Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Sari Dewi
"Memasuki masa usia lanjut menimbulkan stresor tersendiri bagi individu. Penyesuaian yang terus-merems harus dilakukan agar mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Akan tetapi, penurunan kondisi fisik secara degeneratif sering disalahartikan oleh masyarakat sebagai penurunan kesehatan mental dan kualitas hidup. Lansia juga harus menghadapi kenyataan kurangnya fasilitas umum maupun pelayanan kesehatan yang memadai. Hal ini membuat lansia semakin sulit mempertahankan kesehatan mental, sehingga tidak jarang muncul kasus depresi Lima belas dari Seratus orang lansia mengalami depresi klinis, yang kebanyakan penderitanya adalah lansia yang menderita sakit fisik. Selain itu, kebanyakan lansia yang mengalami depresi adalah mereka yang merasa teerisolasi secara sosial atau kehilangan malcna perannya di masyarakat dan merasa kekurangan dukungan emosional dari lingkungan terdekatnya, terutama keluarga. Padahal tidak Sedikit dari mereka yang berada pada sistem jaringan dukungan sosial yang kuat. Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar lansia yang mengalami depresi akan berusaha menyangkal kondisi depresinya agar tidak tampak Iemah atau aneh. Tidak sedikit Iansia juga sulit mengungkapkan kondisi depresi yang dialaminya karena kurang memahami sistem-sistem depresi yang diungkap dalam alat ukur depresi standar, seperti BDI. Menglngat depresi bukanlah suatu kondisi wajar yang harus dialami lansia dan semakin pesatnya pertambahan jumlah lansia dewasa ini, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerimaan dukungan sosial dan intensitas sakit terhadap tingkat depresi yang dialami lansia yang menderita sakit. Dalam penelitian ini juga dikembangkan Skala Peneeirimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita. Sakit (PDS), yang diharapkan mampu mengetahui sejauhmana penerimaan dukungan sosial pada lansia yang menderita sakit dan sejauhmana PDS mampu memprediksikan lansia tersebut masuk dalam kelompok yang mengalami depresi atau tidak. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan 36 subjek, yang memiliki karakteristik berusia 60 tahun ke atas, tidak tinggal di panti werdha, memiliki riwayat penyakit akut atau kronis, dapat membaca dan menulis Bahasa Indonesia, dan berdomisili di wilayah Semarang, Jawa Tengah. Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu Skala Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita Sakit (PDS), yang disusun peneliti dan Beck Depression Invenlory (BDI), yang telah terstandansasi untuk mengetahui profi1 depresi subjek penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh penerimaan dukungan sosial dan intensitas Sakit terhadap tingkat profil BDI pada Lansia yang menderita sakit. Data penelitian tersebut akan dianalisis dengan bantuan SPSS for Windows versi 11.0. Untuk menguji hipotcsis digunakan analisis regresi berganda dan analisis dikriminan., sedangkan untuk analisis tambahan digunakan analisis desknptif dengan menghitung distribusi frekuensi data. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,819 dengan t hitung = 8,041 dan sig.= 0,000 untuk prediktor Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita Sakit, serta koeiisien korelasi sebesar 0,344 dengan t hitung = 1,866 (t tabel = 2,0322). Adapun R square = 0,702. Hasil tcrscbut mcnunjukkan bahwa ada pengamh negatif yang sangat signiiikan pada Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia yang Menderita Sakit terhadap Profil BDI subjek. Selain itu, ada pengaruh yang tidal-c signitikan pada Intesitas Sakit terhadap Profil BDI subjek. Akan tetapi, keduanya memiliki sumbangan sebesar ‘70,2% dalam memprediksi profil BDI Subjek. Dengan menggunakan analisis diskriminan, diketahui bahwa Skala PDS dapat memprediksi perbedaan antara kelompok subjek penelitian yang tidak mengalami depresi dengan kelompok yang mengalami depresi. Akan tetapi, fungsi diskriminan tersebut dapat memprediksi perbedaan dengan baik apabila mempertimbangkan intensitas sakit yang dialami subjek. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh penerimaaan dukungan sosial dan intensitas sakit terhadap profil BDI pada Lansia yang menderita sakit. Selain itu, diungkapkan bahwa Skala PDS dapat memprediksi perbedaan antara kelompok subjek penelitian yang tidak mengalami depresi dengan kelompok yang mengalami depresi. Akan telapi, fungsi diskriminan tersebut dapat memprediksi perbedaan dengan baik apabila mempertimbangkan intensitas sakit yang dialami subjek. Bagi pencliti berikutnya, disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan pendekatan kualitatif sehingga diharapkan akan lebih tergali mengenai keterlibatan pasangan atau keluarga, mengingat lingkungan sosial disekitarnya sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia Selain itu, diharapkan pula terungkap perubahan peran gender pada lansia laki-Iaki dan perempuan serta pengaruh budaya yang melatarbelakangi kehidupan lansia tersebut. Peneliti berikutnya juga diharapkan mempertimbangkan kembali faktor-faktor lain, seperti faktor kepribadian dan faktor biologis pada Iansia dalam penelitian selanjutnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari Dewi
