Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwiyana Puji Lestari
"Pada perusahaan yang telekomunikasi bergerak di bidang jasa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan menjadi faktor penting. Untuk mencapai kualitas layanan yang lebih baik dan meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan harus mengacu pada nilai harapan pelanggan. Suatu perbaikan untuk peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan metode lean six sigma dan metode quality function deployment (QFD) yang penerapannya dilakukan secara sistematis dan terstruktur yang dapat digunakan untuk memproses dan menerjemahkan suara pelanggan menjadi dimensi kualitas layanan dan dimensi penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi yang paling berpengaruh terhadap penilaian kualitas layanan dan penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan berdasarkan nilai suara pelanggan adalah dimensi kualitas jaringan, dimensi kualitas layanan dari penilaian pelanggan, dimensi responsif, dimensi keandalan dan dimensi empati. Pada perbaikan dengan pendekatan menurut nilai gap internal perusahaan didapatkan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan dengan peningkatan kepuasan pelanggan menjadi 80% karena perbaikan tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan berdasarkan suara pelanggan. Untuk perbaikan dengan pendekatan berdasarkan gap terhadap nilai kompetitor didapatkan perbaikan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan karena nilai kepuasan pelanggan meningkat menjadi 86% dan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

In service companies such as telecommunication providers, service quality and customer satisfaction are important factors. To achieve better service quality and increase customer satisfaction, service companies must refer to the nilai of customer expectations. An improvement for service quality and customer satisfaction can be done by implementing the lean six sigma method and the quality function deployment (QFD) method which is implemented in a systematic and structured manner that can be used to process and translate the voice of customer (VOC) into a dimension of service quality and dimensions of service quality assessment according to customers. The results of this study will indicate the most influential dimensions on service quality assessment and service quality assessment according to customers based on VOC nilais. These nilais are network quality, service quality from customer assessments, responsive, reliability and empathy dimensions. In the improvement approach based on the nilai of the companys internal gap, scenario 1 can be chosen as an alternative improvement which increases customer satisfaction to 80% because the improvement is in accordance with customer needs based on the voice of the customer. To improve the approach based on the gap to the competitors score, the improvement in scenario 1 can be chosen as an alternative improvement because the nilai of customer satisfaction increases to 86% and the improvement is in accordance with customer needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Puji Lestari
"Di industri rumah sakit, permintaan akan jasa pelayanan rumah sakit di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat dan makin berkembang di masa datang seiring dengan makin meningkatnya jumlah penduduk, makin tingginya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang baik. Prospek industri rumah sakit di Indonesia akan makin baik jika ditunjang oleh stabilitas ekonomi makro dan kondisi sosial politik yang terkendali.
Untuk dapat terus bersaing, tiap rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kualitas mereka, yang dinilai dari sumber daya manusia yang profesional, fasilitas dan prasarana yang memadai, serta peralatan medis dan pelayanan yang berkualitas. Untuk itu rumah sakit harus selalu mengukur kinerjanya dalam rangka pencapaian visi dan misi mereka.
Konsep pengukuran kinerja selama ini hanya berfokus pada ukuran keuangan dan kurang memperhatikan aspek-aspek eksternal organisasi seperti tingkat kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan sebagainya sehingga perusahaan yang hanya berorientasi pada profit tidak dijamin keberadaannya dalam persaingan global yang hypercompetitive. Bagaimanapun juga, berfokus hanya pada ukuran keuangan dapat mengaburkan tanda-tanda yang berkaitan dengan peningkatan lanjutan dan aktivitas inovasi.
Gagasan untuk menyeimbangkan pengukuran kinerja berdasarkan aspek keuangan dan non-keuangan tersebut melahirkan konsep Balanced Scorecard (BSC). Melalui BSC, para manajer perusahaan dapat mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan masa depan, mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja di masa depan, dan menilai apa yang telah dibina dalam intangible asset (Mirza, 1997: 14).
RSAB Harapan Kita, sebagai salah satu bentuk rumah sakit khusus, juga menghadapi persaingan yang makin ketat, di mana untuk dapat terus bertahan RSAB Harapan Kita juga dituntut untuk dapat meningkatkan kualitasnya yang harus dapat diukur dengan pengukuran kinerja yang dikaitkan dengan visi dan misi RSAB Harapan Kita.
