Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Manuela
"Mutu pelayanan kefarmasian merupakan salah satu praktik standar kefarmasian untuk memberikan pelayanan yang baik dan tepat demi menyehatkan masyarakat. Pemastian akan pemenuhan mutu pelayanan farmasi klinik yang dilakukan dapat diperoleh dari evaluasi terhadap performa layanan kepada pasien serta kesesuaian obat dalam resep dengan formularium puskesmas. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas menjelaskan bahwa evaluasi mutu pelayanan kefarmasian merupakan hal yang wajib dilakukan sehingga penulisan laporan ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran mutu pelayanan di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Cakung sesuai dengan standar yang berlaku dan kesesuaian peresepan obat dengan formularium puskesmas serta merekomendasikan perbaikan pelayanan yang belum memuaskan. Penelitian dilakukan dengan studi literatur, observasi langsung kegiatan pelayanan di instalasi farmasi, survei melalui penyebaran angket ke pasien rawat jalan di ruang tunggu instalasi farmasi, mencatat daftar obat yang diresepkan dengan di formularium, dan berdiskusi dengan apoteker penanggung jawab. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa waktu tunggu pelayanan resep obat jadi diperoleh rata-rata selama 8,15 menit dan obat racikan 24,33 menit, persentase ketepatan pengkajian resep diperoleh sebesar 94,44% dan pemberian informasi obat 100%. Tingkat kepuasan pasien dinilai dari parameter fasilitas sebesar 93,33%, keandalan 97,77%, daya tanggap 100%, jaminan 100%, dan kepedulian 100%. Penulisan resep dengan formularium puskesmas juga sudah sesuai. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Cakung sudah sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian dan penulis merekomendasikan penambahan tenaga kerja di ruang apotek, pengkajian resep dengan lebih cermat, dan penyusunan tempat duduk yang rapi.

The quality of pharmaceutical services is one of the standard pharmaceutical practices to provide appropriate services to society. The fulfillment of the quality of clinical pharmacy services can be obtained from evaluating the performance of services to patients and the suitability of drugs in prescriptions with the formulary. Minister of Health 74 of 2016 Concerning Standards for Pharmaceutical Services at Community Health Centers explains that evaluation of the pharmaceutical services is mandatory, so this report aimed to evaluate the service quality at the Cakung Health Center in accordance with applicable standards, conformity of drug prescriptions to the formulary and to recommend service improvements. The research was done through literature studies, direct observation of service activities, questionnaires surveys to outpatients in the pharmacy waiting room, recording the list of prescribed drugs in the formulary, and discussion with the pharmacist in charge. The results of the evaluation showed the waiting time for prescription drug service was on average 8.15 minutes and for concoctions 24.33 minutes, the prescription review accuracy was 94.44%, and drug information delivery was 100%. The level of patient satisfaction was assessed from the facility parameters of 93.33%, 97.77% reliability, 100% responsiveness, 100% assurance, and 100% care. Prescription writing with the formulary was also appropriate. It was concluded that the quality of pharmaceutical services at the Cakung Health Center was in accordance with Pharmaceutical Service Standards and the authors recommended adding more workers to the pharmacy room, more careful prescription studies, and neat seating arrangements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Penggunaan sistem komputer dalam pengendalian sediaan farmasi merupakan salah satu upaya dalam menjaga persediaan. Perangkat lunak sangat bermanfaat untuk mendokumentasikan dan memantau seluruh kegiatan. PT SamMarie Tramedifa telah melakukan pembaruan terhadap sistem yang digunakan demi kelancaran pengelolaan dan terdapat hasil temuan yang menunjukkan dampak terhadap pengelolaan obat baik dari sisi pengelola serta performa pengendalian sediaan farmasi. Oleh karena itu, dilakukan analisis pengaruh penggunaan sistem komputer terhadap pengelolaan untuk menjadi bahan evaluasi. Penulisan laporan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan sistem komputer dalam proses pengelolaan, menelaah dampak penggunaan perangkat lunak terhadap sistem pengadaan hingga penyaluran, mengevaluasi penggunaan perangkat lunak. Penulisan dilakukan dengan studi literatur, pengamatan langsung, pendataan laporan stok obat, pengumpulan