Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mailani
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S22185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mailani
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang bagaimana pengawasan TENORM di Indonesia serta pengelolaan TENORM. TENORM sebagai produk samping zat radioaktif alam yang mengalami peningkatan karena kegiatan bukan hanya dihasilkan pada kegiatan pemanfaatan nuklir, namun juga pada kegiatan non nuklir lainnya, seperti energi dan sumber daya mineral pada kegiatan penambangan, pengolahan, pemurnian dan industri. Di mana dalam hal ini, pengawasan terhadap zat radioaktif menjadi kewenangan dari BAPETEN, namun selama ini pengawasan hanya terhadap pemegang izin pemanfaatan sehingga dalam hal ini terdapat bisa lepasnya pengawasan terhadap zat radioaktif berupa TENORM. Selain itu Undang-undang B3 juga mengatur tentang pengawasan dan pelarangan pemanfaatan TENORM dikecualikan bila tidak melewati batas yang telah ditetapkan. Setiap Pengusaha yang menghasilkan TENORM harus melakukan intervensi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat paparan radiasi.
This thesis discusses how TENORM supervises in Indonesia and TENORM management. TENORM as a by-product of natural radioactive substances that have increased due to activities not only generated in nuclear utilization activities, but also on other non-nuclear activities, such as energy and mineral resources in mining, processing, refining and industrial activities. Where in this case, the monitoring of radioactive substances becomes the authority of BAPETEN, but so far only done to the license holder in the case of this could be the release of the monitoring of TENORM radioactive substances. In addition, B3 Law also regulates the supervision and prohibition of utilization of TENORM except if it does not exceed the established limits. Any Entrepreneur who produces TENORM should intervene aimed at lowering radiation exposure levels.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulian Putri Mailani
Abstrak :
ABSTRAK
Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah penghasil belerang terbesar di Indonesia. Penambangan belerang di Kawah Ijen masih menggunakan alat-alat tradisional dengan menggunakan metode penambangan manual. Para penambang belum mendapat perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dari PT. Candi Ngrimbi dan juga pemerintah sebagaimana diketahui bahwa pekerjaan para penambang belerang memiliki resiko tingkat kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja yang sangat tinggi. Menurut Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 28 D ayat 2 Undang ndash; Undang Dasar Negara Republik Indonesia, dapat dikatakan bahwa para pekerja/buruh memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dalam melakukan pekerjaan sebagai wujud hak dalam kehidupan yang layak. Upaya perlindungan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja/buruh dengan cara melakukan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja serta pengendalian bahaya di tempat kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, bersifat deskriptif analitis, jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data studi dokumen dan wawancara kepada ahlinya di Direktorat Bina Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi. Berdasarkan hasil penelitian, penambang belerang tradisional di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi belum mendapatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja secara maksimal, dimana status para penambang masih sebagai pekerja informal sehingga belum dapat dijadikan objek hukum pengawasan ketenagakerjaan oleh pemerintah pusat. Meskipun belum bekerjasama dengan pemerintah pusat, namun demikian pemerintah daerah telah melakukan beberapa upaya perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi para penambang belerang tradisional di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi.
ABSTRACT
Ijen Crater at Banyuwangi District is the largest sulfur producing areas in Indonesia. The sulfur mining at Ijen Crater still using traditionally tools with a manually exploration method. The miners haven rsquo t got any occupational health and safety protection from PT. Candi Ngrimbi and the Government as we know the miners sulfur jobs has a very high risk level of an employment accident and disease due to a working relationship. Section 2 of Article 27 and section 2 of Article 28 D Undang ndash Undang Dasar Negara Republik Indonesia, says the works has rights to get a protection while doing their job as an embodiment the lives appropriate rights. This protection is intended to give an occupational health and safety guarantee for the workers in ways of prevention about employment accident and disease due to a working relationship also controlling hazards in a workplace. This research using the normatical juridical method with data collects techniques by studying documents and interviewing the expert in Occupational Health and Safety Directory also Center for Volcanology and Geological Hazard Mitigation. As a research results, the miners sulfur at Ijen Crater Banyuwangi District haven rsquo t got the maximum protection about the occupational health and safety, the miner status still as a workers in informal sector so it can rsquo t be the labor laws controlling object by the center of government. Although, the locals government already giving some occupational health and safety protections to the miners sulfur traditionally at Ijen Crater Banyuwangi District.