Penyusunan BSC pada RSAB Harapan Kita masih sederhana dan terdapat banyak kekurangan karena pemahaman tentang konsep ini masih relatif baru. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap proses penyusunan dan penerapannya serta memberi masukan bagaimana penyusunan BSC yang seharusnya.
Ruang lingkup penelitian dalam karya akhir ini dibatasi hanya pada BSC level corporate dan level bagian yaitu Bagian Rawat Inap Ibu RSAB Harapan Kita sehingga nantinya akan terlihat apakah BSC untuk level corporate telah ditranslasikan secara baik untuk level bagian dan apakah BSC yang disusun di level bagian bisa menjadi umpan balik untuk level corporate atau mendukung pencapaian BSC level corporate.
Penelitian dalam karya akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi proses penyusunan dan penerapan BSC pada RSAB Harapan Kita, menilai proses yang telah dilakukan RSAB Harapan Kita dalam mengimplementasikan konsep BSC apakah telah sesuai dengan teori yang ada, serta merekomendasikan tindakan yang perlu dilakukan agar proses penyusunan dan penerapan BSC memberikan manfaat yang optimal bagi RSAB Harapan Kita.
Jenis penelitian dalam karya akhir ini adalah deskriptif eksploratif dengan pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan karya akhir ini menggunakan dua metode penelitian, yaitu pertama, penelitian lapangan yang dilakukan dalam dua bentuk, yaitu observasi dan wawancara, dan kedua, studi kepustakaan.
Dari pembahasan daiam bab IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. RSAB Harapan Kita pada saat ini merupakan rumah sakit dengan sifat kegiatan sosial, profesional, dan profit, yang berada dalam tahap pertumbuhan (growth) dalam siklus hidupnya. Hal ini tergambar dalam salah satu tujuan perusahaan yaitu pertumbuhan pendapatan.
2. Belum terdapat strategi yang mendukung tema strategi "meningkatkan nilai pelanggan", dalam proses bisnis internal RSAB Harapan Kita, padahal salah satu misi yang ingin dicapai RSAB Harapan Kita adalah memberikan pelayanan Ibu dan Anak yang bertaraf internasional, di mana dari penjelasan visinya tampak bahwa yang dimaksud bertaraf internasional adalah mempunyai kualitas pelayanan medis dan manajemen yang berorientasi pada pelanggan sesuai standar internasional.
3. Proses penyusunan BSC di RSAB Harapan Kita adalah terbalik dan belum sepenuhnya mengikuti prosedur/langkah-langkah penyusunan BSC. Ini menggambarkan bahwa di RSAB Harapan Kita masih terdapat gap antara konsep BSC dari sudut pandang RSAB Harapan Kita dengan teori yang ada, atau dengan kata lain, pemahaman atas konsep BSC oleh RSAB Harapan Kita masih kurang memadai.
4. Penerapan BSC di RSAB Harapan Kita masih secara "me too" (perusahaan kami juga sudah menerapkan BSC). Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukan BSC yang sesuai dengan teori yang ada, baik di level corporate maupun di level bagian (dalam karya akhir ini Bagian Rawat Inap Ibu), dalam artian tidak ada strategy map, ukuran-ukuran, serta initiatives strategy tetapi hanya sebatas penggunaan empat perspektif dalam BSC saja, dengan tolok ukur kinerja yang hanya menggunakan tolok ukur kinerja berdasarkan Indikator Kinerja BUMN (Departemen Kesehatan).
5. Penentuan objectives dalam rangka pembuatan BSC di Bagian Rawat Inap Ibu RSAB Harapan Kita masih banyak yang tidak tepat.
6. Proses komunikasi BSC di RSAB Harapan Kita belum dapat terlaksana seeara optimal karena pemahaman tentang konsep BSC itu sendiri masih kurang memadai.
7. Sistem kompensasi yang berlaku di RSAB Harapan Kita telah disusun yaitu pemberian insentif atau kompensasi berdasarkan peran dan kontribusi SDM namun dalam penerapannya insentif diberikan berdasarkan indeks kehadiran. Dengan kata lain, RSAB Harapan Kita belum menghubungkan sistem kompensasi langsung dengan BSC karena memang tolok ukur untuk BSC tersebut belum ada.
8. Selama ini proses feedback and learning yang dilakukan melalui pertemuan rutin telah memfokuskan pada implementasi perencanaan strategis.