hasil pencetakan faktur, diskusi dengan apoteker penanggungjawab, penanggungjawab sistem komputer, dan koordinator gudang. Hasil menunjukkan bahwa terjadi selisih stok antara sistem dengan fisik sebesar 11,94% dengan penyebab terbesar akibat kesalahan pada sistem. Pembuatan faktur juga lebih banyak dilakukan dengan pengetikan manual dibanding otomatis karena lemahnya pembacaan nomor bets dan tanggal kedaluwarsa produk. Dampak yang timbul adalah terhambatnya pengadaan akibat kesalahan pada sistem dan lambatnya sistem untuk mulai bekerja, kurangnya ketepatan dalam menentukan jumlah stok akibat adanya selisih, dan terhambatnya penjualan barang akibat pencetakan faktur yang juga terhambat. Dapat disimpulkan bahwa sistem komputer berpengaruh terhadap jumlah stok, berdampak pada pengadaan dan penjualan. Penggunaan sistem komputer di PT SamMarie Tramedifa sudah dirasa baik namun perlu dikaji kembali setiap informasi yang diperoleh dari sistem. Peralihan sistem yang dilakukan saat sedang tahap pengembangan menjadi faktor utama belum maksimalnya sistem tersebut karena perlunya adaptasi.

Using computer systems to control pharmaceutical products is an effort to maintain inventory. The software is useful for documenting and monitoring all activities. PT SamMarie Tramedifa has updated the system for better management and there were findings showing impacts on product management and control performance of pharmaceutical products. Therefore, an analysis of the computer system on management was important to be an evaluation. This report aimed to analyze the effect of computer system in the management process, examine the impact on procurement to distribution, and evaluate the use of software. The writing was done by literature studies, direct observation, data collection on stock reports and printed invoices, discussions with the responsible pharmacist, the person in charge of the computer system, and the warehouse coordinator. The results showed a difference in stock between the system and the physical of 11.94% with the biggest cause due to system errors. Invoicing was also done by manual typing rather than automatically due to the weak reading of the system. The other impacts were delays in procurement, slowness to start working, lack of accuracy of the amount of stock, and delays in sales of goods. In conclusion, the computer system affected the amount of stock, procurement, and sales. The use of the computer system at PT SamMarie Tramedifa was considered good, but necessary to review any information from the system. The system transition during the development stage was the main factor that the system was not maximized because of the need for adaptation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Pengujian terhadap bahan awal perlu dilakukan oleh pengawasan mutu untuk memastikan bahwa bahan baku yang dipasok adalah benar identitasnya dan sesuai dengan spesifikasi melalui analisis berbagai parameter uji. Pengujian tersebut memerlukan berbagai macam bahan analisis, waktu yang cukup lama, biaya yang tidak murah dan berpengaruh terhadap waktu tunggu penggunaan bahan sehingga perlu adanya alternatif untuk meningkatkan efisiensi, yakni dengan melakukan proses sertifikasi terhadap bahan awal sebelum digunakan. Sertifikasi bahan baku merupakan proses peningkatan status pemasok bahan baku dari “disetujui” menjadi “certified” yang menandakan bahwa pengujian terhadap beberapa parameter dari bahan tersebut dapat dikurangi. Tujuan penulisan laporan ini yaitu untuk melakukan sertifikasi bahan baku di PT Kalventis Sinergi Farma. Metode yang dilakukan adalah mengumpulkan minimal 6 bets berbeda dari tiap bahan baku, membandingkan hasil analisis, metode uji dan spesifikasi, verifikasi status audit dan Corrective Action and Preventive Action (CAPA) pemasok, menghitung Ppk atau RSD dan penurunan biaya dari parameter yang dapat dikurangi, membuat Product Technical Specification dan Change Control. Hasil menunjukkan bahwa Produk Ruahan Impor X dengan zat aktif Glimepiride dan Metformin HCl dan eksipien Stearyl Alkohol berhasil disertifikasi. Hasil uji, metode, dan spesifikasi pada CoA manufaktur dengan pengawasan mutu memiliki kesesuaian. Pengurangan pengujian yang dilakukan terhadap parameter Produk Ruahan Impor X yaitu disolusi Glimepiride dan disolusi Metformin dengan penurunan biaya Rp. 1.901.053. Pengurangan pengujian Stearyl Alkohol dilakukan terhadap parameter titik leleh, acid value, hydroxyl value, iodine value, dan saponification value dengan penurunan biaya Rp. 15.156.157. Pengujian penuh tetap dilakukan setiap 10 bets kedatangan atau satu tahun sekali.