"ABSTRAK
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja dandisiplin terhadap kinerja personil Polres Metro Bekasi Kota khusunya personilSatreskrim. Kinerja adalah hal penting yang harus diperhatikan agar bisa mencapaitujuan organisasi.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Data primerdiambil dari kuisioner terhadap 40 orang yang bekerja di Satuan Reserse Kriminal Sat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota dipilih secara acak sebagai respondenpenelitian. Skala yang digunakan adalah skala likert 5 interval.Hasil penelitian berdasarkan nilai mean rata-rata untuk kepemimpinan,lingkungan kerja, disiplin dan kinerja personil menunjukkan kecenderungan Netralmendekati positif.Nilai Koefisien Determinasi R2 adalah sebesar 0,805. Hal ini berarti bahwakemampuan variabel bebas yaitu kepemipinan, lingkungan kerja dan disiplin untukmempengaruhi Kinerja personil adalah sebesar 80,5 . Sementara sisanya sebesar19,5 dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.Regresi berganda menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar -0,679; nilai koefisienvariabel Kepemimpinan X1 adalah sebesar 0,303; nilai koefisien Lingkungan Kerja X2 adalah sebesar 0,275; dan nilai koefisien Disiplin X3 adalah sebesar 0,455.Uji Hipotesa dengan Uji t menunjukkan bahwa bahwa nilai t hitung untuk variabelKepemimpinan X1 adalah 2,109 dengan nilai sig sebesar 0,042. Nilai t hitunguntuk variabel Lingkungan X2 adalah 2,117 dengan nilai sig sebesar 0,041. Nilai thitung untuk variabel Disiplin X3 adalah 3,082 dengan nilai sig sebesar 0,004. UjiF digunakan untuk menguji hipotesa simultan yaitu H4 yang menyatakan bahwaKepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Disiplin memiliki pengaruh terhadap Kinerjapersonil.. Nilai F hitung menunjukkan 22,144 dengan nilai sig. sebesar 0,000.Keseluruhan uji hipotesa menunjuukkan bahwa seluruh hipotesa diterima. Seluruhvariabel independen yaitu kepemimpinan, lingkungan kerja dan disiplin memilikipengaruh positif dan signifikan baik secara simultan atau bersamaan terhadap kinerjapersonil.

ABSTRACT
This study examines the influence of leadership, work environment and discipline on the performance of Metro Bekasi City Police personnel, especially personnel of Satreskrim. Performance is an important thing that must be considered in order to achieve organizational goals.The research method used is quantitative method. Primary data were taken from a questionnaire of 40 people working in the Criminal Investigation Unit Sat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota was chosen randomly as the research respondents. The scale used is the Likert scale of 5 intervals.The results of the study based on mean values mean for leadership, work environment, discipline and performance of personnel showed a positive Neutral trend approach.The Coefficient of Determination R2 is 0.805. This means that the ability of independent variable that is leadership, work environment and discipline to influence personnel performance is 80,5 . While the rest of 19.5 influenced by other variables that are not included in this research model. Multiple regression shows that the constant value is 0.679 Leadership coefficient value X1 is 0.303 Work Environment coefficient X2 value is 0,275 and the value of Discipline coefficient X3 is 0.455. Hypothesis Test with t test shows that t value for Leadership variable X1 is 2,109 with sig value equal to 0,042. The value of t arithmetic for environment variable X2 is 2,117 with sig value equal to 0,041. The value of t arithmetic for the Discipline variable X3 is 3.082 with a sig value of 0.004. F test is used to test the simultaneous hypothesis H4 which states that Leadership, Work Environment and Discipline have an influence on Performance personnel .. F value arithmetic shows 22,144 with sig value. of 0,000. The entire hypothesis test shows that all hypotheses are accepted. All independent variables of leadership, work environment and discipline have a positive and significant influence either simultaneously or simultaneously on the performance of personnel."
