelitian adalah risiko nilai tukar.
Sesuai dengan BCA tahun 1996, pengukuran risiko yang dihadapi bank dapat dilakukan dengan standardized approach ataupun menggunakan internal model. Untuk internal model Basle Accord mensyaratkan penggunaan Value at Risk (VaR) dalam penerapannya. VaR mengukur maksimum potensi kerugian yang diyakini akan terjadi pada kurun waktu tertentu, dengan tingkat keyakinan tertentu dan pada kondisi pasar yang normal.
Latar belakang penulisan karya akhir dengan judul Analisis Perbandingan Pengukuran Risiko Pasar Posisi Devisa Neto dengan Pendekatan Metode Standar dan Model Internal (VaR - Metode Varian Kovarian) adalah karena sejak diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia No.5/121PBI12003 bank wajib menghitung penyediakan modal minimum untuk mengcover risiko pasar dengan metode standar, yang salah satu faktor risikonya adalah risiko nilai tukar. Penyediaan modal khusus risiko nilai tukar dengan metode standar diperhilungkan sebesar 8% dari Posisi Devisa Neto bank. Perniasalahan yang timbul adalah bahwa penyediaan modal minimum bagi setiap bank diwajibkan menggunakan tarif yang sama yaitu 8%. Hal ini dapat mengakibatkan besarnya penyediaan modal (capital charge) dimaksud tidak tepat dibandingkan dengan kebutuhannya (terlalu besar atau bahkan terlampau sedikit). Dari sisi pengelolaan asset dan kewajiban (Assets and Liabilities Management) hal ini dapat merugikan bank, karena dapat mengakibatkan idle fund, atau sebaliknya justru membebani solvabilitas bank akibat kerugian yang tidak terantisipasi.
Mengingat dalam BCA tahun 1996 perhitungan modal minimum risiko pasar dapat dimungkinkan dilakukan dengan model internal dengan pendekatan Value at Risk (VaR), dengan demikian timbul pertanyaan manakah dari kedua metode tersebut yang lebih efisien sehingga idle fluid yang timbul akibat peneadangan modal dan beban solvabilitas bank dimaksud dapat diminimalisir.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa efisien pengukuran risiko pasar khususnya nilai tukar dapat diestimasi oleh kedua metode tersebut dan manakah dari kedua metode dimaksud yang lebih balk untuk diterapkan dalam perhitungan modal minimum yang harus disediakan bank untuk mengcover potensi kerugian bank akibat fluktuasi nilai tukar.
Perhitungan capital charge dengan metode standar dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud, sedang perhitungan dengan model internal dilakukan dengan cara perhitungan Value at Risk dengan metode Varian Kovarian. Data yang menjadi bahan analisis adalah posisi nilai tukar PT Bank ABC yang terdiri dari 5 (lima) mats uang asing, yaitu GBP, EUR, USD, JPY dan SGD. Sementara periode yang digunakan dalam analisis ini adalah dari 1 Oktober 2003 sampai dengan 31 Oktober 2005, yaitu 508 hail. Khusus dalam perhitungan VaR , Confident level yang dipergunakan adalah 95% dan holding period selama 1 hari.
Berdasarkan hasil uji nonnalitas, dapat diketahui bahwa seluruh data series return setiap mata uang asing tersebut adalah tidak normal, sehingga nilai a yang diperhitungkan dicari dengan teori Cornish Fisher Expansion. Sementara itu, dari basil uji volatilitas data return seluruhnya merupakan heteroscedastic. Oleh karena itu forecasting volatilitas data mempergunakan model ARCH/GARCH.
Hasil perhitungan capital charge untuk portfolio mata uang PT Bank ABC dengan metode standar sebesar Rp2.951 juta jauh lebih besar dibanding jika menggunakan model internal (VaR) yaitu sebesar Rp297 juta. Sementara dan hasil pengujianvaliditas model internal VaR dengan Kupiec Test, metode Total Number of FaiIure(TNoF) terdapat kesalahan/failure sebanyak 20 (dua puluh) tanggal dan Likelihood Ratio sebesar 1,595 < 3,841 berdasarkan tabel chi square. Sementara itu untuk metode standar tidak dilakukan uji validasi karena angka 8% untuk perhitungan capital charge bersifat mandatory dari Otoritas Pengawasan Perbankan. Dengan demikian perhitungan capital charge menggunakan model internal jauh lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan metode standar.
