Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Istianah
Abstrak :
Latar belakang: Terdapat hubungan antara pertambahan umur dengan gangguan status fungsional. Pengukuran status fungsional pada penghuni panti wredha diperlukan guna mengetahui kualitas hidup mereka. Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko gangguan status fungsional penghuni panti wredha di Jakarta. Metode: Cross sectional, responden adalah penghuni empat panti wredha di Jakarta. Pengukuran status fungsional menggunakan Barthel ADL Indeks. Hasil: Terdapat 52% penghuni panti wredha yang mengalami gangguan status fungsional (Skor BAI: 0-19). Responden dengan gangguan status emosional pada kelompok umur kurang dari 70 tahun berisiko mendapat gangguan status fungsional 6,64 kali dibandingkan responden tanpa gangguan status emosional (OR: 6,64; 95% CI: 1,74-25,35), sedangkan pads kelompok umur 70 tahun keatas risiko meningkat sebesar 26,36 kali ( OR: 26,36; 95% CI: 2,8-248,59). Hasil tersebut didapat setelah dikendalikan oleh faktor risiko lainnya yakni keluhan penyakit, pendidikan, partisipasi kegiatan di panti serta status gizi. Kesimpulan: Hasil penelitian ini memperlihatkan tingginya prevalensi gangguan status fungsional. Faktor sosio demografi, status kesehatan, dukungan sosial dan status gizi berpengaruh pada kejadian gangguan status fungsional. Referensi: 55 (1990-2003)
Risk Factors of Functional Decline of Dwellers of Residential Homes in JakartaBackground: There is relation of age accretion with the functional decline. Functional status assessment at dwellers of residential homes needed to examine their quality of life. Objective: To examine the prevalence and risk factors of functional decline of dwellers of residential homes in Jakarta. Method: Cross sectional, subjects are 250 dwellers in four of residential homes in Jakarta Functional status assessment has been measured by the Barthel ADL Index. Results: There are 52% dwellers of residential homes had functional decline (Score BAI: 0-19). Subjects with the emotional status trouble at age group < 70 years old have risk the functional decline 6,64 times ( OR: 6,64; 95% Cl: 1,74-25,35), while age group ? 70 years old have risk 26,36 times ( OR: 26,36; 95% CI: 2,8-248,59). The result obtained by after controlled by another variables in model that is the existence of disease sigh, education, participate activity in residential home and nutritional status . Conclusion: This result shows that the prevalence of functional decline is high enough. Factors of socio demography, social support, nutritional status, emotional status and health status have an in with the functional decline occurrence in four of residential homes in Jakarta.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istianah
Abstrak :
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Indramayu dan Kota Hongkong, bekerjasama dengan organisasi yang berfokus pada perlindungan pekerja migran yaitu Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI). Pendekatan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 19 orang terdiri dari 14 orang informan utama yaitu PMI Perempuan dan 5 informan pendukung yaitu perwakilan dari SBMI, P3MI, dan Lembaga Christian Action. Informan kunci pada penelitian ini diantaranya 2 orang PMI Perempuan Pra Penempatan, 5 Orang PMI Perempuan Masa Penempatan, dan 7 orang PMI Perempuan Purna Penempatan. Semua PMI perempuan dalam penelitian ini memiliki karakteristik dan permasalahan berbeda satu sama lainnya. Penelitian ini menggambarkan bagaimana mekanisme perlindungan sosial bagi PMI Perempuan baik di level mikro, meso, dan makro. Penelitian ini juga melihat adanya dinamika sistem perlindungan sosial bagi PMI Perempuan di ketiga level tersebut terutama celah ketidakcukupan cakupan perlindungan sosial di level makro dan meso. Di level mikro, skema perlindungan sosial merupakan skema informal yang mengedepankan asas gotong royong yang berfungsi untuk menutupi celah katidakcukupan cakupan perlindungan sosial di level makro-mesol. Ketika PMI Perempuan bersentuhan dengan mekanisme perlindungan sosial dan dinamika sistem perlindungan sosial di level mikro, meso, dan makro, maka mereka bisa memaknai perlindungan sosial tersebut sesuai dengan pengalaman masing-masing. ......This study conducted in Indramayu Regency and Hongkong City in partnership with an organisation which focused to the protection againts migrant workers rights known as Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI). This study uses qualitative