Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Panakajaya Hidayatullah
Abstrak :
Tulisan ini merupakan hasil penelitian etnografi dengan menggunakan perspektif historis antropologis. Secara komprehensif artikel ini menelaah tentang; 1) Makna bagi masyarakat Madura di Situbondo; 2) Peran panjhak sebagai agen pengembang karakter budaya di Situbondo. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam konteks masyarakat Madura di Situbondo, panjhak dimaknai sebagai figur yang mewakili tokoh 'ghuru'. Ia mampu mengartikulasikan nilai religiutas dan sosial kepada masyarakat. Panjhak dan masyarakat merupakan suatu jalinan relasi dialektik yang mampu membangun dan mengembangkan karakter budaya di Situbondo. Panjhak menjalankan peran pentingnya sebagai agen pengembang karakter budaya melalui refleksi dan konstruksi identittas kultural dalam karya seni pertunjukkan yang bersifat estetik dan simbolik.
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Panakajaya Hidayatullah
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini merupakan hasil penelitian antropologi seni dengan menggunakan metode etnografi. Secara komprehensif menyoroti persoalan mengenai pengalaman relijiusitas masyarakat Madura di Situbondo dalam pertunjukan teater tradisional: Drama Al Badar dan Tabbhuwân Wali Sanga. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengalaman relijiusitas masyarakat Madura melalui seni lebih bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Dibuktikan dari beberapa pengalaman pelaku seni dan penonton yang memaknai seni teater tradisional sebagai bagian dari laku spiritualnya. Internalisasi nilai nilai Islam kepada masyarakat Madura cenderung lebih mudah diterima melalui seni tradisi. Relijiusitas melalui teater tradisional ini menunjukkan kecenderungan Islam tradisional, bisa dikatakan juga Islam kultural, atau Islam yang bisa integral dengan budaya lokal (sinkretis). Pengalaman relijiusitas ini juga dapat dijelaskan melalui sifat seni tradisi yang mampu menghadirkan peristiwa ambang pada pelaku seni dan penontonnya. Peristiwa ambang memberikan pengalaman yang kompleks, ambigu, pelik, serta membuka kemungkinan alternatif dan cara pandang yang baru dalam memahami dunia dan kehidupan. Melalui pengalaman relijiusitas yang dihadirkan oleh peristiwa ambang inilah masyarakat Madura menemukan momen perjumpaannya dengan Tuhan.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2018
959 PATRA 19:3 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Panakajaya Hidayatullah
Abstrak :
Penelitian ini menelaah tentang dinamika kehidupan Trisnawati sebagai seorang seniman perempuan dalam ranah budaya Madura di Situbondo. Sorotan penelitian ini menguraikan dinamika perjalanan hidup Trisnawati, problematika yang dihadapi oleh seniman perempuan Madura, serta kontribusinya sebagai agen pengembang kebudayaan di daerah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mengelaborasi data penelitian melalui metode wawancara mendalam, telaah literatur, dan pengamatan pertunjukan langsung. Hasil temuan dari penelitian ini adalah 1). Perjalanan hidup Trisnawati sebagai seniman Madura dilatar belakangi oleh keluarganya yang juga berprofesi sebagai seniman tradisi. Karir kesenimanan Trisnawati dimulai dari arena geddongan, dari sana ia mulai belajar memahami dinamika kehidupan, menyerap realitas, dan membangun karakter dirinya. 2). Trisnawati dikenal sebagai seniman multitalenta, ia adalah seorang penari remo, pemain ludruk, tokang kèjhung, dan pelawak. Kontribusinya yang paling dikenal ialah kreasinya atas tari Remo Trisnawati yang pada akhirnya menjadi perhatian banyak akadmisi dan kritikus tari dari pelbagai perguruan tinggi. 3) Dalam ranah pengembangan kebudayaan, Trisnawati berhasil mendobrak wacana dominan di masyarakat Madura yang akhirnya membuka peluang bagi para perempuan untuk turut berperan dalam ranah publik. Ia juga membuka kemungkinan dan peluang baru bagi pengembangan seni pertunjukan di Situbondo sebagai konsekuensi artistik-estetik dari keterlibatan seniman perempuan dalam panggung seni pertunjukan Madura.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2020
400 JANTRA 15:2 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library