Agar terjadi efisiensi penggunaan dana yang pada akhirnya akan lebih meningkatkan pertumbuhan usaha bank, maka penggunaan model internal (VaR) untuk keperluan penyediaan modal minimum bank terkait dengan risiko pasar perlu dipercepat. Namun apabila ketentuan Bank Indonesia telah dapat memperbolehkan bank menyediakan modal minimum dimaksud dengan perhitungan model internal (VaR) maka baik pihak Bank Indonesia yang akan berperan sebagai validator dan bank sebagai pelaksana penerapan model internal harus bersaina-sama mempersiapkan sumber daya manusia dan teknologi informasi untuk mengantisipasinya.

In line with the growing complexities of the banking activities, the nature of risks in banking industry are rapidly changing and becoming more difficult to,zesist. Taken into account of such risks, banks are increasingly encouraged to apply more prudent risk management Based on Basle Capital Accord which is issued by The Basle Committee on Banking Supervision in January 1996, as Amendment of Basle Capital Accord 1988, banks is expected to sufficiently cover the element of market risk for their calculation of Capital Adequacy Ratio (CAR).
Market risk is defined as a risk of loss on the entire portfolio held by the bank, which arise due to adverse movement of market variables. In our research, the particular component of market risk taken as research object is exchange rate risk.
According to Basle Accord (1996 Amendments), banks may develop and make use of internal systems or employ standardize approach as a basis of their assessment of market risk. In case of applying internal model, Basle Accord requires the bank to adopt Value at Risk (VaR) approach. VaR approach measures potential maximum loss of which may occur in certain holding period, particular level of confidence and normal market condition.
The motivation of the research, entitled "Comparative Analysis of the Measurement Of Market Risk of Foreign Exchange Net Open Position Using Standardized Method and Internal Model (VaR - Variance Covariance Method)", is related with the adoption of Bank Indonesia Regulation No. 51121PBll2003 which required the bank to provide adequate capital to cover market risk by using standardized method, pp rtieularly exchange rate risk as one of risk factors. Applying standardized method, the minimum amount of capital required to cover exchange rate risk is uniformly set at 8% of the Net Open Position posed by particular bank. This unifolnmity may create problems since it may not fairly reflect the actual risk should be covered by the banks (resulting in over/underestimate the calculation of minimum capital required to cover such a risk). From the Asset and Liabilities Management point of view, imprecise calculation of minimum capital may result in potential loss or opportunity profit forgone due to excessive idle fund. By contrast, it could also give extra burden to the bank in case bank's capital is not adequate to cover unanticipated loss.
Meanwhile, based on Basle Accord 1996, minimum capital requirement could be calculated using internal model (adopting VaR approach), it may be queried which method offers better estimate in terms of minimizing idle fund and realistically reflect actual risk.
The aim of this researsch is to measure how efficient market risk calculated using standardized method and internal model with VaR approach and which one of the two methods is better applied by bank to calculate minimum capital to cover potential loss of exchange rate volatility.
The calculation of capital charge using standardized method is based on Bank Indonesia regulation, while VaR (Variance-Covariance method) is adopted for internal model approach. Data used for the analysis are exchange rate position of PT Bank ABC consisted of 5 foreign currencies (GBP, EUR, USD, JPY, and SOD). The period of analysis is from 1 October 2003 to 31 October 2005 (508 days). For the calculation of VaR, 95% level of confidence is applied and holding period is set at one day.
Based on normality test, all of the series reveal non-normality, so the value of a should be calculated using Cornish Fisher Expansion. Meanwhile, our volatility tests showed that the entire data are heteroschedastic. Therefore, volatility forecast is conducted using ARCH 1 GARCH.
Using standardized method, capital charge for the currency portfolio of PT Bank ABC is amounted to Rp2.95 t million much higher compared to internal model (VaR) that is amounted to Rp297 million. The test on validity internal model using Kupiec Test showed that the model is valid because the Total Number of Failure (TNOF) is amounted to 20 failures and Likelihood Ratio is 1,595 < 3,841 list of chi square. Meanwhile for the standardized method is not tested for validity of the method because 8% as capital charge is provided by Banking Supervisory Authority. Therefore by using internal model in capital charge calculation is much more efficient comparing to using standardized method.