9. BSC di RSAB Harapan Kita belum efektif karena belum ada standar ukuran kinerja. Dan pelaksanaannya mendapat kendala berupa budaya kerja yaitu budaya kerja pegawai negeri (PNS) yang merupakan budaya birokrat, di mana bawahan sangat tergantung dari atasannya, padahal di tingkat manajemen sendiri masih kecil keinginan untuk melaksanakan BSC.
Dalam karya akhir ini, penulis mengalami keterbatasan dalam memperoleh informasi langsung dari Direksi sehingga data dan informasi hanya diperoleh dari Kepala Komite Pengkajian dan Pengembangan (untuk level corporate) dan Kepala Bagian Rawat Inap lbu (untuk level bagian) RSAB Harapan Kita.
Kemudian Penulis menyarankan:
1. Dilakukan edukasi tentang konsep BSC. Proses edukasi ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan seminar tentang konsep BSC, membaca buku yang berkaitan dengan konsep BSC dan perkembangannya,mengikuti berita di berbagai media massa, atau meminta jasa konsultan (baik dari perusahaan konsultan maupun dari lembaga-lembaga pendidikan bisnis) sehingga anggota organisasi khususnya manajemen lebih memahami konsep dan kegunaan BSC dan pada akhirnya dapat mengkomunikasikan BSC kepada para karyawan di bawahnya
2. Karena strategy im'p dan ukuran BSC RSAB Harapan Kita ternyata belum ada, penulis menyarankan RSAB Harapan Kita untuk menggunakan strategy map dan ukuran BSC yang telah penulis buat. Untuk ukuran yang diusulkan, merupakan pelengkap dari indikator kinerja BUMN yang telah ada.
3. Agar dapat tercapai sistem kompensasi yang terkait dengan BSC maka penulis menyarankan agar sistem kompensasi yang akan diberlakukan di RSAB Harapan Kita harus lebih menekankan pada pencapaian kinerja tim. Hal ini ditujukan untuk lebih meningkatkan semangat bekerja sama antar profesi dan unit kerja, di mana untuk suatu organisasi rumah sakit hal ini sangat dibutuhkan.
4. Agar dapat membangun Strategy-Focused Organization maka disarankan eksekutif RSAB Harapan Kita untuk memimpin dalam hal-hal berikut ini: menciptakan iklim perubahan di perusahaan yang mendukung pendayagunaan para karyawan, visi untuk menuju terjadinya perubahan, dan proses tata kelola (governance) yang mendorong komunikasi, diskusi interaktif, dan pembelajaran strategi.
5. Bagian Rawat Inap ibu dalam menentukan misinya, walaupun telah selaras dengan misi operasional RSAB Harapan Kita, harus menambahkan satu misi operasional lagi yang berkaitan dengan perspektif keuangan yaitu "memperoleh pertumbuhan pendapatan melalui perluasan pelayanan rawat map ibu dan efisiensi serta efektifitas biaya".
6. Bagian Rawat Inap Ibu yang berada di bawah direktorat pelayanan, di mana direktorat telah ditetapkan sebagai pusat pendapatan (revenue center) namun dalam pernyataan tujuan, target, dan sasaran terlihat bahwa bagian ini juga dituntut untuk melakukan efisiensi dan efektifitas biaya dalam rangka menurunkan biaya maka menurut penulis akan lebih tepat jika bagian ini ditetapkan sebagai profit center.
7. Agar dapat mengimplementasikan strateginya maka RSAB Harapan Kita tidak hanya sekedar menerapkan BSC tetapi juga harus menerapkan levers of control
8. Untuk tujuan pengembangan ilmu, disarankan dilakukan penelitian lebih jauh tentang penerapan levels of control di RSAB Harapan Kita."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Puji Lestari
"Perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi Puskesmas di Kota Bekasi belum menggunakan metode perhitungan kuantitatif karena belum ada pelatihan mengenai metode perencanaan tersebut. Dinas Kesehatan Kota Bekasi sendiri hanya sebagai penyeleksi pengajuan usulan tenaga dokter dari puskesmas karena harus disesuaikan dengan anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian, tetap perlu dilakukan perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi yang disesuaikan dengan kebutuhan sebenarnya di lapangan. Oleh karena itu, penulis ingin menghitung kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi dengan menggunakan metode perhitungan kuantitatif berdasarkan beban kerja yang mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. Salah satu metode tersebut adalah metode Workload Indicator Staff Need (WISN) yaitu perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan beban kerja yang didapat dari Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 yang dilakukan oleh tim perencana dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi serta menganalisis perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan menggunakan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008. Tiga puskesmas dipilih yang jumlah kunjungan pasiennya pada tahun 2007 terendah, sedang dan tertinggi. Puskesmas-puskesmas yang dimaksud adalah Puskesmas Pengasinan, Duren Jaya dan Bantar Gebang I. Jenis penelitian ini merupakan kualitatif karena sangat kaya dan sarat dengan deskripsi serta analisis. Pendekatan deskriptif dilakukan untuk adalah memberikan gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi yang selama ini dilakukan oleh tim perencana Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Adapun analisis yang dilakukan penulis untuk menghitung kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 yang dilakukan oleh penulis.