Raw materials testing needs to be conducted by quality control to ensure that the supplied raw materials are correct and meet the specifications. These tests require various kinds of analytical materials, take a long time, are not cheap, and have a waiting time to be used, so an alternative is needed to improve efficiency, by doing a certification process of raw material. Certification of raw materials is a process of increasing the supplier's status from "approved" to "certified" which indicates that the testing of several parameters can be reduced. This report aims to certify raw materials at PT Kalventis Sinergi Farma. The method used was data collection from at least 6 different batches of each raw material, comparison of analysis results, testing methods and specifications, verification of supplier audit and Corrective Action and Preventive Action (CAPA) status, calculation of Ppk or RSD, costs reduction, Product Technical Specifications, and Change Control. The results showed Imported Bulk Product X with the active ingredients Glimepiride and Metformin HCl and Stearyl Alcohol excipients was successfully certified. Test results, methods, and specifications on manufacturing CoA with quality control were in conformity. Reduced testing on the parameters of Imported Bulk Product X was Glimepiride dissolution and Metformin dissolution with a reduced cost of Rp. 1,901,053. Reduction of the Stearyl Alcohol test was melting point, acid value, hydroxyl value, iodine value, and saponification value with a reduction cost of Rp. 15156157. Full testing will be done every 10 arrival batches or once a year."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Pengelolaan terhadap bahan medis habis pakai (BMHP) sangat penting untuk diperhatikan karena dalam menunjang fasilitas pelayanan terhadap pasien serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker perlu memahami berbagai macam BMHP beserta fungsi dan tingkat pemakaiannya. Namun, minimnya pengenalan calon apoteker dan paparan pengetahuan secara formal mengenai BMHP dapat menyulitkan calon apoteker dalam memahami dan mengelola BMHP sedangkan hal tersebut merupakan tanggung jawab apoteker, khususnya di RSUI dengan kapasitas pasien rawat inap yang relatif tinggi, tentu akan menggunakan banyak BMHP dan perlu dikelola dengan tepat. Oleh karena itu, penulis berminat untuk menelaah penggunaan kelompok BMHP umum dan set urin. Tujuan penulisan ini adalah mengenal berbagai macam BMHP umum dan set urin serta menganalisis laju pergerakan BMHP tersebut di Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Indonesia pada Desember 2022 – Januari 2023. Metode yang digunakan adalah observasi langsung, studi literatur dan menghitung penggunaan BMHP oleh pasien selama dua bulan terakhir. Hasil menunjukkan bahwa BMHP umum yang paling tinggi penggunaannya adalah Disposable Syringe with Needle 1; 3; 5; 10 CC/mL, Disposable Syringe without Needle 20 CC/mL dan BMHP set urin yang banyak digunakan adalah Urine Bag 2L, Underpad 60 x 90 cm, Foley Catheter 16 FR Rusch, Pediatric Urine Collector, Female Catheter 12 FR Aximed, Kondom Kateter M, Nelaton Catheter. Dapat disimpulkan bahwa berbagai macam BMHP umum dan set urin tersebut harus dijaga persediaannya dan BMHP yang termasuk kategori slow moving dapat direalokasikan ke depo lain yang lebih membutuhkan.