Concerning the efficiency in fund management, which in general may prudently boost the bank business, the inception of internal method for calculating market risk should be speed up. However, if Bank Indonesia permits the banks to adopt internal model for their own risk assessments, Bank Indonesia should review the use of such measurement regularly. In addition, it is important for the banking industry to continuously develop their human resources capacity and apply appropriate Information System Technology.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslim Ansori
"Dua model tax treaty yang banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai negara (acceptable) adalah UN Model dan OECD Model. Kedua model tersebut selaju dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Salah satu perkembangan OECD Model adalah asimilasi pasal 14 tentang independent personal Services ke dalam pasal 7 tentang business profit. Beberapa argumentasinya antara lain tidak ada perbedaan antara karakteristik penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi sebagaimana diatur dalam pasal 14 dengan penghasilan Wajib Pajak Badan yang diatur dalam pasal 7, pasal 14 tidak memberikan batasan yang jelas jenis kegiatan apa saja yang termasuk dalpjn pengertian pemberian jasa profesional, pasal 14 tidak jelas untuk individu atau juga dapat diberlakukan kepada badan, dan tidak ada perbedaan antara konsep permanent eslablishment yang digunakan sebagai kriteria pemajakan pada Pasal 7 dengan fixed base yan.% digunakan sebagai alat uji pemajakan pada Pasal 14.
Mengingat OECD Model merupakan salah satu acuan penting yang digunakan oleh banyak Negara dalam membuat tax treaty dengan negara lain, maka penulis meagangap perlu untuk melakukan kajian terhadap revisi OECD Model Tahun 2000 tersebut. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah apakah karakteristik penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai mana diatur dalam pasal 14 sama dengan penghasilan Wajib Pajak Badan yang diatur dalam pasal 7 OECD Model. Kemudian apa implikasinya terhadap hak pemajakan Indonesia jika tax treaty Indonesia mengikuti revisi OECD Model tersebut di atps. Metodologi yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Berdasarkan hasil pembahasan, maka disimpulkan bahwa karakteristik penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sebagaimana diatur dalam Pasal 14 dengan Penghasilan Wajib Pajak Badan seperti diatur dalam PasaJ 7 OECD Model memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya secara hakekat ekonomi merupakan peningkatan kemampuan ekonomi. Namun terminologi penghasilan digunakan untuk orang pribadi sedangkan terminologi laba digunakan untuk badan atau perusahaan. Dari aspek fax treaty, hak pemajakan negara sumber diuji melalui fixed place dan fixed base. Perbedaanya yang terjadi hanyalah perbedaan aspek teknis seperti atas nama pembayaran jasa, independensi pemberi jasa, dan lain-lain.
Pengaruh asimilasi Pasal 14 tentang independent personal Services ke dalam Pasal 7 tentang business profit menguntungkan bagi hak pemajakan Indonesia. Karena hak pemajakan menjadi lebih luas melalui alat uji BUT yang lebih variatif dan pemenuhan kewajiban perpajakan BUT di Indonesia yang disamakan dengan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri memberikan keuntungan bagi Indonesia dari aspek administratif dan dari aspek perluasan cakupan pajak yang dapat dikenakan. Alternatif lain, jika diterapkan dalam tax treaty Indonesia dapat dilihat berdasarkan ketentuan yang ada dalam Pasal independent personal Services dan Pasal furnishing of Services. Ketentuan tersebut dapat berbentuk time tesi, maupun persentase tertentu. Dampaknya bagi hak pemajakan Indonesia bisa menguntungkan, sama saja, dan merugikan.

Two tar treaty models, which various countries use as a reference, are the UN Model and OECD Model. Both models are always developed and improvedfrom time to time. One of the improvements is the assimilation of Article 14 op Independent Personal Service into Article 7 on Business Profit. Some arguments are as followings: there is no difference between the characteristics of “income” earns by a Person, as stated in Article 14, with “income” earns by Company, as stated in Article 7; Article 14 does not provide a clear limit on what type of activities included in the definition of professional Services; Article 14 is not clear to the individual or can it also be applied to Company, and there is no difference between the concept of Permanent Establishment, which is used as tar criteria in Article 7 with the Fixed Base concept which is used as a tarlool test in Article 14. Given the OECD Model is one of the important references used by many countries in making tax Treaty with other countries, the authors perceive the need to study the revision of the Year 2001 OECD Model. The objective is to find out whether the characteristic of Personal Income, stated in Article 14, is the same characteristic of Corporate Income, stated in Article 7. Then what would be the implication if Indonesia applied the tar treaty of revised OECD Model.
