Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurlaila Afriliah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah kegiatan yang memastikan pengobatan yang diberikan kepada pasien efektif, aman, dan rasional. Kondisi pasien yang memerlukan pemantauan terapi obat antara lain pasien dengan lebih dari satu penyakit dan polifarmasi, pasien dengan gangguan fungsi organ hati dan ginjal, dan pasien geriatri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pemantauan terapi obat salah satu pasien rawat inap di RSUD Tarakan. Pasien yang dipantau terapi obatnya adalah pasien geriatri radikulopati serviks dengan penyakit penyerta hipertensi, cedera ginjal akut, dan perdarahan saluran pencernaan atas di RSUD Tarakan. Pemantauan terapi obat dilakukan selama 16 hari dengan metode retrospektif dan wawancara. Hasil penelitian yaitu terapi pengobatan yang diberikan ke pasien sudah tepat indikasi dan tepat dosis tetapi masih terdapat masalah interaksi obat, efek samping obat, dan kegagalan menerima obat. Masalah terkait obat ini dapat diatasi dengan pemberian jeda pemakaian obat, monitoring efek samping, dan perbaikan sistem distribusi rumah sakit. Kesimpulan penelitian yaitu terapi pengobatan sudah tepat indikasi dan dosis tetapi masih terdapat beberapa masalah terkait obat yaitu interaksi, efek samping, dan kegagalan menerima obat.

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) is an activity that ensures that the treatment given to patients is effective, safe, and rational. Patient conditions that require monitoring of drug therapy include patients with more than one disease and polypharmacy, patients with impaired liver and kidney function, and geriatric patients. This study aims to examine the monitoring of drug therapy in one of the inpatients at Tarakan Regional Hospital. Patients whose drug therapy was monitored were geriatric cervical radiculopathy patients with comorbidities such as hypertension, acute kidney injury, and upper gastrointestinal bleeding at Tarakan Regional Hospital. Drug therapy monitoring was carried out for 16 days using retrospective methods and interviews. The results of the study are that the treatment therapy given to patients had the right indications and the right dosage, but there were still problems with drug interactions, drug side effects, and failure to receive the drug. Problems related to this drug can be overcome by giving breaks in drug use, monitoring side effects, and improving the hospital distribution system. This study concludes that medical therapy had the correct indications and dosage but there were still several problems related to the drug, namely interactions, side effects, and failure to receive the drug.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Afriliah
"Pedagang besar farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang mempunyai izin untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, dan distribusi perbekalan farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Cold chain product (CCP) adalah sediaan farmasi yang sensitif terhadap kondisi lingkungan. Manajemen CCP di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 diatur berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menganalisis implementasi standar operasional prosedur (SOP) pemetaan chiller; pemeliharaan chiller/cold room/freezer; kalibrasi tempat penyimpanan vaksin/cold chain product; dan penanganan vaksin/cold chain product apabila tempat penyimpanan mengalami gangguan atau kerusakan di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Hasil penelitian yaitu pemetaan chiller; pemeliharaan chiller/cold room/freezer; kalibrasi tempat penyimpanan vaksin/cold chain product; dan penanganan vaksin/cold chain product apabila tempat penyimpanan mengalami gangguan atau kerusakan telah dilakukan berdasarkan SOP yang berlaku di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Elemen SOP ini juga sesuai dengan poin-poin regulasi Cara Distribusi Obat yang Baik mengenai “Ketentuan Khusus Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product/CCP)”. Kesimpulan penelitian yaitu implementasi keempat SOP telah dilaksanakan dengan sesuai.