Management of consumable medical materials (BMHP) is important because it supports service facilities and improves the quality of life of patients. Pharmacists need to understand the various types of BMHP, as well as their functions and usage levels. However, the lack of knowledge and formal exposure about BMHP can make it difficult for future pharmacists to manage BMHP, meanwhile, this is the responsibility of the pharmacist, especially in RSUI with a relatively high capacity of inpatients, so a lot of BMHP need to be managed appropriately. Therefore, the author is interested in reviewing the use of general BMHP and urine sets. This paper aims to recognize various types of general BMHP and urine sets and to analyze the rate of movement of these BMHP at the Inpatient Pharmacy at the Universitas Indonesia Hospital in December 2022 – January 2023. The methods were direct observation, literature study, and calculating the use of BMHP for the last two months. The results showed that the most used BMHP was Disposable Syringe with Needle 1; 3; 5; 10 CC/mL, Disposable Syringe without Needle 20 CC/mL and BMHP urine sets were Urine Bag 2L, Underpad 60 x 90 cm, Foley Catheter 16 FR Rusch, Pediatric Urine Collector, Female Catheter 12 FR Aximed, Condom Catheter M, Nelaton Catheter. In conclusion, general BMHP and urine sets must be kept in stock and BMHP in the slow-moving category can be reallocated to other depots that are more in need."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Narkotika, psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu (OOT) merupakan golongan obat yang dapat dijual oleh apotek tertentu dan memerlukan perhatian khusus dalam proses pengelolaannya. Apotek Roxy Biak memiliki persediaan yang lengkap hingga mampu memenuhi kebutuhan obat-obat narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT sesuai permintaan pada resep. Adanya resep narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT yang masuk ke apotek ini setiap harinya, membuat penulis terpicu untuk menelaah profil peresepan obat-obat tersebut guna mengetahui jenis obat yang banyak dibutuhkan dan memiliki frekuensi penggunaan yang tinggi. Penulis juga perlu melakukan analisis pareto untuk menentukan kelompok obat yang butuh diprioritaskan persediaannya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk menentukan obat narkotika, psikotropika, prekursor, dan OOT yang paling banyak diresepkan dan memiliki penjualan tertinggi selama tiga puluh satu hari terakhir di periode November hingga Desember 2022 serta memprediksi kebutuhan pengadaan untuk periode berikutnya. Metode yang digunakan adalah studi literatur, pengamatan lapangan, pencatatan resep selama tiga puluh satu hari terakhir, dan penarikan laporan pembelian dan penjualan obat. Hasil menunjukkan bahwa peresepan obat narkotika memiliki persentase 9,41%, psikotropika 44,62%, prekursor 31,68%, dan OOT 14,29%. Obat narkotika yang paling banyak diresepkan adalah Codikaf 20 mg, psikotropika adalah Braxidin, prekursor adalah Rhinos SR, dan OOT adalah Hexymer 2 mg. Dapat disimpulkan bahwa golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah obat psikotropika sebanyak 8.269 obat dan persentase 44,62%. Prioritas tertinggi dalam perencanaan kebutuhan obat untuk diadakan di periode berikutnya jatuh pada kelompok obat psikotropia khususnya obat-obat kelas A.