The methodology that will be used in this research is the study of literature. The result shows that there similarity and differences in the characteristics of Income. Both are essentially consideredas the increase of wealth. It use the terminology of Income for individual and Profit for corporate. From the tar Treaty aspect, the State has the rights to exercise through Fixed Place and Fixed Base. Other differences are more in to technical aspects such as differences in the name pf payment Services, independence of Service providers, etc.
The assimilation of Article 14 to the Article 7 gives Indonesia the advantages in exercising its rights, because it gives more rights and it does not recognize the tar-protected corporate income. If the tar treaty is applied in Indonesia, we have other alternatives stated in Independent Personal Services Article and Furnishing of Services Article. These provisions can be in the form of time test and percentage.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T25783
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Munib Ansori
"Skripsi sederhana ini menelisik seluk-beluk kelumpuhan kesyairan Arab pra Islam, dalam pertaliannya dengan sikap Nabi Muhammad Ibn Abdillah Saw terhadap syair. Bermula dari Muhammad yang dinobatkan jadi utusan Tuhan. Lalu ia tertibkan tradisi syair. Orientasi syair, yang dulunya menjunjung tinggi licentia poetica, diubah menjadi sangat ideologis-yakni untuk mengabdi pada Tuhan. Muhammad memberikan aksi (pembaharuan), sementara penyair status quo bereaksi (resistensi). Sebab itu muncul kubu-kubuan di level ahli sastra: penyair dakwah versus pujangga jahiliyah. Seiring menguatnya politik penetrasi dakwah sang Nabi, para sastrawan pro-dakwah dijadikan sekutu, dan yang melawan dianggap subversif. Maka sengitnya polemik sastra menjadi keniscayaan yang sumir. Lalu kelompok Muhammad menerapkan strategi unggul untuk menggapai kemenangan. Caranya, satu, meracik 'kubu sastra' dalam satu komando. Dua, gradual dan evolutif-seiring kemapanan dakwah. Tiga, adanya teks suci sebagai legitimasi 'ajaran langit'. Empat, pembinaan penyair. Dan lima, penguasaan politik. Kelima strategi itu terbukti efektif dalam menyudahi kemapanan sastra Arab pra-Islam. Ihwal ini sekaligus melukiskan betapa denyut sastra jahiliyah tak mampu mengelak dari dinamika politik dan gejolak kemajuan intelektual. Mulanya sastra Arab pra-Islam hanya berbentuk larva, kemudian jadi kepompong, lantas berwujud kupu-kupu cantik yang terbang bebas mengudara, hingga akhirnya dipeluk bumi...."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13278
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfi Gusliana Ansori
"ABSTRAK
Salah satu prinsip yang menjadi asas dari Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yang merupakan hukum positif dalam bidang perkawinan bagi bangsa Indonesia adalah kesadaran hukum agama dan keyakinan masing-masing warga negaranya. Hal ini tercermin dari pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yang berbunyi : Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
Ini berarti segala sesuatu yang menyangkut perkawinan bagi pemeluk agama Islam berlaku hukum Islam, termasuk didalamnya mengenai perkawinan yang terjadi diantara dua orang yang berbeda agama dan salah satunya beragama Islam, baik laki-laki maupun perempuannya. Perkawinan seperti itu lebih sering disebut sebagai Perkawinan Antar Agama.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kepustakaan dan lapangan.
Khusus mengenai Perkawinan Antar Agama ini bagi perempuan islam terdapat larangan mutlak, artinya bahwa bagi seluruh perempuan islam dilarang kawin dengan pria selain beragama Islam. Akan tetapi bagi laki-laki Islam ada pengecualiannya yaitu surat Al Maidah ayat 5. Sedangkan mengenai perkawinan antara laki-laki Islam dengan wanita Kitabiyah ada dua pendapat yang berbeda yaitu ada sebahagian ulama yang mengatakan bahwa perkawinan tersebut adalah halal dan ada sebahagian yang mengatakan bahwa perkawinan tersebut adalah haram.