Kerangka konsep pada penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari komponen input, proses dan output. Komponen input terdiri dari tim perencana, anggaran, alat dan bahan, metode serta mesin. Metode dalam input ini ada dua, yakni metode Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan metode WISN. Komponen proses berisi langkah-langkah untuk mengubah input menjadi output, yaitu perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian, pengkoordinasian dan evaluasi. Output yang sekaligus merupakan hasil penelitian ini adalah gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi yang dilakukan oleh Dinas Kota Bekasi serta analisis perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan menggunakan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008. Output perencanaan yang dilakukan oleh tim perencana dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi disimpan dalam bentuk Format Ketenagaan Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Berdasarkan format tersebut, jumlah dokter umum yang dibutuhkan adalah 95 orang dan dokter gigi sebanyak 61 orang.
Hasil perhitungan jumlah tenaga dokter umum dan dokter gigi pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 adalah: 2 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi yang dibutuhkan di Puskesmas Pengasinan, 2 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi yang dibutuhkan di Puskesmas Duren Jaya, 6 orang dokter umum dan 2 orang dokter gigi yang dibutuhkan di Puskesmas Bantar Gebang I. Setelah hasil perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan menggunakan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 direkomendasikan kepada tim perencana, tim perencana berpendapat metode WISN bisa digunakan sebagai metode perencanaan kebutuhan tenaga dokter dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi selanjutnya.
Saran yang diajukan penulis adalah sebaiknya dioperasikan on-line system di setiap puskesmas di Kota Bekasi dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi agar database setiap pegawai dan kunjungan dari puskesmas dapat langsung diakses oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi sehingga perencanaan kepegawaian, khususnya dokter umum dan dokter gigi, dapat dilakukan lebih mudah dan cepat. Untuk pengenalan metode atau prosedur kerja baru, sebaiknya diadakan pelatihan bagi tim perencana SDM kesehatan di Kota Bekasi untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus tentang perencanaan SDM di Kota Bekasi. Sebaiknya dilakukan aspek kualitatif terhadap setiap puskesmas di Kota Bekasi untuk melihat apakah jumlah tenaga dokter umum dan dokter gigi yang didistribusikan berdasarkan hasil perencanaan sesuai dengan kebutuhan pada setiap puskesmas tersebut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
"Penelitian ini berangkat dari adanya fenomena perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT. Persero. Perubahan status ini berdampak pada berubahnya tujuan perusahaan yaitu untuk mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efisien dan efektif (Media Pertamina, April, 2004). Motivasi merupakan salah satu hal yang menentukan unjuk kerja karyawan (Munandar, 2001), yang akan berhubungan dengan keberhasilan perusahaan. Motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah karakteristik lingkungan kerja. Salah satu dimensi interpersonal dari karakteristik lingkungan kerja yang ingin diteliti adalah kepemimpinan atasan. Pola-pola perilaku yang diperlukan oleh pemimpin di PT. Pertamina (Persero) sesuai dengan pola-pola perilaku dalam kepemimpinan transaksional dan transformasional. Pola perilaku ini dapat dinilai secara obyektif oleh karyawan (Bass, 1985) melalui persepsi mengenai atasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami interaksi antara faktor-faktor motivasi kerja karyawan dengan faktor-faktor kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan di Pertamina. Hal ini dianggap penting karena pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana dengan optimal bila sumber daya manusianya menunjukkan unjuk kerja yang baik (Adianto, Agustin, dan Trindira, 2005).