2017
T47856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Mailani
Abstrak :
Latar Belakang: Memori sangat berperan penting dalam proses kehidupan. Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi memori akan mengalami penurunan karena proses neurodegenerasi. Stimulus eksternal baik latihan fisik aerobik maupun environmental enrichment EE mampu memperlambat terjadinya neurodegenerasi dengan meningkatkan neuroplastisitas melalui ekspresi berbagai protein baik protein sinaptik maupun growth factor seperti insulin like growth factor 1 IGF-1 dan fibroblast growth factor 2 FGF-2 . Pemberian kombinasi latihan aerobik dan environmental enrichment kontinyu dan pengaruhnya pada ekspresi IGF-1 dan FGF-2 yang diharapkan mampu meningkatkan fungsi memori belum dilakukan pada penelitian sebelumnya.Bahan dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pada 24 tikus Wistar jantan Rattus norvegicus, 300-400 gram, usia 7-8 bulan , dibagi secara acak ke dalam 4 kelompok: kontrol K , latihan aerobik A , Environmental Enrichment kontinyu EE , dan kombinasi latihan aerobik dan Environmental Enrichment kontinyu A-EE .Hasil: Kelompok kombinasi latihan aerobik dan environmental enrichment A-EE menunjukkan fungsi memori spasial tikus terbaik. Namun ekspresi IGF-1 dan FGF-2 hipokampus pada kelompok A-EE tidak lebih tinggi dari kelompok lain. Selain itu, ekspresi FGF-2 hipokampus berkorelasi positif dengan kekuatan sedang dengan fungsi memori, sedangkan IGF-1 hipokampus berkorelasi negatif dengan kekuatan lemah dengan fungsi memori.Kesimpulan: Peningkatan fungsi memori pada kelompok kombinasi merupakan hasil induksi ekspresi berbagai protein di hipokampus, namun jalur utama yang meningkatkan fungsi memori bukanlah melalui peningkatan ekspresi IGF-1 dan FGF-2 di hipokampus.
Background Memory plays an important role in life. Memory declines with age through the process of neurodegeneration. External stimuli such as aerobic exercise and environmental enrichment EE can delay neurodegeneration by improving neuroplasticity via expression of various synaptic proteins and growth factors such as insulin like growth factor 1 IGF 1 and fibroblast growth factor 2 FGF 2 . Combination treatment of aerobic exercise and continuous environmental enrichment and their effect on the expression of IGF 1 and FGF 2 which were expected to improve memory function has not been studied previously.Materials and Methods This is an experimental research using 24 male Wistar rats Rattus norvergicus, 300 400 g, age 7 8 months divided randomly into 4 groups control C , aerobic exercise A , continuous environmental enrichment EE , and combination of aerobic exercise and continuous environmental enrichment A EE .Results Combination of aerobic exercise and environmental enrichment group A EE showed the best improvement in rats rsquo spatial memory. But their hippocampal IGF 1 and FGF 2 expression were not higher than other groups. There was positive correlation between hippocampal FGF 2 and memory function, but there was negative correlation between hippocampal IGF 1 and memory function.Conclussions Improvement in memory function in combination group is a result of induction of various protein expression in the hippocampus, but the primary pathway of memory function improvement is not through the hippocampal IGF 1 and FGF 2 expression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastrina Mailani
Abstrak :
Prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus diterapkan dirumah sakit termasuk di rawat inap. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalkan dan mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Selain menurunkan tingkat kesakitan dan kematian karena infeksi nosokomial, pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi yang baik akan menurunkan biaya kesehatan karena dapat menurunkan lama rawat yang berdampak pada penurunan biaya yang dikeluarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inap Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam, diskusi grup terarah,dan observasi lansung dilaksanakan terhadap 13 informan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inap Rumah Sakit Pusat Otak Nasional ditinjau dari struktur, proses dan output belum terlaksana sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pencegahan dan pelaksanaan infeksi di rawat inap belum optimal karena pelaksanaan kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, pemisahan limbah medis dan penyuntikan yang aman pada sebagian petugas belum dilakukan sesuai standar serta monitoring dan evaluasi yang tidak dilakukan secara rutin. Jumlah petugas yang masih kurang, tumpang tindih tugas dan kurangnya pelatihan berpengaruh pada pelaksanaan tugas pencegahan dan pengendalian. Saran yang dapat dilakukan adalah analisis beban kerja, meningkatkan pelatihan pada petugas dan monitoring serta evaluasi pelaksaanan pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan secara rutin.
Infection prevention and control procedures must be implemented in hospitals including the inpatient care. It is intended to minimize and prevent infection in patients, healthcare workers, visitors, and the community surrounding the healthcare facility. Other than reducing mortality and morbidity rate associated with nosocomial infections, the right implementation of Infection prevention and control program will also reduce health costs due to reduced care duration which affects the decrease of the health cost expenditure. The purpose of this research is to understand the descriptive ofinfection prevention and control implementation at the inpatient care of the National Brain Center Hospital. This study uses a qualitative descriptive research method. Indepth interview, focus group discussion and observation are conducted with 13 informants. Results of the study show that based on the structure, process and output,the infection prevention and control implementation at the inpatient care of the National Brain Center Hospital has been done according to the guidelines of the infection prevention and control that has been established. The infection prevention and control implementation at the inpatient care is not yet optimized because of the practices such as hand hygiene practice, use of personal protective equipment, separation of medical waste and safe injection that have not been done according to standard and have not been monitored and evaluated routinely. The insufficient number of healthcare workers, overlapping tasks and lack of training have an effect on the implementation of Infection prevention and control tasks. Suggestions to be done are restructuring of the Infection prevention and control organization, analysis of workload, the increase of training for healthcare workers and routine monitoring and evaluation of Infection prevention and control implementation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Mailani
Abstrak :
Kebugaran kardiorespirasi yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kebugaran kardiorespirasi berdasarkan status gizi (IMT), persentase lemak tubuh, aktivitas fisik, konsumsi sarapan pagi, asupan gizi dan gizi mikro pada siswa SMAN 39 Jakarta sebelum dan sesudah dikontrol berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sebanyak 131 responden dari SMAN 39 Jakarta dari kelas 10 dan 11 dilibatkan dalam penelitian ini. Asupan makanan diukur menggunakan penarikan makanan 1x24 jam, aktivitas fisik menggunakan PAQ-A, status gizi (BMI) diukur menggunakan BIA dan konsumsi sarapan diukur dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,8% siswa tidak layak. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara status gizi (BMI), persentase lemak tubuh dan aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada status kebugaran kardiorespirasi pada siswa SMAN 39 Jakarta. Sementara itu, ada juga perbedaan dalam status kebugaran kardiorespirasi berdasarkan asupan Vitamin B2 pada siswa SMAN 39 Jakarta.