Sebagian kesimpulan dapat diungkapkan bahwa perkawinan antar agama adalah merupakan perkawinan yang tidak disukai walaupun telah ada atau jelas dasar hukumnya didalam Al Qur'an."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachman Ansori
"Tujuan utama penelitian ini adalah untulc menganalisis pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dari tahun 1994 sampai 2006 yang antara lain dipengaruhi oleh pengeluaran pemcrintah, kredit perbankan dan angkatan kerja dengan menggunakan metode analisis data panel dcngan mengacu pada Model Solow yang dikembangkan oleh Ram Rati (1986), Data pertumbuhan ekonomi didasarkan pada data PDRB Kabupaten dan Kota di Provinsi NTB tahun 1994 sampai 2006 atas dasar harga konstan tahun 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi belanja pembangunan berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0,0067 terhadap permmbuhan PDRB Kabupaten dan Kota di Provinsi NTB. Peningkatan proporsi belanja pembangunan sebesar 1% absolute mdca PDRB akan bertuznbuh relative sebesar 0,0067% Selain itu proporsi knedit konsumsi terhadap PDRB juga berpengaruh positif dan signiiikan sebesar 0,0096 terhadap pertumbuhan PDRB. Peningkatan proporsi kredit konsumsi sebesar 1% absolute maka PDRB akan bertumbuh relative sebesar 0,0096%. Sedangkan pertumbuhan angkatan kenja berpengaruh positif dan signiflkan terhadap pertumbuhan PDRB sebesar 0,2685. Pertambahan angkatan kezja sebanyak 1% akan mendorong pertumbuhan PDRB sebesar 0,2685%. Proporsi bel ja pembangunan, proporsi krcdit konsumsi dan angkatan kexja merupakan faktor yang determinana mempengaruhi pertumbuhan PDRB Kabupaten dan Kota di Ptovinsi NTB selama tahun 1994 - 2006. Efek individu kabupaten dan kota dan efek waktu, jika diasumsikan variabel bebas yang tidak berubah maka pada Kabupaten Lombok Timur, Lombok Barat dan Sumbawa merupakan Kabupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan relatif yang tertinggi di Provinsi NTB bail: pada saat pelaksanaan otonomi daerah maupun sebelum otonomi daerah.
Hasil penelitian merekomendasikan agar proporsi belanja pembangunan, proporsi kredit modal kelja dan proporsi kredit investasi ditingkatkan nilainya guna mendomng pertumbuhan PDRB yang lebih berarti.

The focus of this research is to analyze economics growth of region and municipality in West Nusa Tenggara Province 1994 - 2006 which for example influenced by expenditure of local govemment, banking credit and labor force by using method analyse panel data relateed with Model of Solow developed by Ram Rati (1986). Growth of economics data based on data of GDRP Region and Municipality in West Nusa Tenggara Province for 1994 until 2006 on the basis of constant price of year 2000.
The result of research indicate that proportion of development spending have a positive eifect and significant in 0,0067 value to GDRP growth. Increwing of proportion spending development will have push increase of GDRP growth 0,0067%. ln addition to proportion of consume credit have a positive effect and signiicant to GDR? growth in 0,0096 value. Greating of consume credit proportion 1% absolute will progressively push increase of GDRP growth 0,0096%. The other estimation result indicate that growth of labor force have a positive effect and significant to GDRP growth. Individual effect and time effect of region and municipality evidence at Lombok Timur Region, Lombok Barat Region and Surnbawa Region owning highest growth level relative at the time of autonomy and at the time of outonomy before.
Result of research recommend proportion of development spending, proportion of working capital credit and proportion of investment credit improved by value of utilizing to push a signihcant of GDRP growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T33628
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Ansori
"Zeolit alam telah dimodifikasi menggunakan tandem asam-basa treatments untuk membentuk zeolit mesopori. Zeolit mesopori kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, EDX, AAS, dan BET. Pola XRD menunjukkan struktur zeolit terutama Mordenit. Setelah zeolit mengalami treatment, tidak ada perubahan yang signifikan dalam pola XRD zeolit. Hal ini menunjukkan bahwa struktur zeolit masih utuh. Analisis FTIR menunjukkan pergeseran bilangan gelombang dalam spektrum tandem asam-basa dari raw materialnya. Pergeseran terjadi pada vibrasi ulur -OH (3500 cm-1), tekuk OTO (1200 cm-1), tekuk OTO (850 cm-1), namun gugus utama zeolit masih ada setelah treatment asam-basa. Rasio Si / Al meningkat setelah proses dealuminasi. Ukuran pori rata-rata pada zeolit hasil treatment sebesar 2-50 nm. Hasil zeolit mesopori ZA2B1 dan zeolit impregnasi Co/ZA2B1 digunakan pada sintesis Asam Lemak Methyl Ester (FAME) dari Crude Palm Oil (CPO). Berdasarkan hasil yang didapatkan ZA2B1 dan Co/ZA2B1 dapat mengkonversi CPO menjadi FAME dengan %b/v masing-masing sebesar 2.264% dan 3.950%.