Penelitian kuantitatif ini melibatkan 108 karyawan PT. Pertamina (persero) yang berlokasi di Jl. Medan Merdeka Timur No 1 Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui satu set kuesioner yang terdiri atas kuesioner motivasi kerja karyawan dan kuesioner kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan. Melalui analisis structural equation modeling, ditemukan bahwa faktor-faktor motivasi kerja karyawan memiliki interaksi dengan faktor-faktor kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan di PT. Pertamina (Persero).

This research was started from phenomenon about the changing status of Pertamina from BUMN to PT Persero. This changing stutus effects to the changing company's goals which is try to get profit based on persero managing principles efficiently and effectively (Media Pertamina, April, 2007). Motivation is one of aspects which effects employees' performance (Munandar, 2001), which relates to company's success. Employees' work motivation is affected by some aspects; one of those is the characteristic of work situation. An interpersonal dimension of the characteristic of work situation can be seen as superior's leadership. Transactional-transformational leadership has the behavior patterns that suit for those superiors in PT. Pertamina (Persero). These behavior patterns can be evaluated objectively by employees (Bass, 1985) through perception toward superiors. This is very important because of company's goals can be achieved optimally if human resources have good performance (Adianto, Agustin, dan Trindira, 2005).
This quantitative research involeved 108 Pertamina's employees which is located in Jl. Merdeka Timur No 1 Jakarta. Data collecting used survey metodh by a set of questionaire which consists of work motivation questionnaire and questionnaire of superior's leadership perceived by employees. Through analysis of structural equation modeling, it had been found that employees' work motivation factors have interactions with factors of superior's leadership perceived by employees in PT. Pertamina (Persero)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
658.314 2 PUJ a
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widiya Puji Lestari
"ABSTRAK
Lansia merupakan kelompok usia yang berisiko tinggi mengalami penurunan fungsi kardiovaskular. Salah satu masalah kardiovaskular yang sering dialami lansia yaitu hipertensi. Kasus hipertensi sering dijumpai pada setting long-term care seperti di STW. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam mengatasi risiko kerusakan fungsi kardiovaskular pada lansia di Sasana Tresna Werdha (STW) Ria Pembangunan Cibubur. Intervensi tersebut merupakan kombinasi antara terapi relaksasi napas dalam dan terapi musik yang dilakukan 10-15 menit selama dua minggu. Hasil intervensi menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada tekanan darah sistolik sebesar 8,2 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi napas dalam dan terapi musik dengan musik instrumental merupakan intervensi yang efektif, mudah, murah, dan tanpa efek samping yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan risiko kerusakan fungsi kardiovaskular. Rekomendasi penulis perlu diadakan terapi relaksasi secara rutin dengan menyediakan kaset musik instrumental yang telah digabungkan dengan suara instruksi napas dalam dan alat pemutar musik agar berjalan dengan optimal.

ABSTRACT
Older person is an age group who are at high risk for impaired cardiovascular function. One of the cardiovascular problems that is often experienced by the older persons is hypertension. This case of hypertension are often found in long-term care settings such as those in STW. This writing aims to analyze the application of evidence-based practices in the form of leading interventions in overcoming the Risk for Impaired Cardiovascular Function in the older persons at Sasana Tresna Werdha (STW) Ria Cibubur. The intervention is a combination of deep breathing relaxation therapy and music therapy that is carried out 10-15 minutes for two weeks. The results of the intervention showed that there was a decrease in systolic blood pressure of 8.2 mmHg. This shows that deep breathing relaxation therapy and music therapy with instrumental music are effective, easy, inexpensive, and without side effects that can be used to reduce blood pressure in the older person with the risk for impaired cardiovascular function. The authors recommendation that regular relaxation therapy be provided by providing instrumental music tapes that have been combined with deep breathing instruction sounds and a music player to run optimally.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Puji Lestari