descriptive approach. The number of informants of this study are 19 persons comprise 14 key informants are women migrant workers and 5 supporting informants are the represetative from SBMI, P3MI, and Christian Action respectively. Key informants are included among others 2 person of pre-placement women migrant workers, 5 persons woman migrant workers, and 7 persons post-placement woman migrant workers. All these women migrant workers have their own characteristic and have its problem differently. This study describe the social protection mechanism for Indonesian Women Migrant Workers (hereinafter referred as IWMW) at the micro, mezzo, and macro level. It also highlights the dynamic social protection system at all levels in particular the gap caused by the insufficient social protection coverage at the macro and mezzo level. The social protection scheme on micro level is informal scheme upholds the mutual cooperation principle to fill this gap. The IWMW could define the social protection based upon their respective experience the moment they come in contact with the social protection mechanism and dynamic system at the micro, mezzo, and macro level.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istianah
Abstrak :
Pemberlakuan wisata berbasis syari’ah di Indonesia belum dapat dikatakan sempurna, meskipun terdapat potensi yang besar dalam pemberlakuannya dalam menarik wisatawan Muslim dunia. Desa Wisata Cibuntu yang sejak tahun 2012 telah menjadi destinasi wisata di Kabupaten Kuningan dijadikan objek pengembangan pariwisata sebagai desa percontohan terciptanya Desa Wisata Halal berbasis komunitas di Jawa Barat. Terdapat tantangan dan hambatan dalam penyelenggaraan program, diantaranya adalah belum adanya regulasi yang berlaku di Indonesia, stigma negatif tentang Islam yang intoleran, serta dari segi internal, yaitu terbatasnya waktu dan anggaran pelaksanaan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti bagaimana program desa wisata halal dalam Rancangan Peraturan Desa Wisata Halal dapat menjadi salah satu inovasi pengembangan desa melalui penerapan teori keislaman dalam mencapai maqashid asy-syari’ah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sosio legal yang berfokus pada pengembangan Desa Wisata Cibuntu menjadi Desa Wisata Halal Cibuntu menurut Raperdes dan tindakan sosial dengan tinjauan maqashid asy-syari’ah. Adapun hasil dari penelitian ini bahwa program desa wisata halal telah diberlakukan siklus pertama pemberdayaan oleh inisiator desa halal dengan metode PAR yang berlangsung dari tahun 2018 hingga tahun 2019. Desa Wisata Cibuntu sebagaimana regulasinya telah memenuhi cakupan kebutuhan primer (dharury) dalam pembahasan maqashid asy-syari’ah, meskipun belum sempurna dalam langkah pencapaian kemaslahatan dari tingkatan kebutuhan sekunder (hajiyat) dan kebutuhan tersier (tahtsiniyat). ......The implementation of sharia-based tourism in Indonesia cannot be said to be perfect, although there is great potential in its implementation in attracting world Muslim tourists. Cibuntu Tourism Village, which since 2012 has become a tourist destination in Kuningan Regency, has been used as an object of tourism development as a pilot village for the creation of a community-based Halal Tourism Village in West Java. There are challenges and obstacles in implementing the program, including the absence of applicable regulations in Indonesia, negative stigma about intolerant Islam, as well as from an internal perspective, namely the limited time and budget for implementation, and so on. In this study, the author will examine how the halal tourism village program in the Draft Halal Tourism Village Regulation can be one of the village development innovations through the application of Islamic theory in achieving maqashid asy-syari’ah. This study uses socio-legal research method that focuses on developing the Cibuntu Tourism Village into a Cibuntu Halal Tourism Village according to the Raperdes and social actions with maqashid asy-syari’ah review. The results of this study show that the halal tourism village program has been implemented in the first cycle of empowerment by the halal village initiator with the PAR method which took place from 2018 to 2019. The Cibuntu Tourism Village as per its regulations has fulfilled the coverage of primary needs (dharury) in the discussion of maqashid ash-syari’ah , although not yet perfect in the steps of achieving benefit from the level of secondary needs (hajiyat) and tertiary needs (tahtsiniyat).