Low cardiorespiratory fitness is associated with an increased risk of cardiovascular disease. This study aims to examine the differences in cardiorespiratory fitness based on nutritional status (BMI), body fat percentage, physical activity, breakfast consumption, nutrient intake and micronutrients in students of SMAN 39 Jakarta before and after being controlled by sex. This study uses a cross sectional design. A total of 131 respondents from SMAN 39 Jakarta from grades 10 and 11 were included in this study. Food intake was measured using 1x24 hour food withdrawal, physical activity using PAQ-A, nutritional status (BMI) was measured using BIA and breakfast consumption was measured by questionnaire. The results showed that 61.8% of students were not eligible. The results of the bivariate analysis showed that there were significant differences between nutritional status (BMI), body fat percentage and physical activity based on sex in cardiorespiratory fitness status in students of SMAN 39 Jakarta. Meanwhile, there were also differences in cardiorespiratory fitness status based on Vitamin B2 intake in Jakarta 39 High School students.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastrina Mailani
Abstrak :
Meningioma merupakan tumor primer intrakranial yang tersering, sebagian dapat bersifat agresif dengan kemungkinan rekurensi yang lebih tinggi. Diperlukan parameter klinikopatologik yang dapat memprediksi terjadinya rekurensi dan progression meningioma sehingga dapat dilakukan strategi tatalaksana yang lebih agresif dan follow-up ketat. Penilaian ekspresi Ki-67 pada meningioma diharapkan dapat menjadi salah satu prediktor rekurensi dan progression tumor. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi Ki-67 pada meningioma yang mengalami rekurensi dan progression dengan yang tidak mengalami rekurensi dan progression. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah pasien yang telah didiagnosis sebagai meningioma dengan pemeriksaan histopatologi di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM dari tanggal 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2021. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada meningioma yang mengalami rekurensi dan progression serta yang tidak mengalami rekurensi dan progression. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan menggunakan antibodi primer anti-Ki-67 (SP6) rabbit monoclonal antibody (Diagnostic BioSystems). Data kemudian dievaluasi untuk menentukan ekspresi Ki-67.Didapatkan 34 kasus meningioma yang terdiri atas 17 kasus dengan rekurensi dan progression serta 17 kasus tanpa rekurensi dan progression. Median ekspresi Ki-67 pada kelompok yang mengalami rekurensi dan progression (2,1%)  lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak mengalami rekurensi dan progression (0,5%). Ekspresi Ki-67 berkaitan dengan kejadian rekurensi dan progession meningioma dengan adjusted odds ratio sebesar 4,2. Nilai titik potong yang direkomendasikan adalah sebesar 0,95%. Ekspresi Ki-67 merupakan faktor prediksi kejadian rekurensi dan progression pada meningioma. ......Meningioma represents the most frequent primary intracranial tumor, and some subtypes may demonstrate aggressive characteristics with a correspondingly elevated risk of recurrence andprogression. To predict the likelihood of recurrence and progression, clinical and pathological parameters are essential. More aggressive treatment strategies and strict follow-up can be implemented using these parameters. Proliferation assesment using Ki-67 expression is expected to be one of the predictor of tumor recurrence and progression. This study aims to evaluate Ki-67 expression in meningioma with recurrence and progression and those without recurrence and progression. This was an analytic case control study including specimens diagnosed as meningioma recorded in archives of Anatomical Pathology Departemen, FMUI/CMH from January 1st. 2019 to December 31th, 2021. Consecutive sampling method was used. Ki-67 immunostaining was conducted using anti-Ki-67 (SP6) rabbit monoclonal antibody (Diagnostic BioSystems). Data was analyzed statistically to evaluate Ki-67 expression. Thirty-four cases were selected, consisted of 17 cases with recurrence and progression and 17 cases without recurrence and progression. Median expression of Ki-67 in meningioma with recurrence and progression (2,1%) was higher than median expression of Ki-67 in meningioma without recurrence and progression (0,5%). Ki-67 expression was associated with recurrence and progression in meningioma (aOR=4,2) Recommended cut off value to predict recurrence and progession in this study was  0,95%. Ki-67 expresssion was independent factor for recurrence and progession of meningioma.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library