..Natural zeolite has been modified using acid-base tandem treatments to form a mesoporous zeolite. Mesoporous Zeolites then characterized using XRD, FTIR, EDX, AAS, and BET. The XRD pattern shows the structure of zeolites, especially mordenite. After the zeolite undergo treatment, there was no significant change in the XRD pattern of zeolite. This indicates that the structure of zeolite is still intact. FTIR analysis shows a shift wavenumber in the spectrum of acid-base tandem of raw material. The shift occurred in the OH stretching vibration (3500 cm-1), bend the OTO (1200 cm-1), bend the OTO (850 cm-1), but the main cluster of zeolite is still present after treatment of acid-base balance. Si/Al ratio increases after dealumination process. The average pore size of the zeolite results of treatment of 2-50 nm. Results ZA2B1 mesoporous zeolites and zeolite impregnation Co/ZA2B1 used in the synthesis of Fatty Acid Methyl Ester (FAME) of Crude Palm Oil (CPO). Based on the results obtained ZA2B1 and Co/ZA2B1 can convert the oil into FAME with% w/v respectively 2,264% and 3,950%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasan Ansori
"Aceh conflict is widely recognized as one of the most protracted and violent conflicts not only in Southeast Asia, but also in the globe. This study intends to look at the secessionist conflict from he social movement perspective, and specifically from the theoretical instrument of framing process. This study goes a little further by getting engaged with the strategic issue of Islam in the region. In lieu of commonly adopted macro and structural analysis of the conflict, this study methodologically instead applies micro and dynamic analysis of the conflict. In general, this study primarily argues that the framing strategy adopted by Free Aceh Movement (GAM) is clearly secular in nature, and/or far away from the Islam-nuanced religiosity and spirit. However; Islam is often exploited particularly for mass mobilization. The movement"s framing strategy mainly includes natural resources exploitation, ethnic-nationalist vision, universal value of self-determination, the history of Aceh Kingdom and human right violation.
"
Research and Development and Training Ministry of Religious Affairs of the Republic Indonesia, 2012
297 IJRLH 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Ansori
"Zeolit alam telah dimodifikasi menggunakan tandem asam-basa treatments untuk membentuk zeolit mesopori. Zeolit mesopori kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, EDX, AAS, dan BET. Pola XRD menunjukkan struktur zeolit terutama Mordenit. Setelah zeolit mengalami treatment, tidak ada perubahan yang signifikan dalam pola XRD zeolit. Hal ini menunjukkan bahwa struktur zeolit masih utuh. Analisis FTIR menunjukkan pergeseran bilangan gelombang dalam spektrum tandem asam-basa dari raw materialnya. Pergeseran terjadi pada vibrasi ulur -OH (3500 cm-1), tekuk OTO (1200 cm-1), tekuk OTO (850 cm-1), namun gugus utama zeolit masih ada setelah treatment asam-basa. Rasio Si / Al meningkat setelah proses dealuminasi. Ukuran pori rata-rata pada zeolit hasil treatment sebesar 2-50 nm. Hasil zeolit mesopori ZA2B1 dan zeolit impregnasi Co/ZA2B1 digunakan pada sintesis Asam Lemak Methyl Ester (FAME) dari Crude Palm Oil (CPO). Berdasarkan hasil yang didapatkan ZA2B1 dan Co/ZA2B1 dapat mengkonversi CPO menjadi FAME dengan %b/v masing-masing sebesar 2.264% dan 3.950%.

Natural zeolite has been modified using acid-base tandem treatments to form a mesoporous zeolite. Mesoporous Zeolites then characterized using XRD, FTIR, EDX, AAS, and BET. The XRD pattern shows the structure of zeolites, especially mordenite. After the zeolite undergo treatment, there was no significant change in the XRD pattern of zeolite. This indicates that the structure of zeolite is still intact. FTIR analysis shows a shift wavenumber in the spectrum of acid-base tandem of raw material. The shift occurred in the OH stretching vibration (3500 cm-1), bend the OTO (1200 cm-1), bend the OTO (850 cm-1), but the main cluster of zeolite is still present after treatment of acid-base balance. Si/Al ratio increases after dealumination process. The average pore size of the zeolite results of treatment of 2-50 nm. Results ZA2B1 mesoporous zeolites and zeolite impregnation Co/ZA2B1 used in the synthesis of Fatty Acid Methyl Ester (FAME) of Crude Palm Oil (CPO). Based on the results obtained ZA2B1 and Co/ZA2B1 can convert the oil into FAME with% w/v respectively 2,264% and 3,950%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>