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Istianah
Abstrak :
ABSTRAK
Anak usia 6-23 bulan sedang dalam masa emas atau golden age, pada masa tersebut anak mengalami perkembangan kognitif, yang muncul dan berkembang pesat. Sekitar 50% potensi kognitif terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui karakteristik individu dan faktor gizi dengan perkembangan kognitif anak usia 6-23 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian analisis lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan tahun 2016. Jumlah sampel diambil semua anak usia 6-23 bulan yang tersedia di data sekunder sebanyak 83 anak. Perkembangan kognitif diukur menggunakan instrument Battelle Developmental Inventory (BDI). Hasil penelitian menunjukan anak usia 6-23 bulan dengan kognitif meragukan 47%. Uji korelasi spearman menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif adalah umur (p=0,027) dan jenis kelamin (p=0,014). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik linier, menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor dominan dalam perkembangan kognitif dan dapat disimpulkan pengaruh jenis kelamin dengan perkembangan kognitif sebesar 4,7% dengan probabilitas 0,018 < 0,05. Untuk itu, orang tua harus senantiasa memperhatikan perkembangan anak dimulai dari masa kehamilan sampai 2 tahun pertama kehidupan dan mengikuti kegiatan yang diadakan di Posyandu dan Puskesmas terutama dalam hal memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
ABSTRACT
Children aged 6 to 23 months were on their golden age, during this time children undergoned cognitive development, which emerged and thrived rapidly. About 50% of cognitive potential was formed in the first 4 years of life. The purpose of this study was to determine individual characteristics and nutritional factors with cognitive development of children aged 6-23 months. This research was a further analysis study using secondary data that has been carried out by the Binawan Health Sciences College in 2016. The total sample was taken by all children aged 6-23 months available in secondary data as many as 83 children. Cognitive development was measured using the Battelle Developmental Inventory (BDI) instrument. The results showed that children aged 6-23 months with cognitive doubts were 47%. The Spearman correlation test suggested that the factors associated with cognitive development were age (p = 0.027) and gender (p = 0.014). Based on linear logistic regression analysis, suggested that gender was the dominant factor of cognitive development and it could be concluded that the influence of sex on cognitive development was 4.7% with a probability of 0.018 (p<0.05). For this reason, parents must always pay attention to children's development starting from pregnancy until the first 2 years of life and participating in activities held at Posyandu and Puskesmas, especially in terms of monitoring the growth and development of children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Istianah
Abstrak :
Anak usia 6-23 bulan sedang dalam masa emas atau golden age, pada masa tersebut anak mengalami perkembangan kognitif, yang muncul dan berkembang pesat. Sekitar 50% potensi kognitif terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui karakteristik individu dan faktor gizi dengan perkembangan kognitif anak usia 6-23 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian analisis lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan tahun 2016. Jumlah sampel diambil semua anak usia 6-23 bulan yang tersedia di data sekunder sebanyak 83 anak. Perkembangan kognitif diukur menggunakan instrument Battelle Developmental Inventory (BDI). Hasil penelitian menunjukan anak usia 6-23 bulan dengan kognitif meragukan 47%. Uji korelasi spearman menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif adalah umur (p=0,027) dan jenis kelamin (p=0,014). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik linier, menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor dominan dalam perkembangan kognitif dan dapat disimpulkan pengaruh jenis kelamin dengan perkembangan kognitif sebesar 4,7% dengan probabilitas 0,018 < 0,05. Untuk itu, orang tua harus senantiasa memperhatikan perkembangan anak dimulai dari masa kehamilan sampai 2 tahun pertama kehidupan dan mengikuti kegiatan yang diadakan di Posyandu dan Puskesmas terutama dalam hal memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. ......Children aged 6 to 23 months were on their golden age, during this time children undergoned cognitive development, which emerged and thrived rapidly. About 50% of cognitive potential was formed in the first 4 years of life. The purpose of this study was to determine individual characteristics and nutritional factors with cognitive development of children aged 6-23 months. This research was a further analysis study using secondary data that has been carried out by the Binawan Health Sciences College in 2016. The total sample was taken by all children aged 6-23 months available in secondary data as many as 83 children. Cognitive development was measured using the Battelle Developmental Inventory (BDI) instrument. The results showed that children aged 6-23 months with cognitive doubts were 47%. The Spearman correlation test suggested that the factors associated with cognitive development were age (p = 0.027) and gender (p = 0.014). Based on linear logistic regression analysis, suggested that gender was the dominant factor of cognitive development and it could be concluded that the influence of sex on cognitive development was 4.7% with a probability of 0.018 (p<0.05). For this reason, parents must always pay attention to children's development starting from pregnancy until the first 2 years of life and participating in activities held at Posyandu and Puskesmas, especially in terms of monitoring the growth and development of children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifatul Istianah
Abstrak :

Tesis ini menjelaskan pengaruh kualitas media sosial terhadap public engagement serta pengaruh keduanya terhadap organization public relationship (OPR). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan responden followers dari media sosial Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang berjumlah 400 orang, dari tiga platform media sosial yaitu Instagram, Twitter dan Facebook. Metode analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan analisis jalur (path analysis) untuk membuktikan hipotesa dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas media sosial memiliki pengaruh terhadap public engagement dan keduanya juga memiliki pengaruh terhadap OPR. Penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi yang paling dominan dari kualitas media sosial yang berpengaruh terhadap pembentukan public engagement adalah kemudahan akses dan informasi yang bermanfaat. Sementara dimensi yang paling dominan dari public engagement dalam membentuk OPR adalah dimensi konsumsi. Selain itu meskipun baik kualitas media sosial dan public engagement sama-sama memiliki pengaruh terhadap OPR, ternyata dalam penelitian ini pengaruh langsung kualitas media sosial terhadap OPR lebih besar dibanding pengaruh tidak langsung melalui public engagement.