Pharmaceutical distributors are companies with legal entities that have permits to procure, store, and distribute pharmaceutical supplies to health service facilities by applicable regulations. Cold chain product (CCP) is a pharmaceutical preparation that is sensitive to environmental conditions. CCP management at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 is regulated based on applicable standard operating procedures (SOP). This study aims to analyze the implementation of standard operating procedures (SOP) for chiller mapping; chiller/cold room/freezer maintenance; calibration of vaccine/cold chain product storage areas; and handling vaccines/cold chain products if the storage area is disturbed or damaged at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. The result of this study is chiller mapping; chiller/cold room/freezer maintenance; calibration of vaccine/cold chain product storage areas; and handling of vaccines/cold chain products if the storage area is disturbed or damaged has been carried out based on the applicable SOP at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. This SOP element is also in accordance with the regulatory points for Good Medicine Distribution Methods regarding "Special Provisions for Cold Chain Products Chain Product/CCP)”. This study concludes that the implementation of the four SOPs has been implemented appropriately."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Afriliah
"Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. Penggunaan obat rasional adalah pelayanan kesehatan yang menjamin keamanan, efektifitas, dan kesesuaian biaya terapi dalam pengobatan yang dapat ditinjau dari indikator peresepan obat, pelayanan pasien, dan fasilitas kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat rasional di Puskemas Cililitan pada Bulan Maret 2023 berdasarkan indikator peresepan obat, yaitu persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis resep pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik pada bulan Maret 2023 lalu dibandingkan dengan target Kemenkes RI. Resep pasien diambil per hari dengan total keseluruhan resep sebanyak 25 kasus per diagnosis. Hasil penelitian yaitu persentase peresepan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia adalah 4% dan pada pasien diare non spesifik adalah 0%. Persentase kinerja penggunaan obat rasional berdasarkan indikator peresepan mencapai 92,42%. Kesimpulan penelitian yaitu penggunaan obat rasional Puskemas Cililitan pada Bulan Maret 2023 berdasarkan indikator peresepan obat telah memenuhui target Kemenkes RI.

Community health centers are one of the health service facilities. Rational use of medicines is a health service that guarantees safety, effectiveness, and appropriateness of therapy costs in treatment which can be reviewed from indicators of drug prescribing, patient services, and health facilities. This research aims to evaluate rational drug use at the Cililitan Village Public Health Center in March 2023 based on drug prescribing indicators, namely the percentage of antibiotic use in non-pneumonia ARI and unspecified diarrhea. The research was carried out by collecting and analyzing prescriptions from patients with non-pneumonia ARI and non-specific diarrhea in March 2023 and comparing the analysis results to the target of the Indonesian Ministry of Health. Patient prescriptions were taken per day with a total of 25 prescriptions per diagnosis. The results of this research are that the percentage of antibiotic prescriptions in patients with non-pneumonia ARI was 4% and in patients with non-specific diarrhea was 0%. The percentage of rational drug use performance based on prescribing indicators reached 92.42%. This research concludes that the rational use of medicines at the Cililitan Village Public Health Center in March 2023 based on indicators of drug prescribing has met the target of the Indonesian Ministry of Health.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Afriliah
"Reduksi titik sampling adalah pengurangan titik pengambilan sampel namun tetap memenuhi spesifikasi sama seperti pemeriksaan normalnya. Reduksi titik sampling dapat memberikan efisiensi terhadap perilisan produk jadi. Produk X merupakan salah satu produk jadi berbentuk serbuk yang diproduksi oleh PT Bintang Toedjoe. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menganalisis data hasil pemeriksaan senyawa A, B, dan C dalam Produk X dan melakukan reduksi titik sampling pada pemeriksaan senyawa tersebut. Hasil reduksi didokumentasikan melalui protokol dan laporan. Analisis data dilakukan menggunakan software statistik Minitab® 19 dengan melihat tren data hasil pemeriksaan kadar senyawa dalam Produk X sebanyak 10 bets yang diproduksi secara berurutan. Reduksi titik sampling dilakukan dengan mengurangi titik sampling pemeriksaan yang normalnya titik awal, tengah, dan akhir (mengacu pada proses filling serbuk ke kemasan primer) menjadi titik awal saja. Hasil penelitian yaitu kadar senyawa A, B, dan C pada Produk X masuk ke dalam rentang spesifikasi. Reduksi reduksi titik sampling dapat dilakukan serta protokol dan laporan pengurangan jumlah titik pemeriksaan Produk X dapat dibuat karena hasil analisis data hasil pemeriksaan kadar senyawa tersebut memenuhi kriteria penerimaan, yaitu nilai Ppk ≥1,33, variabilitas data analisis memenuhi syarat, serta p-value >0,05. Kesimpulan penelitian yaitu reduksi reduksi titik sampling pada pemeriksaan kadar senyawa A, B, dan C yang terkandung dalam Produk X dapat dilakukan serta protokol dan laporan pengurangan jumlah titik pemeriksaan Produk X dapat dibuat sebagai dokumentasi berdasarkan kebijakan perusahaan.