"Kelompok senyawa diaril heterosiklik yang mempunyai gugus ganti S02NH2 atau S02CHJ atau S02NHCOCHJ pada posisi para dari salah satu cincin arilnya telah terbukti mempunyai aktivi'tas inhibitor siklooksigenase. Tajuan penelitian ini adalah untuk melusintests senyawa N-l(4-15-okso-2-fenil-4-lGl-dimetilaminO) fenilmetilidenal-4.5-dihidro-lH-imidaz01-l-fll benzena}sulfonillasetamida. yang
merupakan senyawa diaril heterosiklik tersubstitusi fenilmetilidena. Sintesis N, [ 4- t5-okso-2-fenil-4- I imetilamino)fen ilmeti ljdenal-4 ,5-dihidro- I I-I-imidazol- I-illbenzena)sulfonillasctamida dilakukan tnelaluå Liga tahap. Pertarna, sirttesis benzoilglisin dengan mereaksikan glisin dengan benzoil klorida dalam suasana basm Kedua, sintesis dengan mereaksikan benzoilglisin dengan 'I-dimetilaminobenzaldehida dan asetat anhidrid, Krtiga, sintesis denal -4.5-dihidro-lll-imidazol-l-ill benzena} sulfonill asetanvida dengan mereaksikan •2 dengan sulfasetamida Na dan pelaruj asam aseiat glasiaL Hasil yang diperoleh dirnurnikan dengan cara pencucian dan tekristalisasi, Setiap tahap dilakukan uji kemurnian dengan pemerik€aan barak lebur dan kromatografi lapis tipis. serta ditentukan strukturnya dangan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotorneter inframerah dan spektmrncter IH-NLMR. Hasil penelitian menunjukkall baltwa produk tahap pertama dan kedua adalah senyawa yang diharapkan vajtu benzoilglisin dan 4•14•
sedangkan produk tahap
akhir bukan senyawa N-[t4-15-okso-2-fenil-4-l ('I-dimetilamino)fenihnetilidenal-benzena)sulfonill asetamida.
Kaia kunci glisin, benzoil klorida, 4-d.imetilaminobenzaldehida, sulfasetamida
turunan diaril heterosiklik, imidazolon, N-l(4-15-okso-2-fenil- 4- | no)feni1rnetilidenal-4.5 -dihidro- I I-I-imidazol- I-ill benzena}sulfonil] asetamida."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;;, ], 2010
S33116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
"Pada skripsi akan dibahas penentuan premi manfaat dan cadangan
manfaat yang memperhitungkan biaya pengeluaran. Penentuan premi ini
menggunakan prinsip ekivalen. Prinsip ekivalen ini merupakan ekspektasi
kerugian pada waktu masuk asuransi bernilai nol. Sedangkan ekspektasi
kerugian yang memperhitungkan biaya pengeluaran setelah asuransi
berjalan dimana pemegang polis pada waktu tersebut masih hidup
merupakan cadangan manfaatnya. Kerugian ini merupakan selisih dari nilai
saat ini dari uang pertanggungan dengan akumulasi preminya. Kerugian ini
juga bergantung pada biaya pengeluaran yang ditetapkan oleh perusahaan
asuransi, asuransi jiwa yang dipilih oleh pemegang polis dan jenis premi
manfaat yang harus dibayar oleh pemegang polis.
Kata kunci : prinsip ekivalen, kerugian, asuransi jiwa, anuitas, premi manfaat,
cadangan manfaat.
viii + 129 hlm; lamp; tab.
Bibliografi: 7 (1985-1997)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S27786
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T37556
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Puji Lestari
"Vasektomi adalah salah satu KB pria yang paling efektif dan aman. Berdasarkan data SDKI (2002-2003), minat serta motivasi pria terhadap vasektomi di Indonesia sangat rendah yaitu jumlah penggunanya hanya 1,3% dari seluruh pengguna jenis KB di Indonésia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor ekstrinsik yaitu imbalan, keamanan, dan lingkungan dengan motivasi pria melakukan vasektomi. Metode penelitian adalah deskripsi korelatif.
Penelitian dilakukan kepada 63 peserta vasektomi di kecamatan Pasar Minggu dengan metode pengambilan sampel total random sampling. 68,3% pesena vasektomi puas dengan imbalan yang diberikan, 63,5 % peserta vasektomi memiliki rasa aman yang tinggi terhadap vasektomi, dan 77,2 % dari rnereka memiliki Iingkungan yang mendukung terhadap vasektomi Mayoritas peserta vasektomi mempunyai motivasi yang tinggi melakukan vasektomi yaitu 58,7%.
Hasil penelitian menunjukkan tidal: ada hubungan imbalan dengan motivasi, tidak ada hubungan keamanan dengan motivasi dan tidak ada hubungan lingkungan dengan motivasi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor ekstrinsik tersebut tidak berhubungan dngan motivasi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5452
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purwati Puji Lestari
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S2468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>