Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
Jakarta: Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Indonesia, 1992
338.9 LEP e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
Jakarta: UI-Press, 1995
337.116 LEP a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
[place of publication not identified]: [publiser not identified], [date of publication not identified]
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
[place of publication not identified]: [publiser not identified], [date of publication not identified]
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
[place of publication not identified]: [publiser not identified], [date of publication not identified]
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
"Tulisan ini bermaksud menganalisa perkembangan terbaru pada ASEM yang berkaitan dengan perluasan keanggotaan baik di UNI Eropa maupun di Asia Timur, sejauh mana pertambahan anggota ini mempengaruhi proses ASEM. Uni Eropa telah bertambah dengan 10 negara anggota baru, sementara Asia Timur dengan tiga anggota baru. Selain itu,telah terbentuk banyak sekali bilateral free trade agreements di kawasan Asia Timur. Semua perubahan-perubahan ini tentunya saling mempengaruhi dan kait-mengait serta menentukan arah dari proses ASEM selanjutnya."
2006
JKWE-II-3-2006-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
"Agriculture in Indonesia is still an important sector in the economy, while for several outer provinces it constitutes the most important economic activity. However, there exists a wide discrepant in agricultural development between in particular Java/Ball and the eastern part of Indonesia. This is the very central issue which the author intents to capture the attention of policy makers in the field of agricultural development. The most advanced region for agricultural cultivation is highly concentrated on the island of Java, while in many parts of eastern Indonesia agricultural cultivation is still underdeveloped in terms of number of plant varieties, product quality and productivity. And these backward farmers belong to the poor group in the population. This wide discrepant in agricultural development is being demonstrated through a number of tables and personal observations by the author. Soil condition, climate and inputs do of course determine the volume, quality and kind of output, but know-how about agricultural technologies is no less important, and this is lacking in the Eastern regions. Unfortunately, thus far the central as well as the local governments do not put much attention to regional agricultural development. Therefore the government should change this attitude or rather its negligence about the problem, because through education in agricultural technologies and extension services the farmers in the outer regions could improve their agricultural technical know-how, contribute to regional development and hence their income."
2006
EFIN-54-1-August2006-111
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
"Economic development as a field of study started right after the end of World War II, which coincided with the independence declaration of a number of colonial areas m Asia and Africa. Curiously enough, the founding fathers of this new field of study were Western economists, foremost Americans, driven by the need for experts in rich countries to allocate development aid to developing countries- Economists have for iong realized that economic theories developed in the advanced industrialized countries were not suited to he applied to developing countries due to different conditions prevailing in these countries. During the early days, grand theories of economic development were being launched to understand the process of development and to pursue appropriate development strategies
But in the course of time these grand development theories have lost much of their vigor as the development process in reality js much more complex as can be caught by simple genera! theories. The paper then explores the further development of development thinking during trie past fifty years.
"
1999
EFIN-XLVII-3-Sept1999-289
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
"World Trade Organization (WTO) adalah kepanjangan dari GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), dan mulai berdiri 1 Januari 1995. Karena itu semua tujuan, prinsip perdagangan dunia dan hasil-hasil perundingan Putaran-Putaran perdagangan di bawah GATT, di mana yang terakhir adalah Putaran Uruguay, menjadi bagian dan mengikat bagi WTO. Namun WTO adalah badan yang sama sekali berbeda dengan GATT. Dalam GATT dahulu tidak ada negara anggota, tetapi negara peserta adalah contacting party dari GATT, dalam arti bahwa suatu negara peserta hanya terikat dengan peraturan-peraturan tertentu saja yang ditanda-tanganinya dan tidak terikat dengan semua peraturan yang ada dalam GATT. Sementara dalam WTO, semua negara peserta adalah anggota dan semua kesepakatan yang ada dalam WTO tanpa kecuali mengikat bagi semua anggota dan ada sanksi hukumnya (legally binding) bila terjadi pelanggaran. Kedudukan hukum WTO jauh Iebih kuat, karena selain ditanda-tangani oleh Menteri Perdagangan masing-masing negara peserta, isi kesepakatan Putaran Uruguay dan pendirian WTO jugs harus diratifikasi oleh parlemen negara anggota masing-masing, artinya diperkuat oleh persetujuan wakil-wakil rakyat. Demikianpun, DPR Indonesia telah memberikan persetujuannya pada tanggal 2 November 1994. "
2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lepi Tanadjaja Tarmidi
"ABSTRAK
Selama 20 tahun terakhir, dunia telah melihat proliferasi Perjanjian Perdagangan Bebas Regional. Beberapa ekonom Indonesia mengkritik efek negatif dari pola pikir "neo-liberal" ini, justru mereka mempromosikan langkah-langkah perlindungan untuk membela industri dalam negeri. Setiap warga negara harus menjadi patriot dan nasionalis, dan tidak menjadi hamba kekuatan ekonomi asing yang besar. Namun, sebagian besar ekonom condong pada ide perdagangan bebas, karena dapat membawa kemakmuran bagi rakyat melalui keuntungan dari perdagangan. Ekonom ini juga nasionalis. Namun, kontroversi antara perdagangan bebas dan proteksionisme memiliki sejarah panjang, sejak zaman Merkantilisme dan Adam Smith. Penulis makalah ini menemukan bahwa asal kontroversi ini adalah kesalahpahaman dari istilah "perdagangan bebas". Dalam prakteknya "perdagangan bebas" berarti liberalisasi sampai titik tertentu, karena dalam setiap perjanjian perdagangan bebas ada ketentuan tentang mekanisme pertahanan perdagangan. Ada satu contoh dari perdagangan bebas yang nyata, di mana tidak ada batas ekonomi antar negara, di mana ada penyatuan ekonomi dan moneter (Euro), dan itu yaitu Uni Eropa. Artikel ini diakhiri dengan bab tentang Indonesia."
Jakarta: Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Universitas Indonesia (MPKP-FEUI), 2014
338 UI-JKE 9:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library