This research explains the influence of social media quality on public engagement and their influence on organization public relations (OPR). This research is a quantitative study towards followers of The Agency for The Assessment and Application of Technology`s social media, amounting to 400 respondents. Descriptive statistical analysis and path analysis were chosen as method of data analysis to prove the hypothesis in this study. The results show that the quality of social media has an influence on public engagement and both also have an influence on OPR. This study shows that the most dominant dimension of the quality of social media affecting public engagement is the ease of access and useful information. While the most dominant dimension of public engagement in forming OPR is consump dimension. In addition, although both the quality of social media and public enagagement have influence on OPR, it turns out that the direct influence of the quality of social media on OPR is greater than the indirect influence through public engagement.

2019
T53343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naily Istianah
Abstrak :
Dunia industri menjadi salah satu hal yang terpenting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, perusahaan di bidang industri khususnya manufaktur tidak sedikit. Perusahaan-perusahaan di industri manufaktur di dalam maupun luar negeri saling bersaing agar dapat memenuhi permintaan produk sesuai dengan keinginan konsumen. Akan tetapi setiap perusahaan dalam proses produksinya pasti mengalami produksi barang cacat yang tidak bisa dihindari. Adanya produk cacat akan sangat merugikan pihak perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan terhadap produk cacat diperusahaan. Penelitian ini menganalisis kecacatan potensial dan penyebab potensial terjadinya produk cacat menggunakan metode FMEA dan Diagram Fishbone. Setelah mendapatkan identifikasi penyebab kecacatan, lalu menentukan prioritas resiko dengan Diagram Pareto dan Matriks FMEA untuk dicari rekomendasi perbaikan dengan tool PICA. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kecacatan yang sering terjadi pada jaring nylon multifilament adalah jaring sobek dan jaring lerek. Penyebab potensial mayoritas terjadi pada jaring sobek adalah karena upper hook tajam/kasar bagian pengaitnya. Sedangkan pada jaring lerek, penyebab potensial mayoritas terjadi karena sekoci seret. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya jaring cacat adalah faktor mesin, manusia, dan material. Oleh karena itu, diperlukannya penanganan dalam mengatasi masalah pada proses produksi. ......The industrial world is one of the most important things in the economic development of the country. However, there are many companies in manufacturing sector. Domestic and foreign manufacturing companies compete each other to meet consumer demand from their products. However, each company process must experience the production of defective goods that cannot be avoided in its production. The existence of a defective product will be very detrimental to the company. Hence, resolving the defective products in the company is needed. This study analyze the potential defects and the potential cause of defect product could occur using the FMEA and Fishbone Diagram methods. Since obtaining the identification of the defect causes, then determining risk priorities using the Pareto Diagram and FMEA Matrix to find recommendations for improvement using the PICA tool. Based on the research results, the defects that can occur in the nylon multifilament net are torn net and lerek net. A potential cause of torn net is because of the sharp/rough upper hook. Whereas in lerek nets, the potential cause is sluggish bobbin case. Factors that affect the occurence of defect nets are machine, human, and material. Therefore, it is necessary to solve problems in the process production.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Istianah
Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2022
610.73 UMI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library