Narcotics, psychotropics, precursors, and certain drugs (OOT) are a class of drugs that can be sold by certain pharmacies and require special attention in the management process. Roxy Biak Pharmacy has a complete inventory to meet the needs of narcotics, psychotropics, precursors, and OOT according to prescription requests. The prescriptions for narcotics, psychotropics, precursors, and OOT that enter this pharmacy every day has motivated the author to examine the prescriptions profiles for these drugs to find out the types of drugs that were much needed and frequently used. A pareto analysis to determine which drug need to be prioritized for supplies. This report aims to determine which narcotics, psychotropics, precursors, and OOT drugs were most prescribed and had the highest sales during the last thirty-one days from November to December 2022 and predict procurement needs for the following period. The methods used were literature studies, observations, recording prescriptions for the last thirty-one days, and withdrawing reports on drug purchases and sales. The results showed the percentage of prescribing narcotics was 9.41%, psychotropics 44.62%, precursors 31.68%, and OOT 14.29%. The most widely prescribed narcotic was Codikaf 20 mg, the psychotropic was Braxidin, the precursor was Rhinos SR, and the OOT was Hexymer 2 mg. In conclusion, the most widely prescribed class of drugs was psychotropic with 8,269 drugs and a percentage of 44.62%. The highest priority in planning the need for drugs in the next period falls on the psychotropic group, especially class A drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Produk perawatan kesehatan kulit berbasis mikrobial khususnya postbiotik bakteri tengah dikembangkan karena mampu menjaga homeostasis mikrobiota kulit dan mencegah reaksi imunogenisitas. Postbiotik bakteri yang digunakan adalah berupa sel lisat terdiri dari bakteri asam laktat komensal kulit Staphylococcus hominis MBF12-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, dan Bacillus subtilis MBF10-19J yang berhasil diisolasi oleh peneliti terdahulu. Penggabungan beberapa bakteri menjadi bentuk koktail yang diproses menjadi lisat memiliki aktivitas lebih kuat sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan aktif produk perawatan kulit. Lisat koktail perlu dilakukan pengeringan agar kualitas fisikokimia dan aktivitasnya terjaga serta terlindung dari degradasi akibat pengaruh molekul air. Penelitian ini bertujuan untuk mengarakterisasi fisikokimia, aktivitas, mengevaluasi stabilitas, dan merekomendasikan metode pengeringan untuk lisat koktail. Pengujian fisikokimia meliputi organoleptik, pH, kandungan lembab, distribusi ukuran partikel serta aktivitas penangkalan radikal bebas selama 12 pekan. Hasil menunjukkan serbuk lisat koktail kering semprot memiliki karakteristik yang halus, homogen, berwarna putih, higroskopis, beraroma khas inulin. Rentang pH 7,64-7,93, kandungan lembab 6,45-14,32%, ukuran partikel 955-1470 nm, aktivitas antiradikal bebas (IC50) dengan rentang 755,26-1140,48 µg/mL. Serbuk lisat koktail kering beku bersifat lebih kasar, berwarna kuning pucat, saling memisah antar butiran, beraroma khas inulin. Rentang pH 7,61-7,97, kandungan lembab 6,44-12,17%, ukuran partikel 1410-2460 nm, aktivitas antiradikal bebas (IC50) dengan rentang 513,53-859,21 µg/mL. Berdasarkan hasil tersebut, maka metode pengeringan beku direkomendasikan untuk menghasilkan serbuk lisat koktail yang lebih stabil secara fisikokimia dan aktivitas antiradikal bebas yang lebih baik.

Microbial-based skincare products, particularly bacterial postbiotics are currently being developed due to their ability to maintain skin microbiota homeostasis and prevent immunogenicity reaction. The postbiotics used are cell lysates consisting of skin commensal lactic acid bacteria Staphylococcus hominis MBF12-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, and Bacillus subtilis MBF10- 19J which successfully isolated from previous study. The combination of bacterial strains into cocktail form which was processed into lysate raises a stronger activity so it can be potential to be developed as an active ingredient. Cocktail lysates need to be dried to protect the physicochemical quality and activity against degradation because of the existance of water molecules. This study aimed to characterize the physicochemical, activity, evaluate the stability and recommend the drying method for cocktail lysates. Physicochemical parameters included organoleptic, pH, moisture content, particle size distribution, and radical scavenging activity for 12 weeks. Spray dried powder had smooth, homogeneous, white, hygroscopic, distinctive inulin aroma. The pH ranged from 7,64-7,93, moisture content 6,45-14,32%, particle size 955-1470 nm, radical scavenging activity (IC50) 755,26-1140,48 µg/mL. Freeze dried powder was coarser, pale yellow, separated between particles, had distinctive inulin aroma. The pH ranged from 7,61-7,97, moisture content 6,44-12,17%, particle size 1410-2460 nm, radical scavenging activity (IC50) 513,53-859,21 µg/mL. In conclusion, freeze drying is recommended to produce more stable cocktail lysate powders physicochemically and better antiradical activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library