Sampling point reduction is a sampling point decrement but still meets the same specifications as normal inspection. Reducing sampling points can provide efficiency in finished product release. Product X is one of the powder-form finished products produced by PT Bintang Toedjoe. This study aims to analyze the data from examination results for compounds A, B, and C in Product X and reduce the sampling points for this assay. Reduction results are documented through protocols and reports. Data analysis was carried out using Minitab® 19 statistical software by looking at data trends in the assay of Product X in 10 batches produced sequentially. Sampling point reduction was carried out by reducing the inspection sampling points which are normally the start, middle, and endpoints (referring to the filling process into primary packaging) to just the starting point. This study results show that the levels of compounds A, B, and C in Product X fell within the specification range. Sampling point reduction could be carried out and protocols and reports for Product X assay sampling points reduction could be made because the results of data analysis meet the acceptance criteria, namely Ppk value ≥1.33, the variability of the analysis data meets the requirements, and p-value >0.05. This study concludes that sampling points reduction for assay of compounds A, B, and C in Product X could be carried out and protocols and reports on Product X assay sampling points reduction could be made based on company policy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Afriliah
"Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) termasuk ke dalam standar pelayanan kefarmasian. Penyimpanan adalah salah satu aspek dalam pengelolaan perbekalan farmasi. Tujuan dari tugas khusus ini adalah membuat simulasi penyimpanan sediaan farmasi berupa injeksi dan infus serta alat kesehatan dan bahan medis habis pakai pada ruang penyimpanan di Apotek Roxy Jagakarsa berdasarkan PMK Nomor 73 Tahun 2016. Simulasi penyimpanan dilakukan berdasarkan skema yang telah dibuat dan didiskusikan dengan apoteker. Hasil penelitian yaitu terdapat perbedaan penyusunan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP antara sebelum dan sesudah simulasi. Penataan ulang injeksi dan infus dan pemberian stiker LASA membuat penyimpanan lebih aman; pembuatan label alat kesehatan dan BMHP sesuai stok yang disertai dengan spesifikasi menyebabkan penyimpanan terlihat lebih rapi; serta penataan ulang alat kesehatan dan BMHP berdasarkan bentuk barang dan fungsi memudahkan pencarian. Kesimpulan penelitian yaitu terdapat perbedaan penyusunan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP antara sebelum dan sesudah simulasi meliputi perubahan letak departemen; pengelompokan dan penyusunan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP; pengaturan penyimpanan barang yang fast/slow-moving; serta pembuatan dan penempelan label dan stiker LASA.

Management of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies is included in pharmaceutical service standards. Storage is one of the aspects of managing pharmaceutical supplies. This project aims to simulate the storage of pharmaceutical preparations in the injections and infusions form, medical devices, and disposable medical supplies in the storage room at the Roxy Jagakarsa Pharmacy based on Ministry of Health Regulation Number 73 of 2016. The storage simulation was carried out based on a scheme that had been created and discussed with the pharmacist. The project result shows that there are differences in the preparation of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies before and after the simulation. Rearrangement of injections and infusions and providing LASA stickers makes storage safer; making labels for medical devices and disposable medical supplies according to stock, accompanied by specifications makes them look neater; and rearrangement of medical devices and disposable medical supplies based on item form and function makes searching easier. This project concludes that there are differences in the preparation of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies before and after the simulation, including changes in department location; grouping and arranging pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies; fast/slow-moving goods storage arrangements; as well as making and attaching labels and LASA stickers.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library