2018
T49107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari Dewi
"Keluarga merupakan relasi pertama dan terpenting, yang berperan krusial dalam menentukan kesehatan mental individu dan kesejahteraan keluarga. Teori Struktur Keluarga meyakini bahwa keluarga utuh merupakan struktur ideal yang menunjang keberfungsian keluarga tersebut. Keberfungsian keluarga yang dapat mengakomodasi kebutuhan dasar dan coping anggotanya dalam melakukan penyesuaian dari tuntutan diri dan lingkungan merupakan indikator kesejahteraan keluarga. Namun realita menunjukkan terjadinya pergeseran tren struktur keluarga hampir di seluruh dunia dalam lima dekade terakhir akibat berkembangnya konsep orang tua tunggal, yang salah satu sebabnya adalah perceraian. Fenomena perceraian di Indonesia setiap tahun terus meningkat, yang berdampak pada peningkatan jumlah keluarga ibu tunggal. Dampak perceraian tidak hanya dirasakan oleh ibu, namun juga diyakini mempengaruhi kesejahteraan anak. Teori Sistem Keluarga memahami perceraian bukan sebagai kondisi patologis pada kehidupan keluarga, namun merupakan transisi dalam perkembangan keluarga. Argumentasi utama disertasi ini adalah bahwa kesejahteraan keluarga tetap dapat diraih oleh keluarga berstruktur tidak utuh akibat perceraian. Kekhasan penelitian ini menunjukkan sudut pandang ibu-anak sebagai unit sistem keluarga yang mengalami perubahan struktur pasca perceraian. Tujuan penelitian ini untuk memahami kesejahteraan keluarga pada keluargaibu tunggal pasca perceraian dan mengembangkan model interaksi keluarga pasca perceraian, yang membantu mereka menghadapi perubahan struktur keluarga. Studi pertama mengungkap gambaran kesejahteraan keluarga pada keluarga ibu tunggal pasca perceraian dan faktor-faktor internal yang mendukung ibu-anak dalam menghadapi tantangan pasca perceraian. Sedangkan pada studi kedua, berfokus pada dinamika interaksi keluarga, dukungan sosial, dan peran ayah pasca perceraian dalam menghadapi tantangan keluarga berstruktur tidak utuh untuk meraih kesejahteraan keluarga. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian, yang pada studi pertama berdesain fenomenologi dengan teknik analisis tematik. Selanjutnya, studi kedua berdesain studi kasus instrumental dengan teknik analisis: categorical aggregation, pattern matching, dan explanation builiding. Partisipan penelitian ini adalah sepuluh ibu (30 – 48 tahun) dan empat anak (18 – 30 tahun). Hasil studi mengungkap kesejahteraan keluarga pada ibu tunggal pasca perceraian dipahami sebagai kebersamaan ibu-anak dalam interaksi yang hangat dan terpenuhinya kebutuhan keluarga. Tidak hanya itu, kebaharuan dari studi ini mengisi celah dalam FST dengan menjelaskan peran interaksi keluarga yang berkualitas merupakan hub antara tahap reorganisasi dan keberfungsian keluarga pasca perceraian dalam proses penyesuaian menuju kesejahteraan keluarga. Keluarga bercerai dapat memperoleh kesempatan mencapai kesejahteraannya ketika memiliki kondisi penyangga protektif berupa kemandirian finansial ibu, keterbukaan dalam interaksi dan relasi positif ayah-anak, proaktif dalam mencari dukungan sosial, serta spiritualitas positif pada ibu. Konsep maternal gatekeeping memegang peran kunci dalam kualitas interaksi keluarga pasca perceraian. Peran ayah pasca perceraian, bukan terlibat dalam co-parenting, namun menyediakan relasi positif bersama anak. Meskipun demikian, perceraian tetap membawa dampak psikologis pada anak terkait dengan makna keluarga, skema gender, perbedaan persepsi terhadap dukungan keluarga besar, dan timbulnya Adverse Childhood Experiences (ACE).

Family is the first and most important relationship that influences individual mental health and well-being. According to Family Structure Theory, the intact family is the ideal structure that supports family functioning. Family well-being is indicated by family functioning that can accommodate the basic needs and coping while making adjustments to the demands of themselves and the environment. However, the reality shows that there has been a shift in the trend of family structure over the last five decades as a result of the development of the single parent concept, one of which is divorce. The phenomenon of divorce in Indonesia continues to increase every year, which has an impact on the increasing number of single-mother families. Family System Theory (FST) understands divorce not as a pathological condition in family life but as a transition in family development. The main argument of this dissertation is that family well-being can still be achieved by families with non-intact structures due to divorce. The strength of this study is that it shows the mother-child point of view as a unit of the family system that undergoes structural changes after divorce. The purpose of this study is to understand family well-being in single-mother families post-divorce and to reveal models of post-divorce family interactions that help them deal with changes in family structure. The first study reveals a picture of family well-being in post-divorce single- mothers’ families and the internal factors that support mothers and children in facing post-divorce challenges. The second study focuses on the dynamics of family interactions, social support, and the role of fathers after divorce in facing the challenges of a non-intact structured family to achieve family well-being. A qualitative approach was used in the research, which in the first study had a phenomenological design with thematic analysis techniques. Furthermore, the second study was designed as an instrumental case study using analytical techniques such as categorical aggregation, pattern matching, and explanation building. The participants of this study were ten mothers (30–48 years of age) and four children (18–30 years of age). According to the study's findings, family well-being in single mothers after divorce is defined as mother-child togetherness in warm interactions and the satisfaction of family needs. Furthermore, the study's novelty fills a gap in the FST by explaining the role of quality family interaction as a hub between the reorganization stage and post-divorce family functioning in the adjustment process toward family well-being. Divorced families have a better chance of achieving well-being when they have buffering conditions such as the mother's financial independence, openness in relationships and positive father-child interactions, being proactive in seeking social support, and positive spirituality in mothers. Maternal gatekeeping is an important concept in the quality of post-divorce family interactions. Fathers' roles after divorce, not co-parenting, but in providing a positive father-child relationship. Divorce, on the other hand, continues to have a psychological impact on children in terms of family meaning, gender schemes, different perceptions of extended family support, and the emergence of Adverse Childhood Experiences (ACE)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library